• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh : Dwi Prasetyo NIM. S Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh : Dwi Prasetyo NIM. S Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”

PROGRAM STUDI S

i

KARYA KARTASURA

SKRIPSI

“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”

Oleh : Dwi Prasetyo NIM. S.11014

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD) TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PEMAKAIAN APD

PADA PEKERJA BANGUNAN DI PT WASKITA KARYA KARTASURA

Oleh : Dwi Prasetyo NIM. S11014

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 11 Agustus 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Happy Indri Hapsari, S.Kep.,Ns.,M.Kep Wahyuningsih Safitri, S.Kep.,Ns.,M.Kep

NIK. 201284113 NIK. 200679022

Penguji,

Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK. 201086057

Surakarta, 11 Agustus 2015 Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,

Wahyu Rima Agustin S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK.201279102

(3)

iii Nama : Dwi Prasetyo

NIM : S.11014

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.

2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji.

3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surakarta, 24 Juli 2015 Yang membuat pernyataan,

Dwi Prasetyo S.11014

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Alat Pelindung Diri (Apd) Terhadap Tingkat Kepatuhan Pemakaian APD pada Pekerja Bangunan di PT Waskita Karya Kartasura sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan ini dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini,

masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk memperbaiki

dan menyempurnakan penulisan skripsi selanjutnya. Ucapan rasa terima kasih yang

tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

penyelesaian penyusunan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta, yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua Prodi S-1

Keperawatan.

3. Ibu Happy indri hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku pembimbing utama

yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan dukungan dan

motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Wahyuningsih Safitri S.Kep., Ns., M.Kep,selaku pembimbing

(5)

v

5. Bapak Wisnu Gutama selaku Kepala Bagian K3 Waskita Karya dalam

Proyek RS Pendidikan UNS yang telah memberikan izin

terlaksananyapenelitian ini.

6. Respondenyang telah membantu peneliti untuk memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti sehingga terselesaikannya penelitian ini dengan

baik.

7. Bapak dan Ibu Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah

memberikan segenap ilmu dan pengalamannya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Orang tua tercinta Bpk H.Paryadi dan Ibu Hj Nyami, terima kasih atas do’a

dan dukungan yang senantiasa engkau berikan untuk keberhasilanku, serta

segala kesabaranmu dalam mendidik dan membesarkanku selama ini, aku

sadar tugas itu sangatlah berat bagimu, tapi dengan segala rasa kasih sayang

dan kesabaranmu, engkau mengantarkanku pada kelulusan ini.

9. Semua keluarga besar saya kakak dan adik saya Eko Budi Utomo dan Zulia

Tri Rahmawati yang selalu memberikan do’a dan semangat dalam

pembuatan skripsi.

10. Ratna Kurniawati yang selalu memberi semangat dan do’a sehingga dalam

(6)

vi

11. Sahabat-sahabatkuTri Darmasto, Danu, Nandung, Ahmad

Mujiono,Gregorius,Triyadi, Didik serta teman seperjuangan yang telah

banyak memberikan bantuan, dorongan dan semangat kepadaku.

12. Teman-teman Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Angkatan 2011 yang telah berjuang menempuh skripsi bersamaku.

13. Semua pihak, yang tanpa mengurangi rasa terima kasih tidak dapat

disebutkansatu per satu.

Akhir kata penulis berharap semoga dengan do’a, motivasi, nasehat, dan

dukungan yang telah diberikan kepada penulis, dapat bermanfaat bagi penulis untuk

menjadi orang yang lebih baik, dan semoga dengan disusunnya karya ilmiah ini,

dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya, dan pembaca pada

umumnya. Wassalamualaikum Wr. Wb. Surakarta, 6 Agustus 2015 Penulis (Dwi Prasetyo) NIM: S11014

(7)

vii

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

SURAT PERNYATAAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

ABSTRAK xiii ABSTRACT xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 5 1.3 Tujuan Penelitian 6 1.3.1 Tujuan Umum 6 1.3.2 Tujuan Khusus 6 1.4 Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori 8

2.2.1 Pendidikan Kesehatan 8

2.2.2 Alat Pelindung Diri (APD) 14

2.2.3 Kepatuhan 37

2.2 Kerangka Teori 43

2.3 Kerangka Konsep 43

2.4 Hipotesis 43

(8)

viii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan rancangan Penelitian 46

3.2 Populasi dan Sampel 46

3.3 Waktu Penelitian 47

3.4 Variabel Definisi Operasional dan Skala Pengukuran 47 3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 48

3.5.1 Alat Penelitian 48

3.5.2 Cara Pengumpulan Data 48

3.6 Teknik Pengolahan Data 49

3.7 Analisa Data 50

3.8 Etika Penelitian 51

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Analisis Univariat 53

4.2. Analisis Bivariat 55

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden 57

5.2. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepatuhan APD 61

BABVI PENUTUP

6.1. Kesimpulan 65

6.2. Saran 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

ix Nomor Tabel 2.1 3.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 Judul Tabel Keaslian Penelitian Definisi Operasional

Karakteristik Responden Menurut Usia

Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Karakteristik Responden Menurut Tingkat

Pendidikan

Kepatuhan APD Sebelum Pendidikan Kesehatan

Kepatuhan APD Sesudah Pendidikan Kesehatan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap

Kepatuhan APD Halaman 44 47 53 54 54 54 55 55

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Skema Kerangka Teori 43

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : F.01 Usulan Topik Penelitian

Lampiran 3 : F.02 Pengajuan Persutujuan Judul

Lampiran 4 : F.04 Pengajuan Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 5 : Surat Studi Pendahuluan

Lampiran 6 : Permohonan Iji Penelitian

Lampiran 7 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Lampiran 8 : Lembar Permintaan Menjadi Responden

Lampiran 9 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 10 : Lembar Observasi Kuesioner Tingkat Kepatuhan

Lampiran 11 : Hasil Analisis SPSS

Lampiran 12 : Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 13 : Dokumentasi

Lampiran 14 : Lembar Konsultasi

Lampiran 15 : Lembar Opponent Ujian Sidang Proposal Skripsi

(12)

xii

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Dwi Prasetyo

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Alat Pelindung Diri (APD) Terhadap Tingkat Kepatuhan Pemakaian APD Pada Pekerja

Bangunan Di PT Waskita Karya Kartasura

ABSTRAK

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan akhir dari pengendalian kecelakaan kerja. Pada kenyataannya, pekerja ada yang tidak menggunakannya, walaupun perusahaan sudah menyediakan alat pelindung diri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang alat pelindung diri (APD) terhadap tingkat kepatuhan dalam memakai APD pada pekerja bangunan di PT. Waskita Karya Kartasura.

Jenis penelitian ini adalah Quasi experimental dengan rancangan one-group pre-post test design without control populasi dalam penelitian ini adalah pekerja bangunan di PT. Waskita KaryaPemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu 38 responden. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji McNemar, didapatkan p value 0,000 ( p < 0,005) sehingga ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang alat pelindung diri (APD) terhadap tingkat kepatuhan dalam memakai APD pada pekerja bangunan di PT. Waskita Kartasura.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dengan media video sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan karena materi yang diberikan dapat diterima dengan panca indera penglihatan dan pendengaran sehingga materi mudah diserap dan lebih mudah dipahami. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan penggunaan APD pada pekerja bangunan serta dimanfaatkan dalam hal safety.

Kata Kunci : Alat Pelindung Diri, Tingkat Kepatuhan, Pendidikan Kesehatan Daftar Pustaka : 34 (2005-2014)

(13)

xiii

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015

Dwi Prasetyo

Effect of Health Education of Personal Protective Equipment (PPE) on Construction workers’ Obedience Level in the Use of PPE at Limited

Liability Company of Waskita Karya of Kartasura ABSTRACT

The use of Personal Protective Equipment (PPE) is the end of work accident control. In fact, there are some workers who do not use it, even though the company has provided personal protective equipment. The objective of this research is to investigate the effect of the health education of the PPE on the construction workers’ obedience level in the use of the PPE at the Limited Liability Company of Waskita Karya of Kartasura.

This research used the quasi experimental one-group pre-post testwithout control design. The population of research was the construction workers of the Limited Liability Company of Waskita Karya. The samples of research were 38 respondents and were taken by using the purposive sampling technique. The data were analyzed by using the McNemar’s method. The result of the analysis shows that the p-value was 0.000 which was less than 0.05, meaning that there was an effect of the health education of the PPE on the construction workers’ obedience level at the Limited Liability Company of Waskita of Kartasura.

The result of this study shows that health education with video media was very effective to improve the knowledge because the material can be received by sense of sight and sense of hearing so that the material was easily absorbed and understood. The result of this study is expected to increase the use of the PPE of the construction workers and to be utilized in terms of safety.

Keywords: Personal protective equipment, Obedience level, health education

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat menjadi

sumber terjadinya kecelakaan kerja dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang

konstruksi (Taufik dalam Annishia, 2011). Konstruksi mempunyai

karakteristik yang unik dan kompleks serta dapat mempertinggi angka risiko

dan bahaya kecelakaan kerja, (Siaoman dan Hendy dalam Annishia, 2011).

Data yang diperoleh dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Menakertrans) RI dalam Annishia (2011), kecelakaan kerja yang terjadi di

Indonesia tahun2009, terdapat 88.492 kasus yang mengakibatkan 1.970

tenaga kerja meninggal dunia, cacatfungsi 4.023 orang, cacat anatomis tetap

2.534 orang dan sebanyak 79.985 tenaga kerjasembuh.

Menurut data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans)

DKI Jakarta dalam Annishia (2011) sepanjang 2009 jumlah kecelakaan kerja

yang berujung pada kematian mencapai 2.974 kasus. Sementara jumlah

pekerja yang ada di DKI mencapai 2.331.580 orang. Angka ini meningkat

dari dua tahun sebelumnya. Pada 2007 jumlah kematian akibat kecelakaan

kerja mencapai 2.195 orang, sedangkan tahun berikutnya mencapai angka

(15)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang paling

penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek. APD merupakan salah

satubagian dari K3. Hasil yang maksimal dalam kinerja biaya, mutu dan

waktu tidak berarti jika tingkat keselamatan kerja terabaikan. Indikatornya

dapat berupa tingkat kecelakaan kerja yang tinggi, seperti banyak tenaga kerja

yang meninggal, cacat permanen serta instalasi proyek yang rusak, selain

kerugian materi yang besar (Sanjaya, 2012).

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan tahap akhir dari

pengendalian kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Meskipun demikian,

penggunaan alat pelindung diri akan menjadi penting apabila pengendalian

secara teknis dan administratif telah dilakukan secara maksimal namun

potensi risiko masih tergolong tinggi. Pada kenyataannya, masih banyak juga

pekerja yang tidak menggunakannya, walaupun telah diketahui besarnya

manfaat alat ini dan perusahaan sudah menyediakan alat pelindung diri. Hal

tersebut disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi perilaku

pekerja sehingga tidak menggunakan alat pelindung diri tersebut

(Yusmardian, 2005). Alat pelindung diri merupakan alat pelindung bagi

pekerja yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan, alat pelindung

diri yang harus digunakan saat bekerja helm proyek, kacamata pelindung,

masker, tutup telinga, sarung tangan, sepatu safety dan sabuk pengaman.

(16)

3

Hasil penelitian dari Pratiwi (2009) tentang Tinjauan Faktor Perilaku

Kerja Tidak Aman pada Pekerja Konstruksi Bagian Finishing PT. Waskita

Karya Proyek Pembangunan Fasilitas dan Sarana Gelanggang Olahraga

(GOR) Ciracas, perilaku tidak aman dalam bekerja pada pekerja konstruksi

diantaranya tidak menggunakan APD, bercanda atau bergurau saat bekerja,

melempar alat kerja ketika memberikan ke teman, merokok pada saat bekerja

dan bekerja dengan terburuburu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku tidak aman dalam bekerja yaitu faktor pendorong, faktor pemungkin

dan faktor penguat. Faktor pendorong adalah faktor yang dapat memberikan

dorongan pada pekerja untuk berperilaku tidak aman dalam bekerja, faktor

pendorong ini terdiri dari pengetahuan pekerja, persepsi pekerja dan sikap

pekerja.Hasil penelitian Atmanto (2007) menunjukkan bahwa praktik

penggunaan APD pada industri pengecoran logam tidak dapat dilaksanakan.

Berdasarkan wawancara mendalam didapatkan informasi bahwa faktor yang

menjadi determinan para pekerja tidak menggunakan APD adalah faktor

lingkungan fisik kerja dan managemen yang belum menerapkan sistem

keselamatan dan kesehatan kerja.

Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan pekerja

untuk berperilaku tidak aman dalam bekerja, ketersediaan APD dan peraturan

merupakan factor pemungkin. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor

penguat adalah faktor-faktor yang memberikan dukungan terhadap pekerja

untuk berperilaku tidak aman dalam bekerja, yang termasuk faktor penguat

(17)

Suryani, Handayani,dan Wibowo (2010) menunjukan ada hubungan antara

penggunaan alat pelindung diri dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian

rustic PT. Borneo Melintang Buana Eksport Yogyakarta. Penggunaan APD merupakan upaya untuk pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan sehingga

saat pekerja tidak memakai APD secara lengkap maka akan memperbesar

resiko terjadinya kecelakaan kerja.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhian, Imroatul & Maria (2009),

tingkat kepatuhan kerja Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Bagian

Mesin Pabrik Gula Watoetoelis Prambon, Sidoarjo menyatakan bahwa

pekerja yang tidak patuh sebanyak 64 responden (61.5%) dan pekerja yang

patuh sebanyak 40 responden (38.5%).

Hasil penelitian Candra & Ruhyandi (2008) memperlihatkan bahwa

faktor internal yang terdiri dari variabel pengetahuan memiliki hubungan

yang bermakna terhadap perilaku kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD,

serta variabel sikap memiliki hubungan yang bermakna terhadap perilaku

kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD, dan pada faktor eksternal yang

memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku kepatuhan pekerja dalam

penggunaan APD adalah penyuluhan.

Pendidikan kesehatan adalah upaya agar masyarakat dapat berperilaku

hidup sehat (tahu, mau, dan mampu) memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Pendidikan kesehatan memiliki keunggulan seperti

memberikan informasi yang belum diketahui seseorang tentang sesuatu hal,

(18)

5

dalam meningkatkan tingkat pengetahuan tentang hal yang baru.

(Notoadmodjo, 2011).

Menurut Notoatmodjo (2010), media seperti film, VCD, televisi lebih

tinggi intensitasnya dibandingkan dengan kata-kata dan tulisan. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Berek (2009) tentang penggunaan metode

pemutaran film/video yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna

terhadap peningkatan pengetahuan. Metode tersebut dapat mempermudah

cara memahami responden karena melibatkan indera penglihatan dan

pendengaran sehingga informasi yang diberikan mudah dipahami.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 10 Desember

2014 pada pekerja bangunan di PT.Waskita Karya didapatkan data 2 dari

5pekerja memakai APD lengkap tetapi tidak mengetahui kegunaanya secara

benar karena pekerja baru dan 3 pekeja tidak memakai APD lengkap karena

mengganggu saat bekerja walaupun dari pihak ketua K3 sudah memberi tahu

pekerjanya setiap bekerja harus menggunakan APD lengkap, salah satu

pekerja mengatakan bahwa akan lebih baik apabila disediakan informasi

tentang pentingnya penggunaan APD dalam bentuk pemutaran video berupa

ilustrasi resiko apabila tidak patuh menggunakan APD lengkap. Hasil

wawancara dari salah satu pekerja bangunan di PT. Waskita Karya pernah

mengalami kecelakaan tertusuk paku saat bekerja tidak menggunakan sepatu,

maka disimpulkan bahwa penggunaan APD sangat penting dilakukan saat

(19)

Uraian latar belakang diatas membuat peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang APD (Alat

Pelindung Diri) Terhadap Tingkat Kepatuhan Dalam Memakai APD Pada

Pekerja Bangunan di PT Waskita Karya”.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang APD (Alat

Pelindung Diri) Terhadap Tingkat Kepatuhan DalamDalam Memakai APD

Pada Pekerja Bangunan di PT.Waskita Karya.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh

Pendidikan Kesehatan tentang APD (Alat Pelindung Diri) Terhadap

Tingkat Kepatuhan dalam Memakai APD pada Pekerja Bangunandi

PT.Waskita Karya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui karakteristik responden.

2. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan responden sebelum dan

sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Alat Pelindung

(20)

7

3. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepatuhan responden

sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang

Alat Pelindung Diri pada pekerja bangunan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi PT.Waskita Karya

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi pekerja bangunan di PT. Waskita

Karya.

2. Manfaat bagi tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan dalam

meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja melalui penggunaan APD

lengkap.

3. Manfaat bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya literatur

ilmu keperawatan khususnya tentang Alat Pelindung Diri untuk

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

4. Manfaat bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian

yang berkaitan Alat Pelindung Diri untuk Keselamatan dan Kesehatan

(21)

5. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang Alat

(22)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teori

2.1.1. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah upaya agar masyarakat

dapat berperilaku hidup sehat (tahu, mau, dan mampu)

memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo,

2011).

Dimensi sasaran dalam pendidikan kesehatan ada 3

kelompok, yaitu pendidikan kesehatan untuk individu,

pendidikan kesehatan untuk kelompok, dan pendidikan

kesehatan masyarakat, dengan sasaran masyarakat luas

(Notoatmodjo, 2011).

2. Media Pendidikan Kesehatan

Media Pendidikan Kesehatan adalah alat - alat yang

digunakan untuk menyalurkan informasi atau pesan-pesan

kesehatan serta mempermudah penerimaan pesan-pesan

kesehatan bagi masyarakat atau murid. Media tersebut dibagi

menjadi 3 yaitu : media cetak, media elektronik, dan media

(23)

a. Media cetak adalah media statis dan mengutamakan

pesan-pesan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari

gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna

b. Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan

pesannya diluar ruang secara umum melalui media cetak

dan elektronik secara statis, misalnya :

1) Papan reklame adalah poster dalam ukuran besar yang

dapat dilihat secara umum di perjalanan.

2) Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan

disertai gambar yang dibuat di atas secarik kain denga

dipasang di suatu tempat strategi agar dapat dilihat oleh

semua orang.

3) X-Banner atau standing banner adalah ungkapan dari

sebagian orang menyebutkan dengan X banner, kini

menjadi pajangan yang lazim di berbagai tempat.

3. Metode Pendidikan Kesehatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

penyuluhan, diskusi, dan simulasi (video). Penyuluhan

kesehatan merupakan suatu proses belajar untuk

mengembangkan pengertian yang benar dan sikap yang positif

dari individu atau kelompok terhadap kesehatan agar yang

bersangkutan dapat menerapkan cara hidup sehat sebagai bagian

(24)

11

yang bisa diberikan adalah metode ceramah dalam kelompok

kecil. Ceramah merupakan sebuah cara dalam menerangkan dan

menjelaskan suatu ide, pengertian, atau pesan secara lisan

kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi

tentang kesehatan. Metode video lebih efektif digunakan pada

kelompok yang besar sebab memberikan gambaran secara visual

sehingga informasi yang diberikan dapat diserap melalui panca

indera pendengaran serta penglihatan sedangkan metode

ceramah hanya diserap melalui panca indera pendengaran.

Media pendidikan kesehatan menurut Notoatmojo (2007)

adalah alat bantu pendidikan. Disebut media pendidikan

kesehatan karena alat-alat tersebut merupakan alat

saluran(Channel) untuk menyampaikan kesehatan karena

alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan

pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Berdasarkan

fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (Media),

media dibagi menjadi 3 yakni :

a. Media cetak

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan

pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain :

1) Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan

pesan-pesan kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan maupun

(25)

2) Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau

pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat.

3) Flyer ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk

lipatan.

4) Flip Chart ialah media penyampaian pesan atau

informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.

5) Rubrik ialah tulisan-tulisan pada surat kabar atau

majalah.

6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan

informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok.

7) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi

kesehatan.

b. Media elektronik

Media elektronik sebagai saranan untuk menyampaikan

pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan dan jenisnya

berbeda-beda, antara lain :

1) Televisi : penyampaian pesan atau informasi-informasi

kesehatan melalui nmedia televise dapat dalam bentuk

sandiwara, sinetron, forum diskusi, pidato, sport, dan

kuis.

2) Radio : penyampaian informasi atau pesan-pesan

(26)

macam-13

macam antara lain : obrolan , sandiwara, ceramah, dan

radio sport.

3) Video: penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan dapat melaui video.

4) Slide: slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan

pesan atau informasi-informasi kesehatan.

5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan

pesan-pesan kesehatan.

c. Media papan

Papan yang dipasang ditempat-tempat umum dapat

dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau

informasi-informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup

pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel

pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi).

4. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pendidikan Kesehatan

Menurut Potter dan Perry, proses pendidikan kesehatan

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari perawat dan

dan siswa. Faktor yang berasal dari perawat adalah: sikap,

emosi, pengetahuan dan pengalaman masa lalu (Notoadmodjo,

2010).

a. Sikap

Sikap yang baik yang dimiliki perawat akan

(27)

Sehingga informasi akan lebih jelas untuk dapat dimengerti

siswa.

b. Emosi

Pengendalian emosi yang dimiliki perawat merupakan

faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan

kesehatan. Pengendalian emosi yang baik akan mengarahkan

perawat untuk lebih bersikap sabar, hati-hati dan telaten.

Dengan demikian informasi yang disampaikan lebih mudah

diterima siswa.

c. Pengetahuan

Pengetahuan adalah kunci keberhasilan dalam

pendidikan kesehatan. Perawat harus memiliki pengetahuan

yang cukup untuk memberikan pendidikan kesehatan.

Pengetahuan yang baik juga akan mengarahkan perawat pada

kegiatan pembelajaran siswa. Siswa akan semakin banyak

menerima informasi dan informasi tersebut sesuai dengan

kebutuhan siswa.

d. Pengalaman

Pengalaman masa lalu berpengaruh terhadap gaya

dalam memberikan informasi dan informasi yang diberikan

(28)

15

2.1.2. Alat Pelindung Diri (APD)

1. Pengertian

Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat keselamatan

yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau

seabagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan

potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan

penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008). Alat Pelindung diri

merupakan suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk

melindungi seseorang dalam pekerjaan yang berfungsi

mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja

(Suma’mur, 2009). Suma’mur (2009) menunjukkan hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam pemakaian alat pelindung diri, yaitu:

a. Pengujian mutu

Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang

telah ditentukan untuk menjamin bahwa alat pelindung diri

akan memberikan perlindungan sesuai dengan yang

diharapkan. Semua alat pelindung diri sebelum dipasarkan

harus diuji lebih dahulu mutunya.

b. Pemeliharaan alat pelindung diri

Alat pelindung diri yang akan digunakan harus

benar-benar sesuai dengan kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan

tenaga kerja sendiri agar benar-benar dapat memberikan

(29)

c. Ukuran harus tepat

Adapun untuk memberikan perlindungan yang

maksimum pada tenaga kerja, maka ukuran alat pelindung

diri harus tepat. Ukuran yang tidak tepat akan menimbulkan

gangguan pada pemakaiannya.

d. Cara pemakaian yang benar

Sekalipun alat pelindung diri disediakan oleh

perusahaan, alat-alat ini tidak akan memberikan manfaat

yang maksimal bila cara memakainya tidak benar.

Tenaga kerja harus diberikan pengarahan tentang :

1) Manfaat dari alat pelindung diri yang disediakan

dengan potensi bahaya yang ada.

2) Menjelaskan bahaya potensial yang ada dan akibat

yang akan diterima oleh tenaga kerja jika tidak

memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.

3) Cara memakai dan merawat alat pelindung diri secara

benar harus dijelaskan pada tenaga kerja.

4) Perlu pengawasan dan sanksi pada tenaga kerja

menggunakan alat pelidung diri.

5) Pemeliharaan alat pelindung diri harus dipelihara

dengan baik agar tidak menimbulkan kerusakan

(30)

17

6) Penyimpaan alat pelindung diri harus selalu disimpan

dalam keadaan bersih

7) ditempat yang telah tersedia, bebas dari pengaruh

kontaminasi.

2. Pemilihan Alat Pelindung Diri

Setiap tempat kerja mempunyai potensi bahaya yang

berbeda-beda sesuai dengan jenis, bahan dan proses produksi

yang dilakukan. Dengan demikian, sebelum melakukan

pemilihan alat pelindung diri mana yang tepat digunakan,

diperlukan adanya suatu investarisasi potensi bahaya yang ada

di tempat kerja masing-masing. Pemilihan dan penggunaan alat

pelindung diri harus memperhatikan aspek-aspek sebagai

berikut (Tarwaka, 2008) :

a. Aspek Teknis, meliputi :

1) Pemilihan berdasarkan jenis dan bentuknya. Jenis dan

bentuk alat pelindung diri harus disesuaikan dengan

bagian tubuh yang dilindungi.

2) Pemilihan berdasarkan mutu atau kualitas. Mutu alat

pelindung diri akan menentukan tingkat keparahan dan

suatu kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin

terjadi. Semakin rendah mutu alat pelindung diri, maka

akan semakin tinggi tingkat keparahan atas kecelakaan

(31)

menetukan mutu suatu alat pelindung diri dapat dilakukan

melalui uji laboratorium untuk mengetahui pemenuhan

terhadap standar.

3) Penentuan jumlah alat pelindung diri. Jumlah yang

diperlukan sangat tergantung dari jumlah tenaga kerja

yang terpapar potensi bahaya di tempat kerja. Idealnya

adalah setiap pekerja menggunakan alat pelindung diri

sendiri-sendiri atau tidak dipakai secara bergantian.

4) Teknik penyimpanan dan pemeliharaan. Penyimpanan

investasi untuk penghematan dari pada pemberian alat

pelindung diri.

b. Aspek Psikologis

Di samping aspek teknis, maka aspek psikologis yang

menyangkut masalah kenyamanan dalam penggunaan alat

pelindung diri juga sangat penting untuk diperhatikan.

Timbulnya masalah baru bagi pemakai harus dihilangkan,

seperti terjadinya gangguan terhadap kebebasan gerak pada

saat memakai alat pelindung diri. Penggunaan alat pelindung

diri tidak menimbulkan alergi atau gatal-gatal pada kulit,

tenaga kerja tidak malu memakainya karena bentuknya tidak

cukup menarik. Ketentuan pemilihan alat pelindung diri

(32)

19

1) Alat pelindung diri harus dapat memberikan perlindungan

yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau

bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

2) Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut

tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

3) Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.

4) Bentuknya harus cukup menarik.

5) Alat pelindung tahan lama untuk pemakaian yang lama.

6) Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi

pemakainya, yang dikarenakan bentuknya yang tidak tepat

atau karena salah dalam penggunaanya.

7) Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.

8) Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris

pemakaiannya.

9) Suku cadangnya mudah didapat guna mempermudah

pemeliharaannya.

3. Kriteria Alat Pelindung Diri

Berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas, maka perlu

diperhatikan pula beberapa kriteria dalam pemilihan alat

pelindung diri sebagai berikut (Tarwaka, 2008) :

a. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan

efektif kepada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi

(33)

b. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin,

nyaman dipakai dan tidak menjadi beban tambahan bagi

pemakainya.

c. Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu

memakainya.

d. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik

karena jenis bahayanya maupun kenyamanan dan

pemakiannya.

e. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.

f. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan

serta gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam

wktu yang cukup lama.

g. Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima

tanda-tanda peringatan.

h. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup

tersedia dipasaran.

i. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.

j. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar

yang ditetapkan dan sebagainya.

4. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri

Jenis-jenis alat pelindung diri berdasarkan fungsinya

(34)

21

tenaga kerja sesuai dengan bagian tubuh yang dilindungi, antara

lain (Tarwaka, 2008) :

a. Alat Pelindung Kepala

Digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh

mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari

terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda

atau terpukul benda yang melayang, percikan bahan kimia

korosif, panas panas sinar matahari. Jenis alat pelindung

kepala antara lain :

1) Topi Pelindung (Safety Helmets)

Berfungsi untuk melindungi kepala dari

benda-benda keras yang terjatuh dan terkena arus listrik. Topi

pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah

terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan tidak

menghantarkan arus listrik. Topi pelindung dapat terbuat

dari plastik serta gelas (fiberglass) maupun metal. Topi

pelindung dari bahan bakelite enak dipakai karena ringan

tahan terhadap benturan dan benda keras serta tidak

menyalurkan arus listrik. Sedangkan topi pelindung

biasanya dilengkapi dengan anyaman penyangga yang

berfungsi untuk menyerap keringat dan mengatur

(35)

2) Tutup Kepala

Berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran,

korosi, suhu panas atau dingin. Tutup kepala ini biasanya

terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi, kulit dan kain

tahan air.

3) Topi (Hats/cap)

Berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut

dari kotoran/debu atau mesin yang berputar. Topi ini

biasanya terbuat dari kain katun.

4) Alat Pelindung Mata

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk

melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif, debu

dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas

atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi

gelombang elektronik, panas radiasi sinar matahari,

pukulan atau benturan benda keras.

a) Kacamata (Spectacles)

Berfungsi untuk melindungi mata dari

partikel-partikel kecil, debu dan radiasi gelombang

elektromagnetik.

b) Goggle

Berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu,

(36)

23

terbuat dari plastik transparan dengan lensa berlapis

kobalt untuk bahaya radiasi gelombang

elektromagnetik mengion.

5) Alat Pelindung Telinga

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk

mengurangi intensitas yang masuk kedalam telinga.

a) Sumbat Telinga (Ear Plug)

Ear plug dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan sintetis. Ear plug yang terbuat dari

kapas, spon malam (wax) hanya dapat digunakan untuk

sekali pakai (disposieble). Sedangkan yang terbuat dari

bahan dan plastik yang dicetak dapat digunakan

berulang kali.

b) Tutup Telinga (Ear Muff)

Alat pelindung jenis ini terdiri dari 2 (dua) buah

tutup telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga

ini berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk

menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk

waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat

menurun karena bantalannya menjadi mengeras dan

mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan

minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alat ini

(37)

dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan

benda keras atau percikan bahan api. Faktor-faktor

yang mempengaruhi efektivitas alat pelindung telinga

adalah :

(1) Kebocoran udara

(2) Peralatan gelombang suara melalui bahan alat

pelindung

(3) Vibrasi alat itu sendiri

(4) Konduksi suara melalui tulang dan jaringan.

6) Alat Pelindung Pernafasan

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk

melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu,

atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang

bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilhan

terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka

perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau

kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal

yang perlu diketahui antara lain :

a) Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut,

fume, debu atau kombinasi dari berbagai kontaminan

tersebut.

(38)

25

c) Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenanakan

untuk masing-masing kontaminan.

d) Reaksi fisilogis terhadap pekerja, seperti dapat

menyebabkan iritasi mata dan kulit.

e) Kadar oksigen di udara tempat kerja.

b. Alat Pelindung Tangan

Digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya

dari dari bendatajam atau goresan, bahan kimia, benda panas

dan dingin, kontak dengan aruslistrik. Sarung tangan terbuat

karet untuk melindungi kontaminasi terhadap bahankimia dan

arus listrik; sarung tangan dari kain/katun untuk melindungi

kontakdengan panas dan dingin.

c. Alat Pelindung Kaki

Digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya

dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan

kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik.

d. Pakaian Pelindung

Digunakan untuk melindungi seluruh atau bagian tubuh

dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia.

Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi

sebagian tubuh pemakainya yaitu mulai daerah dada sampai

(39)

e. Sabuk Pengaman Keselamatan

Digunakan untuk melindungi tubuh dari kemungkinan

terjatuh dari ketinggian, seperti pekerjaan mendaki, memanjat

dan pada pekerjaan kontruksi bangunan.

5. Pengertian Umum Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian

dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses

pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta

cara-cara melakukan pekerjaannya. Keselamatan kerja adalah

sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian

sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik

adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja Keselamatan

kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik

barang maupun jasa (Sucipto, 2014).

Keselamatan adalah Keselamatan yang berkaitan dengan

mesin, pesawat, alat-alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan

pekerjaan dan proses produksi (Tarwaka, 2008).

6. Tujuan Keselamatan

a. Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada dalam

tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.

b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan

(40)

27

c. Agar proses produksi dapat berjalan secara aman tanpa

hambatan apapun.

7. Tujuan Kesehatan Kerja

a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja

setinggitingginya baik fisik, mental dan sosial di semua

lapangan pekerjaan.

b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan

oleh kondisi lingkungan kerja.

c. Melindungi tenaga kerja dari bahaya yang ditimbulkan akibat

pekerjaan.

d. Menempatkan tenaga kerja pada lingkungan kerja yang

sesuai dengan kondisi fisik, faal tubuh dan mental psikologis

tenaga kerja yang bersangkutan.

e. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat

tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja yang

setinggi-tingginya mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas

kerja.

8. Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya peledakan

dan kebakaran.

b. Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja.

c. Mencegah dan mengurangi kematian, cacat tetap dan luka

(41)

d. Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan,

alat kerja lainnya.

e. Meningkatkan produktivitas.

f. Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal.

g. Menjamin tempat kerja yang aman.

h. Memperlancar, meningkatan, mengamankan sumber, dan

proses produksi

9. Kecelakaan Kerja

a. Pengertian

Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah

kecelakaan berhubungan dengan hubugan kerja pada

perusahaan, atau kecelakaan yang terjadi dikarenakan oleh

pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Sucipto,

2014).

Kecelakaan Kerja adalah suatu kejadian yang jelas

tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang

dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau

properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu

proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya

(Tarwaka, 2008).

b. Sebab-sebab Kecelakaan Kerja

Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila

(42)

29

suatu tempat kerja atau proses produksi. Berdasarkan pada

beberapa penelitian para ahli memberikan indikasi bahwa

kecelakaan karja tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan

tetapi terjadi oleh satu atau beberapa faktor penyebab

kecelakaan sekaligus dalam suatu kejadian. Dalam buku

“Accident Prevention” (Heinrech dalam Tarwaka, 2008)

mengemukakan suatu teori sebab akibat terjadinya

kecelakaan kerja yang selanjutnya dikenal dengan “Teori

Domino”. Teori domino tersebut menggambarkan bahwa

timbulnya suatu kecelakaan atau cidera disebabkan oleh lima

faktor penyebab secara berurutan dan berdiri sejajar antara

faktor satu dengan yang lainnya. Kelima faktor tersebut

adalah :

1) Domino Kebiasaan

2) Domino Kesalahan

3) Domino Tindakan dan kondisi tidak aman

4) Domino kecelakaan

5) Domino Cidera.

Penyebab kecelakaan secara umum dapat dibagi

menjadi 2 yaitu (Tarwaka, 2008) :

1) Sebab dasar atau asal mula sebab dasar merupakan sebab

(43)

kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab dasar

kecelakaan kerja di industri antara lain meliputi faktor :

a) Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau

pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan K3 di

perusahaan

b) Manusia atau pekerja sendiri

c) Kondisi tempat kerja, saran kerja dan lingkungan.

2) Sebab utama

Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja

adalah adanya faktor dan persyaratan K3 yang belum

benar. Sebab utama kecelakaan kerja meliputi (Tarwaka,

2008):

a) Faktor manusia atau tindakan tidak aman (Unsafe

Action) yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin dilator belakangi oleh

berbagai sebab antara lain :

(1) Kekurangan pengetahuan dan keterampilan.

(2) Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal.

(3) Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak

nampak.

(4) Kelelahan dan kejenuhan.

(44)

31

(6) Kebingungan dan stress karena prosedur kerja

yang baru belum dapat dipahami.

(7) Penurunan konsentrasi dari tenaga kerja saat

melakukan pekerjaan.

(8) Sikap masa bodoh dari tenaga kerja.

(9) Kurang adanya motivasi kerja dari tenaga kerja.

(10) Kurang adanya kepuasan kerja.

b) Faktor lingkungan atau kondisi tidak aman merupakan

kondisi tidak aman dari mesin, peralatan, pesawat,

bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses kerja, sifat

pekerjaan dan system kerja. Lingkungan dalam arti

luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi

juga faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan

fasilitas, pengalaman manusia yang berlalu maupun

sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja,

hubungan sesame pekerja, kondisi ekonomi dan

politik yang bisa mengganggu konsentrasi.

10. Usaha-usaha pencegahan

Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja

haruslah ditujukan untuk mengenal dan menemukan

sebab-sebabnya bukan gejala-gejalanya untuk kemudian sedapat

mungkin dikurangi atau dihilangkan. Setelah ditentukan

(45)

dalam sistem atau proses produksi, sehingga dapat disusun

rekomendasi cara pengendalian yang tepat (Tarwaka, 2008).

Suma’mur (2009) menjelaskan bahwa kecelakaan yang terjadi

dapat dicegah dengan hal-hal sebagai berikut :

a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang

diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya,

perencanaan, perawatan, dan pengawasan, pengujian, dan

cara kerja peralatan.

b. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi,

atau tidak resmi misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai

intruksi alat pelindung diri (APD).

c. Pengawasan, agar ketentuan undang-undang wajib

dipenuhi.

d. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan

yang berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD,

pencegahan ledakan.

e. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis

kecelakaan yang terjadi.

f. Pendidikan meliputi subyek keselamatan sebagai mata

ajaran dalam akademi teknik, sekolah dagang ataupun

(46)

33

g. Pelatihan yaitu pemberian instruksi-instruksi praktis bagi

pekerja, khususnya bagi pekerja baru dalam hal-hal

keselamatan kerja.

h. Asuransi yaitu insentif untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan dan usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.

Pengendalian kecelakaan kerja pokok ada 5 usaha yaitu

(Tarwaka, 2008) :

a. Eliminasi

Suatu upaya atau usaha yang bertujuan untuk

menghilangkan bahaya secara keseluruhan.

b. Substitusi

Mengganti bahan, material atau proses yang berisiko

tinggi terhadap bahan, material atau proses kerja yang

berpotensi risiko rendah.

c. Pengendalian rekayasa

Mengubah struktural terhadap lingkungan kerja atau

proses kerja untuk menghambat atau menutup jalannya

transisi antara pekerja dan bahaya.

d. Pengendalian administrasi

Mengurangi atau menghilangkan kandungan bahaya

(47)

e. Prosedur atau instruksi.

Pengendalian tersebut tergantung pada perilaku

manusia untuk mencapai keberhasilan.

f. Alat pelindung diri

Pemakaian alat pelindung diri adalah sebagai upaya

pengendalian terakhir yang berfungsi untuk mengurangi

keparahan akibat dari bahaya yang ditimbulkan.Penyakit

Akibat Kerja

11. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang

diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Permenaker

No.01/MEN/1981). Secara umum, potensi bahaya lingkungan

kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara

lain (Tarwaka, 2008) :

a. Faktor teknis yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat

pada peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu

sendiri.

b. Faktor lingkungan yaitu potensi bahaya yang berasal dari

atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari

proses produksi termasuk bahan baku, baik produk maupun

hasil akhir.

c. Faktor manusia yaitu dimana manusia adalah merupakan atau

(48)

35

apabila manusia yang melakukan pekerjaan tidak berada

dalam kondisi kesehatan yang prima, baik fisik maupun

psikis. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan

kesehatan dapat dikelompokan antara lain sebagai berikut

(Tarwaka, 2008):

1) Potensi bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat

menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap

tenaga kerja yang terpapar.

2) Potensi bahaya kimia yaitu potensi yang berasal dari

bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses

produksi. Potensi bahaya ini dapat mempengaruhi tubuh

tenaga kerja melalui cara inhalation (melalui jalan

pernafasan), ingestion (melalui mulut kesaluran

percernaan), atau skin contac (melalui kulit). Terjadinya

pengaruh potensi bahan kimia ini terhadap tubuh tenaga

kerja sangat tergantung dari : jenis bahan kimia atau

kontaminan, bentuk potensi bahaya (debu, gas, uap, asap),

daya racun bahan (toksisitas), cara masuk kedalam tubuh.

3) Potensi bahaya biologis yaitu potensi bahaya yang bersal

atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang

terdapat di udara, yang berasal dari atau bersumber pada

(49)

4) Potensi bahaya biologis yaitu potensi bahaya yang berasal

atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak

baik atau tidak sesuai dengan norma norma ergonomi yang

berlaku, didalam melakukan pekerjaan serta peralatan

kerja, termasuk sikap kerja yang tidak sesuai, pengaturan

kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai

dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian

antara manusia dan mesin.

5) Potensi bahaya psiko-sosial yaitu potensi bahaya yang

berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek

psikologi ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang

mendapatkan perhatian seperti penempatan tenaga kerja

yang tidak sesuai dengan bakat, minat , kepribadian,

motivasi, temperamen atau pendidikannya, system seleksi

dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya

keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya

sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh,

serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan

tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut

menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.

6) Potensi bahaya dari proses produksi yaitu potensi bahaya

yang berasal atau ditimbulkan oleh berbagai kegiatan yang

(50)

37

dari bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis

kegiatan yang dilakukan.

2.1.3. Kepatuhan

1. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan (compliance) merupakan salah satu bentuk

perilaku yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun

eksternal. Penggunaan Alat Pelindung Diri termasuk faktor

lingkungan. Kepatuhan terhadap penggunaan APD merupakan

perilaku keselamatan spesifik terhadap objek lingkungan kerja.

Kepatuhan menggunakan APD memiliki peran yang penting

dalam menciptakan keselamatan di tempat kerja. Berbagai

contoh perilaku (tindakan) tidak aman yang sering ditemukan di

tempat kerja pada dasarnya adalah perilaku tidak patuh terhadap

prosedur kerja/operasi, seperti menjalankan mesin atau peralatan

tanpa wewenang, mengabaikan peringatan dan keamanan,

kesalahan kecepatan pada saat mengoperasikan peralatan, tidak

menggunakan Alat Pelindung Diri dan memperbaiki peralatan

yang sedang bergerak atau dengan kata lain tidak mengikuti

prosedur kerja yang benar (Riyadi dalam Candra & Ruhyandi,

(51)

Kepatuhan adalah sikap mau mentaati dan mengikuti

suatu spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan

jelas yang diterbitkan oleh organisasi yang berwenang. Menurut

Meissenheimer Standar adalah rentang variasi yang dapat

diterima dari suatu norma atau kriteria, serta ukuran yang

ditetapkan, dan disepakati bersama. Azwar menyatakan

seseorang dikatakan patuh apabila ia dapat memahami,

menyadari dan menjalankan peraturan yang telah ditetapkan,

tanpa paksaan dari siapapun (Wesiklopedia, 2005).

Hasil penelitian Hutapea (2010) menunjukkan hubungan

keluarga dapat meningkat kepatuhan dalam waktu 8 minggu

dengan peningkatan kepatuhan dari minggu ke-1 sebesar 60,4 %

sampai minggu ke-8 mencapai 82,1%.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kepatuhan Menurut Niven (2008) faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan adalah :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia

meningkatkan kepribadian atau proses perubahan perilaku

menuju kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia

dengan jalan membina dan mengembangkan potensi

kepribadiannya, yang berupa rohni (cipta, rasa, karsa) dan

(52)

39

b. Pengetahuan

Pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan

(knowledge).

c. Sikap

Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan

yang diberikan (attitude) Sikap dan perilaku individu dimulai

dengan tahap kepatuhan, identifikasi petugas tanpa kerelaan

untuk memberikan tindakan dan sering menghindar,

hukuman jika pekerja tidak patuh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan bekerja

dalam menggunakan APD menurut Candra & Ruhyandi

(2008) antara lain :

1) Faktor Internal

a) Pengetahuan

Pengetahuan tentang APD yang kurang pada

pekerja sehingga menyebabkan ketidakpatuhan dalam

penggunaan APD disebabkan karena pekerja banyak

yang tidak mengikuti ataupun menyimak

penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh petugas P2K3

(53)

b) Sikap

Sikap seseorang akan timbul karena

dipengaruhi oleh bantuan fisik dan bantuan mental.

Bantuan mental seperti perinth harus

berangsur-angsur dikurangi dan ditukar dengan pengarahan

berarti atau dukungan. Sedangkan bantuan fisik dalam

kerja harus bersifat terus-menerus. Pekerja yang

bekerja di daerah yang high risk memerlukan Alat

Pelindung Diri untuk mengurangi terpaparnya suatu

penyakit atau mencegah kecelakaan kerja yang

mungkin terjadi di tempat kerja, hal ini akan terus

dilakukan karena merupakan suatu kebutuhan.

Demikian juga lingkungan kerja harus tetap sesuai

dengan dengan batas-batas kemampuan fisik dan

mental pekerja.

2) Faktor Eksternal

a) Penyuluhan

Penyuluhan tentang APD merupakan salah

satu faktor yang mendorong terbentuknya perilaku

dan faktor penguat reinforcing factors), oleh karena

itu penyuluhan tentang APD sangat penting

peranannya untuk meningkatkan penggunaan APD

(54)

41

penyuluhandapat berupa leaflet, poster, atau bisa

dilakukan dengan suatu pelatihan khusus untuk

karyawan di bagian produksi yang memang sangat

membutuhkan pengetahuan tersebut. Dengan

diberikannya penyuluhan pekerja akan lebih

memahami dan dapat berperilaku sehat, baik di dalam

tempat kerja maupun di luar tempat kerja.

b) Pengawasan

Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan

pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan

berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang

telah ditentukan sebelumnya. Begitu pula yang

diharapkan dalam hal kepatuhan penggunaan APD,

walaupun pengawasan telah dilakukan namun tidak

memberikan pengaruhyang signifikan terhadap

perilaku pekerja. Dengan demikian keberadaan

pengawasan diperusahaan tidak memepengaruhi

pekerja dalam hal penggunaan APD

c) Kelengkapan APD

Pada dasarnya perusahaan telah menyediakan

APD untuk pekerja namun APD yangdisediakan tidak

dipergunakan oleh pekerja secara maksimal, misalnya

(55)

menggunakan sarung tangan untuk melindungi diri

dari kecelakaan. Padahal jika dilihat dari lingkungan

kerjanya yang bising dan panas , seharusnya pekerja

dapatmenggunakan APD lainnya, jadi tidak hanya

sarung tangan dan masker saja yang digunakan

(56)

43

2.2. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori ( Tarwaka, 2008 )

2.3. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

2.4. Hipotesa

H0 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang APD terhadap

tingkat kepatuhan dalam keselamatan dan kesehatan kerja.

H1 : Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang APD terhadap tingkat

kepatuhan dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Alat Pelindung Diri (APD)

1. Alat pelindung kepala 2. Alat pelindung tangan 3. Alat pelindung badan 4. Alat pelindung kaki

Pendidikan Kesehatan tentang

APD

Kepatuhan Pekerja dalam Memakai APD Pendidikan Kesehatan Tentang APD

1. Pengertian APD 2. Tujuan APD 3. Macam APD 4. Pemilihan APD

5. Cara Memakai APD yang Benar

KepatuhanPenggunaa

(57)

2.5 Keaslian Penelitian

No Nama Judul Metode Hasil

1 Candra dan Ruhyandi (2008)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kepatuhan Penggunaan Apd Pada Karyawan Bagian Press Shop Di Pt. Almasindo Ii Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian diambil dari jumlah total populasi pekerja pada bagian Press Shop yaitu sebanyak 150 responden. Pengumpulan data dilakukanmelalui wawancara dan observasi. Analisis data melalui dua tahapan, yaitu univariat untuk melihat

distribusi frekuensi dan bivariat untuk melihat hubungan (chi-square) serta besarnya hubungan.

Hasil memperlihatkan bahwa faktor internal yang terdiri dari variabel pengetahuan memiliki hubungan

yang bermakna (p=0,000) terhadap perilaku kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD, serta variabel

sikap memiliki hubungan yang bermakna (p=0,000) terhadap perilaku kepatuhan pekerja dalam

penggunaan APD, dan pada faktor eksternal yang memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku

kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD adalah penyuluhan (p=0,039). Sedangkan variabel

pengawasan dan kelengkapan APD tidak terbukti memiliki hubungan bermakna dengan perilaku

kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD

2 Dhian, Imrotul, dan Maria ( 2009 )

Study Tingkat Kepatuhan Pekerja Tentang Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Bagian Mesin Pabrik Gula Watoetoelis Prambon,

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskriptif. Populasinya adalah semua pekerja bagian mesin Pabrik Gula Watoetoelis yang berjumlah 140 responden. Sampel

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan pekerja tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di bagian mesin Pabrik Gula Watoetoelis Prambon, Sidoarjo adalah pekerja yang tidak

(58)

45

Sidoarjo diambil dengan teknik Non Probability Sampling dan dengan metode Quota Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 104 responden yaitu sebagian pekerja Pabrik Gula Watoetoelis Prambon Sidoarjo yang memenuhi kriteria inklusi. Data penelitian diambil dengan menggunakan lembar observasi terstruktur. Setelah ditabulasi, data yang ada dianalisa. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2008 di bagian mesin PG. Watoetoelis Prambon Sidoarjo.

patuh sebanyak 64 responden (61.5%) dan pekerja yang patuh sebanyak 40 responden (38.5%).

(59)

46

BAB III METODOLOGI

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimenal dengan desain

penelitian pretest-posttest one group designyaitu membandingkan hasil

kepatuhan pekerja dalam menggunakan APD sebelum dan sesudah pemberian

pendidikan kesehatan tentang APD (Hidayat, 2007).

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjekyang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini

menggunakan populasi pekerja bangunan di PT.Waskita Karya dengan

jumlah 250 pekerja, dan teknik penggunaan sampel menggunakan purposive

samplingyaitu sample yang digunakan harus memiliki kriteria-kriteria yang diinginkan oleh peneliti (Sugiyono 2013). Rumus pengambilan jumlah

sampel adalah sebagai berikut :

n

=

N

1+N (d

2

)

n

=

250

1+250 (0,15

2

)

(60)

47

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT.Waskita Karya pada bulan Februari –

Maret 2015.

3.4 Variabel, Definisi Operasional,dan Skala Pengukuran

3.4.1 Definisi operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Parameter Skala Skor

Independent : Pendidikan Kesehatan Tentang APD Pemberian informasi pekerja bangunan tentang penggunaan APD agar pekerja dapat berperilaku patuh dalam menggunakan APD - - Nominal 1 : Diberikan Pendidikan Kesehatan 2 : Tidak Diberikan Pendidikan Kesehatan Dependent : Tingkat Kepatuhan Pekerja dalam menggunakan APD Salah satu bentuk perilaku pekerja dalam menggunakan APD saat bekerja Lembar Observasi Perilaku Kepatuhan APD Nominal 1-14:tidak patuh 15-22 : patuh Keterangan : n = Sampel N = Populasi d = Tingkat Kesalahan ( 15%)

(61)

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

1. Media Pendidikan Kesehatan

Penelitian menggunakan alat-alat pendukung seperti laptop,

layar proyektor, LCD, buku, bolpoin, stop kontak dan video

tentang kepatuhan APD.

2. Lembar Observasi Penelitian

Lembar observasi pada penelitian ini menggunakan 11 butir

pertanyaan kepatuhan dalam menggunakan APD.

3.5.1 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara :

1. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari

institusi kepada Kepala PT.Waskita Karya.

2. Setelah mendapatkan surat persetujuan dari Kepala Waskita

Karya,, peneliti mengumpulkan data tentang pekerja bangunan di

Waskita Karya.

3. Setelah mendapatkan data, peneliti membuat undangan dan

diserahkan ke Waskita Karya untuk diberikan kepada masing –

masing pekerja untuk berkumpul sebentar saat jam istirahat untuk

pendataan kelengkapan APD dan pemberian pendidikan

kesehatan tentang APD sehari setelah pendataan.

4. Pendataan tingkat kepatuhan dilakukan ulang dua minggu setelah

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori ( Tarwaka, 2008 )  2.3. Kerangka Konsep
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan   (n =38)
Tabel 4.7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepatuhan APD

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

[r]

Penelitian dilakukan dengan meneliti aktivitas anak serta setting fisik lingkungan kampung kreatif Dago P ojok RW 03 dengan 4 titik pengamatan berdasarkan ruang y ang paling

Pada penelitian ini, dua buah sistem uji akan digunakan untuk menguji keefektifan dari program aliran daya optimal dengan kurva yang tidak mulus menggunakan PSO yaitu

Ibu Nalti Novianti, S.S, selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang yang telah memberikan ide untuk tema penulisan karya ilmiah dan membantu menerjemahkan korpus data novel.. Ibu

Ditemukan sekitar 33–45 ruas pada panjang bambu sampai dengan 16,8 meter tadi dengan bagian ruas terpendek pada bagian pangkal batang (sekitar 30–45 cm), kemudian lebih panjang pada

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa prosedur merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan didalam suatu departemen atau lebih, dimana

Pasal tersebut mengatur tentang pidana denda dalam hukum materil yang dijatuhkan kepada terpidana anak haruslah diganti dengan pidana pelatihan kerja, karena anak

Maka dari itu, dengan adanya strategi komunikasi tersebut, perusahaan dapat melakukan handling customer complaint secara terstruktur dan mengkoordinasikan setiap