IMPLEMENTASI STRATEGI SCAFFOLDING DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK
PADA PEMBELAJARAN EKOLOGI1
Nur Wakhidah2, Muslimin Ibrahim3, Rudiana Agustini4 1
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Ampel Surabaya
2,3Program Studi Pendidikan Sains Universitas Negeri Surabaya
Email: [email protected]
Abstrak: Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang sangat cocok dalam mempelajari IPA termasuk Biologi.
Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran masih mengalami kendala sehingga diperlukan strategi/cara untuk membantu dalam penerapannya. Penerapan strategi scaffolding IMWR
(Inspiring-Modeling-Writing-Reporting) pada pendekatan saintifik dalam pembelajaran ekologi dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa dan
meningkatkan penguasaan konsep pada materi ekologi dengan N-gain 0,6 termasuk pada kategori sedang. Tahap-tahapan pendekatan saintifik, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan dapat terlaksana dengan baik sehingga mahasiswa mampu menemukan konsep sendiri berdasarkan fenomena yang ditampilkan oelh dosen .
Kata kunci: pendekatan saintifik, scaffolding IMWR, ekologi
Abstract : The scientific approach is an approach that is very suitable in the study of science, including biology. Implementation of scientific approaches to learning still experiencing problems necessitating strategies / ways to assist in its application. Implementation of the strategy scaffolding IMWR (Inspiring-Modeling-Writing-Reporting) on a scientific approach to the study of ecology can increase the activity of students and improve the mastery of concepts in ecological materials with N-gain 0.6 included in the category. Phase-stage scientific approach: to observe, ask, gather information / try, associate / reasoning, and communicating can be implemented properly so that the student is able to find its own concept based on the phenomenon that is displayed by the lecturer.
Keywords: scientific approaches, scaffolding IMWR, ecology
1
Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Biologi Unesa tahun 2016
2 Jurusan PGMI UIN Sunan Ampel Surabaya 3 Pascasarjana UNESA
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang cara memerolehnya dengan melakukan pengamatan terhadap kejadian alam atau dengan melakukan eksperimen. Hasil pengamatan maupun hasil eksperimen selanjutnya dianalisis hasilnya dan dihubungkan dengan teori yang relevan sehingga tersusun teori baru. Teori akan diterima senyampang belum ada fakta atau hasil eksperimen baru yang membantah hasil tersebut. Apabila ada fakta atau hasil baru selanjutnya dilakukan eksperimen lagi dan seterusnya. Cara ini dikenal dengan metode ilmiah (Zubaidah dkk, 2013). Metode ilmiah ini dapat digunakan di dalam kelas (Hohenberg, 2010). Metode ilmiah ini dilakukan atas dasar rasa ingin tahu.
Pembelajaran ekologi selama ini mempunyai kecenderungan tidak berdasarkan rasa ingin tahu peserta didik. Mahasiswa/siswa diajarkan mengenai hubungan makhluk hidup dan lingkungannya dengan melakukan kegiatan pengamatan di luar kelas untuk mengetahui komponen biotic dan abiotik dengan menggunakan kuadran. Kegiatan yang rutin adalah menghitung jumlah dan jenis hewan dan tumbuhan yang ada di dalam kuadran tersebut. Pembelajaran selanjutnya adalah simbiosis, rantai makanan, dan piramida ekologi. Sub materi-materi tersebut terkadang diajarkan secara terpisah-pisah.
Proses pembelajaran akan lebih bermakna manakala peserta didik dapat menghubungkan pengalaman sebelumnya dan fenomena yang ditampilkan oleh guru/dosen sehingga dapat mengkonstruk pengetahuan yang dimilikinya. Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang sangat cocok dalam mempelajari IPA termasuk Biologi. Harlen (1999) dan Wieman (2007) mengungkapkan bahwa metode ilmiah yang digunakan oleh ilmuwan dapat pula digunakan di kelas, yaitu dengan menerapkan pendekatan saintifik sebagaimana ilmuwan mengamati suatu fenomena, dan menggunakan berbagai macam keterampilan proses untuk memperoleh informasi, menganalisis dan mengkomunikasikannya.
Pembelajaran materi ekologi akan lebih mengkonstruk pemahaman peserta didik manakala antara fenomena yang ditampilkan, pertanyaan atau masalah yang diajukan, informasi yang dikumpulkan dan hasil dari pengamatan atau eksperimen yang dianalisis berhubungan satu dengan yang lain akan menjadikan pembelajaran lebih meningkatkan retensi pemahaman. Proses pembelajaran dimulai dari penampilan fenomena oleh dosen/guru selanjutnya dari fenomena yang ditampilkan, mahasiswa/siswa mengajukan pertanyaan yang berujung pada perumusan permasalahan dan hipotesis. Masalah yang diajukan akan dijawab sendiri oleh mahasiswa/siswa
melalui pengamatan di luar kelas. Hasilnya dibahas dan dianalisis sesuai dengan teori yang relevan. Dari hasil pengamatan selanjutnya dikembangkan untuk mempelajari konsep lain (mengasosiasi) sehingga antara konsep yang satu dengan konsep yang lain berhubungan berdasarkan fenomena yang telah diamati sebelumnya.
Penerapan pendekatan saintifik dalam berbagai jenjang pendidikan mengalami kesulitan karena kurang adanya persiapan dosen/guru dalam merancang scenario pembelajaran sehingga mulai dari proses pengamatan sampai dengan tahap mengomunikasikan saling berhubungan dan berdasarkan fenomena yang ditampilkan. Perlu adanya suatu strategi/cara untuk mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam pembelajaran sehingga tulisan ini mendeskripsikan pembelajaran materi ekologi dengan menggunakan strategi scaffolding dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik.
STRATEGI SCAFFOLDING IMWR (Inspiring-Modeling-Writing-Reporting)
Pendekatan saintifik langkah-langkahnya adalah mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Langkah-langkah tersebut merupakan keterampilan yaitu merupakan bagian dari keterampilan proses sain yang dapat dilatihkan. Pengalaman dosen/guru selama ini terjadi kesulitan dalam penerapannya sehingga diperlukan cara agar setiap langkah dapat terlaksana dengan baik. Strategi atau cara tersebut antara lain bantuan dari dosen dalam mengarahkan agar 5M dapat terlaksana dalam pembelajaran. Bantuan yang diberikan dikenal dengan scaffolding (Vygotsky, 1978).
Scaffolding di sini berarti suatu strategi yang dapat mempermudah dosen dalam
mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Suatu keterampilan prosedural dapat diajarkan dengan pembelajaran langsung. Slavin (2006) menyarankan bahwa melatihkan keterampilan harus dilakukartahap hingga mahasiswa mandiri.Keterampilan dalam langkah pendekatan saintifik adalah keterampilan kognitif yang perlu dilatihkan dengan strategi yang dirancang untuk menumbuhkan kemampuan untuk berpikir mahasiswa/siswa. Keterampilan proses sangat penting karena dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah (Dogru, 2008), berpikir kreatif (Lee and Kolodner, 2011), dan berpikir kritis (Lati et al., 2012; Kitot et al., 2010).
Wakhidah (2015) menemukan suatu strategi scaffolding untuk melakukan proses permbelajaran dengan pendekatan saintifik untuk setipa langkahnya dengan cara terlebih dahulu menginspirasi (inspiring) peserta didik. Peserta didik yang belum terinspirasi perlu dimodelkan dulu (modeling) untuk memberi contoh. Pemodelan harus ditirukan oleh peserta didik dengan jalan menuliskan dan selanjutnya melaporkan apa yang telah ditulis (reporting) pada setiap langkah dari pendekatan saintifik sehingga dikenal dengan strategi scaffolding IMWR Setiap langkah strategi scaffolding memang tidak harus dilakukan semuanya tergantung pada kondisi kelas dan kemampuan peserta didik.
METODE
Penelitian dilakukan pada mahasiswa jurusan PGMI UIN Sunan Ampel Surabaya semester I pada matakuliah IPA 1. Pembelajaran dengan menggunakan strategi IMWR pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik dimulai dengan memberikan diberi tes awal (pretes) kepada mahasiswa tentang materi ekologi, selanjutnya dilakukan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan strategi scaffolding IMWR pada pembelajaran. Setelah pembelajaran diberikan tes akhir. Diedarkan juga angket untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran dengan strategi scaffolding IMWR.
Bentuk tes yang digunakan pada post test sama dengan tes yang digunakan pada pretest dalam hal materi dengan perubahan yang mempunyai bobot dan tingkat kesukaran yang sama.
postest
Pretest Pembelajaran ekologi dengan pendekatan
saintifik memakai strategi IMWR
Observer mengamati aktivitas mahasiswa dan hambatan pelaksanaan PBM Observer mengamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran ekologi dengan strategi scaffolding IMWR pada pendekatan saintifikdalam pembelajaran memang membutuhkan waktu yang lama dan persiapan oleh dosen/guru sehingga antara proses mengamati sampai mengomunikasikan terjadi suatu kesinambungan. Kreativitas dosen/guru dalam merancang scenario sangat diperlukan sehingga mahasiswa/siswa melakukan kegiatan pembelajaran berdasarkan rasa ingin tahunya dan bertumpu pada fenomena yang ditampilkan oleh dosen.
Pada fase mengamati, mahasiswa mengamati tampilan fenomena (gambar pada slide
power point ) yang bersifat discrepant events yaitu kuda yang sedang makan di padang rumput,
hutan belantera, dan hutan buatan dengan pohon yang jarang. Dosen mengarahkan mahasiswa untuk membuat pertanyaan. Mahasiswa diberikan contoh oleh dosen pertanyaan yang disesuaikan dengan urutan tujuan pembelajaran. Dosen memberikan contoh permasalahan “apakah organism yang ada di bawah pohon dengan kanopi lebat sama dengan organism yang berada pada hutan yang gundul, dan selanjutnya mahasiswa mampu membuat rumusan masalah dan hipotesis sesuai dengan gambar yang ditampilkan.
Pada tahap mencoba mahasiswa mengamati pengaruh komponen abiotik terhadap komponen biotic. Dosen mencontohkan atau memodelkan bagaimana cara mengasosiasi informasi yang diperoleh (menganalisis data hasil dengan membandingkan daerah terbuka dan ada naungan, menyusun rantai makanan, mengkaji simbiosis bila mungkin, membuat piramida ekologi). Masing-masing kelompok melaporkan hasil pengamatannya pada lokasi yang berbeda dan menjelaskan mengapa perbedaan tersebut bisa terjadi.
Kelemahan dari penggunaan strategi ini karena strategi ini membutuhkan persiapan yang matang dari dosen, membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajaran, membutuhkan motivasi dari mahasiswa/siswa, memerlukan banyak sarana dan prasarana, karena setiap kegiatan direkam/ditulis sebagai bahan untuk penilaian otentik berbasis portofolio.
Pembelajaran materi ekologi dengan strategi scaffolding pada pendekatan saintifik dapat terlaksana dengan baik langkah-langkahnya. Namun memerlukan waktu yang lebih dari 100 menit. Aktivitas mahasiswa bertambah karena setiap mahasiswa harus melakukan proses pengamatan sampai akhir tahap secara individu meskipun bekerja dalam kelompok. Sebanyak 75 % mahasiswa senang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Sisanya merasa tidak senang karena tugasnya menjadi bertambah dan tugas yang diberikan sangat ribet. Hal ini sangat
wajar karena selama ini pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah atau diskusi presentasi yang tidak mewajibkan semua mahasiswa aktif untuk bertanya dan melakukan aktivitas seperti pembelajaran dengan menggunakan strategi scaffolding IMWR.
Penguasaan konsep mahasiswa meningkat setelah pembelajaran dengan strategi
scaffolding IMWR pada pendekatan saintifik materi ekologi. Hal ini terlihat dari nilai pretes dan
prostes. Peningkatan penguasaan konsep ini terlihat dari rata-rata N-gain yang diperoleh yaitu 0,6, hal ini berarti bahwa peningkatan penguasaan konsep pada kategori sedang jika dilihat dari nilai pretes dan postesnya.
Pendekatan saintifik yang digunakan dalam pembelajaran memberikan peluang kepada peserta didik untuk menemukan sendiri jawaban atas rasa keingintahuannya pada alam. Rasa ingin tahu sangat penting dalam pembelajaran IPA (Jirout & Klahr, 2011; Bruce, 2001). Pembelajaran ekologi menjadi pengetahuan awal bagi mahasiswa untuk mempelajari pencemaran. Harapannya mahasiswa dapat membandingkan ekosistem yang alami dan adanya campur tangan dari manusia.
KESIMPULAN
1. Pembelajaran materi ekologi dapat dilakukan dengan pendekatan saintifik
2. Penerapan pendekatan saintifik dengan strategi scaffolding IMWR dapat mempermudah pelaksanaan pembelajaran sehingga mahasiswa lebih aktif dalam belajar
3. Implementasi pendekatan saintifik dengan strategi IMWR dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa, terbukti dengan dihasilkannya n-gain sebesar 0,6 dan ini termasuk dalam kategori sedang.
SARAN
1. Perlu digunakan strategi scaffolding IMWR pada penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran sehingga tahapan dari pendekatan saintifik dapat terlaksana dengan baik 2. Perlu dicobakan strategi IMWR pada berbagai model pembelajaran disesuaikan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. (2009). Learning to Teach 5th Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc Zubaidah, S., Mahanal, S, dan Yuliati, L. 2013b. Ragam Model Pembelajaran IPA SMP.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Bruce, P. (2001). “Curiosity: The Fuel of Development.” Early Childhood Today. New York: Scholastic
Harlen, W. (1999). Effective Teaching of Science. A Review of Research. Edinburgh: Scottish Council for Research in Education
Jirout, J., & Klahr, D. (2011). Children’s Question Asking And Curiosity: A Training Study. SREE Fall 2011 Conference Abstract Template.
National Research Council. (1996). National Science Education Standards.
Washington: National Academy Press.
Piaget, J. (1988). Antara Tindakan dan Pikiran. Terjemahan Agus Cremers. Jakarta: Gramedia. Slavin, R.E. (2006). Educational Psycology.Theory and Practice. New Jersey: Pearson
Educations Inc.
Wieman, C. (2007b). Why Not Try A Scientific Approach To Science Education? http://www.science20.com/carl_wieman/why_not_try_scientific_approac_science_educat ion.
Lati, W., Supasorn, S., Proma, V. 2012. Enhancement of learning achievement and integrated science process skills using science inquiry learning activities of chemical reaction rates.
Procedia - Social and Behavioral Sciences 46 p. 4471 – 4475
Lee, C.-S., & Kolodner, J. L. (2011). Scaffolding Students' Development of Creative Design Skills: A Curriculum Reference Model. Educational Technology & Society, 14 (1), 3–15.