• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMNAN FAKTOR INISIASI SEKS PRANIKAH PADA REMAJA (ANALISIS DATA SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DETERMNAN FAKTOR INISIASI SEKS PRANIKAH PADA REMAJA (ANALISIS DATA SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2012)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

35

DETERMNAN FAKTOR INISIASI SEKS PRANIKAH PADA REMAJA

(ANALISIS DATA SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

INDONESIA TAHUN 2012)

Dewi Setyaningsih

ABSTRACT

Latar Belakang : Populasi penduduk di Indonesia 26,67 % diantaranya adalah remaja. Penduduk remaja ( 10-24

tahun) perlu mendapat perhatian serius karena remaja sangat berisiko terhadap maalah-masalah kesehatan reproduksi seperti perilaku seksual pranikah, NAPZA dan HIV/AIDS. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dibandingkan dengan SDKI 2002 dan 2007, terjadi peningkatan hubungan seks pranikah pada remaja usia 15-24 tahun. Perkembangan jaman, arus globalisasi serta pesatnya kemajuan teknologi memberikan pengaruh terhadap kehidupan remaja, sehingga ini berdampak pada terbentuknya sikap baru terhadap perilaku seksual pada remaja. Laporan UNFPA menyebutkan bahwa remaja di Indonesia sudah mulai melakukan hubungan seksual pada usia 15 tahun sebanyak 7,9 %, sedang usia 18 tahun ada 40,02%

Tujuan: Mengetahui determinan faktor yang berpengaruh terhadap inisiasi seks pranikah pada remaja

Metode Penelitian: Penelitian ini mengambil data dari SKRRI tahun 2012, menggunakan rancangan cross-sectional

study, subyek penelitian ialah remaja usia 15-24 tahun yang sudah melakukan hubungan seksual. Uji statistik yang digunakan adalah t-test dengan p<0.05

Hasil: Analisis bivariate menunjukkan bahwa paparan media informasi dan tempat tinggal berpengaruh terhadap

inisiasi seks pranikah pada remaja ( P-value: 0,00*).

Kesimpulan: Semakin banyak sumber informasi yang didapatkan maka usia inisiasi seks pranikah akan lebih lama

dan rata-rata remaja yang tinggal di desa usia inisiasi seks pranikahnya lebih dini dibanding kelompok remaja yang tinggal di kota.

Kata Kunci: Determinan faktor, seks pranikah, inisiasi seks pranikah

PENDAHULUAN

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa dan 26,67 persen diantaranya adalah remaja. Penduduk remaja (10-24 tahun) perlu mendapat perhatian serius karena remaja sangat berisiko terhadap masalah-masalah kesehatan reproduksi seperti perilaku seksual pranikah, NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif), HIV/AIDS.(1)

Pada masa remaja terjadi pembentukan norma baru yang bisa menimbulkan rasa ingin tahu yang besar dan upaya mencari kebebasan, hal ini perlu mendapat bimbingan dan pengawasan.(2) Perkembangan jaman, arus globalisasi serta pesatnya kemajuan teknologi memberikan pengaruh terhadap kehidupan remaja, sehingga ini berdampak pada

terbentuknya sikap baru terhadap perilaku seksual pada remaja. Penelitian Wong menyatakan remaja yang telah memulai hubungan seksual memegang sikap-sikap yang lebih bebas dari pada remaja yang tidak pernah melakukan hubungan seksual pranikah. (3)

Di Indonesia dilaporkan 15% remaja sudah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Laporan

United Nations For Population Activities (UNFPA)

menyebutkan bahwa remaja di Indonesia sudah mulai melakukan hubungan seksual pada usia 15 tahun sebanyak 7,9%, sedang usia 18 tahun ada 40,02%.(4)

Peningkatan perilaku seksual yang terjadi pada remaja perlu mendapat penanganan yang serius dari semua pihak. Perilaku seks bebas pada remaja tidak terjadi secara tiba-tiba. Hal ini terjadi karena adanya faktor yang mendorong terjadinya perilaku

(2)

36

antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai pada remaja. Studi yang menyatakan bahwa faktor- faktor yang berhubungan dengan waktu pertama kali berhubungan seksual pada pelajar di Busan, Korea adalah jenis kelamin, sikap orang tua, akses pornografi, merokok dan alkohol. (5) Sedangkan hasil studi di Eropa menyatakan bahwa selain jenis kelamin, tingkat pendidikan orang tua dan wilayah (desa/kota) juga berpengaruh terhadap inisiasi seksual pra nikah pada remaja. (6)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Republik Indonesia (SKRRI) tahun 2012 yang di laksanakan di 33 propinsi di Indonesia dan dikumpulkan dengan rancangan studi potong lintang (cross sectional study). Populasi penelitian ini semua remaja usia 15-24 tahun yang menjadi sampel dalam SKRRI 2012 sejumlah 19.399 responden remaja. Sampel menggunakan populasi subyek SKRRI tahun 2012 yaitu kelompok remaja usia 15-24 tahun dengan kriteria inklusi remaja yang belum menikah dan sudah melakukan hubungan seksual. Untuk kriteria ekslusi adalah responden yang pernah melakukan hubungan seksual tetapi tidak mengisi pertanyaan pertama kali melakukan hubungan seks pranikah.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variable) yaitu determinan faktor seks pranikah meliputi jenis kelamin, pendidikan, paparan media informasi, tempat tinggal dan pengaruh alkohol, variabel terikat (dependent variable) yaitu usia inisiasi seks pranikah. Instrumen penelitian ini adalah daftar pertanyaan dari kuesioner SDKI 2012. Analisis data yang digunakan analisis univariabel, bivariabel dengan t-test dan multivariabel menggunakan multiple regresi.

HASIL PENELITIAN

1. Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi determinan faktor seks pra nikah meliputi jenis kelamin, pendidikan, paparan media informasi, tempat tinggal dan pengaruh alkohol.

Variabel n =1.311 % Jenis Kelamin perempuan Laki-laki 132 1.179` 10,07 89,93 Pendidikan SMA-PT ≤ SD-SMP 899 412 68,57 31,43 Paparan media informasi

< 2 sumber ≥ 2 sumber 1100` 211 16,09 83,91 Tempat Tinggal Desa Kota 558 753 42,56 57,44 Pengaruh Alkohol Pernah mengkonsumsi Tidak pernah mengkonsumsi 1.043 268 79,56 20,44

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa remaja laki-laki lebih dominan (89,93%) dari pada remaja perempuan. Pendidikan remaja lebih banyak (68,57%) pada kategori pendidikan SMA-PT. Paparan media informasi mayoritas (83,91%) ≥ 2 sumber. Tempat tinggal remaja paling banyak di daerah kota (57,44%). Mayoritas remaja (79,56%) pernah mengkonsumsi alkohol.

Analisis variabel usia inisisai seks pranikah pada remaja diketahui bahwa rerata usia inisiasi seks pranikah pada remaja adalah 17,57 ± 2,12. Sedangkan usia inisiasi seks pranikah paling muda berusia 10 tahun sedangkan paling tua usia 24 tahun.

Alasan dari remaja melakukan hubungan seksual pertama kali diketahui paling banyak (51,03%) karena penasaran/ingin tahu dan yang paling sedikit (0,92) karena ikutan temannya. Gambaran alasan dari remaja

(3)

37

melakukan hubungan seksual pertama kali bisa dilihat dari gambar 1 berikut ini:

Gambar Alasan remaja melakukan hubungan seksual pertama kali 2. Analisis Bivariat

Tabel 2. Hubungan jenis kelamin, pendidikan, paparan media informasi, tempat tinggal, pengaruh alkohol, dengan usia inisiasi seks pranikah pada remaja

Berdasarkan tabel untuk jenis kelamin terlihat tidak ada perbedaan rerata usia antara perempuan dan laki-laki. Hal ini dilihat dari hasil uji statistik didapatkan nilai p 0,06 > 0,05. Begitu juga untuk pendidikan tidak ada perbedaan rerata karena nilai p 0,19 > 0,05. Pengaruh alkohol juga tidak ada perbedaan rerata ditandai nilai p 0,89 > 0,05.

Berdasarkan paparan media informasi terdapat perbedaan rerata pada remaja sebesar 0,45. Hasil uji statistik didapatkan nilai p 0,00 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna, hal ini menunjukkan semakin banyak sumber informasi yang didapatkan maka usia inisiasi seks pranikah akan lebih lama. Berdasarkan tempat tinggal remaja antara desa dan kota terdapat perbedaan rerata sebesar - 0,37. Uji statistik menunjukkan nilai p 0,00 < 0,05 hal ini menunjukkan ada perbedaan bermakna antara remaja yang tinggal di desa dan di kota. Nilai t-test bernilai negatif sebesar 3,12 menunjukkan rata-rata remaja yang tinggal di desa usia inisiasi seks pranikahnya lebih dini dibanding kelompok remaja yang tinggal di kota

.

PEMBAHASAN

Adanya perkembangan jaman arus globalisasi serta pesatnya kemajuan teknologi memberikan pengaruh terhadap kehidupan remaja di Indonesia, termasuk pergeseran sikap remaja terhadap seks pranikah dan perilaku seks pranikah. Hasil penelitian ini merupakan representatif kehidupan remaja usia 15-24 tahun di Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak melakukan hubungan seksual pranikah. Kecenderungan perilaku seks pranikah mayoritas lebih ditujukan oleh laki-laki dibanding perempuan. Aspek seksual pada remaja mempunyai kekhususan salah satunya adalah pengalaman berfantasi seksual. Remaja laki-laki melakukan fantasi seksual sekitar 93% sedang perempuan 89%. (7) Perbedaan gender memberikan kekuasaan lebih besar pada laki-laki ditahap awal sebuah relasi, hal ini dilihat dari model kognitif yang digunakan oleh remaja dalam interaksi pacaran. Laki-laki mengikuti aturan pacaran yang lebih proaktif dibanding perempuan.(8) Penelitian

(4)

38

di Jepang menunjukkan bahwa remaja perempuan mempunyai sikap yang lebih konservatif terhadap perilaku seks pranikah. (9) Walaupun dalam penelitian ini didapatkan laki-laki lebih banyak yang melakukan hubungan seksual pranikah tetapi ditemukan bahwa tidak ada beda rerata usia inisiasi seks pranikah antara remaja laki-laki dan perempuan.

Paparan media informasi yang diterima oleh remaja akan berpengaruh terhadap perilaku remaja. Diketahui pada penelitian ini mayoritas remaja mendapatkan paparan media informasi ≥ 2 sumber. Media yang dimaksud dalam penelitian ini adalah radio, televisi dan majalah. Hasil analisis bivariat didapatkan hasil bahwa terdapat beda rerata antara remaja yang mendapatkan paparan media informasi < 2 sumber dan ≥ 2 sumber. Hal ini menunjukkan semakin banyak remaja terpapar sumber informasi maka usia inisiasi seks pranikah akan menjadi lebih lama. Hasil penelitian ini didukung penelitian di Cina yang menyatakan bahwa akses dan penggunaan media massa merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku seksual pranikah pada remaja. Media massa dapat membawa implikasi moral untuk generasi muda sehingga diperlukan intervensi program kesehatan reproduksi dengan melibatkan media massa sebagai sumber informasi.(10)

Menurut pendidikan diketahui mayoritas responden adalah berpendidikan SMA-PT. Lembaga pendidikan sebagai suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena di sekolah diberikan dasar pengertian dan konsep moral pada individu.(11) Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak ada perbedaan rerata antara pendidikan rendah dan tinggi dalam usia inisiasi seks pranikah. Hal ini bisa dikarenakan adanya faktor-faktor lain diluar tingkat pendidikan yang berpengaruh terhadap inisiasi

seks pranikah seperti hasil penelitian di Korea yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan inisisasi seks pranikah adalah jenis kelamin, sikap orang tua terhadap seks, paparan pornografi, rokok dan penggunaan alkohol.(5)

Tempat tinggal responden mayoritas adalah di kota. Kebudayaan dimana seseorang tinggal dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Sikap ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. (11) Perkembangan arus globalisasi, pesatnya arus informasi dan kemajuan teknologi di wilayah perkotaan memberikan pengaruh terhadap kehidupan remaja. Dalam penelitian ini didapatkan ada beda rerata antara remaja yang tinggal di desa dan kota dalam usia inisiasi pranikah. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang di lakukan di Meksiko menyimpulkan tidak ada perbedaan antara desa dan kota dalam inisiasi seks pranikah. (12) Pada penelitian ini ditemukan bahwa usia inisiasi seks pranikah lebih dini di wilayah pedesaan. Hal ini bisa di sebabkan kurangnya akses informasi mengenai kesehatan reproduksi di wilayah pedesaan. Salah satu faktor predisposisi yang dapat menyebabkan perilaku seksual pada remaja di wilayah pedesaan adalah remaja yang tidak tinggal dengan orang tua atau hanya dengan orang tua tunggal mempunyai perilaku seksual lebih dini (OR = 2,6; 95% CI = 1,0-6,8). Rendahnya komunikasi dengan orang tua serta rendahnya remaja dipedesaan yang mengikuti kegiatan di pusat kesehatan sekolah juga menjadi salah satu penyebabnya perilaku seksual dini pada remaja di wilayah pedesaan (13). Menurut penelitian di Malaysia bahwa faktor predisposisi perilaku seksual pada remaja putri di wilayah pedesaan adalah adanya kegiatan malam, tekanan pasangan seksual, evaluasi diri dan sikap terhadap hubungan seksual pranikah.(14)

(5)

39

Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat 79,56 remaja yang pernah melakukan hubungan seksual pernah mengkonsumsi alkohol. Terdapat perbedaan rerata sebesar – 0,02 antara yang pernah dan yang belum pernah mengkonsumsi alkohol yang berarti remaja yang mengkonsumsi alkohol akan melakukan hubungan seksual lebih dini walaupun dari analisis bivariat ditemukan bahwa tidak ada beda rerata antara remaja yang pernah dengan yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilaksanakan di Singapore yang menyatakan bahwa penggunaan alkohol merupakan salah satu faktor inisiasi seksual pranikah pada remaja. (15)

Masalah yang perlu menjadi perhatian pada remaja adalah rerata usia inisiasi seks pranikah adalah 17, dan usia inisiasi seks termuda adalah 10 tahun. Sedangkan usia 10 tahun merupakan masa pra remaja dengan organ reproduksi yang belum matang. Penelitian di Cina menunjukkan menyatakan bahwa perilaku seksual dini mempunyai resiko lebih tinggi untuk kehamilan yang tidak diinginkan serta penyakit menular seksual dan HIV/AIDS. (16) Menurut studi di Malaysia mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku seksual remaja adalah kelompok etnis dan agama, tingkat religiusitas, tekanan teman sebaya, norma-norma dan pemantauan orang tua. (3)

Masa remaja merupakan masa untuk eksplorasi seksual dan ekspresi. Hal ini dapat dilihat dari alasan remaja melakukan hubungan seksual pertama kali adalah 51,03 % adalah karena penasaran/ingin tahu. Terjadi pergeseran perilaku pacaran remaja, 28% remaja dan 27% remaja wanita sudah memulai pacaran sebelum usia 15 tahun. Begitu juga dengan perilaku pacaran 30% remaja pria dan 6% remaja wanita melakukan aktifitas

meraba/merangsang bagian tubuh yang sensitif pada saat pacaran. (17) Ciri-ciri remaja dengan semakin meningkatnya keinginan untuk bebas, orientasi seksual, remaja memasuki masa menahan nafsu birahi, masa mencoba aktifitas seksual serta keinginan untuk mencoba hubungan seksual perlu mendapat pendampingan dan kontrol dari semua pihak, tidak hanya keluarga tetapi juga kontrol masyarakat.(7)

Berdasarkan analisis paparan media informasi, tempat tinggal dan pengaruh obat-obatan terlarang merupakan faktor yang berpengaruh terhadap usia inisiasi seks pranikah pada remaja. Faktor- faktor ini yang perlu di perhatikan dalam upaya promotif dan preventif dalam upaya menurunkan perilaku seks pranikah. Penelitian di Eropa menyebutkan bahwa perlunya peningkatan pengetahuan orang tua mengenai kesehatan reproduksi terutama seks pranikah serta suport orang tua karena dapat berpengaruh terhadap inisiasi seks pranikah pada remaja. (18) Sedangkan dalam penelitian yang lain menyatakan bukan hanya orang tua tetapi peran norma sosial, keluarga, teman sebaya dan sekolah dapat berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja. (19)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: Semakin banyak sumber informasi yang didapatkan maka usia inisiasi seks pranikah akan lebih lama sedangkan rata-rata remaja yang tinggal di desa usia inisiasi seks pranikahnya lebih dini dibanding kelompok remaja yang tinggal di kota

.

KEPUSTAKAAN

1. Wahyuni D, Rahmadewi. KAJIAN PROFIL PENDUDUK REMAJA (10-24 THN) : Ada apa dengan Remaja? Pusdu-BKKBN. 2011;Seri I (No.6).

(6)

40

2. Mönks FJ, Knoers AMP, Haditono SR. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya: Gadjah Mada UP; 2006.

3. Wong LP. An exploration of knowledge, attitudes and behaviours of young multiethnic Muslim-majority society in Malaysia in relation to reproductive and premarital sexual practices. BMC public health. 2012;12(1):865.

4. UNFPA. The Adolescent Experience In Depth : Using Data to Identity and reach The Most Vulnerable Young People. In: UNFPA, editor. New York: New York The population Council; 2009.

5. Kim YH, Park NC, Park HJ, Yun EY. Factors associated with the timing of first sexual intercourse among college students in Busan, Korea. Korean Journal of Andrology. 2011;29(2):134-43.

6. Krauss H, Bogdański P, Szulińska M, Malewski M, Buraczyńska-Andrzejewska B, Sosnowski P, et al. Sexual initiation of youths in selected European countries compared with their sexual and contraceptive knowledge. Annals of Agricultural and Environmental Medicine. 2012;19(3):587-92. 7. Soetjiningsih S. Tumbuh Kembang Remaja dan

Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto; 2010. 8. Santrock J. Remaja. 11 ed. Jakarta: Erlangga;

2007.

9. Yamamoto K. Cross-sectional study on attitudes toward sex and sexual behavior among Japanese college students. Journal of physiological anthropology. 2006;25(3):221-7.

10. Lou C, Cheng Y, Gao E, Zuo X, Emerson MR, Zabin LS. Media's contribution to sexual knowledge, attitudes, and behaviors for adolescents and young adults in three Asian cities. Journal of Adolescent Health. 2012;50(3):S26-S36.

11. Azwar S. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: pustaka pelajar; 2013.

12. Gutiérrez JP, Atienzo EE. Socioeconomic status, urbanicity and risk behaviors in Mexican youth: an analysis of three cross-sectional surveys. BMC public health. 2011;11(1):900.

13. McIntosh KH, Moore JB, Elci OC. Predisposing Factors Related to Adolescent Sexuality Among Students in Rural and Urban School‐Based Health Centers in Eastern North Carolina. Journal of Public Health Management and Practice. 2009;15(3):E16-E22.

14. Ahmadian M, Hamsan HH, Abdullah H, Samah AA, Noor AM. Risky Sexual Behavior among Rural Female Adolescents in Malaysia: A Limited Role of Protective Factors. Global journal of health science. 2014;6(3):p165.

15. Farid NDN, Che’Rus S, Dahlui M, Al-Sadat N. Determinants of sexual intercourse initiation among incarcerated adolescents: a mixed-method study. Singapore medical journal. 2013;54(12):695-701.

16. Ma Q, Ono-Kihara M, Cong L, Xu G, Pan X, Zamani S, et al. Early initiation of sexual activity: a risk factor for sexually transmitted diseases, HIV infection, and unwanted pregnancy among university students in China. BMC Public Health. 2009;9(1):111.

17. BPS B, Depkes MI. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2012. Calverton, Maryland, USA: BPS, Macro International; 2012.

18. Madkour AS, Farhat T, Halpern CT, Godeau E. Parents' support and knowledge of their daughters' lives, and females' early sexual initiation in nine European countries. Perspectives on sexual and reproductive health. 2012;44(3):167-75.

19. Coley RL, Lombardi CM, Lynch AD, Mahalik JR, Sims J. Sexual partner accumulation from adolescence through early adulthood: The role of family, peer, and school social norms. Journal of Adolescent Health. 2013;53(1):91-7. e2.

Gambar

Tabel  2.  Hubungan  jenis  kelamin,  pendidikan,  paparan  media  informasi,  tempat tinggal, pengaruh alkohol, dengan  usia inisiasi seks pranikah pada remaja

Referensi

Dokumen terkait

penulis yakin akan mendapatkan solusi yang tepat untuk mencapai tujuan karena PAR melibatkan langsung orang- orang yang terlibat dengan pokok permasalahan Marlins Test

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan di SMP Negeri 3 Sumber untuk menghasilkan sebuah produk bahan ajar matematika menggunakan aplikasi iMind Map , peneliti

From the result of the study, it is concluded that role-play is more appropriate technique to improve students’ speaking ability of the twelfth grade students of SMA Stella

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Kesesuaian kondisi fisik terhadap usaha ternak sapi perah; 2) Pengelolaan usaha ternak sapi perah; 3) Hambatan dan

Untuk pertama kalinya, kepercayaan terhadap Mahkamah Konstitusi berada pada titik nadir. Pasca penangkapan ketuanya, kepercayaan publik terhadap MK merosot dibawah 30 %. Publik

Kedua, hasil akreditasi belum menunjukkan indikator akuntabilitas satuan pendidikan secara maksimal, baik kepada pemerintah, masyarakat, orang tua siswa, maupun siswa, seperti

Secara lebih lanjut, model analisis jalur pada penelitian ini memperlihatkan bahwa harga diri seksual, baik secara umum dan khusus dalam hal kompetensi seksual,

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di Dusun Karangploso Sitimulyo Piyungan Bantul,