• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Permulaan Melalui Teknik Fading Di Kelas I SDN No. 69 Kota Timur Kota Gorontalo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Permulaan Melalui Teknik Fading Di Kelas I SDN No. 69 Kota Timur Kota Gorontalo."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Permulaan

Melalui Teknik Fading Di Kelas I SDN No. 69 Kota Timur

Kota Gorontalo

.

Rumia Abudi

NIM : 111 411 169

Pembimbing I Ibu Dra. Hj. Maryam Rahim M. Pd Pembimbing II Bapak Dr. Rustam Husain S. Ag M. Pd

A B S T R A K

Permasalahan yang dihadapi SDN No. 69 Kota Timur Kota Gorontalo

Khususnya di kelas I SDN No. 69 Kota Timur Kota Gorontalo adalah kurangadanya anak memiliki kemampuan dalam membaca permulaan.

Masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah teknik fading dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca permulaan di kelas I SDN No. 69 Kota Timur Kota Gorontalo?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa membaca permulaan melalui teknik fading.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan teknik pengumpulan data melalui observasi. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis persentase. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I siswa yang memiliki kemampuan membaca permulaan berjumlah 12 orang atau 60% berada pada kriteria mampu, 8 orang atau 40% berada pada kriteria kurang mampu dan kriteria tidak mampu 0%. Selanjutnya pada siklus II, terjadi peningkatan siswa yang memiliki kemampuan dalam membaca permulaan menjadi 17 orang siswa atau 85% pada kriteria mampu, dan 3 orang siswa kriteria kurang mampu, serta 0% pada kriteria tidak mampu. Dengan demikian Hipotesis tindakan yang berbunyi: ”Jika guru menggunakan teknik fading dalam pembelajaran, maka kemampuan siswa membaca permulaan di kelas I SDN No. 69 Kota Timur Kota Gorontalo akan meningkat, dapat diterima”.

(3)

3

Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan kurikulum dalam lembaga pendidikan sebagai upaya mempengaruhi para peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan itu sendiri pada dasarnya mengantarkan para peserta didik menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Akan tetapi berbicara masalah pendidikan, kadangkala dihadapkan pada mata rantai persoalan yang tidak jelas ujung pangkalnya dan dari mana harus memulainya. Betapa petingnya pendidikan dalam kehidupan manusia, sehingga dengan demikian manusia dituntut untuk menuntut ilmu pengetahuan itu melalui proses pendidikan yang dimaksudkan di atas. Salah satu unsur yang paling penting dalam proses pendidikan adalah belajar.

Membaca bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam membaca. Secara umum faktor-faktor tersebut datang dari guru, anak, kondisi lingkungan, materi pelajaran serta metode pembelajaran. Faktor-faktor tersebut terkait dengan proses jalannya proses belajar membaca. Jika kurang diperhatikan hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan membaca pada anak. Setiap proses pembelajaran berbahasa hendaknya lebih diperhatikan agar tepat sasaran dan mampu meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan membaca permulaan yang memiliki banyak manfaat dalam perkembangan berbahasa siswa.

Melalui kegiatan membaca, siswa mampu memperoleh banyak pengetahuan. Oleh sebab itu, guru sebaiknya memiliki perhatian khusus dalam kompetensi membaca ini karena selain manfaatnya yang besar bagi siswa, membaca juga merupakan kegiatan yang kompleks. Membaca permulaan merupakan salah satu jenis membaca yang dilaksanakan di sekolah dasar, yang bertujuan agar siswa memahami dasar-dasar membaca, seperti membaca huruf, kata, dan kalimat yang tepat sesuai lafal dan intonasi. Dengan membaca permulaan, siswa pada dasarnya akan memiliki kemampuan membaca pemahaman, membaca lancar pada kelas-kelas berikutnya. Membaca permulaan diberikan kepada siswa berdasar pada tujuan pembelajaran di SD. Menurut Depdiknas (2006:317) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tertulis, jadi untuk mewujudkan tujuan tersebut ada empat keterampiln berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa SD, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pendapat tersebut juga dipertegas oleh Depdiknas (2006:318) yang menyatakan ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) mendengarkan; 2) berbicara; 3) membaca, dan 4) menulis.

Kurangnya kemampuan membaca permulaan pada siswa, khususnya siswa kelas I SDN No. 69 Kota Timur Kota Gorontalo, diduga siswa tersebut tidak berasal dari taman kanak-kanak, lingkungan keluarga yang kurang kondusif, orang tua yang otoriter, dan kemampuan dasar anak.

(4)

4

Kondisi yang ditemukan pada siswa kelas I SDN No. 69 Kota Timur Kota Gorontalo, dari 20 orang siswa, terdapat 12 orang siswa atau 60% siswa yang kurang memiliki kemampuan dalam membaca permulaan. Gejala yang nampak antara lain: ketika diberikan tugas membaca, hanya diam. Hal ini disebabkan anak belum mampu dalam menguasai bacaan yang diberikan. Akibat dari kurangnya membaca permulaan berdampak pula pada kemampuan siswa dalam menulis sederhana. Dengan kondisi seperti ini, maka tidak jarang proses belajar mengajar yang direncanakan menjadi terhambat, di samping itu, tujuan pembelajaran tidak tercapai. Hal ini dikemukakan oleh Tarigan (2008:4) bahwa untuk menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat; kemampuan menulis akan mempengaruhi kemampuan membaca.

Permasalahan kurangnya kemampuan membaca siswa yang ditemukan pada siswa kelas I SDN No. 69 Kota Timur Kota Gorontalo. Perlu mendapatkan perhatian, mengingat kemampuan membaca merupakan modal utama yang harus dimiliki setiap anak. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa. Salah satunya dengan menggunakan teknik fading adalah teknik untuk membentuk perilaku yang diinginkan secara bertahap, yaitu dengan memberikan suatu stimulus awal atau stimulus yang mampu menampilkan respons yang diinginkan secara terus menerus kepada individu tersebut, dan selanjutnya stimulus tersebut sedikit demi sedikit dihilangkan. Dengan menggunakan proses ini, diharapkan individu mampu merespons lingkungan yang sebenarnya tanpa memberikan stimulus awal, (http://ashotmarshesibk.blogspot.com-diakses-26-10/20013).

Penerapan teknik fading pada kemampuan membaca permulaan meliputi: a) guru memberi contoh membaca kalimat “saya setiap hari pergi ke sekolah”; b) guru memberi contoh membaca tiap kata: “saya”, “setiap”, “hari”, “pergi ke sekolah”; c) siswa mengikuti contoh yang diberikan guru; d) siswa membaca kalimat yang dicontohkan guru; e) pemberian contoh diberikan contoh berulang, sehingga siswa dapat membaca tanpa bantuan guru; f) siswa membaca tanpa bantuan guru; g) bagi siswa yang dapat membaca dengan tepat, diberi penguatan oleh guru.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, peneliti merumuskan judul penelitian sebagai berikut: “Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Permulaan Melalui Teknik Fading di Kelas I SDN No. 69 Kota Timur Kota Gorontalo”.

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, yakni:

1. Terdapat 7 orang siswa yang belum memiliki kemampuan membaca permulaan. Gejala yang nampak yakni: tidak dapat membaca, tidak dapat melengkapi kalimat, tidak dapat menulis kata maupun kalimat.

2. Metode mengajar yang digunakan guru selama ini belum efektif membantu siswa belajar membaca permulaan.

Rumusan Masalah dalam penelitian ini, yaitu: “Apakah teknik fading dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa di SDN No. 69 Kecamatan Kota Timur?”.Cara Pemecahan Masalah yakni Untuk meningkatkan kemampuan

(5)

5

membaca permulaan siswa, digunakan teknik fading dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Guru memberi contoh membaca huruf, kata, kalimat. b. Siswa mengikuti contoh yang diberikan guru

c. Guru membimbing siswa membaca permulaan sesuai lafal dan intonasi yang tepat.

d. Siswa mengikuti petunjuk guru

e. Guru memberi tugas kepada siswa untuk membaca tanpa bantuan guru. f. Siswa membaca kalimat yang dituliskan guru.

g. Bagi siswa yang dapat membaca dengan baik dan tepat diberikan penguatan oleh guru.

Penelitian ini penelitian bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa membaca permulaan melalui teknik fading di kelas I SDN No. 69 Kota Timur Kota Gorontalo.Hasil yang akan dicapai dalam penelitian ini, meliputi: Bagi siswa; dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan, sebagai dasar dalam membaca. Bagi guru; memberi pengetahuan dalam menerapkan teknik pengubahan perilaku yakni teknik fading dalam pembelajaran. Bagi peneliti; memberi pengalaman dalam menerapkan pengetahuan tentang bimbingan dan konseling di sekolah. Bagi sekolah; memberi kontribusi yang positif terhadap proses pembelajaran.

Kajian teori

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak.

Menurut Purwanto (dalam Kosasih, 2012:68) membaca permulaan adalah suatu kegiatan dalam memperoleh kecakapan mengenal huruf beserta bunyi yang dirangkai-rangkaikan hingga bermakna sebagai aktivitas dasar dalam belajar melalui tahapan tanpa buku dan dengan buku. Pengajaran membaca permulaan bertujuan mengajarkan secepat-cepatnya mengenai teks bacaan secara baik tanpa melupakan isi bacaan, pikiran dan perasaan, atau berusaha menafsirkan pikiran dan kehendak yang dinyatakan secara tertulis. Membaca permulaan merupakan salah satu aktivitas yang penting bagi seseorang sebab dengan membaca dapat menambah informasi, pengetahuan, dan mempertajam kemampuan berpikir.

Crawley dan Mountain (dalam Rahim; 2007:2) membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan visual, berpikir, psikolinguistik, metakognitif. Sebagai

(6)

6

proses vidual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.

Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan. Maksudnya, menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan komponen dasar dari tiga istilah dari proses membaca yaitu recoding, decoding dan meaning, Syafi’i (dalam Rahim, 2007:2).

Recoding merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyi sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Proses recoding dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu SD kelas I, II, III, yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini adalah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Sementara itu proses memahami makna atau meaning lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD.

Rahim (2007:13) peningkatan kemampuan berpikir melalui membaca seharusnya dimulai sejak dini. Guru SD dapat membimbing siswanya dengan memberikan pertanyan-pertanyaan yang memungkinkan mereka bisa meningkatkan kemampuan berpikirnya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru hendaknya merangsang siswa berpikir, seperti pertanyaan mengapa dan bagaimana. Jadi pertanyaan yang diajukan sehubungan dengan bacaan tidak hanya pertanyaan yang menghsilkan jawaban berupa fakta.

Burns (dalam Rahim, 2007:14) pemusatan perhatian, kesenangan dan motivasi yang tinggi diperlukan dalam membaca. Anak-anak SD seharusnya terlatih memusatkan perhatiannya pada bahan bacaan yang dibacanya. Guru SD bisa melatih siswanya terbiasa memusatkan perhatiannya dengan memberikan bacaan yang menjadi minat mereka, tanpa perhatian yang penuh ketika membaca, siswa sulit mendapatkan sesuatu dari bacaan. Motivasi dan kesenangan membaca sangat membantu siswa untuk memusatkan perhatian pada bacaan. Agar hasil membaca dapat tercapai secara maksimal, pembaca harus menguasai kegiatan-kegiatan dalam proses membaca tersebut.

Belajar membaca dan menulis penting bagi keberhasilan siswa di sekolah. Bowman (dalam Wasik, 2008:323) menjelaskan salah satu pertanda baik apakah seorang siswa akan belajar secara kompeten di sekolah adalah tingkat kemampuan siswa itu dalam hal membaca dan menulis. Meskipun kemampuan membaca dan menulis terus dikembangkan sepanjang hidup, pengalaman membaca dan menulis untuk siswa SD meletakkan dasar penting bagi perkembangan membaca di masa depan. Karena pentingnya membaca dalam perkembangan anak, maka perlu sekali memahami faktor-faktor penting yang mempengaruhi kemampuan membaca siswa.

(7)

7

Akhadiah (dalam Darmayanti, 1999:49) mengemukakan bahwa dengan membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak didik. Selanjutnya dijelaskan pula membaca merupakan suatu proses berupa penyandian kembali dan penafsiran sandi. Kegiatannya dimulai dari mengenal huruf, kata, ungkapan, frase, kalimat dan wacana serta menghubungkan bunyi dan makna.

Wido (2006:120) menjelaskan banyak manfaat yang diperleh bila siswa gemar membaca. Berbagai macam ilmu pengetahuan dapat ia peroleh melalui kegiatan membaca. Mulai dari adat istiadat, kebudayaan, teknologi sampai dengan makanan tradisional suatu daerah dapat diketahuinya melalui membaca. Siswa dapat membaca serta mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain, juga melalui kebiasaan membaca.

Membaca permulaan menurut Siswanto dan Lestari (2012:13) membaca harus diproses melalui tahapan-tahapan fonemik dan fonetik. Anak-anak harus terlebih dahulu mengenal huruf dan mampu membedakan bunyi, sampai akhirnya bisa menggabungkan huruf-huruf tersebut menjadi sebuah kata. Untuk membaca permulaan anak pada awalnya diperkenalkan huruf a sampai z.

Pada kesimpulannya membaca permulaan merupakan bagian dari kemampuan membaca, yang memberikan dasar-dasar pemahaman membaca, meliputi: mengenal huruf, kata dan kalimat. Membaca permulaan memerlukan bimbingan yang sistematis dari guru, disebabkan apabila anak dapat membaca permulaan, maka kemampuan membaca selanjutnya akan memperoleh hasil yang diharapkan.

Tujuan Membaca Permulaan

Suatu kegiatan yang akan dilakukan hendaknya disertai dengan adanya tujuan. Begitu pula dengan kegiatan membaca, hendaknya pembaca memiliki tujuan sebelum melakukannya. Tujuan dalam membaca akan menentukan arah dan hasil yang akan diperoleh oleh pembaca. Setiap pembaca memiliki tujuan yang berbeda-beda. Penentuan tujuan tersebut didasarkan pada membaca mempunyai peranan sosial yang amat penting dalam kehidupan manusia sepanjang masa karena membaca itu merupakan satu alat komunikasi yang amat diperlukan dalam suatu masyarakat berbudaya.

Suyadi (2009:133) mengemukakan bahwa tujuan dari membaca adalah agar anak mempunyai perbendaharaan dan pemahaman dengan kata-kata yang akan mereka gunakan dalam berbicara. Selanjutnya Ruth (2006:4) menjelaskan tujuan membaca yakni: a) memahami sifat dalam bertindak; b) mengetahui ilmu pengetahuan dalam hubungan setiap hari; c) melihat ilmu pengetahuan sebagai kebutuhan yang relevan penting dalam kehidupan setiap hari; d) mendapatkan cara-cara baru untuk berpikir dan memecahkan masalah.

Burns (dalam Rahim, 2009:11) macam-macam tujuan membaca, yaitu: 1) kesenangan; 2) menyempurnakan membaca nyaring; 3) menggunakan strategi tertentu; 4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu objek; 5) mengaitkan informasi yang baru dengan informasi yang telah diketahuinya; 6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis; 7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; 8) menampilkan suatu

(8)

8

eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam cara lain dan mempelajari tentang struktur teks; 9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Seefeldt dan Wasik (2008:325) mengemukakan membaca memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar kosa kata baru dan untuk mendengarkan bahasa dalam bentuk yang berbeda dari kata-kata yang diucapkan. Selanjutnya dijelaskan pula saat membaca, para guru dapat melakukan hal-hal berikut untuk memudahkan pengembangan membaca yang meliputi: (a) memberi penjelasan tentang contoh-contoh kosa kata baru; (b) mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka (open-ended) untuk memudahkan pemahaman yang dibaca; (c) menghubungkan antara apa yang terjadi dalam bacaan dan apa yang terjadi dalam kehidupan anak TK; (d) membaca dan mencari yakin kembali apa yang dibaca untuk memperdalam pemahaman dan perkembangan kosa kata.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan membaca permulaan merupakan tahap dalam pembelajaran membaca yang perlu diajarkan kepada siswa dengan menggunakan metode maupun teknik yang sesuai. Aktivitas membaca permulaan memerlukan suatu kesiapan fisik dan psikis, disebabkan ketika individu membaca, maka secara otomatis ia berpikir seperti menghubungkan hal-hal yang dibaca dengan keadaan di lingkungan sekitarnya.Membaca permulaan merupakan awal kegiatan siswa mengenal huruf, kata, kosa kata, kalimat yang memerlukan kesungguhan dari guru untuk selalu memotivasi mereka agar memiliki minat dalam membaca.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Permulaan

Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaan. Rahim (2008:16) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaan, lanjut maupun pemahaman, yang terdiri dari:

a) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca permulaan. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangamatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan mereka. Guru hendaknya cepat menemukan tanda-tanda yang disebutkan di atas.

Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Analisis bunyi, misalnya, mungkin sukar bagi anak yang mempunyai masalah pada alat bicara dan alat pendengaran. Guru harus waspada terhadap beberapa kebiasaan anak, seperti anak sering menggosok-gosok matanya, dan mengerjap-ngerjapkan matanya ketika membaca. Jika menemukan siswa seperti di atas, guru harus menyarankan kepada orang tuanya untuk membawa si anak ke dokter spesialis mata. Dengan kata lain, guru harus sensitif terhadap gangguan yang dialami oleh seorang anak. Makin cepat guru mengetahuinya, makin cepat pula masalah

(9)

9

anak dapat diselesaikan. Sebaiknya, anak-anak diperiksa matanya terlebih dahulu sebelum ia mulai membaca permulaan.

Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat penglihatannya, beberapa anak mengalami kesukaran belajar membaca permulaan. Hal itu dapat terjadi karena belum berkembangnya kemampuan mereka dalam membedakan simbol-simbol cetakan, seperti huruf-huruf, angka-angka dan kata-kata, misalnya anak belum bisa membedakan b, p dan d. Perbedaan pendengaran (auditory discrimination) adalah kemampuan mendengarkan kemiripan dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor penting dalam menentukan kesiapan membaca permulaan siswa.

b) Faktor Intelektual

Istilah intelegensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat. Terkait dengan penjelasan Heinz di atas, Wechster (dalam Rahim, 2008:17) mengemukakan bahwa intelegensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan.

Penelitian Ehansky (1963) dan Muechl dan Forrel (1973) yang dikutip oleh Harris dan Sipay (1980) menunjukkan bahwa secara umum ada hubungan positif (tetapi rendah) antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rubin (1999:49) bahwa banyak hasil penelitian memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi menjadi pembaca yang baik.

Secara umum, intelegensi siswa tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil atau tidaknya siswa dalam membaca permulaan. Faktor metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru juga turut mempengaruhi kemampuan membaca permulaan siswa. c) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca siswa. Faktor lingkungan itu mencakup: 1) latar belakang dan pengalaman siswa di rumah, dan 2) sosial ekonomi keluarga siswa.

1) Latar belakang dan pengalaman siswa di rumah

Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah mempengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga menghalangi anak belajar membaca. Anak yang tinggal di rumah tangga yang harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami anak-anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi, tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca.

Rubin (1999:56) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka kepada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk berpikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar di sekolah. Di samping itu, komposisi orang dewasa dalam lingkungan rumah

(10)

10

juga berpengaruh pada kemampuan membaca anak. Anak yang dibesarkan oleh kedua orang tuanya, orang tua tunggal, seorang pembantu rumah tangga, atau orang tua angkat akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku anak. Anak yang dibesarkan oleh ibu saja berbeda dengan anak yang dibesarkan oleh seorang ayah saya. Kematian salah seorang anggota keluarga umumnya akan menyebabkan tekanan pada anak-anak. Perceraian juga merupakan pengalaman yang traumatis bagi anak-anak. Guru hendaknya memahami tentang lingkungan keluarga anak dan peka pada perubahan yang tiba-tiba terjadi pada anak.

Rumah juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan senang membacakan cerita kepada anak-anak mereka umumnya menghasilkan anak yang senang membaca. Orang tua yang mempunyai minat yang besar terhadap kegiatan sekolah di mana anak-anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif anak terhadap belajar, khususnya belajar membaca.

Kualitas dan luasnya pengalaman anak anak di rumah juga penting bagi kemajuan belajar mereka. Membaca seharusnya merupakan suatu kegiatan yang bermakna. Pengalaman masa lalu anak-anak memungkinkan anak-anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca.

2) Faktor Sosial Ekonomi

Ada kecenderungan orang tua kelas menengah ke atas merasa bahwa anak-anak mereka siap lebih awal dalam membaca permulaan. Namun, usaha orang tua hendaknya tidak berhenti hanya sampai pada membaca permulaan saja. Orang tua harus melanjutkan kegiatan membaca anak secara terus menerus. Anak lebih membutuhkan perhatian daripada uang. Oleh sebab itu, orang tua hendaknya menghabiskan waktu mereka untuk berbicara dengan anak mereka agar anak menyenangi membaca dan berbagi buku cerita dan pengalaman membaca dengan anak. Sebaliknya, anak-anak yang berasal dari keluarga kelas rendah yang berusaha mengejar kegiatan-kegiatan tersebut akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menjadi pembaca yang baik.

Faktor sosiol ekonomi, orang tua, dan lingkungan keluarga merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Anak-anak yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak mereka berbicara akan mendukung perkembangan bahasa dan intelegensi anak. Begitu pula dengan kemampuan membaca anak. Anak-anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang berguna akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi.

3) Faktor Psikologis

Faktor lain yang juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup: a) motivasi; b) minat, dan c) kematangan sosial emosi dan penyesuaian diri.

(11)

11 a) Motivasi

Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Eanes (1997) mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru harus mendemonstrasikan kepada siswa praktik pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan.

Tindakan membaca bersumber dari kognitif. Ahli psikologi pendidikan seperti Bloom dan Piaget menjelaskan bahwa pemahaman, interpretasi dan asimilasi merupakan dimensi hierarki kognitif. Namun, semua aspek kognisi tersebut bersumber dari aspek afektif seperti minat, rasa percaya diri, pengontrolan perasaan negatif, serta penundaan dan kemauan untuk mengambil resiko.

Crawley dan Mountain (dalam Rahim, 2008:20) mengemukakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan sesuatu kegiatan. Motivasi belajar mempengaruhi minat dan hasil belajar siswa. Menurut Frymier (dalam Rahim, 2008:20) ada lima ciri siswa yang mempunyai motivasi yang bisa diamati guru, yakni sebagai berikut: a) Persepsinya terhadap waktu; siswa menggunakan waktu secara realistis dan efisien, mereka sadar tentang masa sekarang, masa lalu, dan masa yang akan datang; b) Keterbukaannya pada pengalaman; siswa termotivasi mencari dan terbuka pada pengalaman baru; c) Konsepsinya tentang diri sendiri: siswa mempunyai konsepsi diri yang lebih jelas dibandingkan dengan siswa yang tidak termotivasi dan merasa seolah-olah dirinya orang penting dan berharga; d) Nilai-nilai siswa cenderung menilai hal-hal yang abstrak dan teoretis; e) Toleransi dan ambiguitas: siswa lebih tertarik pada hal-hal yang kurang jelas yang belum diketahui, tetapi berharga untuk mereka.

b) Minat

minat baca ialah keinganan yang kuat disertai usaha- usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaanya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri.

Mountain (Dalam Rahim, 2007 : 28) mengidentifikasi tujuh factor yang mempengaruhi perkembangan minat anak. Factor –faktor itu adalah :

a. Pengalaman sebelumnya; siswa tidak akan mengembangkan minatnya terhadap sesuatu jika belum pernah mengalaminya.

b. Konsepsinya tentang diri; siswa akan menolak informasi yang dirasa mengancamnya, sebaliknya siswa akan menerima jika informasi itu dipandang berguna dan membantu meninggkatkan dirinya.

c. Nilai – nilai; minat siswa timbul jika sebuah mata pelajaran disajikan oleh orang yang berwibawa.

d. Mata pelajaran yang bermakna; Informasi yang mudah dipahami oleh anak akan menarikminat mereka

e. tingkat keterlibatan tekanan; jika siswa merasa dirinya mempunya beberapa tingkat pilihan dan kurang tekanan, minat membaca mereka mungkin akan lebih tinggi.

(12)

12

f. kekompleksitaan materi pelajaran; siswa yang lebih mampu secara intelektual dan fleksibel secara psikologis lebih tertarik kepada hal yang lebih kompleks.

C . Kematangan Sosial emosi dan penyesuaian diri

Ada tiga aspek kematangan emosi dan social, yaitu a) stabilitas emosi, b) kepercayaan diri, dan c) kemampuan berpartisipasi dalam kelompok. Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak – anak yang mudah marah, menangis dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat kesulitan dalam pembelajaran membaca. Sebaliknya, anak yang lebih mudah mengontrol emosinya akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya. Pemusatan perhatian pada bahan bacaan memungkinkan kemajuan kemampuan anak- anak dalam memahami bacaan akan meningkat.

Fading merupakan salah satu teknik perubahan perilaku yang bertujuan membantu siswa agar dapat memiliki kemampuan pada aspek tertentu. Purwanto (2012:32) mengemukakan perilaku yang telah terbentuk kadangkala dapat hilang dalam waktu pendek dan dapat pula dalam waktu lama. Pemeliharaan perilaku dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan menggunakan penguatan.

Pelaksanaan teknik fading didasarkan pula pada pendekatan Geotalt yang dikemukakan oleh Komalasari, dkk (2011:285) individu harus menemukan caranya sendiri dalam hidup dan menerima tanggungjawab pribadi, jika individu ingin mencapai kedewasaan.

Membaca merupakan suatu kebutuhan hidup, perlu dimiliki oleh siswa dalam upaya pengembangan diri dalam berbagai aspek. Yusuf (2003:9) mengemukakan fading adalah salah satu teknik yang digunakan dalam membentuk tingkah laku dengan jalan mula-mula memberikan promf (bantuan) penuh kepada siswa untuk melakukan tingkah laku yang diharapkan, kemudian secara bertahap bantuan itu makin dikurangi, sehingga akhirnya siswa mampu melakukan tingkah laku yang diharapkan itu tanpa bantuan guru atau orang lain.

Menurut Martin (1983:133) “Fading is the gradual change of the stimulus controlling a responce, so that responce eventually occurs to a partially changed or completely new stimulus” Dengan ini Martin berpendapat bahwa fading merupakan perubahan stimulus secara berangsur-angsur untuk mengontrol sebuah respon sehingga respon tersebut menimbulkan perubahan sebagai stimulus ataupun secara menyeluruh menjadi stimulus yang baru.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat dikatakan pula bahwa fading merupakan prosedur yang digunakan untuk mempertahankan tingkah laku asli ketika stimulus berubah. Dalam hal ini pada penerapan teknik fading terutama peralihan tahap-tahap stimulus perlu dilakukan secara berhati-hati agar perilaku yang diharapkan itu benar-benar dikuasai oleh siswa, sehingga perubahan stimulus tidak mudah untuk mempengaruhinya. Kesalahan dalam penghentian stimulus pada waktu yang kurang tepat akan menyebabkan respon-respon yang tidak diharapkan. Untuk itu stimulus yang digunakan hendaklah diatur sedemikian rupa, dimana dalam pelaksanaan kegiatan perlu

(13)

13

ditentukan stimulus apa yang akan digunakan, bagaimana menggunakan stimulus dan berapa lama waktu memberikannya.

Ada beberapa faktor penunjang efektivitas fading menurut Martin (1983:46) yang perlu dipahami guru dalam menerapkan teknik fading, meliputi:

a) Pemilihan target perilaku yang akan dikontrol oleh stimulus

Dalam menerapkan teknik fading, kegiatan ini merupakan langkah awal dalam suatu pengubahan tingkah laku. Misalnya, dalam proses pembelajaran anak diharapkan dapat bercakap-cakap dengan kalimat yang sederhana. Yang menjadi target adalah perilaku dalam kegiatan ini adalah kemampuan anak bercakap-cakap, sedangkan yang menjadi stimulus adalah media gambar sesuai tema pembelajaran.

b) Pemilihan stimulus awal untuk mengendalikan tingkah laku

Kegiatan ini ada hubungannya dengan kondisi anak dalam peralihan langkah pemberian stimulus. Misalnya dalam membantu anak untuk bercakap-cakap, diawali dengan bertanya tentang isi gambar/media yang diamati anak. Penentuan stimulus awal yang dapat diberikan disesuaikan dengan kondisi anak, sebab ada yang bisa bercakap dengan baik tetapi ada juga yang belum mampu. Akan tetapi guru juga harus memperhatikan saat yang tepat untuk mengubah stimulus supaya setiap langkah peralihan yang dilakukan guru bisa berjalan dengan baik.

c) Pemilihan langkah-langkah fading

Setelah diberikan target perilaku yang diharapkan dan stimulus awal yang digunakan, maka selanjutnya guru menyusun langkah-langkah penerapan fading mulai dari stimulus awal sampai dengan stimulus akhir dalam usaha mencapai perilaku yang diharapkan, (http://www.psikologizone.com,diakses-25-10-2013). Jadi, misalnya sebagai stimulus awal guru meminta anak-anak untuk bercakap-cakap tentang isi gambar bersama-sama dengan guru. Apabila respon yang diinginkan sudah nampak, maka stimulus dapat dihilangkan secara perlahan-lahan. Namun pengurangan stimulus atau bantuan ini hendaknya dilakukan dengan hati-hati karena penghilangan bantuan terlalu cepat atau terlalu lama akan menimbulkan efek yang kurang baik atau tidak diinginkan. Anak merasa bosan, pembelajaran menjadi tidak menarik, dan akhirnya segala yang telah dilakukan guru tidak berhasil atau tidak mencapai maksud dan sasaran yang diharapkan.

Usia 6-12 tahun (usia SD) ditandai dengan perubahan dalam kemampuan dan perilaku, yang membuat anak lebih mampu dan siap belajar dibandingkan sebelumnya. Berdasar pada hal ini kemampuan membaca permulaan perlu difasilitasi guru, mengingat membaca yang akan mendasari penerimaan pengetahuan lainnya.

Soetjianingsih (2011:260) menjelaskan kata-kata bertambah banyak dan sudah dapat menguasai hampir semua jenis kalimat. Isi pembicaraan sudah bersifat sosial dan tidak egosentris lagi pada anak usia 6 – 12 tahun. Membaca permulaan bagi siswa memerlukan langkah/tahapan untuk dapat memiliki kemampuan membaca.

Adapun penerapan teknik fading dalam upaya meningkatkan membaca permulaan, meliputi: a) guru memberi contoh membaca huruf, kata maupun kalimat

(14)

14

dengan menggunakan pias; b) guru bersama siswa membaca huruf, kata dan kalimat; c) guru mengulangi contoh membaca sesuai lafal dan intonasi; d) guru membimbing siswa untuk membaca; e) siswa membaca secara bergantian; f) siswa membaca tanpa bimbingan guru; g) bagi siswa yang membaca dengan tepat sesuai lafal dan intonasi, diberi penguatan oleh guru.

Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka teoretis di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Jika guru menggunakan teknik fading, maka kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SDN No. 69 Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo, dapat ditingkatkan”.

Indikator kinerja keberhasilan penelitian ini minimal 85% dari jumlah anak yang telah memiliki kemampuan membaca permulaan. Atau terjadi peningkatan dari 8 orang anak (40 %) menjadi 17 orang anak (85%) dari jumlah anak 20 orang.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN No. 69 Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo.Waktu pelaksanaan tindakan kelas ini berlangsung selama tiga bulan, yaitu dari bulan Oktober sampai dengan Desember tahun 2013. Tempat penelitian di Kelas I SDN No. 69 Kota Timur Kota Gorontalo.dengan jumlah siswa 20, yang terdiri dari laki-laki 12 orang dan 8 orang perempuan. Dan Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah variabel input, variabel proses, dan variabel output.

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru kelas. Agar pelaksanaan tindakan dapat berjalan lancar, maka guru berpedoman pada persiapan pembelajaran yang didalamnya tercermin langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam menggunakan teknikfading. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua.

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data Menggunakan pedoman observasi, kegiatan guru melaksanakan pembelajaran membaca permulaan dengan teknik fading, dan lembar penilaian kemampuan anak membaca permulaan. analisis data dilakukan dengan teknik persentase, di mana data diperoleh dari hasil observasi dikembangkan dengan teknik penilaian kemudian dianalisis. Dari hasil setiap indikator, selanjutnya dijumlahkan, dibagi dengan jumlah siswa yang menjadi objek penelitian untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian diperoleh siklus I pertemuan 1, siswa yang memiliki kemampuan membaca permulaan berjumlah 10 orang atau 50% dan kriteria kurang mampu 50%. Siklus I pertemuan 2 meningkat menjadi 12 orang atau 60%, dan kriteria kurang mampu 8 orang atau 40%.

(15)

15

Pada siklus II pertemuan 1 diperoleh hasil 14 orang siswa atau 70% yang telah memiliki kemampuan membaca permulaan, dan 30% atau 6 orang siswa yang berada pada kriteria kurang mampu. Pada siklus II pertemuan 2 diperoleh 17 orang siswa atau 85% dan 3 orang atau 15% pada kriteria kurang mampu.

Pembahasan

Membaca permulaan perlu dibentuk pada siswa sebagai kemampuan dasar untuk membaca pemahaman. Hidayah (2012:3) menbaca dapat diartikan sebagai mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Intinya membaca merupakan kegiatan melihat, mengeja atau melafalkan dari apa yang dilihat pada suatu tulisan.

Pelajaran membaca bagi siswa sekolah dasar merupakan hal yang penting, mengingat usia siswa SD, usia yang siap merespons pendidikan yang diberikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Shaywitz (dalam Tate, 2013:65) bahwa antara usia 7 dan 8, banyak anak mulai membaca dengan lancar dengan kemampuan untuk menyerap kata-kata yang mereka tidak ketahui dan membaginya menjadi beberapa suku kata-kata.

Membaca permulaan merupakan peletak dasar kemampuan membaca siswa. Membaca permulaan dengan teknik fading, emberikan kontribusi yang positif, dimana pada tahap awal guru memberikan contoh cara membaca huruf, kata. Selanjutnya apabila siswa telah mengetahui huruf dan kata, maka siswa akan diperkenalkan dengan kalimat yang merupakan rangkaian huruf dan kata.

Dari hasil penelitian diperoleh siklus I pertemuan 1, siswa yang memiliki kemampuan membaca permulaan berjumlah 10 orang atau 50% dan kriteria kurang mampu 50%. Siklus I pertemuan 2 meningkat menjadi 12 orang atau 60%, dan kriteria kurang mampu 8 orang atau 40%.

Dari hasil analisis dan refleksi diperoleh bahwa: a) penggunaan teknik fading dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan sangat sesuai. Hal ini dapat dijelaskan membaca memerlukan tahapan mengenal suku kata, kata dan kalimat. Apabila guru melaksanakannya disertai media pias-pias huruf, maka siswa akan mudah memahami; b) membaca permulaan memerlukan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa; c) dalam upaya merealisasikan kemampuan membaca permulaan, sebaiknya menggunakan strategi, metode atau pun teknik yang dapat memotivasi siswa dalam membaca.

Selanjutnya pada siklus II pertemuan 1 diperoleh hasil 14 orang siswa atau 70% yang telah memiliki kemampuan membaca permulaan, dan 30% atau 6 orang siswa yang berada pada kriteria kurang mampu. Pada siklus II pertemuan 2 diperoleh 17 orang siswa atau 85% dan 3 orang atau 15% pada kriteria kurang mampu.

Dari hasil analisis dan refleksi diperoleh bahwa:

a) Peningkatan hasil pada siklus II merupakan kerjasama antara peneliti dan guru mitra, terutama membimbing siswa dalam kelompok maupun individu pada proses membaca permulaan.

(16)

16

b) Siswa sangat antusias dan tertarik dengan teknik fading, dimana secara bertahap pelaksanaan membaca permulaan diajarkan kepada siswa.

Bagi siswa yang masih berada pada kriteria kurang mampu, mendapat perhatian penuh dari peneliti untuk dibimbing secara individual. Untuk jelasnya hasil pelaksanaan siklus, sehubungan dengan meningkatkan kemampuan siswa membaca permulaan melalui teknik fading di kelas I SDN No. 69 Kota Timur Kota Gorontalo.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa membaca permulaan, dapat ditindak-lanjuti melalui teknik fading. Hasil observasi awal bahwa siswa yang memiliki kemampuan membaca permulaan hanya sebanyak 8 orang atau 40% dari jumlah 20 siswa. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I yaitu melalui penggunaan teknik fading, maka terjadi peningkatan kemampuan membaca permulaan menjadi 12 orang atau 60%. Pada siklus II terjadi peningkatan yang sangat signifikan dari kemampuan membaca permulaan yaitu menjadi 17 orang atau 85% dari jumlah 20 orang siswa kelas I SDN No. 69 Kota Timur Kota Gorontalo.

Dengan demikian hipotesis yang berbunyi jika guru menggunakan teknik fading dalam pembelajaran, maka kemampuan siswa membaca permulaan di kelas 1 SDN No. 69 Kota Timur Kota Gorontalo akan meningkat, dapat diterima.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan beberapa saran, sebagai berikut:

a. Teknik fading merupakan salah satu teknik pengubahan perilaku, hendaknya digunakan dalam pembelajaran, khususnya yang berhubungan dengan meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas I.

b. Perlu penguasaan guru terkait kegiatan penerapan teknik fading, agar dalam prosesnya dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan secara optimal. c. Melalui penelitian tindakan kelas ini, diharapkan menjadi rujukan guru untuk

membelajarkan siswa, khususnya yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa kelas I.

DAFTAR PUSTAKA

Arumi, Tika. 2009. Metode Cepat Membaca, Sistem 24 Jam, Pustaka Widyatama

Depdiknas. 2006. Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Depdiknas RI

(17)

17

Jusuf, Husain. 2003. Jurnal Bimbingan & Konseling, FIP, IKIP Negeri Gorontalo

Hidayah, Aniatul. 2012. Membaca Super Cepat, Jakarta: Laskar Aksara

Hariyanto, Agus. 2009. Membuat Anak Anda Cepat Pintar Membaca, Diva Press

Komalasari, Edi. 2011. Teori dan Teknik Konseling, Jakarta: PT. Indeks

Kosasih, E. 2012. Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, Yrama Widya

Purwanto, Edi. 2012. Modifikasi Perilaku, Jogyakarta: Pustaka Pelajar

Putra Sareb, Masri. 2008. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini, PT. Indeks

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, PT. Bumi Aksara: Jakarta

Ruth, Katherina. 2006. Asyiknya Membaca, Prestasi Pustaka

Siswanto, Lestari. 2012. Pembelajaran Atraktif dan 100 Permainan Kreatif, Jogyakarta: Andi

Soetjiningsih, H. Christiana. 2012. Perkembangan Anak, Jakarta: Prenada Media Group

Suyadi. 2009. Ternyata Anakku Bisa Kubuat Genius, Power Books (Ihdina)

Tarigan, G. Hendri. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, PT. Angkasa: Bandung

Tate, L. Marcial. 2013. Menyiapkan Anak Untuk Sukses di Sekolah dan Kehidupan, Jakarta: PT. Indeks

Wasik, Seefeldt. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT. Indeks

http://juniladri.wordpress.com/tag/depdiknas-2004/,diakses-26-10/2013

http://www.psikologizone.com/fading-modifikasi-perilaku,diakses-25-20/2013 http://ashotmarshesibk.blogspot.com,diakses-26-10/2013

(18)
(19)
(20)

Referensi

Dokumen terkait

Kami akan menggunakan sebuah magnet yang mengalirkan fluks menuju sebuah kumparan sehingga didapatkan arus listrik bila gelombang tersebut dapat menghasilkan distorsi pada

1) Naskah proposal/laporan diketik dengan jarak 2 spasi, tidak boleh bolak-balik. 2) Kepala Bab dipisah dari judulnya dengan jarak 1,5 spasi, semua memakai huruf besar

Untuk mengetahui pengaruh variabel karakteristik sosial ekonomi dan persepsi masyarakat terhadap pengambilan keputusan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan HTR (Y1)

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diamb il k esimpu lan sebagai berikut: 1) Bahwa secara keseluruhan pelayanan yang diberikan KPP Pratama Batam

 Struktur perekonomian Jakarta triwulan III-2015 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai faktor pembentuk budaya keselamatan yang terdiri dari komitmen manajemen, peraturan dan prosedur,

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization adalah merupakan suatu peraturan yang lahir karena adanya

Dalam Penulisan Ilmiah ini, penulis ingin menyajikan perancangan home page âe-phonebookâ dengan menggunakan Microsoft FrontPage 2000 dan Internet Data Connector (IDC), dan MS