• Tidak ada hasil yang ditemukan

DR. R.D KANDOU MANADO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DR. R.D KANDOU MANADO"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN RIWAYAT KELUARGA MENDERITA DM DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DM TIPE 2 PADA PASIEN RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM BLU RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO

John S. Kekenusa*, Budi T. Ratag*, Gloria Wuwungan*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK

Diabetes Melitus dan komplikasnya merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang. Berdasarkan data rekam medis BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, terdapat 16.386 kunjungan pasien rawat jalan yang menderita DM pada tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur dan riwayat keluarga menderita DM dengan kejadian penyakit DM Tipe 2 pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado.

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control study. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado pada bulan Februari-April 2013. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan jumlah sampel sebesar 120 sampel kelompok kasus dan 120 sampel kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis bivariat menggunakan uji chi square (CI=95% dan α=5%) dengan bantuan program SPSS versi 20 for windows.

Hasil penelitian antara umur dengan kejadian DM Tipe 2 menunjukkan nilai p=0,000 (OR=7,6), sedangkan untuk riwayat keluarga menderita DM dengan kejadian DM Tipe 2 menghasilkan nilai p=0,000 (OR=4,7).

Terdapat hubungan antara umur dan riwayat keluarga menderita DM dengan kejadian DM Tipe 2 pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Orang yang berumur ≥45 tahun 8 kali lebih berisiko menderita DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang berumur <45 tahun, sedangkan orang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM 5 kali lebih berisiko menderita DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM.

Kata kunci : DM Tipe 2, umur, riwayat keluarga menderita DM

ABSTRACT

Diabetes Mellitus and its complications are the leading cause of death in developing countries. Based on the medical records of Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Hospital, there were 16 386 DM outpatient visits in 2012. This study was conducted to determine the correlation between age and family history of diabetes mellitus with the incidence of Type 2 Diabetes Melitus at outpatient of Internal Clinic Prof. Dr. R.D Kandou Manado Hospital. This study is an observational analytic study with case control study approach. The research was conducted in the Internal Clinic Prof. Dr. R.D Kandou Manado Hospital on February-April 2013. The sampling method used was purposive sampling with samples is 120 cases and 120 control. The research instrument used was a questionnaire. Bivariate analysis using Chi Square Test (CI=95% and α=5%) with SPSS version 20 for windows.

The results between age with the incidence of Type 2 Diabetes Melitus showed p value=0,000 (OR=7,6), and for family history of DM with the incidence of Type 2 Diabetes Melitus showed p value=0.000 (OR=4,7).

There is a correlation between age and family history of DM with the incidence of Type 2 Diabetes Melitus at outpatient of Internal Clinic Prof. Dr. R.D Kandou Manado Hospital. Persons aged ≥45 years 8 times more likely to have Type 2 DM compared to those aged <45 years, while those who have family history of DM 5 times more likely to have Type 2 DM compared to those who don’t have family history of DM.

(2)

2

PENDAHULUAN

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), sekitar 347 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes, dan diperkirakan bahwa kematian akibat diabetes akan meningkat dua pertiga kali antara tahun 2008 dan 2030. Beban diabetes meningkat secara global, khususnya di negara-negara berkembang (WHO, 2012). Pada tahun 2011, Indonesia menempati urutan ke-10 jumlah penderita DM terbanyak di dunia dengan jumlah 7,3 juta orang dan jika hal ini berlanjut diperkirakan pada tahun 2030 penderita DM dapat mencapai 11.8 juta orang. Orang dengan DM memiliki peningkatan risiko mengembangkan sejumlah masalah kesehatan akibat komplikasi akut maupun kronik (IDF, 2011).

Provinsi Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi DM yang cukup tinggi. Menurut data Riskesdas tahun 2007, prevalensi penyakit DM di provinsi Sulawesi Utara berada pada peringkat ke enam yaitu sebesar 8,1%. Hal ini menunjukkan tingginya prevalensi penyakit DM di Sulawesi Utara jika dibandingkan dengan prevalensi nasional DM yang hanya sebesar 5,7%.

Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik dan lingkungan yang memberikan kontribusi sama kuatnya terhadap proses timbulnya penyakit tersebut. Sebagian faktor ini dapat dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup, sementara sebagian lainnya tidakn dapat diubah (Gibney dkk, 2005). Faktor-faktor yang berhubungan dengan DM Tipe 2 antara lain umur, riwayat keluarga menderita DM, berat badan berlebih, kurangnya aktifitas fisik, dan diet tidak sehat. Umur dan riwayat keluarga menderita DM termasuk dalam faktor yang tidak dapat dimodifikasi/diubah namun memiliki hubungan yang erat dengan kejadian DM Tipe 2, sehingga dengan mengetahui kedua faktor ini, orang yang berisiko menderita DM Tipe 2 dapat melakukan pencegahan dengan mengendalikan faktor lain yang berhubungan dengan kejadian DM Tipe 2.

Badan Layanan Umum Rumah Sakit Prof. Dr. R.D Kandou Manado merupakan

Rumah Sakit Umum Pusat yang ada di Provinsi Sulawesi Utara. Pada tahun 2011, terdapat 11.084 kunjungan pasien rawat jalan yang menderita DM dan mengalami peningkatan jumlah kunjungan pasien pada tahun 2012 yaitu sebanyak 16.386 kunjungan. Berdasarkan hal-hal di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado untuk menganalisis hubungan antara umur dan riwayat keluarga menderita DM dengan kejadian penyakit DM Tipe 2.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara umur dan riwayat keluarga menderita DM dengan kejadian penyakit DM Tipe 2 pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik, dengan desain studi kasus-kontrol (case-control study). Penelitian ini diadakan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado pada bulan Februari-April 2013. Populasi pada penelitian ini yaitu pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado pada bulan Maret 2013. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah sampel yaitu 120 sampel untuk kelompok kasus dan 120 sampel untuk kelompok kontrol. Instrumen pada penelitian ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan tentang identitas pasien, karakteristik pasien dan riwayat keluarga menderita DM. Pengumpulan data primer dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado yang berisi pertanyaaan tentang karakteristik pasien dan riwayat keluarga menderita DM. Data sekunder dikumpulkan melalui data yang diperoleh dari bagian rekam medis, buku registrasi pasien, dan profil BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Pengolahan data dilakukan melalui beberapa cara yaitu editing (untuk mengecek kelengkapan data), coding (untuk mengubah

(3)

3

data berbentuk kalimat/huruf menjadi angka/bilangan), entry data (memasukkan data untuk diolah memakai program SPSS versi 20 untuk dianalisis), dan tabulating (memasukkan data dalam bentuk tabel-tabel). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi-Square, dengan nilai α=0,05, Confidence Interval (CI) = 95%, dan Odds Ratio (OR) dengan bantuan SPSS versi 20 for windows.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden

Berikut ini merupakan data distribusi responden berdasarkan karakteristik.

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Karakteristik Kategori Responden Total Kasus Kontrol n % n % n % Umur ≥ 45 tahun 95 79,2 40 33,3 135 56,2 < 45 tahun 25 20,8 80 66,7 105 43,8 Jenis Kelamin Laki-laki 62 51,7 36 30 98 40,8 Perempuan 58 48,3 84 70 142 59,2 Pendidikan Terakhir Tidak Sekolah 1 0,8 0 0 1 0,4 SD 15 12,5 12 10 27 11,2 SMP 18 15 12 10 30 12,5 SMA 48 40 64 53,3 112 46,7 Perguruan Tinggi 38 31,7 32 26,7 70 29,2 Pekerjaan PNS 14 11,7 28 23,3 42 17,5 Wiraswasta 9 7,5 33 27,5 42 17,5 Buruh 1 0,8 0 0 1 0,4 Pensiunan 58 48,3 4 3,3 62 25,9 Petani 8 6,7 5 4,2 13 5,4 Tidak Ada 29 24,2 38 31,7 67 27,9 Lainnya 1 0,8 12 10 13 5,4 Jumlah 120 100 120 100 240 100

Pada penelitian ini jumlah responden yaitu 240 pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang terdiri dari 96 responden (40,8%) laki-laki dan 142 responden (59,2%) perempuan. Biasanya, penderita DM Tipe 2 lebih banyak terjadi pada perempuan

dibandingkan laki-laki (Bustan, 2007). Pada kelompok kasus dalam penelitian ini, jumlah responden laki-laki lebih besar dari jumlah responden perempuan. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Lubis (2012) dan Bintanah (2012) yang menunjukkan bahwa penderita DM Tipe 2 lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki.

Apabila ditinjau dari umur, penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki umur ≥45 tahun merupakan responden dengan persentase paling besar (56,3%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Awad (2011) yang menunjukkan peningkatan jumlah pasien DM Tipe 2 pada pasien yang berumur lebih dari 50 tahun. Hasil Riskesdas tahun 2007 juga menunjukkan bahwa jumlah penderita DM di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya umur.

Dari segi tingkat pendidikan terakhir, sebagian besar responden adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (46,7%), dan sekitar 29% merupakan lulusan Perguruan Tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2012) juga menunjukkan hasil yang sama yaitu persentase tingkat pendidikan terakhir responden yang paling besar adalah lulusan SMA/sederajat. Semakin tinggi tingkat pendidikan berarti ada kemungkinan semakin baik pula pengetahuan seseorang dalam mencegah terjadinya peyakit termasuk DM Tipe 2, begitupun sebaliknya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Zahtamal (2007) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang DM dengan kejadian DM.

Ditinjau dari jenis pekerjaan responden, yang terbanyak adalah responden yang tidak memiliki pekerjaan (27,9%). Penelitian yang dilaksanakan oleh Balkau et al (2008), pada 13 kota di Eropa disimpulkan bahwa akumulasi aktivitas fisik sehari-hari merupakan faktor utama yang menentukan sensitivitas insulin. Dalam penelitian ini, sebagian besar responden kelompok kasus memiliki pekerjaan sebagai pensiunan. Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara bertahap setelah mencapai usia 50 tahun. Untuk menurunkan kadar gula darah tersebut perlu dilakukan aktivitas fisik seperti berolahraga, sebab otot menggunakan glukosa yang terdapat dalam darah sebagai energi (Adib, 2011).

(4)

4

B. Hubungan Antara Umur dengan

Kejadian DM Tipe 2

Tabel 2. Analisis Hubungan Antara Umur Dengan Kejadian DM Tipe 2

Umur Kategori Responden Total Nilai p OR (CI 95%) Kasus Kontrol n % n % n % ≥ 45 tahun 95 79,2 40 33,3 135 56,2 0,000 7,6 (4,249 – 13,594) <45 tahun 25 20,8 80 66,7 105 43,8 Jumlah 120 100 120 100 240 100

Hasil pengolahan data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang antara umur dengan kejadian DM Tipe 2 (p=0,000) dengan nilai Odds Ratio sebesar 7,6. Hal ini berarti bahwa orang dengan umur ≥45 tahun memiliki risiko 8 kali lebih besar terkena penyakit DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang berumur kurang dari 45 tahun. Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Zahtamal (2007) terhadap 152 responden yang menunjukkan bahwa hubungan antara umur dengan kejadian DM Tipe 2 pada pasien yang dirawat di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau bermakna secara statistik, dimana orang yang berumur ≥45 tahun memiliki risiko 6 kali lebih besar terkena penyakit DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang berumur kurang dari 45 tahun.

Adib (2011) menyatakan bahwa DM Tipe 2 bisa terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun. Masyarakat yang merupakan kelumpok berisiko tinggi menderita DM salah satunya adalah mereka yang berusia lebih dari 45 tahun. Prevalensi DM akan semakin meningkat seiring dengan makin meningkatnya umur, hingga kelompok usia lanjut (Bustan, 2007). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Wild, dkk (2004) tentang prevalensi DM secara global yang menunjukkan bahwa semakin meningkatnya umur, semakin tinggi pula prevalensi DM yang ada.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa umur bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi kejadian DM Tipe 2, karena berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 20% responden yang masih berumur kurang dari 45 tahun namun sudah didiagnosis menderita DM Tipe 2. Hal itu menunjukkan bahwa responden tersebut menderita DM Tipe

2 karena adanya faktor lain selain umur yang juga berhubungan dengan kejadian DM Tipe 2. C. Hubungan Antara Riwayat Keluarga Menderita DM dengan Kejadian DM Tipe 2

Tabel 3. Analisis hubungan antara riwayat keluarga menderita DM dengan Kejadian DM Tipe 2 Riwayat Keluarga Menderita DM Kategori Responden Total Nilai p OR (CI 95%) Kasus Kontrol n % n % n % Ada 72 60 29 24,2 101 42,1 0,000 4,707 (2,702 – 8,199) Tidak Ada 48 40 91 75,8 139 57,9 Jumlah 120 100 120 100 240 100

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat keluarga menderita DM dengan kejadian DM Tipe 2 (p=0,000) dengan nilai Odds Ratio sebesar 4,7. Hal ini berarti bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM, berisiko 5 kali lebih besar terkena DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM. Kondisi ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2011) pada 30 pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang, dimana riwayat keluarga menderita DM merupakan faktor risiko terjadinya DM Tipe 2 yang bermakna secara statistik dan memiliki pengaruh terhadap kejadian DM Tipe 2 sebesar 75%.

Penelitian ini menunjukkan responden yang memiliki riwayat keluarga menderita DM berjumlah 101 responden, dimana 30% diantaranya memiliki lebih dari satu anggota keluarga yang menderita DM. Orang yang memiliki salah satu atau lebih anggota keluarga baik orang tua, saudara, atau anak yang menderita diabetes, memiliki kemungkinan 2 sampai 6 kali lebih besar untuk menderita diabetes dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memiliki anggota keluarga yang menderita diabetes (CDC, 2011).

Hasil penelitian ini menunjukkan ada 24% kelompok kontrol (tidak menderita DM Tipe 2) yang memiliki riwayat keluarga menderita DM. Hal ini dapat berarti bahwa responden tersebut juga berisiko menderita DM pada usia lanjut, karena beberapa ahli percaya

(5)

5

bahwa risiko seseorang untuk menderita DM Tipe 2 lebih besar jika orang tersebut mempunyai orang tua yang menderita DM. (ADA, 2013). Namun demikian, adanya penyakit dengan garis keturunan yang jelas hanya merupakan suatu tingkat risiko pada keluarga yang dipengaruhi oleh kebiasaan hidup, status sosial keluarga dan lingkungan hidup (Noor, 2008).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa riwayat keluarga menderita DM bukanlah satu-satunya faktor yang berhubungan dengan kejadian DM Tipe 2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada sekitar 41% responden yang telah didiagnosis menderita DM Tipe 2 namun tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM. Meskipun faktor keturunan memiliki pengaruh dalam menentukan seseorang berisiko terkena diabetes atau tidak, gaya hidup juga memiliki peran besar terhadap risiko terjadinya DM Tipe 2. Penelitian yang dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian DM Tipe 2 yaitu aktivitas fisik olahraga (Wicaksono, 2011). Oleh karena itu, pencegahan diabetes bagi yang berisiko dapat dilakukan dengan membiasakan hidup sehat dan berolahraga secara teratur (Adib, 2011).

PENUTUP A. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan antara umur pasien dengan kejadian DM Tipe 2 pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Orang yang berumur ≥45 tahun 8 kali lebih berisiko menderita DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang berumur kurang dari 45 tahun.

2. Terdapat hubungan antara riwayat keluarga menderita DM dengan kejadian DM Tipe 2 pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Orang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM berisiko 5 kali lebih besar menderita DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM.

B. Saran

1. Orang yang berusia ≥45 tahun dan memiliki riwayat keluarga menderita DM perlu lebih mengaktifkan diri dalam upaya pencegahan DM Tipe 2 seperti melakukan aktivitas fisik, mengatur pola makan, melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur dan mencari informasi mengenai penyakit DM. 2. Bagi pihak Rumah Sakit untuk dapat

memberikan informasi kepada pasien tentang seberapa besar risiko dari faktor umur ≥45 tahun dan adanya riwayat keluarga menderita DM terhadap kejadian DM Tipe 2.

3. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang seberapa besar risiko dari faktor umur ≥45 tahun dan adanya riwayat keluarga menderita DM terhadap kejadian DM Tipe 2 agar masyarakat yang berisiko dapat melakukan upaya pencegahan.

4. Perlunya dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berhubungan dengan penyakit DM seperti berat badan berlebih, kurangnya aktivitas fisik, dan pola makan tidak sehat.

DAFTAR PUSTAKA

ADA, 2013. Genetics of Diabetes. American Diabetes Association. (online)

http://www.diabetes.org/diabetes-basics/genetics-of-diabetes.html Diakses pada tanggal 3 Juni 2013.

Adib, M. 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling Sering Menyerang Kita. Jogjakarta: Buku Biru. Awad, N., Langi, Y., dan Pandelaki, K. 2011.

Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Poliklinik Endokrin Bagian/Smf Fk-Unsrat Rsu Prof.Dr. R.D Kandou Manado Periode Mei 2011 - Oktober 2011 (Skripsi). Universitas Sam Ratulangi, Manado. Balkau, B., Mhamdi, L., Oppert, J. M., Nolan,

J., Golay, A., and Porcellati, F. 2008. Physical Activity and Insulin Sensitivity. Diabetes. 57:2613-2618.

(6)

6

Bintanah, S. dan Handarsari, E. 2012. Asupan

Serat Dengan Kadar Gula Darah, Kadar Koleterol Total dan Status Gizi Pada Pasien DM Tipe 2 Di Rumah Sakit Roemani Semarang. Jurnal Unimus: Seminar Hasil-Hasil Penelitian. Hal. 289-297.

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. CDC. 2011. Family History as a Tool for

Detecting Children at Risk for Diabetes and Cardiovascular Disease. (online) http://www.cdc.gov/ncbddd/pediatricgen etics/genetics_workshop/detecting.html. diakses pada tanggal 17 April 2013 Depkes RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007.

Jakarta: Depkes RI.

Gibney, M. J., Margetts, B. M., Kearney, J. M., dan Arab, L. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

IDF. 2011. One adult in ten will have diabetes by 2030. 5th edition Diabetes Atlas. Lubis, J. P. 2012. Perilaku Penderita Diabetes

Melitus Rawat Jalan di RSUD Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Dalam Pengaturan Pola Makan. (Skripsi). Universitas Sumatera Utara. Noor, N. N. 2008. Epidemiologi. Jakarta:

Rineka Cipta.

WHO. 2012. Diabetes. World Health Organization. (online) http://www.who.int/factsheets/fs312/en/i ndex.html Diakses pada tanggal 28 Januari 2013

Wicaksono, R. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadia Diabetes Melitus Tipe 2 (Skripsi). Universitas Diponegoro, Semarang.

Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., and King, H. 2004. Global Prevalence of Diabetes. Diabetes Care. 27:1047-1053. Zahtamal, Chandra, F., Suyanto, dan

Restuastuti, T. 2007. Faktor-Faktor Risiko Pasien Diabetes Melitus. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3. Hal. 142-147.

Referensi

Dokumen terkait

Terjadinnya masalah keagenan (agency problem) didalam suatu perusahaan bisa mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan, baik memberikan dampak yang negatif

Meskipun diketahui banyak faktor yang mempengaruhi keputusan membeli akan tetapi dalam penelitian ini hendak diteliti faktor warna kemasan rokok yang diperkirakan memiliki

Pada Tabel 3 terlihat bahwa ransum yang tertampung dalam tempat minum untuk bentuk tempat pakan yang relatif letaknya jauh dari tempat minum dengan jenis rasum kering (Tipe I vs

Transaksi-transaksi yang dilakukan Bengkel Maju Lancar pada bulan Juli 2006 adalah sebagai berikut :.. 01 Juli Pemilik perusahaan menambah modal sebesar

2 Belanja Akomodasi Fullday Rakorbid Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten/Kota Triwulan I Tahun 2017 23.080.000 Mar-17 Serang 1 Jasa Lainnya Pengadaan Langsung Belum

Penelitian ini bertujuan untuk PHQFDULODPDZDNWXUHWURJUDGDVL\DQJPHPEHULNDQVLIDW¿VLNRNLPLDRSWLPXPSDGDVRKXQ pati jagung dan mengetahui nilai aktivitas prebiotik produk

penyelesaian suatu tugas tanpa memperhatikan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kelambanan ini bisa mengakibatkan individu tidak berhasil menyelesaikan tugasnya

Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah manajemen laboratorium IPA (Biologi, Fisika, dan Kimia) di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 kota Yogyakarta yang