• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran

Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model mengajar dapat dipahami sebagai kerangka konsptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sagala 2008).

Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu (Suprijono 2009). Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan sebagai pedoman untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Joyce dan Weil (dalam Sagala 2008) menambahkan bahwa model mengajar adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia dan bantuan belajar melalui komputer.

Dari penjelasan model pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran adalah menggambarkan penyelenggaraan proses belajar mengajar dari awal hingga akhir yang tersusun secara sistematis dengan prosedur yang berbeda.

2.1.2. Teori IPA

Menurut Djojosoediro (2007:3) istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains berasal dari bahasa Latin scientia yang berarti “saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata Science yang berarti “pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan Ilmu Pengetahuan

(2)

Sosial (IPS) dan natural science yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam kamus Fowler (1951) dalam Djojosoediro (2011:3), natural science didefinisikan sebagai: systematic and formulated knowledge dealing with material fenomena and based mainly on observation and induction. Dalam pengertian bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai: ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan indeks.

Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang sistematis dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan, melalui kegiatan eksperimen ataupun hasil tanggapan pikiran manusia atas gejala yang terjadi di alam.

2.1.3. Hakikat IPA

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. IPA merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan fenomena yang terjadi di alam. Dengan mempelajari seluk beluk alam dan fenomenanya siswa diharapkan mampu memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan dapat bermanfaat bagi siswa dalam menjalani kehidupannya.

Menurut Depdiknas (2006:443) IPA berkaitan dengan bagaimana siswa mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa, melainkan siswa harus memiliki kemampuan proses penemuan.

IPA pada hakikatnya bermula dari rasa keingintahuan manusia secara kodrati terhadap apa yang ada di sekelilingnya (alam). Secara khusus, siswa di sekolah juga memiliki rasa ingin tahu tentang fenomena alam yang seharusnya diarahkan dengan benar oleh guru supaya berlangsung secara sistematis dan tidak terjadi miskonsepsi. Penggalian keingian tahuan siswa ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya: metode eksperimen, demonstrasi, membaca artikel

(3)

fisis, mendeskripsikan fenomena alam yang ada di sekitarnya, dan lain-lain dengan tujuan siswa dapat menemukan konsep dan pola sendiri secara konstruktif. Hakikat IPA mencakup tiga aspek yaitu proses, produk, dan sikap. IPA sebagai proses berarti IPA diperoleh melalui kegiatan mengamati, eksperimen, berteori, menggeneralisasi, dan sebagainya. IPA sebagai produk artinya mempelajari konsep, hukum, azas, prinsip dan teori. IPA sebagai sikap artinya dalam pembelajaran IPA dapat dikembangkan sikap ingin tahu, terbuka, jujur, teliti, kerjasama, dan sebagainya. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA mencakup tiga aspek dalam IPA yaitu proses, produk, dan sikap.

2.1.4. Tujuan Pembelajaran IPA

Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 mengemukakan tujuan pembelajaran IPA sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala keteraturan sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

(4)

2.1.5. Fungsi Pembelajaran IPA di SD

Mengacu pada KTSP 2006 dinyatakan bahwa mata pelajaran IPA berfungsi untuk :

1. Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari. Berbagai masalah yang dapat diperoleh dari lingkungan buatan misalnya pada lingkungan rumah.

2. Mengembangkan ketrampilan proses. Ketrampilan proses ialah ketrampilan fisik maupun mental untuk memperoleh pengetahuan di bidang IPA maupun untuk pengembangannya. Dengan ketrampilan ini diharapkan siswa akan mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan karakter IPA. Beberapa contoh ketrampilan yang diharapkan pada siswa ialah ketrampilan-ketrampilan: (1) mengamati; (2) menggolong-golongkan; (3) menerapkan konsep; (4) meramalkan; (5) menafsirkan; (6) menggunakan alat; (7) berkomunikasi; (8) mengajukan pertanyaan; (9) merencanakan penelitian atau percobaan. Ketrampilan tersebut hanya akan berkembang pada siswa jika siswa mempunyai kesempatan untuk melaksanakannya di dalam kegiatan belajar mengajar.

a. Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai-nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. Memperluas pandangan (wawasan) terhadap alam secara benar sesuai dengan sifat alamnya, misalnya gejala alam yang dapat diterangkan secara rasional, pohon yang besar mempunyai sifat yang sama dengan pohon-pohon lainnya yang sering kita tebang. Dari segi IPA tidak ada pohon yang berkeramat, semuanya mempunyai unsur-unsur yang membangunnya dapat dianalisis secara ilmiah. Sikap peduli terhadap lingkungan, tanggap terhadap perubahan lingkungan, sikap obyektif dan terbuka merupakan tugas pengajaran IPA untuk dikembangkannya. Nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui pengajaran IPA misalnya rasa cinta lingkungan, rasa cinta terhadap

(5)

sesama makhluk hidup, menghormati hak asasi manusia, dan sebagainya.

b. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. Kesadaran akan keterkaitan antara kemajuan IPA dengan teknologi hanya akan dikenal jika pengajaran IPA selalu disajikan dengan mengkaitkannya aplikasi IPA dengan kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta ketrampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

2.2. Model Quantum Learning

2.2.1. Pengertian Model Quantum Learning

Pembelajaran Quantum merupakan terjemahan dari bahasa asing yaitu Quantum Learning. “Quantum Learning adalah kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat” Bobbi De Porter & Mike Hernacki (2011:16). Kata lain quantum learning ialah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain.

Dengan demikian, pembelajaran Quantum dapat dikatakan sebagai model pembelajaran yang menekankan untuk memberikan manfaat yang bermakna serta menekankan pada tingkat kesenangan dari peserta didik.

2.2.2. Tujuan Quantum Learning

Menurut Bobbi De Porter & Mike Hernacki (2011:12) adapun tujuan dari Quantum Learning adalah sebagai berikut:

a. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif. b. Untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan.

(6)

c. Untuk menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak.

d. Untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup. e. Untuk membantu mempercepat dalam pembelajaran.

f. Dapat menumbuhkan sikap positif, motivasi, kepercayaan diri, serta dalam keterampilan belajar seumur hidup.

Tujuan di atas mengindikasikan bahwa pembelajaran quantum mengharapkan perubahan dari berbagai bidang mulai dari lingkungan belajar yaitu kelas, materi pembelajaran yang menyenangkan, menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan, serta mengefisienkan waktu pembelajaran.

Menurut Kompasiana (2010). Lingkungan belajar dalam pembelajaran quantum terdiri dari lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah tempat siswa melakukan proses belajar, bekerja, dan berkreasi. Lebih khusus lagi perhatian pada penataan meja, kursi, dan belajar yang teratur. Lingkungan makro yaitu dunia luas, artinya siswa diminta untuk menciptakan kondisi ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya, sehingga kelak dapat berhubungan secara aktif dengan masyarakat.

Selain itu, Bobbi De Porter (2004:14) menyatakan mengenai lingkungan dalam konteks panggung belajar. “Lingkungan yaitu cara guru dalam menata ruang kelas, pencahayaan warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik, dan semua hal yang mendukung proses belajar”.

Jadi, dapat dikatakan bahwa pembelajaran quantum sangat memperhatikan pengkondisian suatu kelas sebagai lingkungan belajar dari peserta didik mengingat model pembelajaran quantum merupakan adaptasi dari model pembelajaran yang diterapkan di luar negeri.

2.2.3. Karakteristik Quantum Learning

Menurut De Porter (2004:18-19), model Quantum Learning mempunyai beberapa karakterisik, diantaranya sebagai berikut:

a. Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika Quantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum dipakai.

(7)

b. Pembelajaran quantum berupaya memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan mengkolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.

c. Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.

d. Pembelajaran quantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

e. Pembelajaran quantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.

f. Pembelajaran quantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.

2.2.4. Keunggulan dan Kelemahan Model Quantum Learning

Bobbi De Porter & Mike Hernacki (2011:18-19) dalam bukunya yang berjudul ”Quantum Learning” juga menjelaskan mengenai keunggulan dan kelemahan dari Quantum Learning, yaitu sebagai berikut:

1. Keunggulan

a. Pembelajaran quantum menekankan perkembangan akademis dan keterampilan.

b. Model pembelajaran quantum lebih santai dan menyenangkan, sebab proses belajar diiringi dengan musik.

c. Penyajian materi pembelajaran yang secara alamiah merupakan proses belajar yang paling baik, yaitu terjadi ketika siswa telah mendapatkan dan mengalami informasi sebelum mereka memperoleh penjelasan untuk apa yang mereka pelajari.

d. Pada pembelajaran quantum objek yang menjadi tujuan utama adalah siswa.

e. Model pembelajaran quantum dapat memadukan antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang.

(8)

2. Kelemahan

a. Membutuhkan pengalaman yang nyata.

b. Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih khusus.

c. Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.

d. Adanya keterbatasan sumber belajar, alat peraga, alat belajar, dan menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.

e. Kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa.

Berdasarkan pemaparan keunggulan dan kelemahan pembelajaran quantum sangat memperhatikan keaktifan serta kreatifitas yang dapat dicapai oleh peserta didik. Pembelajaran quantum mengarahkan seorang guru menjadi guru yang “baik”. baik dalam arti bahwa guru memiliki ide-ide kreatif dalam memberikan proses pembelajaran, mengetahui dengan baik tingkat kemampuan siswa.

2.2.5. Prinsip Model Quantum Learning

Adapun prinsip-prinsip Quantum Learning, adalah sebagai berikut:

1. Prinsip utama pembelajaran quantum berbunyi : Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar).

2. Dalam pembelajaran quantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni.

3. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini :

a. Ketahuilah bahwa segalanya berbicara, dalam pembelajaran quantum, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.

b. Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam proses pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan.

c. Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan. Poses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami

(9)

informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari.

d. Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar.

e. Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan. Segala sesuatu dipelajari sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya.

f. Dalam pembelajaran quantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran lurus berdampak bagi terbentuknya keunggulan Bobbi De Porter (2004:6-7). Dengan kata lain pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi pembelajaran Quantum.

Selain membahas mengenai prinsip model Quantum Learning, Bobbi De Porter & Mike Hernacki (2011:76) juga berpendapat mengenai 7 (tujuh) kunci keunggulan yang diyakini dalam pembelajaran quantum yaitu sebagai berikut:

1. Teraplah hidup dalam integritas. Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu.

2. Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan. Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil.

3. Berbicaralah dengan niat baik. Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung.

4. Tegaskanlah komitmen baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan.

5. Jadilah Pemilik dalam pembelajaran, tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.

(10)

6. Tetaplah lentur pertahanan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar lebih-lebih, harus pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana, dan harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan. 7. Pertahankanlah keseimbangan pertahanan jiwa, tubuh, emosi, dan

semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.

Adapun manfaat yang dapat di peroleh dari Quantum Learning menurut Bobbi De Porter & Mike Hernacki (2011:13) diantaranya:

1. Sikap positif 2. Motivasi

3. Keterampilan belajar seumur hidup 4. Kepercayaan diri

5. Sukses

2.2.6. Langkah Model Quantum Learning

Langkah model Quantum Learning yang dikenal dengan sebutan TANDUR Bobbi De Porter (2004:10) adalah sebagai berikut:

1. Tumbuhkan minat dengan menciptakan suasana belajar yang menggembirakan dengan menggunakan perumpamaan, permainan, tebak kata, bernyanyi, serta dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BagiKu” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan belajar.

2. Alami dan ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.

3. Namai sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah “masukan”.

4. Demonstrasikan sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”.

5. Ulangi dengan tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.

6. Rayakan dengan pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Perayaan dalam

(11)

pembelajaran quantum sangat diutamakan atau sangat penting. Perayaan dapat membangun keinginan untuk sukses dalam pembelajaran. Menurut Bobbi De Porter (2004:31-34), terdapat beberapa bentuk perayaan menyenangkan yang biasa digunakan yaitu:

a. Tepuk Tangan Teknik ini terbukti tidak pernah gagal memberikan inspirasi.

b. Hore! Hore! Hore!

Cara ini sangat mengasyikkan jika dilakukan “bergelombang” ke seluruh ruangan. Caranya adalah guru memberikan aba-aba, semua orang atau siswa melompat berdiri dan berteriak senyaring mungkin, “Hore, Hore, Hore!” sambil mengayunkan tangan ke depan dan ke atas.

c. Wussss

Jika diberi aba-aba, semua orang bertepuk tangan tiga kali secara serentak, lalu mengirimkan segenap energi positif mereka kepada orang yang dituju. Cara melakukannya adalah setelah bertepuk, tangan mendorong kearah orang tersebut sambil berteriak “Wusssss”.

d. Jentikan Jari

Jika guru atau pengajar memerlukan pengakuan yang tenang, daripada tepuk tangan, gunakan jentikan jari berkesinambungan. e. Poster Umum

Mengakui individu atau seluruh kelas, misalnya “Kelas Lima The Best!.

f. Catatan Pribadi

Sampaikan kepada siswa secara perseorangan untuk mengakui usaha keras, sumbangan pada kelas, perilaku atau tindakan yang baik hati.

g. Persekongkolan

Mengakui seseorang secara tak terduga. Misalnya seluruh kelas dapat bersekongkol untuk mengakui kelas lain dengan cara

(12)

memasang poster positif (atau surat) misterius yang bertuliskan hal-hal seperti “Kelas V hebat lho!”.

h. Kejutan

Kejutan harus terjadi secara acak. Kejutan bukan merupakan hadiah yang diharapkan oleh siswa. Jadikan kejutan tetap sebagai kejutan!.

2.3. Hakikat Hasil Belajar 2.3.1. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Djamarah (2008:2), menjelaskan bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya.

Dari kedua pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan seperti perubahan pengetahuan, sikap dan tingkahlakunya, kecakapannya dan aspek lain yang ada pada diri individu.

2.3.2. Pengertian Hasil Belajar

Sudjana (2005:3) mengatakan bahwa hasil belajar ialah perubahan tingkahlaku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Semua perubahan dari proses belajar merupakan suatu hasil belajar dan mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkahlakunya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah melakukan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Usaha tersebut dipengaruhi kondisi dan situasi tertentu, yaitu pendidikan dan latihan dalam suatu jenjang pendidikan. Pengukuran prestasi belajar dapat dilakukan dengan tes dan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk

(13)

mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa. Untuk melakukan evaluasi diperlukan adanya evaluasi yang objektif, menyeluruh dan berkesinambungan. 2.3.3. Ciri-ciri Hasil Belajar

Menurut Dimyati (2003:8) menyatakan bahwa “ciri-ciri hasil belajar setelah terjadinya perubahan pada seseorang yang belajar, ia mengalami perubahan dari belum mampu menjadi mampu atau dari belum tahu menjadi tahu”. Ciri-ciri hasil belajar dapat dilihat dari berbagai hal antara lain sebagai berikut:

1. Adanya kemampuan peserta didik yang mencakup dua pokok masalah antara lain:

a. Ulangan sebagai usaha untuk memelihara pontinuitas antar bahan mengajar yang telah diajarkan dengan bahan baru.

b. Ulangan dalam arti penilaian diberikan setelah satuan bahan pengajaran telah selesai diberikan dengan tujuan untuk menilai prestasi belajar siswa, dan fungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar.

2. Adanya minat, perhatian, dan motivasi belajar.

Jadi ciri-ciri hasil belajar adalah adanya perubahan pada diri siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

2.3.4. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Slameto (2010:54) mengemukakan bahwa ada berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar, namun dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam individu yang sedang belajar. Adapun faktor - faktor internal antara lain:

a. Faktor jasmaniah, faktor kesehatan, cacat tubuh.

b. Faktor psikologis, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, dan factor kematangan.

(14)

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar diri individu, seperti:

a. Keluarga, yaitu cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, rasa pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah, metode belajar, perubahan kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi sesama siswa, disiplin yang diterapkan di sekolah, sarana dan prasarana sekolah, kebiasaan belajar dan tugas rumah.

c. Faktor masyarakat, keadaan siswa dalam masyarakat, teman bergaul siswa, bentuk kehidupan masyarakat.

Hampir senada dengan pemikiran Slameto, Muhibbin Syah (2002:132), memaparkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Faktor internal (faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik), diantaranya:

a. Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) diantaranya kondisi kesehatan, daya pendengaran dan penglihatan, dan sebagainya. b. Aspek psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas

perolehan pembelajaran peserta didik, di antaranya yaitu kondisi rohani peserta didik, tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi peserta didik.

2. Faktor Eksternal (faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik),diantaranya:

a. Lingkungan sosial, seperti para guru, staff administrasi, dan teman-teman sekelas, masyarakat, tetanga, teman-teman bermain, orangtua dan keluarga peserta didik itu sendiri.

b. Lingkungan non sosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik.

(15)

3. Faktor Pendekatan Belajar, dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan peserta didik dalam menunjang efektivitas belajar dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.

Dari kedua pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari tiga faktor yaitu faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa yang meliputi kecerdasan, minat atau disebut sebagai faktor psikologis dan faktor jasmaniah seperti kesehatan siswa, cacat tubuh dan kelelahan. Kedua yaitu faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri siswa yaitu lingkungan sekitar siswa seperti lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, masyarakat dan faktor iklim, waktu dan tempat, musim dan iklim, dan ketiga faktor pendekatan belajar yaitu cara atau strategi yang digunakan peserta didik dalam menunjang efektivitas belajar dan efisiensi proses pembelajaran tertentu.

2.4. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Isna Noor Izzati pada tahun 2008 pada siswa Kelas IV di SDN Banyuputih O4 Jepara dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Quantum”. Berdasarkan hasil penelitian penerapan Model Pembelajaran Quantum pada siswa kelas IV SDN Banyuputih 04 Tahun ajaran 2008 / 2009. Penelitian ini dilakukan dengan tiga siklus. Pada siklus I Proses pembelajaran disampaikan dengan strategi dan terencana dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan ini terfokus mengaktifkan siswa mulai dari memperhatikan penjelasan, melakukan pengamatan dan percobaan untuk memperoleh kesimpulan, mendemonstrasikan, tugas kelompok, berdiskusi, tugas individual yang diakhiri. Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk memantapkan dan mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran yang disampaikan tentang sumber energi bunyi, penggolongan bunyi berdasarkan frekuensi, membedakan perambatan bunyi melalui benda padat, cair, dan gas. Kegiatan belajar mengajar disampaikan dengan strategi terencana sebagaimana siklus I dan kegiatan pembelajaran dilaksanakan lebih optimal. Hasil siklus II menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata siswa 7,33, siswa belajar tuntas mencapai 96,67% dan hanya 1 siswa yang memperoleh nilai

(16)

di bawah batas nilai ketuntasan. Siklus III merupakan lanjutan dari siklus II untuk memantapkan dan dapat membuktikan apakah pembelajaran quantum dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus ini siswa mencoba membuat model hasil karya yang merupakan sumber bunyi yaitu terompet. Siswa membawa sendiri alat dan bahan yang diperlukan, peneliti hanya sebagai pemandu. Hasil siklus III menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yaitu siswa belajar tuntas 100%, rata-rata nilai siswa 8,4 dan hanya ada 1 siswa memperoleh nilai pas pada batas nilai ketuntasan yaitu 60.

Dari perolehan ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Banyuputih 04 Jepara baik dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 5,50, siklus I 6,47; dan pada siklus II 7,33 dan pada siklus III naik menjadi 8,4. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 43,33%, tes siklus I 80% setelah dilakukan refleksi terdapat 6 siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 60), namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II menjadi 96,67% setelah dilakukan refleksi III semua siswa sudah mencapai ketuntasan. Hal ini terbukti dari kenaikan nilai rata-rata yang ada di dalam kelas.

2.5. Kerangka Berpikir

Penerapan Model Quantum Learning dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) lebih memberi peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Model Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga mereka dapat memperoleh informasi dan menyimpannya dalam memori (pikiran) jangka panjang mereka. Hal ini secara tidak langsung berdampak pula terhadap perolehan atau hasil belajar siswa. Di samping itu, penerapan Model Pembelajaran quantum dalam pembelajaran IPA dapat lebih menarik perhatian siswa selama proses belajar, karena pembelajaran quantum memungkinkan siswa untuk belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan

(17)

perbedaan yang memaksimalkan momen belajar, serta berfokus pada hubungan yang dinamis dalam lingkungan kelas, sehingga mampu membangkitkan interaksi-interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk belajar. Ini berarti pula dengan penggunaan model pembelajaran quantum dalam pembelajaran IPA akan memperjelas materi yang disajikan guru dan dapat mempermudah membantu siswa untuk memahami materi pelajaran yang dipelajarinya.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penerapan model pembelajaran quantum dalam pengelolaan proses pembelajaran IPA, cenderung akan meningkatkan hasil belajar siswa dengan maksimal. Karena diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran maka desain kerangka pikirnya adalah sebagai berikut:

Kondisi

Awal

Tindakan

Kondisi

Akhir

a. Pembelajaran lebih berpusat pada guru.

b. Siswa enggan belajar IPA. c. Siswa pasif.

d. Hasil belajar IPA siswa rendah.

Guru menerapkan model Quantum Learning dengan Tandur: Tumbuhkan  Alami  Namai  Demonstrasikan  Ulangi  Rayakan

Hasil belajar IPA siswa rendah.

 Keterampilan akademis  Santai dan menyenangkan  Pembelajaran secara alami  Objek utama adalah siswa  Sikap positif

a. Pembelajaran berpusat pada siswa

b. Siswa tertarik belajar IPA c. Siswa aktif

d. Hasil belajar IPA siswa meningkat.

(18)

2.6. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah diduga Model Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar tentang materi Pesawat Sederhana dan Sifat-sifat Cahaya pada siswa kelas V SD Negeri Kauman Kidul Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.

Gambar

Gambar 2.5 Kerangka Fikir

Referensi

Dokumen terkait

hubungan hukum antara bank selaku kreditur dan nasabah debitur dalam perjanjian kredit bank merupakan hal yang krusial dikarenakan bargaining position atau posisi

Daerah yang sesuai untuk pembudidayaan cacing tanah ini adalah daerah dengan potensi limbah organik yang besar, misal daerah pertanian, sehingga dapat menyediakan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas dan kuantitas kandungan pupuk organik limbah serasah dengan inokulum kotoran sapi secara semianaerob

ang pipi ting ka bentuk t gembung p ggembung) p memberi ke akan terlihat agu kecil ka bentuk da an tersebu ggembung) p ke arah mengurangi Ga Sumber : P ggi/menonjol tulang pipi

Secara objektif, kriteria ini berkaitan dengan waktu tunda (beda waktu) datangnya suara langsung dengan suara pantulan awal yang datang ke suatu posisi pendengar

[r]

Sepakbola adalah cabang olahraga yang menggunakan bola yang umunya terbuat dari bahan kulit da dimainkan oleh kedua tim yang masing-masing beranggotakan 11

Penetapan hak warga negara adalah hal mutlak yang harus mendapat perhatian khusus dari negara sebagai jaminan di junjung tingginya sila ke-5 yaitu “Keadilan