• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PROGRAM PENERAPAN IPTEKS

OLEH

IR.HERNI SUDARWATI, MS NIP 19542702 198303 2 001 DR.IR.OSFAR SJOFJAN, MSC. NIP 19600422 198811 1 001 IR.HANIEF EKO SULISTYO, MP NIP 19620106 198802 1 002

Dibiayai Oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Sesuai Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Kompetitif Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Riset Dalam Publikasi

Domestik Batch I Nomor : 026/SP2H/PPM/DP2M/ IV/2009

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2009

PENANAMAN LEGUM-POHON

”SISTIM TIGA STRATA” SEBAGAI SUMBER-PROTEIN

PAKAN BERBASIS TANIN DI SENTRA TERNAK

KAMBING WILAYAH KONSERVASI HUTAN

KECAMATAN AMPELGADING

(2)
(3)

RINGKASAN DAN SUMMARY RINGKASAN

PENANAMAN LEGUM-POHON ”SISTIM TIGA STRATA” SEBAGAI SUMBER-PROTEIN PAKAN BERBASIS TANIN DI SENTRA TERNAK KAMBING

WILAYAH KONSERVASI HUTAN KECAMATAN AMPELGADING KABUPATEN MALANG

Herni Sudarwati, Osfar Sjofjan, Hanief Eko Sulistyo

Wilayah kelompok tani “Suka Tani” yang merupakan kelompok ternak kambing perah/potong Peranakan Etawah (PE) berlokasi didesa Argoyuwono Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang. Wilayah ini terletak di daerah lereng gunung Semeru dan hampir 60% dari luas wilayah ini adalah hutan. Disamping merupakan sentra pertanian dan perkebunan (khususnya kopi), wilayah Ampelgading merupakan daerah padat ternak khususnya ternak kambing dimana hampir semua rumah tangga mempunyai usaha ternak kambing baik sebagai pekerjaan utama maupun sampingan dari usaha taninya. Pemilikan ternak per keluarga hampir mencapai sekitar 3 - 15 ekor. Apabila kebutuhan hijauan segar diasumsikan sekitar 10% dari bobot badan, maka setiap hari dari setiap anggota koperasi membutuhkan hijauan segar sebesar 50 kg. Kenyataan ini menyebabkan peternak di wilayah Ampelgading ini terpaksa mengandalkan hutan sebagai alternatip sumber potensial untuk memperoleh hijauan makanan ternak. Kondisi ini akan membawa konsekwensi negatif terhadap usaha pelestarian hutan sebagai komponen penting ekosistem. Selanjutnya berkenaan daun legum pohon sebagai sumber protein, terdapat kendala dalam pemanfaatannya di tubuh ternak yaitu protein yang sudah dikonsumsi banyak dirombak oleh mikroba rumen sehingga potensinya untuk menyediakan asam amino untuk sintesis jaringan (daging) menjadi berkurang

Berdasarkan uraian diatas perlu dipikirkan suatu program terpadu antara pengembangan usaha peternakan kambing dan upaya pelestarian hutan dalam hal ini bisa dikembangkan teknologi penanaman legum pohon dengan model ”Sistim Tiga Strata (STS)”. Disamping itu hasil panen daun legum dapat dimanfaatkan disamping sebagai sumber protein juga sebagai sumber konden tannin yang dapat meningkatkan kualitas pakan kambing yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan kambing dan pendapatan peternak.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan khalayak sasaran dalam memanfaatkan teknologi penanaman leguminosa pohon yang padat gizi secara “Sistim Tiga Strata” (STS) yang berwawasan sistim pertanian terpadu. Disamping itu kegiatan ini juga bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peternak dalam memanfaatkan konden tannin (dalam bentuk ekstrak daun legume maupun dalam bentuk bubuk yang dibeli di toko) guna meningkatkan kualitas daun legume pohon. Adapun metode yang digunakan untuk melaksanakan program kegiatan penerapan IPTEK ini adalah penyuluhan, peragaan, praktek operasional, aplikasinya di tingkat demoplot sampai sosialisasi di tingkat peternak.

Hasil yang telah dicapai dari kegiatan ini adalah bahwa khalayak sasaran utama kegiatan program ini adalah masyarakat peternak kambing khususnya di wilayah kelompok tani ”Suka Tani” di desa Argoyuwono Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang. Kegiatan penyuluhan telah dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2009 di ruang pertemuan Kelompok Tani yang diikuti oleh

(4)

anggota kelompok sebanyak 23 orang peternak. Dalam acara penyuluhan ini telah diberikan penjelasan tentang materi kegiatan termasuk manfaat, serta diskusi antara tim penyuluh dan khalayak sasaran untuk saling tukar pengalaman. Setelah kegiatan penyuluhan selesai maka dilanjutkan dengan kegiatan praktek tentang bagaimana cara penananam legum pohon dengan sistim STS, mengekstraks konden tannin, mencampur produk daun legum pohon dengan bubuk konden tannin, menyajikan produk pada ternak. Demoplot dilaksanakan di peternakan milik Bapak Toyib Usman selaku ketua kelompok yang dianggap sebagai salah satu peternak inovatif.

Upaya pengintegrasian tanaman leguminosa pohon dengan tanaman pangan telah dilaksanakan dengan model penanaman ”Sistim Tiga Strata

(STS)” pada sepetak lahan di lokasi demoplot dengan luasan areal sekitar 400

m2 (20 m x 20 m). Tujuannya adalah pemanfaatan lahan seefektif mungkin sehingga disamping diperoleh hasil tanaman pangan tetapi juga diperoleh hasil tanaman pakan ternak. Dalam pelaksanaannya di lapang, lahan yang dipergunakan untuk aplikasi model adalah lahan yang telah ditanami tanaman pangan berupa tanaman bentul yang merupakan bagian inti dari model STS dengan luasan areal sekitar 225 m2 (15 m x 15 m). Selanjutnya strata pertama ditanami rumput Gajah dan leguminosa menjalar yaitu Sentro serta Siratro dengan luasan areal 175 m2. Strata kedua ditanami tanaman leguminosa semak berupa tanaman Gamal (Gliricidia) dan Kaliandra (Calliandra C.) dan strata ketiga yaitu terletak pada bagian pinggir ditanami legum pohon tinggi yaitu pohon nangka. Dalam pelaksanaannya di lapang, model penanaman ini dilaksanakan (ditanam) di pertengahan musim kemarau dimana air sulit dipeoleh, maka tanaman hijauan agak sulit tumbuh. Dalam kenyataannya hanya rumput Gajah yang bisa dipanen dengan baik sedangkan tanaman legum menjalar sangat sedikit dipanen dan tanaman legum semak dan pohon masih dalam perode pertumbuhan (masih muda, belum banyak daunnya).

Selanjutnya setelah kegiatan gerakan penanaman model STS dilaksanakan selanjutnya dilaksanakan kegiatan praktek (di lokasi demoplot) tentang bagaimana cara mengekstrak konden tannin dan cara pembuatan pencampuran ekstrak tannin dengan hijauan pakan ternak serta penyajiannya ke ternak. Untuk peternak demoplot, sebelum teknologi konden tannin diperkenalkan hijauan segar yang biasa diberikan sebanyak rata-rata 3,25 kg /ekor/hari (asumsi bobot badab sekitar 30 kg, kambing PE). Selanjutnya setelah teknologi hijauan berbasis konden tannin diperkenalkan, peternak demoplot mempraktekkan pemakaian hijauan yang mengandung konden tannin pada kambingnya juga tetap sekitar 3 kg /ekor/hari. Secara nutrisi, dengan penambahan bubuk konden tannin dengan proporsi 5 gr per kg Bahan Kering hijauan, maka hijauan baru akan mengndung konden tannin sebesar 0,5% /kg BK (ini sesuai dengan rekomendasi hasil penelitian).

Dari hasil pengamatan terhadap 3 ekor kambing PE jantan (farm) sebagai sampel yang mendapat hijauan berbasis konden tannin diperoleh hasil bahwa rata-rata pertambahan bobot badan (PBB) meningkat sekitar 0,01 kg/ekor/hari (dari 0,06 kg menjadi 0,07 kg), atau produksi bobot hidup meningkat sebesar 0,03 kg per farm. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan hijauan berbasis konden tanin dapat meningkatkan produktifitas ternak. Hal ini bisa dimengerti karena dengan kadar konden tannin sebesar 0,48% (sesuai rekomendasi Mashudi, 1996), konden tannin akan beraksi melindungi protein pakan dari degradasi mikroba rumen, sehingga banyak protein pakan yang lolos ke paska rumen dan akhirnya diserap diusus halus untuk sintesis jaringan.

(5)

Kenaikan keuntungan usaha setelah teknologi konsentrat berbasis konden tannin diadopsi oleh peternak demoplot dapat dihitung peningkatan keuntungan dari peningkatan PBB. Peningkatan pendapatan akibat kenaikan bobot hidup (sebesar 0,03 kg per farm) adalah sebesar Rp 900,- per farm/hari (dengan asumsi harga per kg bobot hidup sebesar Rp 30.000,-), dan peningkatan biaya akibat pemakaian bubuk konden tannin sebesar Rp 135,-/farm/hari (dengan perhitungan : harga bubuk konden tannin=Rp10.000/kg atau Rp 10,-/gr ; pemakaian konden tannin per ekor per hari 3 gr atau biaya nya sebesar Rp 30,-/ekor/hari ; dengan demikian untuk 3 ekor biayanya sebesar Rp 90,-/farm/hari). Dengan demikian kenaikan keuntungan usaha setelah adopsi teknologi hijauan berbasis konden tannin dilaksnakan adalah sebesar Rp

870,-,-/farm/hari (Rp 900 – Rp 30,-) atau sebesar Rp 26.100,- per farm per bulan (Ini adalah kenaikan keuntungan dibanding sebelum adopsi teknologi baru, dan tentunya keuntungan riil lebih besar ).

Kesimpulan dari kegiatan ini adalah upaya penyediaan hijauan pakan berkualitas sepanjang tahun melalui penanaman leguminosa pohon secara “Sistim Tiga Strata (STS)” dan peningkatan kualitas hijauan melalui penambahan konden tannin telah mendapat respon positif dari khalayak sasaran khususnya para peternak di wilayah kelompok Tani “SUKA TANI” desa Argoyuwono, kecamatan Ampelgading, kabupaten Malang. Hal ini sangat disadari oleh mereka karena usaha-usaha ini pada akhirnya dapat meningkatkan produktifitas ternak dan pendapatan mereka.

(6)

SUMMARY

Malang regency especially Ampelgading district has potential on beef and dairy goat development, however sustainability of forage supply either quantity or quality is still the main constrain to improve their productivity. The model of tree legume plantation such as “Three Strata Farming System (STFS)” and utilization of condensed tannin (CT) mixed with forage may cope this problem.The objective of the extension project was to increase knowledge and skills of goat farmers grouped in “SUKA TANI” located in Ampelgading district, Malang regency on all activities entitled STFS model and use of conden tannin. The methods of the activities were : a). extension b). practical on how to make STFS model and forage based on conden tannin c) demoplot and d) goat farm economic analyses. The result of this project showed that the forage supply either quantity or quality could be available thorough the year. In addition the quality of the forage after mixed with conden tannin was better than the previous one followed the average daily gain increased as well as the income of the goat farmers.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Agrculture Research Council, 2000. Report of the protein group of the agricultural research council working party on the nutrient requirements of ruminants. Commonwealth Agricultural Bureaux, England.

Anonymous, 2003. Brosur Proflie Kelompok Tani “Karya Usaha”. Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang

Baumer, M. 1991. Trees as browse and to support animal production. In: Legume Trees and Other Fodder Trees as Protein Sources for Livestock. Eds. Speedy and P.L. Pugliese. FAO Animal Production and Health. Paper 102. FAO, Rome. Pp.1-10

Blair, G.J. 1989. The Diversity and Potential Value ofShrubs and Tree Fodders. In: Shrubs and Tree Fodders for Farm Animals. Ed. C. Devendra. Proceedings of A Workshop in Denpasar, Indonesia 24 – 29 Juli 1989. Bryant, M.P. and I.M. Robinson. 1962. Some nutritional characteristics of

predominant culturable ruminal bacteria. J. Bacteriol. 84:605

Chalupa, W. 1975. Rumen by-pass and protection of proteins and amino acids. J.Dairy Sci. 58:198

Feng Yu and R.A Leng. 1980. Effect on wool growth of sheep on roughage supplemented by condensed tannins treated Lupins. Department of Biochemistry, Microbiology and Nutrition. University of New England. Armidale. Australia.

Ferguson, K.A. 1970. Protected protein for wool growth. In: Feeding protected in sheep and cattle. The proceeding of meeting held at the University of Sydney by the Australian Society of Animal Production. Edited by Hoewood, D.W.

Hagemeiter, H. 1977. Effect of protection on supply of protein to ruminants. In: Protein metabolism and nutrition. Proceedings of second International Symposium on protein metabolism and nutrition held at Flevohov the Netherlands. Centre of Agric. Pub. And Doc. Wageningen

Hembry, F.G., W. Pfander and R.L. Preston. 1975. Utilization of Nitrogen from Soybean, Casein, Zein and Urea by Mature sheep. J. Nutrition. 105:267

Humphreys, L.R. 1984. Tropical Pastures and Fodder Crops. Longman.

London Jones, W.T. and J.L. Mangan. 1977. Complexes of condensed tannin of Sainfoin with fraction of F1 leaf protein and with submaxillary mucoprotein, and their reversal by polyethylene glycol and pH. J.Sci. and Food Agric. 28:126-136

(8)

Kumar, R. and J.P.F. D’ Mello. 1995. Anti nutritional factors in legumes. In: Tropical legumes in Animal Nutrition. Eds. J.P.F. D’Mello and C.Devendra. CAB International. 67:1072

Kusmartono, Ir. 1984. Pengaruh Proses Pelayuan Pada Gliricidia sp. Terhadap Palatabilitas dan Nilai Nutrisi. Universitas Brawijaya. Malang.

Marjuki. 1993. Rice Straw Utilisation Pattern as Cattle Feed. A Case Study in The Southern Area of Malang East-Java Indonesia. Department of Tropical Animal Production, Agricultural University, Wageningen. The Netherlands.

Mashudi. 1996. Studies of the effects of “Mimosa bark extract” containing condensed tannins on milk production by grazing dairy cows and on ruminal protein metabolism in sheep. Thesis of Master of Agricultural Sciences in Animal Science. Massey University. New Zealand.

Mashudi, 2000. Manfaat proteksi protein konsentrat dengan menggunakan konden tannin bubuk terhadap produksi ternak sapi perah. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang

Nitis, I.M., K. Lana, W. Sukanten, M. Suarna and S. Putra. 1989. The Concept and Development of The Three-Strata Forage System. In: Shrubes and Tree Fodders for Farm Animals. Ed. C. Devendra. Proceedings of A Worshop in Denapasar, Indonesia 24-29 July 1989. Pp. 92-102 Orskov, E.R. 1982. Protein Nutrition in Ruminants. Academic press Inc. London. Pramono, J. And J. Triastono. 1990. Pemanfaatan Hijauan Gliricidia Sebagai

Pakan Ternak dan Peluang Pengembangannya di DAS Bagian Hulu. Kasus Desa Gunungsari, kabupaten Boyolali. Risalah Seminar Hasil Penelitian P2LK2T di kabupaten Semarang dan Boyolali. P3HTA. Badan Litbang Pertanian.

Rulquin, H. And R. Verite. 1993. Amino acids nutrition of dairy cows: Productive effects and animal reqirements. In: Recent Advances in Animal Nutrition. Eds. P.C. Garnsworthy and D.J.A. Cole.

Sirait, M.M. 1994. Degradasi in sacco protein kasar serta kecernaan HCL-pepsin beberapa bahan pakan penyusun konsentrat komersial untuk sapi perah yang beredar di kabupaten Malang danPasuruan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya.

Smith, O.B. 1991. Fodder Trees and Fodder Shrubs in Range and Farming Systems in Tropical Humid Africa. In: Legume Trees and Other

Fodder Trees as Protein Sources for Livestock. Eds. Speedy and P.L. Pugliese. FAO Animal Production and Health.

Paper 102. FAO, Rome. Pp.1-10

Soedjono, H. 1994. Evaluasi kualitas protein beberapa jenis konsentrat komersial untuk sapi perah. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.

(9)

Soetanto, H., M.Pudjosumarto dan P.Surjowardojo. 1989. Nilai ekonomis pemberian kredit sapi perah di propinsi Jawa Timur. J. Universitas Brawijaya. 1:10.

Sutardi, T. Dan S.A. Arianto. 1986. Potensi ekstrak daun jambu batu dalam memperkecil perombakan protein kasar makanan oleh mikroba rumen. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.

Subagiyo, I. Wahyono, Wardoyo, Harianto, S.W., 1984. Pemanfaatan hutan sebagai sumber hijauan makanan ternak sapi perah di Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang. Nuffic-Fapet. Unibraw. Malang

Waghorn, G.C., A.Jhon, W.T. Jones and I.D. Shelton. 1987. Nutritive value of Lotus corniculatus containing low and medium concentrations of condensed tannins for sheep. Proceeding of New Zealand Society of Animal Production. 52:89.

Waghorn, G.C., I.D. Shelton, W.C. McNabb and S.N. McCutcheon. 1994. Effect of condensed tannins in Lotus pedunculatus on its nutritive value for sheep. 2 Nitrogeneous aspects. J. Agric. Sci., Cambridge. 123:109. Wang, Y. 1995. The effects of condensed tannins in Lotus corniculatus upon

lactation performance in ewes rearing twin lambs. In: Phd. Thesis. Massey University. New Zealand.

West, J.W., G.M. Hill and P.R. Utley. 1993. Peanut skins as feed ingredient for lactating dairy cows. Journal of Dairy Science. 76:590

Wina, E., Sitorus, S., Tarigan, Y., Angkoso, H., Hasbi, S., Sutikno, I. Dan Tangendjaja, B. 1993. Screening of Secondary Compounds in Tree and Creeping Legumes. In : Proceedings of a Workshop Held at the Research Institute fo Animal Production. Ciawi-Bogor, Indonesia, August 3-4, 1993.

Winarno, F.G. dan M.Aman. 1974. Fisiologi Lepas Panen. Departemen Teknologi Hasil Pertanian. Fatemeta. Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Manual desain perkerasan ini digunakan untuk menghasilkan desain awal yang kemudian hasil tersebut diperiksa terhadap pedoman desain perkerasan Pd T- 01-2002-B, dan Software

Tiga simpulan dari makalah ini ialah (1) ketersediaan sumber daya alam yang melimpah tidaklah serta merta berkorelasi positif dengan perbaikan tingkat kesejahteraan, (2)

Tekke dan Ghani (2013) menyatakan bahwa kematangan karir merupakan faktor penting yang harus dimiliki setiap individu, terutama pada peserta didik karena

1) Pemeriksaan tanpa merusak. Radiasi sinar gamma dapat digunakan untuk memeriksa cacat pada logam atau sambungan las, yaitu dengan meronsen bahan tersebut. Tehnik ini

Dengan menggunakan monitoring berbasis notifikasi E-mail administrator tidak perlu selalu mengecek secara berkala untuk mengetahui terjadi perubahan aktifitas

Berdasarkan hasil temuan penelitian, analisis data, dan refleksi setiap siklus, disimpulkan metode ini dapat meningkatkan hasil belajar belajar matematika materi

Sesungguhnya menjadi seorang guru merupakan hal yang sulit, sebab seorang guru harus mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik, baik itu aspek