• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

LANDASAN TEORI Kajian Teori

Teori adalah susunan definisi, konsep, dan dalam menyajikan pandangan yang sistematis fenomena dengan menunjukkan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dengan maksud untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. (Anonim 1: 2014)

2.1 Drama

Menurut Morrisan , (Rani (2013: 26) kata “drama” berasal dari bahasa Yunani dran yang berarti bertindak atau berbuat (action). Program drama adalah pertunjukkan yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) – yang diperankan oleh pemain (artis) – yang melibatkan konflik dan emosi. Dengan demikian program drama biasanya menampilkan sejumlah pemain yang memerankan tokoh tertantu. Suatu drama akan mengikuti kehidupan atau petualangan para tokohnya.

Program televisi yang termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film. Jadi drama Korea ini termasuk dalam program drama televisi yang dibuat oleh Korea.

2.2 Semiotika

Semiotika, atau kata lain menurt Roland Barthes, semiologi, dasarnya yaitu hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal. Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat digabungkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi dalam hal ini di mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, juga mengkonstitusi sistem tersruktur dari tanda. 2.2.1 Konsep Semiotika Roland Barthes

Barthes dikenal sebagai seorang pemikir strukturalis yang giat mempraktikkan model linguistik dan semiologi dari Saussurean. Ia lahir pada tahun 1915 dari sebuah keluarga kelas menengah beragama protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Prancis.

(2)

8 Salah satu area penting yang ditekuni roland barthes saat studinya tentang tanda adalah peran pembaca.

Semiologi Roland Barthes dan para muridnya juga mengungkapkan bahwa, denotasi adalah sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan, dengan demikian sensor atau represi politis. dilihat segi bahasa, denotasi yaitu makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat nyata. Sedangkan konotasi adalah makna yang bukan dari sebenarnya yang pada umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan. Sedangkan mitos adalah sistem komunikasi dan sebuah pesan.

Dijelaskan pula dalam kerangka Barthes, konotasi sama dengan operasi ideologi, yang dikatakannya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. mitos juga terdapat pola tiga dimensi yang terdiri dari penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau kata lainnya, mitos juga merupakan suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.

Banyak yang berkata bahwa ideologi bersembunyi di balik mitos. Ungkapan ini ada benarnya, suatu mitos menyajikan serangkaian kepercayaan mendasar yang terpendam dalam ketidaksadaran representator. Ketidaksadaran adalah sebentuk kerja ideologis yang memainkan peran dalam tiap representasi. Mungkin ini bernada paradoks, karena suatu tekstualisasi tentu dilakukan secara sadar, yang dibarengi dengan ketidaksadaran tentang adanya sebuah dunia lain yang sifatnya lebih imaginer. Sebagaimana halnya mitos, ideologi pun tidak selalu berwajah tunggal. Ada banyak mitos, ada banyak ideologi; kehadirannya tidak selalu berlanjut di dalam teks. Mekanisme kerja mitos dalam suatu ideologi adalah apa yang disebut Barthes sebagai naturalisasi sejarah. Suatu mitos akan menampilkan gambaran dunia yang seolah terberi begitu saja alias alamiah. Nilai ideologis dari mitos muncul ketika mitos tersebut menyediakan fungsinya untuk mengungkap dan membenarkan nilai-nilai dominan yang ada dalam masyarakat.

Selain itu barthes pun menyatakan bahwa mitos merupakan sistem komunikasi, karena mitos ini adalah sebuah pesan juga. Ia menyatakan mitos sebagai “modus pertandaan, sebuah bentuk, sebuah “tipe berbicara” yang dibawa melalui wacana. Mitos

(3)

9 tidak bisa digambarkan melalui obyek pesannya, melainkan melalui cara pesan tersebut disampaikan. Apapun bisa menjadi mitos, tergantung dari caranya dituliskan. dalam narasi berita, pembaca dapat memaknai mitos ini melalui konotasi yang dimainkan oleh narasi. pembaca yang jeli dapat menemukan adanya asosiasi-asosiasi terhadap ‘apa’ dan ‘siapa’ yang sedang dibicarakan sehingga terjadi pelipatgandaan makna. Penanda bahasa konotatif membantu untuk menyodorkan makna baru yang melampaui makna asalnya atau dari makna denotasinya.

2.3 Kecantikan

Menurut Naomi Wolf (2004) kriteria cantik selalu berubah dari masa ke masa, paling tidak jika dilihat dari sisi estetis.Definisi kecantikan adalah relatif karena pengertian cantik dari waktu ke waktu selalu berubah dan begitu juga pengertian cantik di tiap negara berbeda. Konsep kecantikan seseorang di daerah tertentu boleh jadi berbeda dari konsep kecantikan seseorang di daerah lain.

Kecantikan seorang wanita Eropa pada abad pertengahan dikaitkan dengan masalah fertilitas atau kemampuan reproduksi. Jadi makin subur wanita atau mampu melahirkan banyak anak maka orang memandangnya makin cantik. Diabad ke-15, seorang perempuan seksi adalah perempuan dengan panggul dan perut besar dan dada yang montok. Pandangan ini bertahan hingga abad ke-17. Pada abad 19, definisi cantik bergeser bukan lagi pada soal kemampuan reproduksi tetapi pada bentuk wajah (Ella dan Yepa, 2004 :1-3). Menjelang abad 20, perempuan dipandang cantik jika ia memiliki pantat dan paha yang besar. Jika saat ini wanita dikatakan indah jika bertubuh langsing, tidak demikian di masa lalu. Tubuh subur pernah menjadi lambang kecantikan. Sedangkan pada abad yang sama abad ke 20 di cina kecantikan seorang perempuan dilihat dari besar kecilnya kaki. Semakin kecil kaki seorang perempuan maka ia dianggap semakin cantik. Pada masa berikutnya, pemaknaan cantik mulai bergeser. Cantik itu kemudian dimaknai sebagai wanita yang memiliki tubuh langsing dan berkulit putih.

Lainnya Menurut beberapa perspektif kecantikan, adalah ketika memiliki kulit yang eksotis, ada juga yang mengatakan bahwa cantik itu berasal dari inner beauty, dan ada pula yang beranggapan extreme bahwa cantik itu adalah mereka yang mempunyai kulit putih, tinggi dan rambut panjang. Tubuh perempuan dikatakan cantik tidak hanya berdasarkan kecantikan wajahnya, tetapi juga identik dengan kulit yang putih, mulus dan kencang, serta bentuk tubuh yang menonjolkan lekukan dan kemontokan organ tertentu,

(4)

10 seperti dada dan pinggul, bibir yang sensual, serta segalah hal yang terkait dengan organ tubuh perempuan (Kasiyan, 2008 : 281).

2.4 HASIL PENELITAN SEBELUMNYA

Tabel 2.4.1

Tabel Hasil Penelitian Sebelumnya NO Judul Penelitian Jenis

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Penulis:Ariesya Retno Putri

Judul: Perempuan dalam Film Korea “The Beauty Inside” (Analisis Film Tentang Komunikasi Perempuan dalam Menghadapi Pasangan Laki-laki yang Mengalami Perubahan Fisik Setiap Hari)

Kualitatif Film The Beauty Inside mengkonstruksikan berbagai stereotype yang sudah terlanjur melekat di masyarakat mengenai budaya dan pemahaman patriarki serta maskulinitas dan feminimitas. Melalui sikap perempuan yang menjaga komunikasinya dengan laki-laki yang ia cintai, serta konsistensinya dalam mempertahankan hubungan cinta yang berbeda pada masyarakat umum, hal ini merupakan bukti bahwa perempuan merupakan objek utama dalam tujuan menguatkan cerita dan melatar belakangi keberadaan laki-laki di dunia.

2 Penulis: JAQUILINE MELISSA RENYOET

Judul:Persepsi PESAN MORAL DALAM FILM TO KILL A MOCKINGBIRD (ANALISIS SEMIOTIKA PADA FILM

TO KILL A

MOCKINGBIRD)

Kualititatif Analisis moral film To Kill a Mockingbird tidak akan lengkap tanpa pemahaman akan narrator dalam film. Banyak kritik yang merasa bahwa narrator yang digunakan untuk versi novel adalah Scout kecil. Akan tetapi hal ini sangat keliru. Novelnya dibuka dengan narasi dari Jean Louise Finch (Scout

dewasa) yang melihat kembali masa kecilnya. Masalah narrator ini kemudian ditegaskan melalui filmnya yang dengan jelas menggunakan suara narrator seorang wanita dewasa.

(5)

11 penulis dapat menganalisis beberapa mitos dalam film To Kill A Mockingbird. salah satu mitos di kota Maycomb adalah Boo Radley. Banyak orang yang tidak pernah melihat Boo secara langsung akan tetapi bagi mereka yang pernah melihatnya, mengatakan Boo hanya keluar pada saat bulan purnama dan senang mengintip ke dalam jendela orang lain. orang-orang takut melewati rumahnya. Orang mengatakan bahwa jika seseorang berjalan di melewati rumah keluarga Radley, maka Boo akan membunuhnya

3 Penulis: RITA KURNIAWATI

Judul: Analisis Seniotika Film The Visitor.

Kualitatif Dalam penelitian dengan menggunakan metode semiotik pada film The Visitor telah ditemukan beberapa bentuk pesan moral yang terdapat dalam film tersebut. Adapun pesan moral yang disampaikan dalam film tersebut adalah belajar sikap optimisme dan pantang menyerah, komunikasi antar ras, dan semangat memperjuangkan keadilan.

4

Penulis: Ricky Widianto, Desie. M.D. Warouw,Johny. J. Senduk

Judul: ANALISIS

SEMIOTIKA PADA FILM SENYAP KARYA JOSHUA OPPENHEIMER

Kualitatif Dari berbagai tanda yang digunakan dalam film Senyap ini muali dari Ikon, Indeks dan Simbol baik berupa tanda verbal dan non verbal merupakan seluruh rangkaian tanda yang memberikan sebuah gambaran tentang kekerasan dan penyiksaan yang dialami anggota PKI di Deli, Serdang, Sumatera Utara oleh warga dan militer. Kekerasan disini bukan hanya kekerasan fisik namun juga kekerasan simbolik. Juga di sisi lain mengisahkan kesedihan yang dialami keluarga korban yakni keluarga Adi Rukun tentang kakaknya yang dibunuh dengan cara yang sadis. Terkait dengan tuduhan adanya nilai-nilai komunisme di film senyap. Sangat naif jika film ini disangkut-pautkan dengan ideologi

(6)

12 komunisme karena film ini tidak bercerita tentang gagasan-gagasan Marx tetapi film ini murni merupakan sebuah pengungkapan sejarah tentang pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara terhadap anggota PKI. Pembuatan film senyap semata-mata dilakukan untuk tujuan kemanusiaan.

5 Penulis: Rizky Akmalsya

Judul: Analisis Semiotika Film A Mighty Heart

Kualitatif Inti dari film yang sebelumnya sudah dibukukan ini adalah ketabahan sejati (A Mighty Heart) untuk tidak menilai kerja jurnalis sebelah mata. karena, Mereka bekerja bukan sebagai boneka yang siap mempropagandakan atau menyulut sebuah masalah, mereka datang bukan untuk memanipulasi berita, mereka lahir bukan sebagai mata-mata pemerintah.

Dalam hal ini peneliti ingin mengatakan bahwa perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada objek penelitian dan subjek penelitian nya yang mana objek penelitian yaitu Analisis Semiotika tentang unsur kecantikan lalu subjek penelitian adalah serial drama My Id Gangnam beauty.

2.5 KERANGKA PIKIR

Banyaknya produksi drama Korea sampai sekarang ini, hampir seluruh drama Korea menyuguhkan berbagai adegan mengandung unsur-unsur kecantikan yang ditayangkan, terutama salah satu judul drama Korea yang peneliti ambil yaitu “My Id Gangnam Beauty”, dari drama korea tersebut terdapat berbagai usur-unsur kecantikan yang ditayangkan sehingga pentonton atau pecinta drama Korea akhirnya menjadi terpersepsi dalam merepresentasikan unsur kecantikan mereka sendiri.Hal itu bisa saja terjadi apabila dalam serial drama tersebut terdapat tanda-tanda unsur kecantikan seperti teori semiotika yang berarti ilmu atau metode analisis untuk menguji tanda.bahkan menurut Roland Barthes ada 3 tahap yang bisa yaitu konotasi, denotasi dan mitos.

(7)

13 Bagan 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Tayangan My Id Gangnam Beauty

Unsur-Unsur Kecantikan Korea

Teori Semiotika Roland Barthes

Konotasi

Referensi

Dokumen terkait

whatsapp , peserta didik dapat mengidentifikasi pesan yang tersirat dalam lagu dengan teliti secara mandiri. Setelah menyanyikan lagu bersama-sama dalam waktu yang telah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan motivasi belajar IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran think pair share (TPS) siswa kelas 4 SD Negeri

Salah satu yang perlu dilakukan agar semuanya itu menjadi lebih teratur adalah perlunya sebuah management system yang diterapkan pada setiap jaringan internet,

Secara umum prinsip kerja alat uji seperti yang terlihat pada gambar, sistem sirkulasi yang digunakan pada perangkat alat uji ialah sistem sirkulasi tertutup.

Hasil penelitian diketahui bahwa (1) hasil belajar siswa kelas II AP 1 Semester 1 SMK Negeri 1 Payakumbuh dengan pokok bahasan Transformasi Bangun Datar

Merupakan struktur yang dibentuk oleh mineral yang equidimensional sehingga terdiri alas butiran - butiran (granular), dapat dijumpai pada batuan hornfelsa. Foliasi

Dalam hal penyelesaian Piutang Negara tidak berhasil, Instansi Pemerintah termasuk Badan Layanan Umum (BLU)/Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), Lembaga Negara, Komisi

[r]