• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah 2.1.1. Definisi Sampah - Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah 2.1.1. Definisi Sampah - Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sampah

2.1.1. Definisi Sampah

Menurut American Public Health Association, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya (Sumarti, 2015). Sampah (waste) juga merupakan sesuatu bahan atau benda tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia (Mubarak, 2009).

(2)

2.1.2.Sumber-Sumber Sampah

Menurut Sumarti (2015) sumber-sumber sampah antara lain : a. Sampah yang berasal dari pemukiman penduduk ( domestic wastes )

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan yang terdapat di desa atau di kota. Misalnya : sisa makanan, bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), atau sampah sisa tumbuhan.

b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Misalnya : kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.

c. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, depertemen, perusahaan, dan sebagainya. Misalnya : kertas-kertas, plastik, karbon, klip, dan sebagainya, umumnya sampah ini bersifat kering, dan mudah terbakar (rubbish).

d. Sampah yang berasal dari jalan raya

(3)

e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi. Misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.

f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian. Misalnya : jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dansebagainya.

g. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari pertambangan, dan jenisnya tergantungan dari jenis usaha pertambangan. Misalnya :batu-batuan, tanah, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini. Misalnya : kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai, binatang, dan sebagainya.

2.1.3. Jenis-Jenis Sampah

(4)

Sampah padat (selanjutnya akan disebut sampah saja), dapat dibagi berbagai jenis, yaitu :

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandungan di dalamnya, sampah dibagi menjadi, yaitu :

a. Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagianya.

b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya. 2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar

a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, dan sebagainya.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya : kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya.

3. Berdasarkan karakteristik sampah

a. Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk, dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel, dan sebagainya.

(5)

c. Ashes (abu), yaitu hasil sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok.

d. Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu, dan sebagainya.

e. Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri.

f. Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang.

g. Sampah bangkai kendaraan (obandoned vehicle), adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor dan sebagainya.

h. Sampah pembangunan (construction wastes), yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing-puing, potongan-potongan kayu, besi, beton, bambu, dan sebagainya.

2.1.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sampah

Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi sampah antara lain : 1. Jumlah penduduk

(6)

2. Keadaan sosial ekonomi

Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak pula jumlah per kapita sampah yang dibuang. Kualitas sampah pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk.

3. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.

2.1.5. Pengaruh Sampah terhadap Kesehatan

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek langsung dan tidak langsung.

1. Pengaruh langsung

Pengaruh langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah seperti sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, karsinogenik, teratogenik, dan lain-lain. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Misalnya, insidensi penyakit kulit meningkat karena adanya bibit penyakit yang hidup dan berkembangbiak di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik.

2. Pengaruh tidak langsung

(7)

disebut ‘leachate’ beserta gas. Leachate atau lindi ini adalah cairan yang mengandung zat padat tersuspensi yang sangat halus dan halus penguraian mikroba, biasanya terdiri atas Ca, Mg, Na, K, Fe, Klorida, Sulfat, Phosfat, Za, Ni, CO2, H2O, N2, NH3, H2S, Asam organik, dan H2. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalam sampah.

2.1.6.Pengolahan Sampah

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri patogen), dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu, sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin agar tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengolahan sampah yang baik, bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Sistem pengelolaan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Cara-cara pengolahan sampah antara lain :

a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

(8)

Mekanisme, sistem atau cara pengangkutannya untuk di daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat yang memproduksi sampah, khusunya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga, tanpa memerlukan tempat pembuangan sementara (TPS), maupun tempat pembuangan akhir (TPA).

b. Pemusnaan dan pengolahan

Pemusnahan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain :

1. Sanitary landfill

Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah. Persyaratan Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyaratan seperti tersedia tempat yang luas, tersedia tanah untuk menimbunnya, dan alat-alat besar.

2. Dibakar (incenerator)

Incineration adalah sistem memusnahkan sampah dengan cara membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator).

3. Dijadikan pupuk (composting)

(9)

dapat dijual atau dipakai sendiri. Sedangkan an-organik dibuang, dan akan segera dipungut oleh para pemulung. Dengan demikian maka masalah sampah akan berkurang.

4. Dumping

Dumping adalah sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau tempat sampah.

5. Dumping in water

Dumping in water adalah sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan banjir.

2.2. Petugas Pengangkut Sampah

Undang-undang RI No. 18 Tahun 2008 menjelaskan bahwa tenaga pengangkut sampah bertugas membawa sampah dari sumber atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir. Mekanisme sistem atau cara pengangkutannya untuk di daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga, tanpa memerlukan tempat

pembuangan sementara (TPS) maupun tempat pembuangan akhir (TPA). Penanganan sampah berdasarkan Permen PU No. 3 Tahun 2013 tentang

(10)

Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga” yaitu pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Kegiatan Penanganan Sampah” antara lain yaitu :

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.

b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.

c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir

d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah.

e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

2.3. Faktor-Faktor yang Menimbulkan Suatu Kesakitan, Kecacatan, Ketidakmampuan, atau Kematian Kepada Manusia

(11)

sehat. Jika terjadi gangguan terhadap keseimbangan inilah yang akan menimbulkan status sakit.

Host

Agent Environment Gambar 2.1. Epidemiological Triad

Ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian kepada manusia. Tiga faktor tersebut ecological epidemiological triad yang terdiri atas agen penyakit, manusia dan lingkungannya. Dalam keadaan normal ketiga komponen tersebut atau dengan kata lain orang disebut sehat (Chandra, 2007).

1. Agen penyakit

Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis.Kadang-kadang penyebab untuk penyakit tertentu tidak diketahui,

1. Agen biologis, virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa dan metazoa 2. Agen nutrien, protein, lemak, karbohidarat, vitamin, mineral dan air.

(12)

4. Agen kimia, agen kimia dapat bersifat endogenous seperti asidosi, diabetes, atau hiperglikemia, uremia atau bersifat exsogenous, seperti zat kimia alergen, gas, debu, dan lain-lain.

5. Agen mekanis, gesekan, benturan, atau pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh host.

2. Manusia (host)

Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit. Faktor tersebut bergantung pada karakteristik yang dimiliki masing-masing individu, antara lain:

1. Usia

Usia menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita, seperti penyakit smallpox pada usia kanak-kanak, penyakit kanker pada usia pertengahan, dan penyakit arterosklerosis pada usia lanjut.

2. Jenis kelamin (seks)

Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan frekuensi penyakit pada perempuan. Sementara itu, penyakit tertentu, seperti risiko kehamilan dan persalinan hanya dijumpai pada perempuan, sedangkan penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki.

3. Ras

(13)

4. Genetik

Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter, seperti

mongolisme, fenilketonuria, buta warna, hemofilia, dan lain-lain. 5. Pekerjaan

Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan, keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, asbestosis dan lan-lain 6. Nutrisi

Gizi buruk mempermudah penderita penyakit infeksi, seperti TBC dan kelainan gizi seperti obesitas, kolestrol tinggi dan lain-lain.

7. Status kekebalan

Reaksi tubuh terhadap penyakit bergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup.

8. Adat

Ada beberapa adat istiadat yang dapat menimbulkan penyakit. Misalnya, kebiasaan makan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati.

9. Gaya hidup

Kebiasaan minum alkohol, narkoba, dan merokok dan menimbulkan gangguan kesehatan.

10. Psikis

(14)

3. Lingkungan (environment)

Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri ari dua bagian, internal dan eksternal. Lingkungan hidup internal merupakan suatu keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut dengan homeostatis, sedangkan lingkungan hidup eksternal merupakan diluar tubuh manusia yang terdiri atas 3 komponen antara lain :

1. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa serta memegang peranan penting dalam proses terjadinya penyakit pada manusia.

2. Lingkungan biologis

Lingkungan biologis bersifat biotik atau benda hidup, misalnya tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit-parasit, serangga, dan lain-lain yang berperan sebagai agen penyakit, reservior infeksi, vektor penyakit, dan hospes intermediat.

3. Lingkungan sosial

(15)

2.4. Jalur Masuk Agens Penyakit ke dalam Tubuh Manusia

Menurut Achmadi (2011) ada beberapa jalur masuk agens penyakit ke dalam tubuh manusia antara lain :

1. Absorpsi melalui pencernaan

Pencernaan adalah tempat terpenting dalam persoalan absorpsi bahan beracun. Banyak bahan beracun masuk melalui makanan atau pangan masuk melalui sistem pencernaan atau gastro intestinal system. Bahan beracun dapat diabsorpsi mulai dari mulut, kerongkongan, usus halus, usus besar dan rectum. Zat berbahaya masuk kedalam tubuh bila manusia makanan dan minuman terkontaminasi oleh bahan berbahaya seperti zat kimia, mikrobiologis, dan lain-lain.

2. Absorpsi melalui kulit

Meskipun kulit merupakan pelindung yang efektif untuk tumbuh manusia, bebrapa zat kimia bisa masuk kedalam tubuh manusia melalui kulit. Masuknya bahan kimia melalui epidermis atau lapisan kulit terluar, atau melalui celah kelenjar keringat, atau folikel rambut. Pada kulit yang cedera (luka, lecet) absorpsi zat kimia ke dalam tubuh menjadi lebih mudah.

3. Absorpsi melalui paru

(16)

2.5. Riwayat Alamiah Perjalanan Penyakit

Menurut Maryani (2010) bahwa Riwayat alamiah perjalanan penyakit atau sering disebut sebagai natural history of disease merupakan riwayat alamiah perjalanan penyakit pada manusia yang terdiri atas :

1. Tahap Prepatogenesis

Tahap prepatogenesis memiliki ciri-ciri antara lain :

a. Seseorang masih berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka memiliki kemungkinan terkena serangan agen penyakit.

b. Terjadi interaksi antara host, agent dan environment, dimana agent masih berada di luar tubuh host

c. Belum ada tanda-tanda sakit selama daya tahan host masih kuat 2. Tahap Patogenesis

a. Tahap Inkubasi

Tahap inkubasi adalah tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh peka terhadap penyebab penyakit. Tahap inkubasi memiliki ciri-ciri antara lain :

1. Belum tampak tanda-tanda sakit

2. Tiap penyakit memiliki masa inkubasi yang berbeda-beda mulai dari beberapa jam, hari, minggu, bulan sampai bertahun-tahun.

b. Tahap Dini

Tahap dini memiliki ciri-ciri antara lain :

(17)

2. Sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis, walaupun penyakit masih dalam masa sub klinik.

3. Host masih dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari 4. Diagnosa sudah dapat ditegakkan secara dini.

c. Tahap lanjutan

Tahap lanjut memiliki ciri-ciri antara lain :

1. Gejala penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis.

2. Penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah untuk ditegakkan. 3. Tahap Pasca Patogenesis/tahap akhir

Tahap pasca pathogenesis adalah berakhirnya perjalanan penyakit dimana ada 5 keadaan setelah berakhirnya penyakit antara lain :

1. Sembuh sempurna 2. Sembuh dengan cacat 3. Karier

4. Penyakit berlangsung secara kronik 5. Berakhir kematian.

2.6. Penyakit Akibat Kerja

(18)

Sedangkan menurut ILO yang dan WHO, penyakit akibat kerja merupakan aspek/unsur kesehatan yang bertalian dengan lingkungan kerja dan pekerjaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja (Yulianto, 2013).

Diagnosa penyakit akibat kerja adalah landasan terpenting bagi manajemen penyakit yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Secara umum ada lima langkah yang harus diambil guna menegakkan diagnosa suatu penyakit akibat kerja antara lain :

1. Anamnesis tentang riwayat penyakit 2. Pemeriksaan klinis

3. Pemeriksaan laboratorium 4. Pemeriksaan rontgen

5. Pemeriksaan tempat dan ruang kerja untuk mengukur faktor penyebab penyakit ditempat kerja.

2.7. Penyebab Penyakit Akibat Kerja

Menurut suma’mur (2009) bahwa penyebab penyakit akibat kerja dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Faktor fisik

(19)

a. Kebisingan

Kebisingan sebagai suatu suara yang tidak dikehendaki, dan pada tingkat intensitas suara yang tinggi, pemaparannya berulang atau menahun dapat menyebabkan tuli saraf dan sulit untuk disembuhkan.

b. Getaran

Paparan getaran terhadap seluruh tubuh dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada struktur tulang (osteoarthristis), pada sendi-sendi tulang belakang, gangguan pencernaan, getaran dengan frekuensi 60-90 Hz dapat menyebabkan gangguan penglihatan.

c. Radiasi

Radiasi adalah cara perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium perantara. Contohnya, gelombang radio. Sinyal TV, sinar X, sinar gamma, sinar UV. Gangguan kesehatan yang timbul akibat pemaparan radiasi yang melebihi nilai ambang batas seperti penyakit kulit.

d. Suhu udara rendah

(20)

2. Faktor Kimia

Bahan-bahan yang bersifat kimia dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada pekerja, baik bersifat akut maupun kronis. Bahan-bahan tersebut dalam bentuk gas, uap, fume, kabut, cairan atau larutan, debu.

a. Gas, bahan kimia dalam bentuk gas terpapar pada manusia dan pekerja melalui inhalasi. Gas-gas tersebut dapat menyebabkan terjadinya asfiksia

dan iritasi.

b. Uap, bahan kimia dalam bentuk uap yang dapat menyebabkan iritasi dan sensitasi pada saluran pernafasan (asma).

c. Fume merupakan aerosol zat padat (partikel yang sangat kecil yaitu ukuran dari 1 mikron yang dihasilkan oleh kondensasi uap metal yang dipanaskan dan mengalami proses oksidasi dalam udara. Paparan/inhalasi fume dapat menyebabkan pneumokonioses.

d. Kabut adalah aerosol zat cair (partikel), inhalasi kabut yang dapat menyebabkan peradangan/inflamasi pada saluran pernapasan.

e. Cairan/larutan, larutan bersifat asam maupun basa kuat yang dapat menyebabkan kelainan/penyakit kulit.

f. Debu, yang dapat menyebabkan fibrosis paru sedangkan inhalasi debu organik dapat menyebabkan asma.

2. Faktor Biologi

(21)

3. Faktor Psikologis

Faktor psikologis dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada tenaga kerja di antaranya hubungan yang kurang baik antar pekerja, pekerja dengan atasan, perasaan khawatir berlebihan, perasaan tidak aman dan selalu dibayangi rasa takut dalam menjalankan pekerjaan.

2.8. Kulit

2.8.1. Definisi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terbesar dan salah satu yang terpenting. Struktur kulit yang kompleks memberi banyak fungsi perlindungan bagi anatomi internal tubuh. Setiap inci kulit mengandung jutaan sel dan ratusan kelenjar keringat, kelenjar minyak (sebasea), pembuluh darah, dan ujung saraf (Dingwall, 2014). Kulit merupakan organ yang rawan terhadap kelainan yang disebabkan oleh iritan juga salah satu tempat yang paling rawan untuk mengalami trauma akibat iritan (Prianto & Sumantri, 2007).

2.8.2. Fungsi Kulit

(22)

a. Kulit berfungsi sebagai proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh dari gangguan fisik, mekanis, kimiawi, gangguan infeksi luar terutama kuman, bakteri dan jamur. Bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit, dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung dari gangguan fisik. Stratum korneum yang impermiabel, keasaman kulit hasil dari ekskresi keringan dan sebum, keasaman kulit pada pH 5 − 6,5 sehingga berperan sebagai pelindung dari gangguan kimiawi, infeksi, bakteri dan jamur.

b. Kulit berfungsi sebagai absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui saluran kelenjar. c. Kulit berfungsi sebagai ekskresi

Menghasilkan kelenjar keringat dan kelenjar sebasae berperan mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh.

d. Kulit berfungsi sebagai persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Badan-badan ruffini di dermis dan subkutis berperan terhadap rangsangan panas. Badan-badan krause yang terletak di dermis berperan terhadap dingin.

e. Kulit berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh

(23)

terbentuk sempurna, sehingga terjadi ekstravasasi cairan. Oleh karena itu kulit bayi tampak lebih edematosa karena lebih banyak mengandung air dan Na.

f. Kulit berfungsi membentuk pigmen

Sel pembentuk pigmen adalah melanosit yang berperan melindungi tubuh terhadap pengaruh sinar ultraviolet.

g. Kulit berfungsi sebagai keratinisasi

menghasilkan keratin yang akan melapisi permukaan luar epidermis sebagai

stratum corneum, sebagai pembungkus yang melindungi alat-alat dalam, mencegah kontak dengan bahan berbahaya dari luar.

h. Kulit berfungsi sebagai pembentuk Vitamin D

Pembentukan vitamin D dengan mengubah 7 hidroksi kolesterol dengan bantuan sinar matahari. Kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan proses tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik masit tetap diperlukan.

2.8.3. Anatomi Kulit ( Membran Kutan )

(24)

2.9. Penyakit Kulit ( Dermatosis )

Penyakit kulit (dermatosis) merupakan keadaan patologik kulit sebagai akibat adanya kontak dengan bahan- bahan yang berhubungan dengan lingkungan atau tempat kerja. Penyakit kulit merupakan penyakit akibat kerja yang paling sering ditemukan, kira-kira 40% dari seluruh penyakit akibat kerja adalah penyakit kulit. Di negara maju, penyakit kulit ini ditemukan lebih dari 90% dari seluruh kasus penyakit kulit akibat kerja. Walaupun tidak menyebabkan kematian, tetapi penyakit kulit sangat menggangu bagi kenyamanan penderitanya. Oleh sebab itu penyakit kulit (dermatosis) merupakan faktor yang sangat penting untuk terjadinya penurunan produktivitas (Harrianto, 2009).

2.10. Penyebab Penyakit Kulit (Dermatosis)

Penyakit kulit dapat disebabkan oleh organisme yang berada di lingkungan berasal dari makhluk hidup (bakteri, virus, jamur, cacing, serangga dan lain-lain), bahan kimia dan faktor fisik (tegangan, gesekan, kelembaban, panas, suhu dingin, sinar matahari). Beberapa penyebab penyakit kulit antara lain :

1. Infeksi Virus

a. Herpes Zoster (HZ)

(25)

pada mulanya jernih, kemudian menjadi keruh. di mana yang paling sering terjdi pada dada dan perut.

b. Moluskum Kontagiosum

Moluskum Kontagiosum adalah kelainan kulit berupa papule miliar yang disebabkan oleh virus pox yang sering terjadi pada anak-anak. Kelainan pada kulit sering terjadi pada kepala, leher, wajah, badan.Penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak sedangkan pada orang dewasa lebih sering terjadi dari hubungan seksual yang terinfeksi virus. Media penularan penyakit ini melalui kontak langsung dengan terinfeksi dan secara tidak langsung kulit dengan benda/ tempat yang terkontaminasi seperti kolamrenang, kontak saat olahraga, misalnya gulat, proses pembedahan (tangan seorang ahli bedah yang terkena moluskum kontagiosum), proses tato (jarang), hubungan seksual. Penyakit ini menyebardengan cepat pada suatu komunitas yang padat dengan higienitas yang kurang.

Gejala berupa papuler miliar yang berbentuk kubah dan ditengah ada lekukan dan menyebar. Sehingga bila dipijat akan mengeluarkan massa putih seperti nasi, dan biasanya pada anak-anak terdapat di daerah wajah, badan sedangkan pada orang dewasa terdjadi di daerah peringital dan perianal.

2. Infeksi Jamur

a. Dermatofitosis (tinea, ringworm) atau kurap

(26)

rambut), microsporum (rambut dan kulit), kuku ( rambut, kulit dan kuku) dan

epidermophyton (kulit). Adapun macam-macam dari dermatofitosis antara lain : a) Tinea Pedis/kurap pada kaki

Infeksi dermatofit pada kaki, mengenai sela jari kaki dan telapak kaki. Faktor yang beresiko terjadinya tinea pedis/kurap pada kaki yaitu kaki yang selalu basah, baik oleh air maupun oleh keringat seperti sepatu tertutup dan memakai kaos kaki.

Gejala berbentuk intertriginosa berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari, berbentuk hiperkeratosis berupa penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki dan berbentuk vesikuler subakut berupa kelainan-kelainan yang timbul yang di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikel-vesikel ini memecah akan meninggalkan skuama yang melingkar.

b) Tinea unguium/jamur pada kuku

(27)

Gejala yang tampak diskromia unguium (perubahan warna kuku),

onikolisis (lepasnya lempeng kuku dari dasar kuku), hipertropia unguium (penebalan pada lempeng kuku). Tinea unguium lebih sering menyerang kuku kaki daripada kuku tangan. Penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit.

c) Tinea Korporis/kurap pada badan

Infeksi dermatofit pada wajah, tubuh (termasuk punggung tangan dan kaki). Faktor yang mempengaruhi terjadinya tinea korporis/ kurap adalah orang yang kurang peduli terhadap kebersihan diri dan banyak bekerja di tempat yang panas sehingga banyak mengeluarkan keringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi.

Gejala berupa rasa gatal, bagian tepi lesi lebih aktif (tanda peradangan) tampak lebih jelas dari pada bagian tengah. Lesi berbentuk plakat anular dengan sisik pada bagian tepi dan bagian tengah tampak lebih bersih.

d) Tinea kapatis/kurap pada kulit kepala

Infeksi dermatofit pada kulit kepala, alis dan bulu mata. Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak. penyakit ini bisa menyebabkan terbentuknya ruam merah bersisik yang kadang terasa gatal atau menyebabkan kerontokan pada rambut. Kebersihan salah satu faktor yang memperberat terjadinya tinea kpatis.

(28)

lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal.

b. Pitiriasis Versikolor/ Panu

Pitiriasis Versikolor/panu adalah infeksi jamur superfisialis kronik yang menyerang lapisan stratum korneum disebabkan oleh Malassezia furfur. Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak, namun bisa juga terjadi pada orang dewasa dengan gejala gatal saat berkeringat. Pitiriasis versikolor pada umumnya terdapat pada bagian dada, punggung, leher, lengan atas, selangkangan dan bisa ditemukan pada daerah muka.

Gejala berupa lesi bulat kecil-kecil perifolikuler di sekitar folikel rambut namun bisa saja semakin meluas dan menyatu menjadi konfluen (bertumpuk-tumpuk). Keluhan yang di alami penderita mulanya adanya bercak/ macula berwarna putih serta kemerahan dan kecoklatan bila tidak diobati segera.

3. Infeksi Bakteri

a.Impetigo/korengan

(29)

b.Selulitis

Selulitis disebabkan bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus.

Selulitis sering terjadi pada tungkai kaki, disebabkan karena adanya kerusakan pada kulit sehingga bakteri masuk dan berkembang biak. Selulitis menyebabkan kemerahan dan peradangan yang terlokalisasi. Kulit tampak merah disertai nyeri dan terdapat vesikula yang mengeluarkan pus (nanah).

c.Bisul/furunkel

Bisul/furunkel adalah infeksi kulit disebabkan staphylococcus aureus, yang terjadi pada muka, leher, lengan, pergelangan tangan, jari-jari tangan, pantat. Infeksi ini berawal dari benjolan keras berwarna merah yang mengandung nanah, lalu berfluktuasi dan tengahnya menjadi putih atau kuning (pustula).

d.Borok/ karbunkel

Borok/karbunkel adalah infeksi kulit yang disebabkan staphylococcus aureus.

Borok/karbunkel merupakan sekumpulan bisul atau folikel rambut yang terasa sangat nyeri dan menyebabkan pengelupasan pada kulit yang luas serta pembentukan jaringan parut.

4. Parasit Pada Penyakit Kulit Scabies

(30)

Daerah tubuh yang sering terjadi di sela-sela jari tangan, telapak tangan, pergelangan tangan, siku, ketiak, daerah mamae, daerah pusar.

5. Dermatitis Kontak

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan bahan/ substansi kimiawi di lingkungan tempat kerja (Djuanda, 2010).

Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik, keduanya dapat bersifat akut maupun kronis (Djuanda, 2010)

1. Dermatitis Kontak Akibat Iritasi

Dermatitis kontak akibat iritasi merupakan peradangan kulit akibat kontak langsung dengan bahan yang menyebabkan iritasi. Dermatitis kontak akibat iritasi merupakan jenis yang paling umum dijumpai di antara penyakit kulit akibat kerja. Dermatitis kontak iritasi akut dapat terjadi saat paparan pertama dengan bahan-bahan iritan.

2. Dermatitis Kontak Alergi

(31)

telah tersensitisasi, hanya dengan jumlah alergen yang sangat sedikit, dapat mengalami reaksi alergi.

3. Dermatitis Seboroik/Ketombe

Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit yang biasanya terjadi pada kulit kepala dan area tubuh yang berminyak, seperti punggung, wajah, serta dada bagian atas. Gangguan pada rambut seperti dermatitis seboroik yang paling umum dikenal sebagai ketombe dengan gejala gatal pada kulit kepala, kulit berwarna merah, berketombe, dan bersisik. Penyebab pasti terjadinya dermatitis seboroik masih belum diketahui, namun kemungkinan berkaitan dengan jamur malassezia yang terdapat pada pelepasan minyak di permukaan kulit.

2.11. Personal Hygiene/Kebersihan Pribadi

Personal hygiene merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus senantiasa terpenuhi dan termasuk kedalam tindakan pencegahan primer yang spesifik. Personal hygiene yang baik akan memperkecil pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana dan mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene

atau kebersihan diri diperlukan untuk kenyamanan, keamanan, dan kesehatan seseorang juga langkah awal mewujudkan kesehatan diri (Saryono, 2011).

(32)

dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu seperti penyakit kulit (Saryono, 2011).

2.11.1.Faktor-Faktor yang Memengaruhi Personal Hygiene

Personal Hygiene dipengaruhi oleh beberapa faktor, adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain :

1. Budaya, budaya mempengaruhi kebersihan diri seseorang, contohnya orang Eropa, umumnya mandi sekali seminggu karena cuaca di Eropa dingin.

2. Pengetahuan, tingkat pengetahuan mempengaruhi bagaimana personal hygiene seseorang. Bagi individu yang mempunyai pengetahuan personal hygiene yang baik akan melakukan kebersihan diri yang optimal.

3. Lingkungan pekerjaan, lingkungan pekerjaan mempengaruhi seseorang untuk lebih dalam kebersihan diri.

4. Ekonomi, status ekonomi mempengaruhi tingkat personal hygiene yang Digunakan.

(33)

2.11.2.Jenis-jenis Personal Hygiene/Kebersihan Diri

Adapun jenis-jenis personal hygiene /kebersihan diri anatara lain : a. Kebersihan kulit

Kulit merupakan organ terbesar manusia, kulit terdiri dari 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis atau subkutan. Tipe kulit seiring usia sebagai berikut :

1. Kulit bayi

Bayi memiliki kulit yang lebih tipis, kelenjar keringat bayi mulai berfungsi pada usia 1 tahun.

2. Kulit anak

Pertumbuhan anak mulai resisten terhadap cidera dan infeksi., karena kulit mulai menebal.

3. Kulit Remaja

Kelenjar sebasae meningkat pada masa ini, sehingga pada usia ini banyak memiliki permasalahan pada kulitnya.

4. Kulit lansia

Kulit lansia menjadi lebih tipis, kering, tidak elastis dan keriput.

Masalah-masalah yang terjadi pada kulit, adapun masalah yang terjadi pada kulit antara lain:

(34)

2. Jerawat yaitu erupsi kulit papulopostular terlihat pada wajah, punggung, leher dan bahu.

3. Hirsutisme yaitu pertumbuhan rambut badan dan muka yang berlebihan terutama pada wanita.

4. Ruam kulit yaitu terjadi karena paparan matahari berlebihan, pelembab atau reaksi alergi.

5. Dermatitis kontak yaitu inflamasi kulit ditandai dengan eritema, pruritus, nyeri, dan lesi bersisik.

6. Abrasi yaitu lapisan epidermis hancur atau terpotong sehingga terjadi perdarahan lokal dan mengeluarkan cairan serosa.

7. Dermatomikosis yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit. b. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Permasalahan pad kaki dan kuku disebabkan karena salah pemotongan kuku, menggunakan alas kaki yang terlalu sempit, dan terpapar dengan zat kimia yang tajam. Sedangkan bagian tangan merupakan organ tubuh yang paling sering berhubungan dengan mulut dan hidung. Masalah-masalah yang terjadi pada kaki dan tangan antara lain :

1. Kalus yaitu bagian epidermis mengeras, terjadi pada area permukaan kaki atau telapak tangan.

2. Katimumul terjadi akibat tekanan dari sepatu dan friksi, terjadi di area jari kaki.

(35)

4. Tinea pedis yaitu jamur pada kaki.

5. Fissura sering terjadi pada diatara jari kaki disebabkan oleh kulit yang kering dan pecah-pecah.

6. Ingrown toenail disebabkan karena salah pemotongan kuku dan dapat menimbulkan nyeri.

c. Kebersihan mulut

Mukosa mulut normalnya berwarna pink dan basah. Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi dan bibir. Masalah yang terjadi pada mulut antara lain:

1. Karies gigi yaitu tumbuhnya lubang akibat kerusakan email gigi yang berhubungan dengan kekurangan kalsium.

2. Plak yaitu plak yang melekat pada gigi.

3. Penyakit periodontol yaitu penyakit jaringan sekitar gigi.

4. Halitosis yaitu bau nafas yang disebabkan oleh intake makanan tertentu dan infeksi.

5. Keilosis yaitu timbuknya bibir retak.

6. Stomatotitis yaitu sariawan yang disebabkan oleh defisiensi vitamin, infeksi bakteri atau virus.

(36)

d. Kebersihan Rambut

Karakteristik rambut dapat dipengaruhi oleh stress, emosional, obat-obatan, infeksi atau penyakit tertentu. Personal hygiene rambut sangat diperlukan agar terhindar dari penyakit. Pemakaian sampo secara teratur sangat baik untuk menjaga kebersihan rambut. Masalah yang terjadi pada rambut antara lain :

1. Ketombe yaitu pelepasan kulit kepala yang disertai rasa gatal, dapat disebabkan karena pemakaian sampo yang tidak teratur.

2. Alopesia atau kehilangan rambut, dapat disebabkan penggunaan alat pelurus rambut, pengikat rambut dan pemakaia produk pembersih rambut yang tidak cocok.

3. Pediculosis capitis yaitu kutu pada rambut, penderita akan merasa gatal sekali saat kutu menghisap dan akan timbul bintik hemoragik.

2.12. Alat Pelindung Diri (APD)

(37)

2.12.1.Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri mempunyai jenis yang beraneka ragam dan digolongkan menurut bagian tubuh yang dilindungi, adapun jenis alat pelindung diri sebagai berikut:

1. Alat pelindung untuk kepala seperti pengikat rambut, penutup kepala, topi dengan jenis topi pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, tutup kepala.

2. Alat pelindung untuk mata seperti kaca mata pelindung (protective goggles). 3. Alat pelindung untuk muka seperti pelindung muka (face shields).

4. Alat pelindung tangan dan jari seperti sarung tangan (sarung tangan dengan ibu jari terpisah, sarung tangan biasa (gloves), pelindung telapak tangan (hand pad), dan sarung tangan yang menutupi pergelangan tangan sampai lengan (sleeve).

5. Alat pelindung untuk kaki seperti sepatu pengaman (safety shoes).

6. Alat pelindung untuk alat pernafasan seperti respirator, masker, alat bantu pernafasan.

7. Alat pelindung untuk telingan seperti sumbat telinga, tutup telinga.

8. Alat pelindung untuk tubuh seperti pakaian kerja menurut keperluan yaitu pakaian kerja tahan panas, pakaian kerja tahan dingin, pakaian kerja lainnya. 2.12.2.Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)

(38)

terlindung dari bahaya potensial yang ada di tempat kerja. Oleh sebab itu, pemilihan alat pelindung diri (APD) pada pekerja harus sesuai dengan pekerjaannya. Adapun syarat-syarat alat pelindung diri sebagai berikut :

1. Harus memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh pekerja.

2. Beratnya harus seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

3. Harus dapat dipakai sacara fleksibel. 4. Bentuknya harus cukup menarik. 5. Tidak mudah rusak.

6. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya.

7. Suku cadangnya harus mudah di peroleh sehingga pemeliharaan alat pelindung diri dapat di lakukan dengan mudah.

8. Memenuhi ketentuan standar yang ada. 9. Pemeliharaannya mudah.

10.Tidak membatasi gerak.

(39)

Tabel 2.1. Alat Pelindung Diri (APD) Menurut Faktor Bahaya dan Bagian Tubuh yang Perlu Dilindungi

Faktor bahaya Bagian tubuh yang perlu

dilindungi Alat pelindung diri

Benda berat atau kekerasan

Kepala, betis, tungkai Topi logam atau plastik, lapisan pelindung (decker) dari

Tubuh Jacket kulit atau zeildoek

Lengan, tangan, jari Sarung tangan, pakaian berlengan panjang

Tungkai, kaki Pelindung betis, tungkai dan mata kaki

Muka Pelindung muka dari plastik

Alat pernafasan Membahayakan jiwa secara langsung, masker gas khusus

Muka Pelindung muka dari plastik

Alat pernafasan Repirator khusus tahan zat kimia

Jari, tangan, lengan Sarung plastik/karet

Tubuh Pakaian plastik/karet

Betis, tungkai Pelindung khusus dari plastik/karet

(40)

Tabel 2.1. (lanjutan)

Panas

Kepala Topi asbes

Bagian tubuh lainnya Sarung, pakaian, pelindung dari asbes atau bahan lain yang tahan panas/topi

Bagian tubuh lainnya Sarung, pakaian, pelindung dari asbes atau bahan lain yang tahan panas/api

Jari, tangan, lengan Sarung tangan kulit, berlengan panjang

Tubuh Pakaian khusus

betis, tungkai Celana kulit dengan tutup lutut tertutup

Mata kaki, kaki Sepatu lapis baja, sol kayu

Dermatosis atau radang kulit

Kepala Topi plastik, karet, kap

Mata Barrier cream, pelindung

plastik

Jari, tangan, lengan Barrier cream, sarung tangan karet, plastik

Tubuh Penutup karet, plastik

Betis, tungkai, mata kaki, kaki

(41)

2.13. Standard Operating Procedure (SOP)

Agar Perusahaan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan untuk mencapai suatu sasaran yang diinginkan, baik sasaran jangka pendek maupun jangka panjang, maka perlu adanya pedoman/metode/ dasar/aturan yang harus dijalankan secara benar oleh semua level (Top manajemen, manajemen dan Karyawan) disemua unit Divisi.

Standard Operating Prosedure (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan (terdokumentasi) mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi perusahaan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan.

Adapun SOP (Standard Operating Procedure) Pelaksanaan Pengangkutan Sampah Kota Padangsidimpuan sebagai berikut :

1. Penjadwalan dan pengangkutan rute armada Truck. 2. Pemeriksaan awal persiapan kenderaan.

3. Pengambilan sampah dari lorong-lorong ke TPS (Tempat Penampungan Sementara).

4. Pengambilan sampah dari TPS (Tempat Penampungan Sementara) ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

5. Absen Hadir dari semua petugas pengangkut sampah.

6. Bongkar muat sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). 7. Perapian kenderaan dan mencuci kenderaan.

(42)

2.14. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gangguan Kelainan Kulit pada Petugas Pengangkut Sampah

1. Karakteristik Individu a. Umur

Umur salah satu faktor host atau karakteristik individu yang dapat mempengaruhi status kesehatan karena ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu. Usia balita dan usia lanjut rentan terhadap penyakit karena usia balita sistem pertahanan belum stabil dan usia lanjut sistem pertahanan tubuhnya sudah menurun (Maryani, 2010). Semakin bertambah umur manusia, maka semakin berkurang imunitas kulit terhadap penyakit, seperti penyakit dermatitis kontak yang dipengaruhi faktor eksternal atau environmental aging yang terjadi akibat pajanan tiap hari dengan berbagai bahan/substansi (Legiawati, 2009).

Kulit manusia mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia, sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih kering. Kekeringan pada kulit ini memudahkan bahan kimia menginfeksi kulit, sehingga kulit mudah terkena penyakit (Djuanda, 2010).

b. Masa Kerja

(43)

terhadap bahan kimia yang menyebabkan kejadian dermatitis (Djuanda, 2010). Menurut Tulus (1992) masa kerja dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu :

1. Masa kerja baru : <6 tahun 2. Masa kerja sedang : 6-10 tahun 3. Masa kerja lama : >10 tahun c. Jam Kerja

Jam kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dermatosis (Penyakit kulit) akibat kerja. Menurut Undang-undang. Menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan tentang ketentuan pembagian jam kerja adalah 7-8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas, dan produktivitas yang optimal bahkan biasanya terjadi penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu yang berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan dan penyakit (Suma’mur, 2009).

d. Riwayat Alergi

(44)

pada kulit cenderung terkena dermatosis dari pada yang tidak mempunyai riwayat alergi pada kulit.

2. Personal Hygiene

Personal Hygiene dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene artinya sehat. Kebersihan perorangan merupakan kebersihan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Rejeki, 2015).

Menurut Entjang (2011) personal hygiene atau higiene perseorangan (usaha kesehatan pribadi) adalah upaya dari seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri (Rejeki, 2015). Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan (Potter, 2005).

Tubuh manusia bisa menjadi tempat perkembangbiakan penyakit, seperti organ kulit yang bisa kontak langsung dengan paparan penyakit. Kebersihan perorangan (personal hygiene) yang kurang baik akan mempermudah masuknya penyakit kedalam tubuh manusia. Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang tidak baik. Personal higiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran cerna ( Potter, 2005 & Listautin, 2012).

Hasil penelitian Listautin (2012) bahwa ada hubungan bermakna antara

(45)

kesehatan. Begitu juga hasil dengan hasil penelitian Mariz, Hamzah, Winkoto bahwa ada pengaruh masa kerja, personal hygiene dan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pada kejadian Dermatosis.

a. Kebersihan kulit

Kulit merupakan organ terbesar manusia, kulit berfungsi untuk melindungi jaringan dibawahnya dari cidera, megatur suhu, menghasilkan minyak, mentransmisikan sensasi melalui reseptor saraf, menghasilkan dan mengabsorpsi vitamin D.

Menurut Potter (2005), pemeliharaan kulit tidak lepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan dan kebiasaan hidup sehari-hari. Hal –hal yang perlu dilakukan untuk pemeliharaan kulit antara lain :

1. Mandi 2 kali sehari

2. Membersihkan tubuh menggunakan air bersih 3. Mandi dengan menggunakan sabun

4. Menjaga kebersihan pakaian dengan mengganti pakaian setiap hari 5. Makan makanan bergizi terutama makanan sayur dan buah-buahan 6. Menjaga kebersihan lingkungan

b. Kebersihan tangan, kaki, dan kuku

(46)

Gangguan yang terjadi pada kuku seperti pemotongan kuku yang salah, infeksi jamur pada kuku, terpapar zat kimia (Lindsay, 2014)

Mencuci tangan pakai sabun merupakan kegiatan yang baik ketika kita selesai beraktivitas. Bagi sebagian masyarakat sudah menjadi kegiatan rutin, tetapi bagi sebagian masyarakat lainnya mencuci tangan pakai sabun belum menjadi kegiatan rutin. Cuci tangan pakai sabun dapat menghilangkan berbagai virus dan bakteri, karena kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan berbagai penyakit (Rejeki, 2015). Ada lima hal penting untuk melakukan cuci tangan pakai sabun antara lain :

1. Sebelum makan dan sesudah makan 2. Sesudah buang air besar dan kecil 3. Sebelum memegang bayi

4. Sebelum menyiapkan makanan

5. Setelah beraktivitas yang mencemari tangan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan kaki dan kuku antara lain :

1. Hindari penggunaan sepatu yang sempit karena merupakan sebab utama gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari menjadi mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh). 2. Hindari penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah lama dan kotor. Karena

(47)

c. Kebersihan rambut

Menurut Gupta dan Bluhm (2004) Rambut memiliki tiga fungsi utama, yaitu menjaga suhu tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup, menstransmisikan informasi sensorik yang pentik ke otak, dan menunjukkan identitas gender (Dingwall , 2014). Gangguan rambut seperti dermatitis seboroik yang paling umum dikenal sebagai ketombe dengan gejala gatal pada kulit kepala. Penyebabnya belum diketahui tetapi berhubungan salah satuny

a faktor lingkungan.

Menurut Draelos (2005) sampo merupakan detergen yang dirancang untuk mengangkat sebum, keringat, elemen jamur, korneosit deskuamasi, produk gel rambut, dan kotoran (Dingwall, 2014). Oleh karena itu kegiatan mencuci rambut secara rutin sangat perlu untuk terhindar dari penyakit yang dapat diakibatkan oleh faktor lingkungan.

3. Alat Pelindung Diri (APD)

(48)

1. Alat pelindung kepala seperti penutup rambut, topi dari berbagai jenis yaitu topi pengaman (safety helmet).

2. Alat tangan dan jari seperti sarung tangan yaitu sarung tangan yang menutupi pergelangan tangan sampai lengan (sleeve) yang terbuat dari karet.

3. Alat pelindung kaki seperti sepatu pengaman (safety shoes) yang terbuat dari karet.

4. Alat pelindung tubuh seperti pakaian kerja yaitu jenis pakaian yang meresap dan cocok untuk petugas pengangkut sampah.

2.15. Kerangka Teori

Patogenesis penyakit berbasis lingkungan dapat digambarkan ke dalam suatu model atau paradigma. Paradigma tersebut menggambarkan hubungan interaksi antara komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit dengan manusia. Dengan mengetahui patogenesis penyakit, maka dapat menentukan pada titik atau simpul mana dapat dilakukan pencegahan (Achmadi, 2011).

Simpul 1. Sumber Penyakit

Agen penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak secara langsung atau melalui media perantara (yang juga komponen lingkungan).

(49)

ter dan lain-lain), mekanis (gesekan, benturan, atau pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh host).

Simpul 2. Media Transmisi Penyakit

Ada lima komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit yang dikenal sebgai media transmisi penyakit, yakni “ udara, air, tanah/pangan, binatang/serangga, dan manusia/langsung. Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit jika didalamnya tidak mengandung bibit penyakit atau agent penyakit. Penyakit kelainan kulit terjadi pada petugas pengangkut sampah akibat petugas kontak langsung dengan sampah yang mengandung agen penyakit.

Simpul 3. Perilaku Pemajanan (Behavioral Exposure)

Manajemen pada simpul 3 pada hakikatnya adalah manajemen pengendalian proses pajanan pada komunitas. Upaya yang dapat dilakukan dapat menyangkut teknologi, sosial, budaya dan lain-lain. Namun apabila kesulitan mengukur besaran agen penyakit, maka diukur dengan cara tidak langsung yang disebut sebagai

biomaker. Agen penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia karena adanya kontak langsung antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung bahaya penyakit (agen penyakit) atau disebut dengan perilaku pemajanan (behavioral exposure). Jumlah kontak pada setiap orang berbeda satu sama lain karena ditentukan oleh perilakunya. Perilaku orang akan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, dan lain sebagainya.

(50)

hygiene dan penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk melindungi diri dari kontak langsung dengan agen penyakit.

Simpul 4. Kejadian Penyakit

Kejadian penyakit adalah outcome dari adanya hubungan antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan.

Penyakit kelainan kulit terjadi dari hubungan kontak langsung manusia dengan lingkungan yang berpotensi menyebabkan penyakit. Sehingga, metode pengobatan terbaik dengan cara menghindari kontak langsung dengan bahan tersebut. Simpul 5. Variabel Suprasistem

Kejadian penyakit masih dipengaruhi oleh kelompok variabel simpul 5 yakni variabel iklim, cuaca, topografi dan lainnya. Variabel ini harus diperhitungkan dalam upaya manajemen penyakit.

(51)

Sumber Penyakit Media Tranmisi Biomaker Dampak

Gambar 2.3. Kerangka Teori Simpul Gangguan Kelainan Kulit

\

Penyakit Gangguan Kelainan Kulit dapat juga dipengaruhi oleh Faktor Fisik

(52)

2. 16. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut :

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik Petugas Pengangkut

Sampah: 1. Umur 2. Masa Kerja 3. Jam Kerja 4. Riwayat Alergi

Tindakan Petugas Pengangkut Sampah Tentang Personal Hygiene :

1. Kebersihan Kulit

2. Kebersihan Tangan, Kaki, Kuku 3. Kebersihan Rambut

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Petugas Pengangkut Sampah :

1. Pakaian 2. Sarung tangan 3. Sepatu

4. Topi

Gambar

Gambar 2.2. Struktur Kulit
Tabel 2.1. Alat Pelindung Diri (APD) Menurut Faktor Bahaya dan Bagian Tubuh yang Perlu Dilindungi
Tabel 2.1. (lanjutan)
Gambar 2.3. Kerangka Teori Simpul Gangguan Kelainan Kulit
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan profil risiko yang diperoleh diketahui bahwa proses bisnis kritikal adalah registrasi, proses terkait infrastruktur dan layanan. Aset kritikal meliputi

Sedangkan ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini yaitu hanya terbatas pada audit kepatuhan keamanan informasi untuk memberikan rekomendasi kebijakan dan

Pengetahuan awal ini perlu diketahui agar kiranya penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti, apakah kiranya kelas ini perlu diberi tindakan yang akan

'Typically these are conflicts over the religious or secular character of a state but may also include challenges to the state's identificatiori with a particular

Universitas Sumatera Utara... Universitas

Berdasarkan analisis kemampuan siswa untuk memecahkan persamaan linear dengan satu tidak diketahui (Bagian rv, Soal Sets) dan kemampuan mereka untuk mengenali struktural hubungan

Pada penelitian ini, peneliti mensimulasikan sistem informasi PLTS menggunakan arduino, memonitoring data melalui WEB menggunakan Ethernet Shield dan

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa spesies pohon penopang untuk tanaman anggrek yaitu pada jenis pohon penopang pohon akasia ( Acacia auriculiformis ), cemara bundel ( Cupressus