• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT Beta Pharmacon merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang farmasi yang didirikan untuk mengantisipasi dan mendukung pemerintah dalam mensukseskan penerapan sistem perlindungan kesehatan masyarakat melalui program jaminan kesehatan nasional (JKN). Peran PT Beta Pharmacon memproduksi dan menyediakan obat-obatan yang murah dan berkualitas, aman, dan berkhasiat. Perusahaan ini diresmikan dan mulai beroperasi pada tanggal 5 Maret 2014. Perusahaan ini memiliki visi “Become a Leading Pharmaceutical

Company that delivers high quality products for the health and the welfare of the society” yang berarti perusahaan selalu berusaha untuk melakukan perbaikan secara

terus menerus guna mencapai efisiensi tertinggi melalui penyempurnaan proses, baik proses produksi maupun proses penjaminan kualitas dengan aplikasi metode baru dan perbaikan metode yang ada. Perusahaan ini juga memiliki misi diantaranya:

(2)

2. To contribute for the health of the society and environment in a sustainable manner

3. To continuously improve our people, process, technology and stakeholder’s value

4. To be trustworthy partner by giving significant added value for the

customers.

4.1.1. Sekilas tentang Departemen Quality Control PT Beta Pharmacon

Departemen Quality merupakan departemen yang bertugas untuk memastikan dan menjamin kualitas produk yang diproduksi oleh Departemen produksi. Proses penjaminan dan pemastian kualitas di Departemen Quality dibagi menjadi 2 yaitu divisi Quality Assurance (QA) dan divisi Quality Control (QC). QA adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Sistem pemastian mutu yang benar dan tepat bagi industry farmasi hendaklah memastikan bahwa: a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara memperhatikan

persyaratan CPOB dan cara berlaboratorium yang baik;

b. Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan CPOB diterapkan;

c. Tanggungjawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan;

d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan pasokan dan penggunaan bahan awal dan pengemas yang benar;

(3)

e. Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama proses (in process conrols) lain serta validasi yang perlu dilakukan; f. Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses,

pengemasan dan pengujian bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi pembuatan, hasil pengujian dan/atau pengawasan selama proses, pengkajian dokumen produksi termasuk pengemasan, pengkajian penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari spesifikasi produk jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir.;

g. Obat tidak dijual atau dipasok kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk;

h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa sedapat mungkin produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa edar/simpan obat; i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala

mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem pemastian mutu;

j. Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan; k. Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat;

(4)

l. Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu produk;

m. Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetujui; dan

n. Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan. QC atau pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.

Setiap industry farmasi hendaklah mempunyai pengawasan mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi pengawasan mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan.

Persyaratan dasar dari pengawasan mutu adalah bahwa:

a. Sarana dan prasarana yang memadai, personil yang telah terlatih dan prosedur yang disetujui tersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOB;

(5)

b. Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang disetujui oleh pengawasan mutu;

c. Metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila perlu);

d. Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, dengan derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label yang benar;

e. Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi secara formal dinilai dan dibandingkan dengan spesifikasi; dan

f. Sampel pertinggal dari bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah yang cukup untuk dilakukan pengujian ulang bila perlu. Sampel produk jadi disimpan dalam kemasan akhir kecuali untuk kemasan yang besar.

Pengawasan mutu secara menyeluruh juga mempunyai tugas lain antara lain, menetapkan, memvalidasi, dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu, mengevaluasi, mengawasi, dan menyimpan baku pembanding, memastikan kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat aktif dan obat jadi dipantau, mengambil bagian dalam investigasi keluhan yang terkait dengan mutu prodk, dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis

(6)

Salah satu bagian dari QC yang penting adalah laboratorium pengujian baik laboratorium kimia-fisika maupun mikrobiologi. Oleh karena itu, laboratorium sangat berperan dalam menjaga kualitas dari produk. Saat ini analis laboratorium QC berjumlah 9 orang, dimana 8 orang bertugas sebagai analis laboratorium kimia fisika dan 1 orang sebagai analis laboratorium mikrobiologi.

4.1.2. Gambaran Hari dan Waktu kerja Karyawan

Waktu kerja yang ada di PT Beta Pharmacon sebanyak 2 shift dengan hari kerja senin sampai dengan jum’at. Waktu kerja yang tersedia di PT Beta Pharmacon dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Tabel Waktu Kerja di PT Beta Pharmacon

Shift Kerja

Waktu Kerja Perhari

Jam Kerja Waktu istirahat Waktu Kerja Efektif

Shift 1 06.30 s/d 15.15 45 menit 8 jam

Shift 2 14.45 s/d 23.30 45 menit 8 jam

4.2. Pengumpulan Data

Pengmpulan data dalam hal ini terbagi atas data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan langsung serta wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan khususnya bagian Quality Control pada jam kerja mulai pukul 06.30 WIB sampai dengan 13.15 WIB, melakukan pengamatan sampling kerja, output yang dikeluarkan setiap analis dan rating factor serta

(7)

allowance setiap analis. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan yang meliputi jumlah tenaga kerja aktual, serta jam kerja.

4.2.1. Penentuan Jadwal Pengamatan

Penentuan jadwal pengamatan bertujuan untuk mendapatkan waktu pengamatan secara random yang akan digunakan untuk mengetahui kegiatan yang akan dilakukan oleh analis. Pengamatan dilakukan mulai pukul 06.30 WIB sampai dengan pukul 11.45 WIB (istirahat pukul 11.45 WIB sampai dengan 12.30 WIB) kemudian dilanjutkan lagi pada pukul 12.30 WIB sampai dengan pukul 13.15 WIB dengan interval waktu pengamatan 5 menit.

4.2.2. Pengamatan Sampling Kerja

Pengamatan sampling kerja dilakukan terhadap 3 analis dengan jenis kelamin pria 1 oanalis dan jenis kelamin wanita 2 analis, dimana analis bekerja secara normal dan wajar yaitu bahwa analis dapat melaksanakan pekerjaan dengan pengalaman yang cukup pada saat mengerjakan sampel, melaksanakan tugasnya tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Terdapat dua kategori aktivitas yang diamati pada masing-masing analis yaitu aktivitas produktif dan aktivitas non produktif. Aktivitas produktif adalah aktivitas yang berkaitan dengan beban kerja dan tanggungjawab kerja sedangkan aktivitas non produktif adalah aktivitas di luar aktivitas produktif.

(8)

Tabel 4.2. Tabel Daftar Kegiatan Produktif dan Non-Produktif

Produktif Non Produktif

Membaca prosedur kerja Menerima telfon

Mengambil peralatan kerja Berdiam tanpa melakukan apapun Conditioning dan pengoperasian

instrument Mengobrol

Menimbang sampel/ standar/zat Memegang dan menggunakan telepon genggam

Melarutkan dan mengencerkan

sampel/standar/zat Mencuci alat

Memipet sampel/standar/larutan Berjalan untuk hal yang tidak produktif

Menyusun laporan Briefing

Membuat media disolusi Pemusnahan Sampel

Melakukan pengujian disolusi Perbaikan Laporan

Menyaring larutan Menulis kartu stok

Running disolusi Membaca selain metode kerja

Membuat Fase gerak Memakai APD

Membuat Larutan Perekasi Menulis logbook

Mencuci Vessel Disolusi Training

Adjust dan mengukur pH Processing data

Mengukur sampel dan standar

Running dan melakukan pengujian fisik dan waktu hancur

Sonicate sampel

Hasil pengamatan sampling kerja dapat dilihat pada lampiran dan data hasil pengamatan sampling kerja untuk masing-masing analis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Tabel Hasil Pengamatan Sampling Kerja Analis

Analis 1

Hari Ke- 1 2 3 4

(9)

Hari Ke- 1 2 3 4

Non produktif (Kegiatan) 12 20 15 22

jumlah pengamatan (Kegiatan) 98 98 98 98

Analis 2

Hari Ke- 1 2 3 4

Produktif (Kegiatan) 86 90 88 85

Non produktif (Kegiatan) 12 8 10 13

jumlah pengamatan (Kegiatan) 98 98 98 98

Analis 3

Hari Ke- 1 2 3 4

Produktif (Kegiatan) 85 84 83 83

Non produktif (Kegiatan) 13 14 15 15

jumlah pengamatan (Kegiatan) 98 98 98 98

4.2.3. Penentuan Rating Factor

Penentuan rating factor pada penelitian ini menggunakan metode

Westinghouse yang mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap

menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu, keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Setiap faktor terbagi dalam kelas-kelas dengan nilai masing-masing. Maka penentuan rating factor dengan metode wetinghouse untuk masing-masing analis didasarkan atas pertimbangan berikut.

(10)

1. Analis 1

a. Keterampilan

Analis 1 memiliki keterampilan Average (D), hal ini dikarenakan analis di dalam melakukan pekerjaannya tampak cukup terlatih mengetahui pekerjaannya. Gerkana-gerakan kerjanya juga cukup baik dan menunjukkan tidak adanya keragu-raguan.

b. Usaha

Usaha yang dilakukan analis 1 digolongkan ke dalam kelas Good

Effort (C2), hal ini dikarenakan analis tampak bekerja dengan

senang hati, stabil dan hasil kerjanya cukup memuaskan. c. Kondisi Kerja

Kondisi kerja selama bekerja digolongkan dalam kelas Average (D) karena kondisi stasiun kerja tersebut cukup baik, penerangan sudah terpenuhi meskipun dalam ruangan terkadang timbul bau-bauan dan suara namun tidak mengganggu pekerja dalam melakukan pekerjaannya.

d. Konsistensi

Konsistensi dari analis yang diamati termasuk dalam kelas Good (C) karena pekerja dapat mempertahankan kecepatan kerjanya dan menghasilkan pekerjaan yang tidak jauh berbeda.

Rating factor analis 1 dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.4. Tabel Rating Factor Analis 1

No Rating Factor Nilai

(11)

No Rating Factor Nilai 2 Usaha : Good (C2) +0,02 3 Kondisi Kerja : Average (D) +0,00 4 Konsistensi : Good (C) +0,01

Total +0,03

2. Analis 2

a. Keterampilan

Analis 2 memiliki keterampilan Average (D), hal ini dikarenakan analis di dalam melakukan pekerjaannya tampak cukup terlatih mengetahui pekerjaannya. Gerkana-gerakan kerjanya juga cukup baik dan menunjukkan tidak adanya keragu-raguan.

b. Usaha

Usaha yang dilakukan analis 1 digolongkan ke dalam kelas Good

Effort (C2), hal ini dikarenakan analis tampak bekerja dengan

senang hati, stabil dan hasil kerjanya cukup memuaskan. c. Kondisi Kerja

Kondisi kerja selama bekerja digolongkan dalam kelas Average (D) karena kondisi stasiun kerja tersebut cukup baik, penerangan sudah terpenuhi meskipun dalam ruangan terkadang timbul bau-bauan dan suara namun tidak mengganggu pekerja dalam melakukan pekerjaannya.

(12)

Konsistensi dari analis yang diamati termasuk dalam kelas Good (C) karena pekerja dapat mempertahankan kecepatan kerjanya dan menghasilkan pekerjaan yang tidak jauh berbeda.

Rating factor analis 2 dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.5. Tabel Rating Factor Analis 2

No Rating Factor Nilai

1 Keterampilan : Average (D) +0,00 2 Usaha : Good (C2) +0,02 3 Kondisi Kerja : Average (D) +0,00 4 Konsistensi : Good (C) +0,01

Total +0,03

3. Analis 3 a. Keterampilan

Analis 2 memiliki keterampilan Average (D), hal ini dikarenakan analis di dalam melakukan pekerjaannya tampak cukup terlatih mengetahui pekerjaannya. Gerkana-gerakan kerjanya juga cukup baik dan menunjukkan tidak adanya keragu-raguan.

b. Usaha

Usaha yang dilakukan analis 1 digolongkan ke dalam kelas Good

Effort (C2), hal ini dikarenakan analis tampak bekerja dengan

senang hati, stabil dan hasil kerjanya cukup memuaskan. c. Kondisi Kerja

(13)

Kondisi kerja selama bekerja digolongkan dalam kelas Average (D) karena kondisi stasiun kerja tersebut cukup baik, penerangan sudah terpenuhi meskipun dalam ruangan terkadang timbul bau-bauan dan suara namun tidak mengganggu pekerja dalam melakukan pekerjaannya.

d. Konsistensi

Konsistensi dari analis yang diamati termasuk dalam kelas Good (C) karena pekerja dapat mempertahankan kecepatan kerjanya dan menghasilkan pekerjaan yang tidak jauh berbeda.

Rating factor analis 3 dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.6. Tabel Rating Factor Analis 3

No Rating Factor Nilai

1 Keterampilan : Average (D) +0,00 2 Usaha : Good (C2) +0,02 3 Kondisi Kerja : Average (D) +0,00 4 Konsistensi : Good (C) +0,01

Total +0,03

4.2.5. Penentuan Faktor Kelonggaran (Allowance)

Terdapat beberapa kelonggaran yang diberikan kepada tenaga kerja diantaranya kelonggaran pribadi, menghilangkan rasa fatique serta hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Faktor-faktor yang diberikan kepada analis dalam menyelesaikan pekerjaannya adalah sebagai berikut

(14)

1. Analis 1 (jenis kelamin wanita) a. Tenaga yang Dikeluarkan

Hasil pengamatan: tenaga yang dikeluarkan ringan, bekerja di meja, duduk dan terkadang berdiri.

b. Sikap Kerja

Hasil pengamatan: bekerja secara duduk, tetapi sesekali berdiri. c. Gerakan Kerja

Hasil pengamatan: Gerakan kerja normal dan tidak terbatas. d. Kelelahan Mata

Hasil pengamatan: pandangan yang terputus-putus. e. Keadaan temperature tempat kerja

Hasil Pengamatan: temperature ruangan dalam keadaan normal berkisar antara 22-24oC dengan kelembaban normal.

f. Keadaan atmosfer

Hasil Pengamatan: Keadaan atmosfer baik karena adanya system pengaturan udara yang baik.

g. Keadaan lingkungan

Hasil pengamatan: bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah. h. Kebutuhan pribadi

Hasil pengamatan: kelonggaran untuk kebutuhan pribadi pekerja wanita yaitu untuk melepas dahaga, melepas ketegangan fisik, ke kamar mandi dan beribadah (sholat).

(15)

Tabel 4.6. Tabel Faktor Kelonggaran Analis 1

No Faktor Nilai

1 Tenaga yang dikeluarkan 8,0

2 Sikap kerja 1,0

3 Gerakan kerja 0,0

4 Kelelahan mata 5,0

5 Keadaan temperature tempat kerja 2,0

6 Keadaan atmosphere 0,0

7 Keadaan lingkungan 0,0

8 Kebutuhan pribadi 2,0

Total 18,0

2. Analis 2 (jenis kelamin wanita) a. Tenaga yang Dikeluarkan

Hasil pengamatan: tenaga yang dikeluarkan ringan, bekerja di meja, duduk dan terkadang berdiri.

b. Sikap Kerja

Hasil pengamatan: bekerja secara duduk, tetapi sesekali berdiri. c. Gerakan Kerja

Hasil pengamatan: Gerakan kerja normal dan tidak terbatas. d. Kelelahan Mata

Hasil pengamatan: pandangan yang terputus-putus. e. Keadaan temperature tempat kerja

(16)

Hasil Pengamatan: temperature ruangan dalam keadaan normal berkisar antara 22-24oC dengan kelembaban normal.

f. Keadaan atmosfer

Hasil Pengamatan: Keadaan atmosfer baik karena adanya system pengaturan udara yang baik.

g. Keadaan lingkungan

Hasil pengamatan: bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah. h. Kebutuhan pribadi

Hasil pengamatan: kelonggaran untuk kebutuhan pribadi pekerja wanita yaitu untuk melepas dahaga, melepas ketegangan fisik, ke kamar mandi. Kelonggaran untuk analis 2 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Tabel Faktor Kelonggaran Analis 2

No Faktor Nilai

1 Tenaga yang dikeluarkan 8,0

2 Sikap kerja 1,0

3 Gerakan kerja 0,0

4 Kelelahan mata 5,0

5 Keadaan temperature tempat kerja 2,0

6 Keadaan atmosphere 0,0

7 Keadaan lingkungan 0,0

8 Kebutuhan pribadi 1,5

(17)

3. Analis 3 (jenis kelamin pria) a. Tenaga yang Dikeluarkan

Hasil pengamatan: tenaga yang dikeluarkan ringan, bekerja di meja, duduk dan terkadang berdiri.

b. Sikap Kerja

Hasil pengamatan: bekerja secara duduk, tetapi sesekali berdiri. c. Gerakan Kerja

Hasil pengamatan: Gerakan kerja normal dan tidak terbatas. d. Kelelahan Mata

Hasil pengamatan: pandangan yang terputus-putus. e. Keadaan temperature tempat kerja

Hasil Pengamatan: temperature ruangan dalam keadaan normal berkisar antara 22-24oC dengan kelembaban normal.

f. Keadaan atmosfer

Hasil Pengamatan: Keadaan atmosfer baik karena adanya system pengaturan udara yang baik.

g. Keadaan lingkungan

Hasil pengamatan: bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah. h. Kebutuhan pribadi

Hasil pengamatan: kelonggaran untuk kebutuhan pribadi pekerja laki-laki yaitu untuk melepas dahaga, melepas ketegangan fisik, ke kamar mandi dan beribadah (sholat).

(18)

Tabel 4.8. Tabel Faktor Kelonggaran Analis 3

No Faktor Nilai

1 Tenaga yang dikeluarkan 7,5

2 Sikap kerja 1,0

3 Gerakan kerja 0,0

4 Kelelahan mata 5,0

5 Keadaan temperature tempat kerja 2,0

6 Keadaan atmosphere 0,0

7 Keadaan lingkungan 0,0

8 Kebutuhan pribadi 2,0

Total 17,5

4.3. Pengolahan Data

4.3.1. Perhitungan Produktivitas Analis

Sebelum menguji keseragaman dan kecukupan data, maka terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap persentase produktivitas masing-masing analis. Perhitungan produktivitas analis dilakukan untuk mengetahui persentase produktivitas analis sehingga dapat diketahui rata-rata persentase produktivitas seluruh analis. Dari perhitungan produktivitas ini juga dapat diketahui seberapa besar persentase aktivitas tidak bekerja (idle). Persentase produktivitas analis dapat ditentuak dengan menggunakan persamaan di bawah ini.

(19)

Produktivitas = Jumlah aktivitas produktif

Jumlah pengamatan x 100%

Dari tabel hasil pengamatan sampling kerja maka diperoleh persentase produktivitas masing-masing analis sebagai berikut,

Tabel 4.9. Tabel Prosentase Produktif Analis

Analis 1

Hari Ke- 1 2 3 4

Produktif (Kegiatan) 86 78 83 76

Non produktif (Kegiatan) 12 20 15 22

Jumlah pengamatan (Kegiatan) 98 98 98 98

%produktif 87.76% 79.59% 84.69% 77.55%

Analis 2

Hari Ke- 1 2 3 4

Produktif (Kegiatan) 86 90 88 85

Non produktif (Kegiatan) 12 8 10 13

jumlah pengamatan (Kegiatan) 98 98 98 98

%produktif 87.76% 91.84% 89.80% 86.73%

Analis 3

Hari Ke- 1 2 3 4

Produktif (Kegiatan) 85 84 83 83

Non produktif (Kegiatan) 13 14 15 15

jumlah pengamatan (Kegiatan) 98 98 98 98

(20)

4.3.2. Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui tingkat keseragaman data yang diperoleh. Keseragaman data ditandai dengan tidak adanya data yang berada di luar batas control. Uji keseragaman data dilakukan pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5%. Hal ini berarti bahwa tingkat ketelitian yang menunjukkan penyimpangan maksimal dari hasil pengukuran sebesar 5% dan tingkat kepercayaan peneliti terhadap hasil pengukuran sebesar 95%. Uji keseragaman data diperoleh dengan menggunakan rumus berikut.

Batas Kontrol = p̅ ±k√p̅(1 − p̅) n

Dimana: p̅ adalah produktivitas rata-rata analis (dalam decimal)

n adalah jumlah pengamatan yang dilaksanakan per siklus waktu kerja

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus di atas maka diperoleh uji keseragaman data sebagai berikut.

1. Analis 1 BKA = 0.8240 + 2√0,8240(1−0,8240) 98 = 0.9009 BKB = 0.8240 − 2√0,8240(1−0,8240) 98 = 0.7471 2. Analis 2 BKA = 0.8903 + 2√0,8903(1−0,8903)98 = 0.9534

(21)

3. Analis 3

BKA = 0,8546 + 2√0,8546(1−0,8546)

98 = 0.9258

BKB = 0,8546 − 2√0,8546(1−0,8546)

98 = 0.7834

Dengan menggunakan data di atas maka dapat dibuat peta control uji keseragaman data untuk masing-masing analis seperti ditunjukkan pada gambar

70 75 80 85 90 95 100 1 2 3 4

Peta Kontrol Analis 1

BKA BKB %P 75 80 85 90 95 100 1 2 3 4

Grafik Peta Kontrol Analis 2

BKA BKB %P 70 75 80 85 90 95 1 2 3 4

Grafik Peta Kontrol Analis 3

BKA BKB %P

(22)

Dari perhitungan batas control yang diperoleh serta dari grafik di atas diketahui bahwa data berada dalam batas control sehingga dapat disimpulkan bahwa data seragam.

4.3.3. Uji Kecukupan Data

Banyaknya pengamatan yang dilakukan dalam sampling kerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan dari hasil pengamatan. Uji kecukupan data dilakukan dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%. Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan telah cukup atau belum. Dimana jika nilai N’ ≤ N maka data telah mencukupi dan pengamatan dihentikan. Akan tetapi, jika N’ ≥ N maka data belum mencukupi sehingga perlu dilakukan pengamatan kembali hingga data tercukupi. Pengujian kecukupan data dilakukan dengan menggunakan rumus berikut,

N’ = (z s) 2 (1−p̅ p̅ ) Dimana,

N’ = jumlah pengamatan yang harus dilakukan

Z = harga indeks yang nilainya tergantung dari tingkat kepercayaan yang diambil

(23)

p̅ = persentase terjadinya kejadian yang diamatai dinyatakan dalam desimal.

Uji kecukupan data untuk setiap analis dengan menggunakan tingkat ketelitian 5% dan tingkat kepercayaan 95% adalah sebagai berikut,

1. Analis 1 N’ = ( 2 0,05) 2 (1−0.8240 0.8240 ) = 341.75 ~ 342

Karena N’≤ N (342 ≤ 398) maka data sudah mencukupi. 2. Analis 2 N’ = ( 2 0,05) 2 (1−0.8903 0.8903 ) = 197.15 ~ 198

Karena N’≤ N (198 ≤ 398) maka data sudah mencukupi. 3. Analis 3 N’ = ( 2 0,05) 2 (1−0.8546 0.8546 ) = 272.22 ~ 273

Karena N’≤ N (273 ≤ 398) maka data sudah mencukupi.

Berdasarkan perhitungan di atas data yang diperoleh sudah mencukupi.

4.4. Penentuan Waktu Siklus

Waktu siklus adalah waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran, dimana waktu siklus (Ws) dapat dihitung menggunakan rumus berikut,

Ws = Waktu produktif/ output

Waktu siklus tiap analis adalah sebagai berikut: 1. Analis 1

(24)

Ws = 395,52 menit/55 Ws = 7,19 menit 2. Analis 2 Ws = 427,34 menit/60 Ws = 7,12 menit 3. Analis 3 Ws = 410,21 menit/53 Ws = 7,74 menit

4.5. Penentuan Waktu Normal

Waktu normal digunakan untuk menghitung waktu pengerjaan secara normal oleh operator/analis. Oleh karena itu, waktu siklus yang telah diperoleh perlu dinormalkan dengan menggunakan faktor penyesuaian. Dalam hal ini faktor penyesuaian yang digunakan adalah metode Westinghouse.

Wn = Ws x p Dimana,

Ws adalah waktu siklus p adalah faktor penyesuaian

Waktu normal pengerjaan sampel untuk masing-masing analis adalah sebagai berikut, 1. Analis 1 Wn = 7,19 x 1,03 Wn = 7,41 2. Analis 2 Wn = 7,12 x 1,03

(25)

Wn = 7,33 3. Analis 3

Wn = 7,74 x 1,03 Wn = 7,97

4.6. Perhitungan Waktu Baku

Waktu normal belum mencakup kelonggaran yang harus diberikan kepada pekerja bila ia dianggap bekerja secara wajar. Dengan mensintesa waktu normal dengan faktor kelonggaran, maka didapatkan waktu baku.

Wb = Wn + (Wn x f) Dimana,

Wb adalah waktu baku Wn adalah waktu normal f adalah faktor kelonggaran

Waktu baku pengerjaan sampel masing-masing analis adalah sebagai berikut, 1. Analis 1 Wb = 7,41 + (7,41 x 0,18) Wb = 8,74 2. Analis 2 Wb = 7,33 + (7,33 x 0,175) Wb = 8,61 3. Analis 3

(26)

Wb = 9,36

Sebelum melakukan perhitungan jumlah tenaga kerja optimal maka akan ditentukan waktu baku rata-rata dari ketiga analis tersebut.

WB = 8,74 +8,61+9,363 = 8,9033 menit

4.7. Menentukan Beban Kerja Karyawan

Perhitungan beban kerja karyawan dilakukan dengan menghitung prosentase produktif dari masing-masing karyawan. Prosentase produktif dari masing-masing analis dapat dilihat pada tabel 4.9.

4.8. Menetapkan Waktu Kerja

Waktu kerja yang dimaksud adalah waktu kerja efektif, artinya waktu kerja yang secara efektif digunakan untuk bekerja. Waktu kerja efektif terdiri atas hari kerja dan jam kerja efektif. Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi jumlah hari libur dan cuti. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Hari kerja efektif = (A-(B + C + D)) Keterangan :

A = Jumlah hari menurut kalender

B = Jumlah hari sabtu dan minggu dalam setahun C = Jumlah hari libur dalam setahun

(27)

Hari libur disini adalah hari libur wajib yang dinasionalkan negara atau menurut daerah masing-masing. Dengan mengunakan rumus di atas maka,

Hari kerja efektif = (365-(105-11-12)) = 237 hari.

Jam kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal dikurangi dengan waktu kelonggaran karyawan seperti buang air, melepas lelah, istirahat makan dan sebagainya. Menurut ILO kelonggaran yang diberikan sekitar 30% dari jumlah jam kerja formal.

4.9. Penentuan Jumlah Karyawan Optimal

Apabila jumlah keluaran utama dan waktu kerja tersedia serta waktu baku pekerjaan sudah ditentukan maka untuk menentukan jumlah karyawan yang diperlukan pada suatu aktivitas operasi dapat menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

JK = P x Wb

HK x D x 60 (konversi menit) Dimana,

P : Target jumlah produk yang harus dihasilkan oleh suatu unit kerja tertentu dalam periode waktu tertentu.

HK : Hari kerja dalam setahun

Wb : Waktu baku dari hasil pengukuran kerja D : Jumlah jam kerja efektif

JK : Jumlah karyawan optimal Sehingga,

JK =267160 x 8,9033

237 x 16 x 60 = 10,4545 orang

Gambar

Tabel 4.1 Tabel Waktu Kerja di PT Beta Pharmacon
Tabel 4.2. Tabel Daftar Kegiatan Produktif dan Non-Produktif
Tabel 4.6. Tabel Faktor Kelonggaran Analis 1
Tabel 4.7. Tabel Faktor Kelonggaran Analis 2
+4

Referensi

Dokumen terkait

a. Orang tua berperan penting dan berdampak langsung terhadap perjalan masa depan para peserta didik. Memberikan pengarahan, nasehat-nasehat dan pengawasan terhadap

cadere, dando origine a a parossitone. Se la sillaba mediana finisce 

spanyol bukanlah negara maritm, akan tetapi Spanyol mempunyai seorang raja putri yang bernama Isabella yang merasa tertarik pada usulan seorang Columbus yang yakin serta

ekstraksi fitur statistik orde kedua dilakukan dengan matriks kookurensi, yaitu suatu matriks antara yang merepresentasikan hubungan ketetanggaan

Summary: We provide results of a second survey of the hutan adat (forest traditionally exploited on a small scale by local people) situated in the Gunung Lumut Protection

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan aplikasi geogebra pada materi garis singgung lingkaran terhadap minat belajar siswa. Penelitian ini

Pengembangan yang akan diterapkan pada algoritma backpropagation terbagi menjadi dua jenis pengembangan, dimana pengembangan adaptive learning rate merupakan pengembangan

Akhirnya penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul PELAKSANAAN PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN TERHADAP HAK GUNA USAHA ATAS TANAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK dapat