• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Beri aku orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Beri aku orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pemuda merupakan elemen bangsa yang menjadi tolak ukur peradaban sebuah bangsa. Pada generasi muda pula masa depan bangsa diletakan. Kemajuan peradaban juga terletak diangan generasi muda, maka diperlukanlah generasi muda yang mempunyai jiwa kepemimpinan, tangguh dan peduli dengan lingkungan sekitar, memiliki kepekaan dan kearifan untuk membangun kesadaran global demi masa depan lebih baik. Seperti yang dikatakan oleh Adams dalam bukunya Penyambung Lidah Rakjat, kutipan pidato Soekarno dalam memperingati Hari Pahlawan Tahun 1961 yaitu:

“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”

Kata Bijak Soekarno diatas mengartikan bahwa pemuda merupakan bibit-bibit atau calon calon yang akan mampu membuat negara ini terus berkembang menjadi negara yang besar yang bisa dihormati oleh negara lainnya. Kata-kata Soekarno tentang 10 pemuda itu merupakan kata-kata yang sangat terkenal dan merupakan bagian dari sejarah Indonesia.

Disamping hal tersebut, kemampuan berinteraksi dengan bangsa atau kebudayaan lain juga berperan dalam kemajuan pola pikir dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Tanpa adanya komunikasi yang baik antar budaya akan membuat suatu kondisi peradaban dunia terlupakan. Oleh karena itu, peran pemuda sangatlah penting dalam membangun kemajuan suatu bangsa dan diperlukan untuk turut serta membangun negeri dengan membawa nama bangsa ke kancah dunia internasional, salah satunya dengan cara mengikuti kegiatan yang membawa pemuda Indonesia berinteraksi dan bertukar kebudayaan dengan masyarakat dunia seperti pertukaran pemuda.

AIESEC (Assosiation Internationale des Estudians en Sciences Economiques et Commerciales) merupakan organisasi pemuda terbesar di dunia

(2)

2

yang dijalankan oleh mahasiswa atau lulusan muda untuk memberikan dampak positif kepada masyarakat. Berdasarkan informasi yang diakses dari website resmi AIESEC yaitu www.aiesec.org, selama kurang lebih 60 tahun, AIESEC dengan visinya “Peace and Fullfilment of Humankind Potential” telah membangun suatu jaringan internasional di lebih dari 128 negara termasuk Indonesia, dengan menggunakan pendekatan inovatif dan menciptakan pemuda yang dibutuhkan untuk masa yang akan datang, serta memberikan dampak positif kepada masyarakat. Nilai-nilai yang AIESEC sendiri harapkan dapat diimplementasikan adalah Activating Leadership, Demonstrating Integrity, Living Diversity, Enjoying Participation, Striving for Excellence, dan Acting Sustainably.

Global Citizen Program adalah salah satu program unggulan AIESEC yang banyak diminati mahasiswa-mahasiswi di Indonesia. Berdasarkan informasi yang didapat dari website resmi AIESEC, Global Citizen Program adalah salah satu program AIESEC yang diperuntukan untuk mahasiswa-mahasiwi dunia untuk melakukan kegiatan sosial sebagai sukarelawan keluar negeri yang diselenggarakan oleh AIESEC yang biasanya bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi atau sekolah di negara terkait. Kegiatan ini dilakukan antara 6 minggu hingga 12 minggu dan partisipan dapat memilih isu dari proyek yang akan diselenggarakan AIESEC setempat, yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, budaya, dan kewirausahaan. Dengan adanya program ini AIESEC menawarkan kesempatan mahasiswa-mahasiswi untuk berpartisipasi dalam internship yang berskala internasional, pengalaman kepemimpinan dan mengambil bagian dalam lingkungan belajar global, sehingga membuat International Platform untuk setiap anggota muda dunia untuk mengembangkan potensi mereka. Manfaat yang diinginkan dari kegiatan ini adalah mahasiswa-mahasiswi dapat bekerja sama secara global dengan peserta lainnya, membuat koneksi secara global, memiliki pemikiran yang lebih terbuka (openminded), menambah pengalaman internasional untuk nilai jual di masa depan, pemahaman budaya antar Negara.

AIESEC Local Committee Chulalongkorn University of Thailand adalah salah satu AIESEC yang telah menjalin kerjasama dengan AIESEC Local Committee Bandung dalam Global Citizen Program, Exchange Participant (EP)

(3)

3

AIESEC Local Committee Chulalongkorn University of Thailand 2015 yang berasal dari Indonesia mempunyai jumlah cukup banyak. Sawasdee Project adalah suatu proyek sosial Global Citizen Program yang mengangkat isu anak-anak dan edukasi, dalam proyek sosial ini Exchange Participant akan dikirim ke dua provinsi berbeda di Thailand yakni Sisaket dan Phitsanulok untuk menjadi guru bahasa inggris di sekolah-sekolah terpencil di provinsi yang berbatasan dengan Kamboja dan Laos. Tujuannya adalah memberikan kesadaran dan membangun sistem edukasi yang lebih baik yang dapat diterapkan di sekolah-sekolah terpencil di dua provinsi tersebut selama 6 minggu.

Dalam melakukan kegiatan Global Citizen Program, para Exchange Participant AIESEC akan berhadapan langsung dengan lingkungan baru, serta berinteraksi dengan orang-orang baru dan berbagai macam latar belakang yang berbeda. Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan karenanya ikut juga menentukan cara berkomunikasi pada saat melakukan kegiatan. Hal tersebut didukung oleh pendapat Mulyana (2005:97) yaitu:

“Manusia yang memasuki suatu lingkungan baru, mungkin akan menghadapi banyak hal yag berbeda seperti cara berpakaian, cuaca, makanan, bahasa, orang-orang, sekolah dan nilai-nilai yang berbeda. Tetapi ternyata budaya tidak hanya meliputi cara berpakaian maupun bahasa yang digunakan, namun budaya juga meliputi etika, nilai, konsep, keadilan, perilaku, hubungan pria wanita, konsep kebersihan, gaya belajar, gaya hidup, motivasi bekerja, kebiasaan dan sebagainya”

Dalam berinteraksi, Exchange Participant atau yang biasa disebut EP Indonesia merpresentasikan diri mereka sebagai orang Indonesia dan akan berhadapan langsung dengan lingkungan serta orang-orang baru dari berbagai Negara. Interaksi antar Exchange Participant yang berbeda budaya berpotensi adanya keberagaman interaksi lintas budaya yang unik. Seperti yang dikatakan (dalam Putra, 2015:3) sebagai berikut:

“Keragaman budaya, cultural diversity, atau dalam istilah lain juga disebut multicultural, adalah keniscayaan komunitas manusia penghuni bumi. Keragaman budaya menandakan adanya dinamika kemanusiaan yang stabil, saling melengkapi ketiadaan warna kehidupan, sehingga harmoni interaksi antar manusia yang berbeda menjadi keseragaman warna”

(4)

4

Selain itu, disaat Exchange Participant saling berinteraksi dengan orang-orang baru, mereka akan mencari titik awal suatu hal untuk dibicarakan yang akan dijadikan titik awal percakakapan untuk memulai komunikasi, hal ini dibutuhkan untuk saling mengetahui latar belakang individu yang diharapkan didapatkannya keserasian agar terbentuk tim yang solid.

Menurut Burgoon (dalam Morissan, 2013: 136), ketika anda memulai berkomunikasi dengan orang lain, anda memiliki ide umum mengenai apa yang terjadi, yang disebut Burgoon sebagai posisi interaksi (interaction position), yaitu tempat atau titik awal dimana anda akan memulai komunikai. Posisi interaksi ini ditentukan oleh tiga faktor yang dinamakan RED yang merupakan singkatan dari requirement (kebutuhan), expectation (harapan), dan desires (keinginan).

Namun hambatan dalam berkomunikasi dan berinteraksi kerap pula terjadi, biasanya terjadi karena dipengaruhi oleh bahasa, aturan dan norma yang ada pada masing-masing budaya karena perbedaan latar belakang. Sehingga dalam setiap kegiatan komunikasi yang dilakukan antar Exchange Participant maupun dengan orang lain selalu mengandung potensi komunikasi lintas budaya atau antar budaya menimbulkan hambatan. (dalam Chaney dan Martin 2004:11) hambatan tersebut disebut communication barrier.

“Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif”

Perbedaan-perbedaan ekspektasi budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, setidaknya akan menimbulkan komunikasi yang tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau timbul kesalahpahaman. Akibat dari kesalahpahaman-kesalahpahaman itu banyak kita temui dalam berbagai kejadian yang mengandung etnosentrisme dewasa ini dalam wujud konflik-konflik. Sebagai salah satu jalan keluar untuk meminimalisir kesalahpahaman-kesalahpahaman akibat perbedaan budaya adalah dengan mengerti atau paling tidak mengetahui bahasa dan perilaku budaya orang lain, mengetahui prinsip-prinsip komunikasi lintas budaya dan mempraktekkannya dalam berinteraksi dengan orang lain.

(5)

5

Exchange Participant diharapkan dapat menjadi ikon yang mempunyai citra positif yang dapat berinteraksi baik dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya pada saat mengikuti kegiatan Global Citizen tersebut. Selain itu, nilai-nilai dan visi yang AIESEC ciptakan dapat dirasakan dan bermakna bagi semua Exchange Participant agar nilai-nilai positif yang telah didapat selama melakukan kegiatan Global Citizen dapat diterapkan kepada lingkungan sekitar saat kembali ke tanah air.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik meneliti adaptasi interaksi Exchange Partcipant pada Global Citizen Program AIESEC yaitu Sawasdee Project AIESEC Local Committee Chulalongkorn University Thailand yang dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 2015 hingga 8 Agustus 2015 dengan judul “Adaptasi Interaksi Lintas Budaya Exchange Participant Bandung pada Global Citizen Program AIESEC (Studi Fenomenologi pada Sawasdee Project AIESEC Local Committee Chulalongkorn University of Thailand 2015)”

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan yang akan dikaji lebih dalam pada penelitian ini adalah bagaimana “Adaptasi Interaksi Lintas Budaya Exchange Participant Bandung pada Global Citizen Program AIESEC (Studi Fenomenologi pada Sawasdee Project AIESEC Local Committee Chulalongkorn University of Thailand 2015)

Dari rumusan masalah diatas, penulis menentukan fokus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi Exchange Participant Bandung dalam beradaptasi dengan lingkungan baru pada kegiatan Global Citizen Program berlangsung?

2. Bagaimana Exchange Participant Bandung berinteraksi dengan lingkungan baru pada kegiatan Global Citizen Program?

(6)

6 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui strategi Exchange Participant Bandung dalam beradaptasi pada kegiatan Global Citizen Program.

2. Mengetahui Exchange Participant Bandung dalam berinteraksi dengan lingkungan baru pada Global Citizen Program.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memberikan kegunaan terhadap beberapa aspek terkait, diantaranya:

1. Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu serta pengetahuan yang terkait dengan bidang ilmu komunikasi lintas budaya. Selain itu, penulis juga berharap bahwa penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya sehingga dapat memperkaya bidang pengetahuan.

2. Aspek Praktis

Dengan adanya penelitian ini informasi dapat dipakai AIESEC sebagai sumber informasi penting dalam mengetahui adaptasi dan interaksi yang dilakukan Exchange Participant pada kegiatan Global Citizen Program. AIESEC juga dapat mengetahui bagaimana Exchange Participant dapat meanggulangi hambatan-hambatan pada saat melakukan kegiatan Global Citizen dan dapat dijadikan bahan persiapan untuk calon Exchange Participant selanjutnya sebelum mengikuti Global Citizen Program selanjutnya. Global Citizen agar minat calon partisipan dapat meningkat.

1.4.1 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian menjadi proses yang dilakukan oleh peneliti untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif. Dalam menyusun penelitian, penulis telah melakukan observasi, mencari teori yang berhubungan dengan penelitian selanjutnya, peneliti juga mencari sumber informasi tambahan yang kemudian peneliti akan melakukan studi fenomenologi.Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian studi fenomenologi sebagai berikut: (dalam Kuswarno, 2009 : 58-73)

(7)

7 a. Tahap Perencanaan

(1) Membuat daftar pertanyaan yang mendukung topik yang dipilih. (2) Menjelaskan latar belakang penelitian secara langsung.

(3) Memilih informan yang mengalami langsung situasi, mampu menggambarkan fenomena yang dialami, bersedia terlibat diwawancarai dan memberikan persetujuan untuk dipublikasikan hasil penelitian.

(4) Telaah dokumen yang menyangkut tujuan, tinjauan teori, tinjauan metodologi dan tinjauan tematik.

b. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, peneliti mengamati perilaku informan dan mewawancari informan terkait topik penelitian yang dilakukan.

c. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data, peneliti menggunakan teknik analisis data Van Kaam. Namun sebelumnya peneliti harus menggunakan uji keabsahan data pada data yang sudah peneliti dapatkan pada tahap pengumpulan data. Uji keabsahan data yang peneliti lakukan yaitu peneliti menggunakan triangulasi sumber dan teknik, melakukan member check dan menuliskan rinci mengenai penelitian yang peneliti lakukan.

d. Tahap Simpulan, Dampak, dan Manfaat Penelitian.

Pada tahap ini, seluruh proses penelitian telah dilakukan, maka kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut:

(1) Membuat ringkasan dan ikhtisar dari keseluruhan penelitian.

(2) Menegaskan hasil penelitian dengan mengemukakan perbedaan-perbedaan dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.

(3) Menjelaskan hasil penelitian dengan kemungkinan penelitian lanjutannya.

(4) Menghubungkan hasil penelitian dengan kegunaan penelitian. (5) Menghubungkan hasil penelitian dengan profesi penelitian.

(6) Menghubungkan hasil penelitian dengan makna-makna dan relevansi sosial.

(7) Menutup penjelasan dengan menawarkan tujuan dan arah penelitian selanjutnya.

(8)

8 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut:

1. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2015 selama kurang lebih 3 minggu dengan mewawancari informan primer yaitu Exchange Participant dan informan sekunder yaitu pengurus AIESEC terkait . 2. Lokasi penelitian untuk subjek penelitian yang berada di Indonesia

adalah dengan menyesuaikan keberadaan peneliti dan informan. Dan untuk informan yang berada di Bandung dilakukan di AIESEC Office, Jalan H. Wasid No. 29, Graha Putra R 4, Bandung. Sumber lain penelitian dilakukan dengan cara wawancara virtual informan yang berada di luar Indonesia. Referensi mengenai AIESEC diakses di website resmi AIESEC yaitu www. aiesec.org dan www.aiesec.or.id 3. Masalah penelitian dibatasi pada hal-hal seputar Global Citizen

Program dan Sawasdee Project AIESEC Local Committee Chulalongkorn University of Thailand.

Tabel 1.1 Waktu Penelitian

Tahapan Perencanaan

Tahapan Penelitian Bulan (2015-2016)

Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Tahap Perencanaan 1. Membuat Daftar Pertanyaan. 2. Menjelaskan Latar Belakang. 3. Memilih Informasi.

(9)

9 4. Telaah Penelitian terdahulu, Teori dan Metode. Tahap Pengumpulan Data 1. Observasi atau Pengamatan 2. Wawancara Mendalam Tahap Analisis Data 1. Keabsahan Data 2. Teknik Analisis data Tahapan Membuat Simpulan, Dampak dan Manfaat Penelitian 1. Menuliskan Hasil Penelitian 2. Pembahasan Hasil Penelitian dengan Teori dan Tujuan Penelitian 3. Mengemukakan Keterbatasan dan Alternatif Solusi 4. Menutup Penjelasan dengan Simpulan dan Saran.

Gambar

Tabel 1.1  Waktu Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Di satu sisi produk berbahan eceng gondok ini menghasilkan kertas dengan nilai seni yang relatif lebih indah dan di sisi lain adalah upaya pengendalian gulma eceng gondok di

2.1.3 Untuk mengedit tanggal dimulainya course dapat diedit dengan mengklik tombol ’ ’, seperti pada Gambar 2.4.. 2.1.4 Untuk mengedit tanggal berakhirnya course dapat

Gaya kepemimpinan yang ada pada seorang pemimpin dalam suatu perusahaan atau organisasi mempunyai perbedaan dalam penerapan gaya kepemimpinannya masing-masing, yang

Strategi pemasaran jasa iklan yang dilakukan oleh instagram @solofoodgram dengan memanfaatkan instagram sesuai dengan hasil penelitian maka pengelola melakukan strategi

Pengamatan dilakukan terhadap (1) perubahan fisiologis selama penyimpanan: penyusutan bobot, persentase rimpang bertunas, panjang tunas, dan laju respirasi dilakukan

Energy Management Indonesia (Persero) 2011 energi total, besar penggunaan energi di lime kiln hanya sebesar 5% sehingga peluang penghematan energi yang diperoleh

3 tahun 1992 pasal 1 ayat 1 lebih menegaskan lagi yang dimaksud dengan Jamsostek adalah sebagai berikut :“ Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa

Upaya pemerintah Kanada untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang akan dirasakan oleh masyarakat dan juga terhadap perekonomian negara telah dilakukan