• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWALI KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWALI KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2009"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Kartika 26 HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0- 6

BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWALI KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2009

Siti Nur Endah H., Tri Lutvie, Devy Sri Mulyani ABSTRAK

Hampir 90% kematian balita terjadi dinegara berkembang dan lebih dari 40% kematian disebabkan diare dan ISPA, penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif. Secara teoritis pemberian ASI pada bayi mempunyai keuntungan terhadap kesehatan pada umumnya, pertumbuhan, perkembangan dan pengurangan resiko terkena penyakit akut dan kronik. Pemberian ASI juga mengurangi insiden dan beratnya diare.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Kawali Ciamis pada tahun 2009. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dengan sampel penelitian berjumlah 41 orang yaitu bayi yang berusia 0-6 bulan. Adapun metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara. Analisis data melalui dua tahapan yaitu univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan bivariat untuk melihat hubungan (chi square) serta besarnya hubungan.

Dari hasil penelitian a bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian Diare pada bayi usia 0-6 bulan (p value=0,002), dengan OR 2,250 yang mempunyai arti bayi yang tidak diberi ASI eksklusif mempunyai peluang terkena Diare 2,250 lebih besar dibanding dengan yang diberi ASI eksklusif.

Disarankan agar diselenggarakan kegiatan penyebaran informasi tentang ASI dengan metode penyuluhan, pembinaan ataupun konseling secara merata baik di puskesmas maupun di wilayah kerja puskesmas dengan melibatkan kader posyandu. Dalam setiap kegiatan penyebaran informasi hendaknya mempergunakan media promosi kesehatan dalam bentuk poster, leaflet atau brosur yang menarik, sehingga ibu yang mempunyai bayi usia 0 – 6 bulan akan lebih tertarik untuk meningkatkan pengetahuannya tentang ASI.

Kata kunci : ASI eksklusif, Diare, Cross sectional

A. PENDAHULUAN

Masalah bayi dan balita merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus mendapat perhatian, karena akan sangat menentukan dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Salah satu faktor yang berkaitan dengan bayi dan balita yang perlu mendapat perhatian adalah masalah pemberian air susu ibu (ASI). Pemberian ASI pada dasarnya merupakan kewajiban seorang ibu untuk menyusui bayinya guna kelangsungan hidup bayi dan tumbuh kembang secara optimal. Pemberian ASI juga dapat membentuk perkembangan intelegensia, rohani dan perkembangan emosional bayik tumbuh menjadi manusia Indonesia yang sehat, cerdas, berbudi pekerti, dan berakhlak mulia (Herawati, 2007).

Pemberian ASI eksklusif berpengaruh pada kualitas kesehatan bayi. Semakin sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif, maka kualitas kesehatan bayi dan anak balita akan semakin buruk, karena pemberian makanan pendamping ASI yang tidak benar akan menyebabkan gangguan

(2)

Jurnal Kesehatan Kartika 27 pencernaan yang selanjutnya menyebabkan gangguan pertumbuhan, sehingga berakibat angka kematian bayi pun meningkat. (Khairunniyah,2004)

Penelitian epidemiologik yang dilakukan oleh Rulina (2000), menunjukan bahwa pemberian ASI pada bayi mempunyai keuntungan terhadap kesehatan pada umumnya, perkembangan, pertumbuhan dan pengurangan resiko terkena penyakit akut dan kronik.

Penelitian membuktikan bahwa pemberian ASI mengurangi insiden dan atau beratnya diare. Berbagai komponen ASI dapat berperan dalam pencegahan dan penatalaksanaan diare akut. Adanya komponen anti infeksi, anti inflamatori, immunoglobulin, enzim serta zat-zat gizi yang terdapat pada ASI akan melindungi saluran pencernaan anak terhadap infestasi berbagai bakteri, virus, serta anti gen lain yang masuk kedalam pencernaan makanan. Disamping itu anak yang menderita diare akut akan lebih cepat sembuh apabila ASI tetap diteruskan (Soetjiningsih, 1997).

Penyakit diare khususnya pada bayi dan balita merupakan permasalahan yang sangat serius di Indonesia. Angka kejadian diare di Indonesia menurut survey morbiditas yang dilakukan departemen kesehatan tahun 2003 berkisar 200-374 per 1000 bayi. sedangkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001,didapatkan angka kematian akibat diare 23 per 100.000 penduduk dan pada balita 75 per 100.000 balita. Selama 2001 sebanyak 41 Kabupaten di 16 Provinsi melaporkan kejadian luar biasa (KLB) diare pada golongan semua umur di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 orang dan 277 orang diantaranya menyebabkan kematian (Widaya, 2009).

Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat melaporkan bahwa diare merupakan pembunuh nomor 2 pada kematian bayi (umur 28 hari-1 tahun) dan balita (umur 1-4 tahun). Sedangkan di kabupaten Ciamis penyakit diare merupakan pembunuh no 3 pada kematian bayi umur 0-28 hari sebesar 6,49% dan umur 28-1 tahun sebesar 12,21%. Selain daripada itu jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif pada tahun 2008 baru mencapai 42,17% dari 36.923 bayi yang ada. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu akan pentingnya ASI eksklusif, kurangnya dukungan dari keluarga, factor petugas kesehatan serta banyaknya ibu yang bekerja (SP3 Tahun 2007-2008 Dinkes Kabupaten Ciamis).

Menurut Depkes RI (2000) beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare salah satunya adalah tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) sampai 2 tahun, dan kurang gizi resiko penyakit serta kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang menderita gizi kurang atau gizi buruk dan kebersihan diri. Anak dengan status gizi buruk daya tahan tubuhnya kurang dikarenakan kurangnya asupan makanan yang bergizi sehingga lebih rentan terhadap berbagai penyakit.

Puskesmas Kecamatan Kawali merupakan salah satu Puskesmas dari 51 puskesmas yang berada di kabupaten Ciamis, yang terletak di wilayah utara Kabupaten Ciamis. Sesuai dengan karateristik wilayahnya, wilayah kerja puskesmas Kawali yang terdiri dari 2 desa ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis sebagai daerah rawan Kejadian Luar Biasa (KLB) diare pada golongan semua umur baik pada bayi, balita maupun dewasa.

Berdasarkan data yang diperoleh, data bayi di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Kawali tahun 2008 tercatat sebanyak 446 bayi dan yang diberikan ASI eksklusif hanya 22,65% atau sebanyak 101 bayi . Selama tahun 2008 tercatat jumlah bayi umur 0-6 bulan penderita diare yang berobat jalan ke puskesmas Kawali yaitu sebanyak 112 bayi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dari wawancara yang diambil dari 10 orang responden yang memiliki bayi 0-6 bulan didapatkan bahwa bayi yang tidak diberi ASI eksklusif yang pernah mengalami diare sebanyak 6 orang dan bayi yang diberi ASI eksklusif yang pernah mengalami diare sebanyak 2 orang, sedangkan 2 orang bayi diberi ASI eksklusif dan tidak mengalami diare.

(3)

Jurnal Kesehatan Kartika 28 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kawali Kabupaten Ciamis Tahun 2009.

B. METODOLOGI PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian cross sectional atau studi potong lintang, yang dimaksud dengan studi potong lintang adalah jenis penelitian yang mempelajari hubungan antara variabel bebas atau independent atau faktor resiko dengan variabel terikat atau dependen atau efek, yang dilakukan dalam satu saat (Notoatmodjo,2006). Dalam penelitian ini yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pemberian ASI eksklusif dan yang menjadi kejadian efek yang diteliti pada penelitian ini adalah kejadian diare. Adapun kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :

Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan : = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti

Hipotesis penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare. Ha : Terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare

Perilaku Pemberian

ASI eksklusif Kejadian Diare Faktor predisposisi ( karateristik)

- Umur - Pendidikan - Pekerjaan - Pengetahuan - Sikap Faktor Pendukung - Dukungan keluarga - Budaya

- Sarana & prasarana

Faktor pendorong - Petugas kesehatan

(4)

Jurnal Kesehatan Kartika 29 Tabel 1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Cara ukur Skala ukur

Hasil ukur

1 2 3 4 5 6

1 Pemberian ASI eksklusif

Pemberian ASI eksklusif adalah bayi yang diberi ASI saja tanpa diberikan makanan maupun minuman tambahan apapun selama 6 bulan.

(Soetjiningsih, 1997)

wawancara Nominal 1. Ya 2. Tidak

2 Kejadian Diare Kejadian Diare adalah frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau bercampur lendir dan darah. (Ngastiyah , 1997) Wawancara Nominal 1. Ya (> 4 x dng konsistensi encer) 2. Tidak ( ≤ 4x dgn konsistensi lembek) 2. Populasi dan Sampel Penelitian dan

Populasi adalah keseluruhan sampel penelitian atau objek yang akan diteliti ( Notoatmodjo, 2006). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah bayi berusia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Kawali kabupaten Ciamis periode Mei - Juli 2009 yang terdiri dari 2 desa yaitu desa Kawali dan Kawali Mukti dengan jumlah populasi 41 bayi.

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005) sampelnya adalah bayi yang berusia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Kawali. Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Total Sampling yaitu dengan cara tidak harus menetapkan sejumlah anggota sampel, tetapi jumlah populasi dijadikan sampel oleh peneliti yaitu dengan jumlah 41 bayi. 3. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data yang didapatkan langsung dari hasil penelitian di lapangan (field research) dengan menggunakan instrumen penelitian. Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah wawancara langsung kepada responden dengan mengisi panduan wawancara.

4. Analisa Data

Analisan data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat. Analisa Univariat yaitu dengan menggunakan analisis prosentasi untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel-variabel yang diamati. Analisis Bivariat dilakukan dengan menggunakan uji kai kuadrat atau dengan Uji Chi Square. Uji ini dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara variabel independen dan variabel dependen. Test Signifikansi dengan menggunakan nilai kemaknaan 95%, atau nilai α = 0,05.

5. Lokasi dan Waktu Penelitian

(5)

Jurnal Kesehatan Kartika 30 C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Analisa Univariat

a. Pemberian ASI eksklusif

Pemberian ASI eksklusif diukur melalui wawancara langsung yang berisi pertanyaan mengenai diberikan atau tidaknya ASI eksklusif. Dan didapatkan hasil seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI eksklusif pada Bayi 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kawali Ciamis

Pemberian ASI eksklusif Frekuensi Prosentase ( % )

Asi eksklusif 27 65,9

Tidak eksklusif 14 34,1

Total 41 100

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa dari 41 bayi yang menjadi responden yang diteliti ada 27 bayi yang diberi ASI eksklusif (65,9%) dan yang tidak diberi ASI eksklusif sebanyak 14 bayi (34,1%).

b. Kejadian Diare

Kejadian diare diukur melalui wawancara langsung yang berisi pertanyaan mengenai diare atau tidak diare. Dan didapatkan hasil seperti pada Tabel 2

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kawali Kabupaten Ciamis

Kejadian Frekuensi Prosentase ( % )

Diare 26 63,4

Tidak Diare 15 36,6

Total 41 100

Dari 41 bayi usia 0-6 bulan bayi yang tidak mengalami diare sebanyak 26 bayi (63,4%) dan bayi yang mengalami diare sebanyak 15 bayi (36,6%).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Kawali Ciamis. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chi Square diperoleh sebagai berikut :

Tabel 3. Distribusi Hubungan Pemberian Asi eksklusif dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kawali Ciamis

No. Pemberian ASI eksklusif Kejadian Diare Jumlah total OR P value Diare Tidak Diare

(6)

Jurnal Kesehatan Kartika 31 2. Tidak ASI

Eksklusif 14 (100%) 0 (0%) 14 (100%) Total 26 (63,4%) 15 (36,6%) 41 (100%)

Dari hasil hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Kawali Ciamis diperoleh data bahwa dari 27 ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan didapatkan jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dan pernah mengalami diare sebanyak 12 bayi (44,4%), sedangkan dari 14 ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan didapatkan jumlah bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif dan pernah mengalami diare sebanyak 14 bayi (100%)

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square menunjukan bahwa nilai probabilitas 0,002 (p < 0,05), hal ini berarti Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Kawali Ciamis. Besarnya hubungan (OR) yang didapatkan yaitu 2,250 yang mempunyai arti bayi yang tidak diberi ASI eksklusif mempunyai peluang terkena diare 2,250 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang diberi ASI eksklusif.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut. Bayi yang mendapat kolostrum dan ASI jarang terkena alergi, terutama terhadap protein susu sapi dimana sering memberikan gejala diare kronik, Komponen IgA pada kolostrum dan ASI matur selain bekerja sebagai anti bakteri juga mencegah tereabsorpsinya makromolekul asing. ASI melindungi bayi dari mikroba patogen yang berasal dari sekitarnya, misal yang berasal dari flora intestinal ibunya dan saluran pernafasan antara lain virus, V.kolera, E.Coli patogen, steptokokus, stapilokokus, dan kandida albikans. Disamping itu IgA melindungi bayi dari protein asing, sehingga bayi tidak mudah alergi. IgA adalah molekul yang resisten terhadap enzim proteolitik dari saluran pencernaan dan pH lambung, dan masih menunjukan anti bodi yang aktif pada tinja bayi yang minum ASI.

ASI mengandung macam-macam enzim yang berfungsi membantu pencernaan bayi, sebagai anti infeksi seperti lisozim yang tidak dapat dipecah oleh pencernaan dan masih ditemukan pada tinja. Kerja enzim ini adalah bakteriolitik terhadap entero bakteri seperti E.Coli patogen yang mempunyai efek antiviral.

a. ASI mengandung zat anti infeksi,bersih dan bebas kontaminasi.

b. Ig A dalam kolostrum/ASI kadar nya cukup tinggi, sektori Ig A tidak diserap tapi melumpuh kan bakteri pathogen E coli dan berbagai virus pada saluran cerna.

c. Laktoferin yaitu jenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran cerna.

d. Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri E coli dan Salmonella dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak dari susu sapi.

e. Sel darah putih pada ASI (2 minggu pertama) lebih dari 400cc/sel mil terdiri dari tiga macam yaitu : Brchus-Assosiated Lympocyte Tissue (BALT) anti bodi pernafasan, Gut Assosiated Lympocite Tissue (GALT) anti bodi saluran pernafasan dan Mamary Assosiated Lympocite Tissue (MALT) anti bodi jaringan payudara ibu.

f. Faktor bifidus, jenis karbohidrat yang mengandung nitrogen penunjang pertumbuhan bakteri laktobasilus bifidus.

g. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

(7)

Jurnal Kesehatan Kartika 32 ASI memegang peranan penting untuk pencegahan dan penatalaksanaan diare karena didalam ASI terdapat berbagai komponen yang penting baik dalam pencegahan maupun dalam terapi diare akut. Sehingga pada anak yang minum ASI lebih jarang terkena diare dari pada anak yang minum susu formula. Penelitian di Indonesia membuktikan bahwa ASI melindungi bayi terhadap infeksi saluran pencernaan dan pernafasan dalam 6 bulan pertama kehidupan. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut. Bayi yang mendapat kolostrum dan ASI jarang terkena alergi, terutama terhadap protein susu sapi dimana sering memberikan gejala diare kronik, Komponen IgA pada kolostrum dan ASI matur selain bekerja sebagai anti bakteri juga mencegah tereabsorpsinya makromolekul asing.

Menurut hasil penelitian memang terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare namun masih ada faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan diare pada bayi usia 0-6 bulan selain dari pemberian ASI eksklusif, misalnya kebersihan payudara ibu saat menyusui, pemberian makanan tambahan selain ASI sebelum waktunya dan faktor lingkungan.

D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 41 responden di Puskesmas Kawali Ciamis, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan :

a. Ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 27 orang (65,9%) dan yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 14 orang (34,1%).

b. Kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Kawali pada bayi Usia 0-6 bulan, bayi yang tidak menderita diare sebanyak 15 bayi (36,6%) dan yang menderita Diare sebanyak 26 bayi (63,4%).

c. Terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan (p=0,002), dengan OR 2,250 yang mempunyai arti bayi yang tidak diberi ASI eksklusif mempunyai peluang terkena diare 2,250 lebih besar dibanding dengan bayi diberi ASI eksklusif

2. SARAN

Diharapkan dapat memberikan penyuluhan-penyuluhan, pembinaan dan konseling secara merata baik di puskesmas maupun di wilayah kerja Puskesmas dengan melibatkan kader Posyandu. Dengan cara membagikan leaflet atau brosur yang menarik agar ibu yang mempunyai bayi usia 0–6 bulan akan lebih tertarik untuk meningkatkan pengetahuannya tentang manfaat ASI, keunggulan dan kandungan ASI yang salah satunya berperan dalam penatalaksanaan diare, sehingga diharapkan para ibu dapat memberikan ASI ekslusif.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2008) Program ASI Ekslusif di Jawa Barat. http://www.depkes.go.id, yang direkam pada 29 Januari 2009.

________, (2009) Definisi Diare http://wpfind.com/user/iwansain/ yang direkam pada 06 April 2009. Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka cipta

(8)

Jurnal Kesehatan Kartika 33 Depkes RI, (2000), Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta : Bhakti Husada

Fauzi (2005). Pemberian ASI eksklusif di Indonesia.http://www.media indonesia online.com Herawati ( 2007)Manfaat ASI Ekslusif.http://www.anaku.net, yang direkam pada 11 februari 2009.

Heti Nurwanti, (2007). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Diare Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Yang Memiliki Bayi ( 0-1 tahun ) Yang Sedang Menderita Diare Di Ruang Anak Gedung C Lantai 6 RSUD Cibabat Cimahi, KTI. Cimahi : STIKES A.YANI.

Judarwanto(2006) Program ASI Ekslusif Indonesia. http://situs.kespro.info/kia/agu/2005kia, yang direkam pada 29 Januari 2009.

Khairunniyah, 2004, Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Ditinjau Dari Faktor,Motivasi,Emosi Dan Sikap Pada Ibu Yang Melahirkan,Tesis

Markum. A. H, (1999). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI Muchtar ( 2005). Pemberian ASI Eksklusif. Media Indonesia Online Ngastiyah, (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, (2006). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Puskesmas Kawali, (2008). Laporan Bulanan Puskesmas Kawali. Kabupaten Ciamis.

Riwidikdo, handoko (2007). Statistik Kesehatan Belajar Mudah Tehnik Analisis Data Dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS). Yogyakarta. Mitra Cendekia Press.

Roesli, (2000). Mengenal Asi Ekslusif. Jakarta : Trubus Agriwidya

Soetjiningsih, (1997). Asi Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC SP3 Bulan Januari-Desember, (2008), Dinkes Kota Ciamis.

Susila Ningrum Rekawati, Utami, (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika Widaya (2009).Angka kejadian Diare di Indonesia.http://www.kapanlagi.com, yang direkam pada 6 April

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI eksklusif pada Bayi 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja  Puskesmas Kawali Ciamis

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pemerolehan acqusition bahasa adalah suatu teori siasat yang dimiliki dan dibutuhkan oleh anak-anak untuk

menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas tes termasuk dalam kategori (0,800-1,000), maka instrument dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Dengan demikian dapat

Arus kas operasi adalah kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan

kemandirian, hasil belajar di setiap akhir siklus, dan kinerja guru dalam pembelajaran.. Instrumen pengambil data dirinci tabel

Sayangnya usaha yang dilakukan selama ini justru membawa pengkaji pada perdebatan tersendiri. Aksin Wijaya membagi sikap pengkaji terhadap naskh menjadi tiga

Panaskan minyak dan tumiskan bahan B hingga layu. Masukkan sotong, lada hitam, bawang besar, cili merah dan sos lada hitam. Kacau rata dan biarkan mendidih sebentar. Tutup api

Flapper [14] gave an introduction to feature cluster on closed loop supply chains in European Journal of Operational Research volume 191, where three important issues were

Tepat w aktu, informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, sebab informasi yang usang (terlambat) tidak mempunyai niali yang baik, sehingga bila digunakan sebagai dasar