• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK PEMBERIAN SARI BUAH PARIA (Momordica charantia, L.) TERHADAP MORFOLOGI SPERMATOZOA EPIDIDYMIS MENCIT (Mus musculus, L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEK PEMBERIAN SARI BUAH PARIA (Momordica charantia, L.) TERHADAP MORFOLOGI SPERMATOZOA EPIDIDYMIS MENCIT (Mus musculus, L.)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK PEMBERIAN SARI BUAH PARIA (Momordica charantia, L.)

TERHADAP MORFOLOGI SPERMATOZOA EPIDIDYMIS

MENCIT (Mus musculus, L.)

Wa Ode Harlis1*, Nurhayu Malik1 Nelpiani2 1

Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari. 2

Laboratorium Jurusan Biologi Unit Zoologi, FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari. 1*

E-mail : waodeharlis@gmail.com

ABSTRACT

The present research was conducted to study the efect Of Extract Fruit Paria (Momordica charantia, L.) On Morphology Spermatozoa Epididymis of mice (Mus musculus L.). The test animal used were 16 male mice with weight 20-30 gr aged 2-3 month into 4 dosage treatments groups i.e. P0 control (water), P1 (25%/bw), P2 (50%/bw) and P3 (75%/bw). The ectracts were given orally to all conducted during 34 day. At the 35th day body weight mice be pondered the next surgery and conducted taking cauda epididymis for observation morphology spermatozoa. The data obtained were analysed by using the Analysis of Variance Test (ANOVA α = 0,05) and t-Test Least Significant Differences. The results showed the ectractsFruit Pariawere given on all dose reduce the percentage of morphology spermatozoa normal mice (Musmusculus, L.) is P1 (32%), P2 (47%), and P3 (67%).

(2)

PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasarkan pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan jenis tanaman obat-obatan, salah satunya yaitu buah paria (Momordica charantia, L.) (Basch et al. 2003).

Buah Paria (Momordica charantia, L.) digunakan sebagai sayur atau lalapan oleh masyarakat. Selain digunakan sebagai lalapan atau sayur, buah paria kaya akan mineral, nabati, kalsium, zat besi, kalium, magnesium dan fosfor yang terdapat di dalam kulit buah, daging maupun biji buah paria, yang bermanfaat sebagai penambah

nafsu makan, obat sariawan, obat luka bakar, obat penyakit kulit, obat cacing

dan perut kembung (Sutiani, 2008). Buah Paria selain mengandung gizi yang bermanfaat, di dalam daging paria juga mengandung senyawa titerpenoid, karatenoid, flavonoid, alkaloid, steroid dan minyak atsiri yang tergolong dalam kelompok antifertilitas dan dapat mencegah kesuburan pada organ reproduksi betina (Sutiani, 2008). Menurut masyarakat, mengkomsumsi

buah paria secara berlebihan dalam jangka panjang baik dalam bentuk jus, lalapan atau sayur berpotensi mematikan sperma, menyebabkan produksi sperma menurun dan sebagai antifertilitas (kontrasepsi) pada pria, memicu impotensi, merusak buah zakar dan hormon pria, karena buah paria mengandung senyawa titerpenoid yang mempunyai aktivitas anti spermatozoa (Girini et al, 2005).

Senyawa-senyawa hasil

metabolisme tanaman sangat banyak jumlahnya dan beberapa diantaranya mempunyai struktur yang mirip. Faktor kemiripan ini dapat mengarah pada gugus fungsional yang berfungsi aktif memberikan efek farmakologi yang sejenis sehingga senyawa-senyawa ini bersifat sinergis yang berarti memberikan khasiat sama. Dengan demikian takaran pemakaian suatu senyawa yang berasal dari bahan alam akan lebih rendah dibandingkan dengan senyawa yang sama tetapi berasal dari bahan sintesis (Mursito, 2002 dalam Sutiani, 2008).

Menurut (Subhar, 2004 dalam Sipahutar, 2005) sari buah paria mengandung glikosida triterpen, senyawa ini mampu menurunkan

konsentrasi sperma serta

menyebabkan abnormalitas kelenjar aksesories organ reproduksi tikus, namun sifatnya sementara atau reversibel. Mencit (Mus musculus, L.) merupakan hewan mammalia yang

(3)

sering digunakan dalam percobaan, mencit mudah ditangani karena memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dan merupakan hewan yang jinak serta memiliki sifat reproduksi yang subur sehingga dapat diaplikasikan kepada manusia.

Mengingat spermatozoa

merupakan sel haploid yang berasal dari perkembangan dan diferensiasi sel-sel induk germinal di dalam testis, serta merupakan sel-sel spermatogenik di dalam tubulus seminiferus yang mudah terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh zat-zat asing, maka timbul permasalahan yang menarik yaitu apakah sari buah paria yang diberikan pada mencit jantan akan menghambat spermatogenesis dan sekaligus bersifat anti-fertilitas. Jika hal ini benar, maka sari buah paria (Momordica charantia, L.) dapat digunakan sebagai obat kontrasepsi tradisional untuk pria. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana Efek

Pemberian Sari Buah Paria (Momordica charantia, L.) Terhadap Morfologi Spermatozoa Epididymis Mencit (Mus musculus, L.).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan April 2015, yang bertempat di Laboratorium Unit Biologi FMIPA Lama dan dilanjutkan di Laboratorium Zoologi

FMIPA Baru, Universitas Halu Oleo Kendari.Mencit jantan (Mus musculus, L.) yang diperoleh diaklimasi selama 1 minggu untuk memperoleh kondisi fisiologis yang sama. Buah paria diblender dan dilarutkan dalam 100 ml akuades dan dipisahkan air perasan dengan ampasnya, kemudian dibuat stock sebagai berikut. Konsentrasi 25% sari buah paria sebanyak 25 ml ditambahkan 75 ml akuades. Konsentrasi 50% sari buah paria sebanyak 50 ml ditambahkan 50 ml akuades.Konsentrasi 75% sari buah paria sebanyak 75 ml ditambahkan 25 ml akuades (Risnawati, 2008).

Selanjutnya diberikan pada mencit dengan menggunakan spoit secaraoral dengan dosis volume 0,5 mg/bb mencit dan kontrol diberi air saja selama 34 hari (1 siklus spermatogenesis) secara berturut-turut. Pada hari ke 35, mencit dikorbankan kemudian dilakukan pengambilan cauda epididymisdan dibuatpreparat

apus. selanjutnyadilakukan

pengamatan di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x terhadap 100 spermatozoa.Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam presentase.Indikator penelitian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu melihat morfologi spermatozoa yakni bentuk normal dan abnormal dari kepala (caput), badan (middle piece) dan ekor (cauda). Data dianalisis dengan menggunakan Rancangan

(4)

Acak Lengkap. Data yang dikumpulkan bersifat kualitatif dan kuantintatif dan dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA, α = 0,05). Jika terdapat perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT (0,05 %).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berat Badan Mencit (Mus musculus, L.)

Rerata berat badan mencit awal dan akhir setelah diberikan perlakuan sari buah paria (Momordica charantia, L.).

Tabel 1. Rerata berat badan mencit (gr) setelah diberikan perlakuan sari buah paria Perlakuan Berat Badan Awal (gr) Berat Badan Akhir (gr) Selisih Berat Badan (gr) P0 20.25 21.75 1,50 P1 22 23.25 1,25 P2 20.75 23.25 2,5 P3 22 27.75 5,75 x 21.25 23.75 2,50 Berdasarkan Tabel 1, rata-rata kenaikan berat badan mencit meningkat setelah pemberian sari buah paria. Hal ini sependapat dengan (Sutiani, 2008) bahwa buah paria selain dapat berkhasiat obat juga dapat bermanfaat sebagai penambah nafsu makan.

Morfologi Spermatozoa

Pengamatan morfologi

spermatozoa pada penelitian ini ditujukan untuk melihat bentuk-bentuk spermatozoa. Pada umumnya setiap penyimpangan morfologi dari

struktur-struktur spermatozoa dipandang sebagai abnormalitas (Harlis, 2006). Tabel 2. Rerata Morfologi Spermatozoa

Normal dan Abnormal

Keterangan : Angka yang berbeda menunjukan ada beda nyata (P<0,05).

Berdasarkan hasil perhitungan morfologi spermatozoa normal dan abnormal pada Tabel 2 dengan analisis statistik dan uji BNT dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan ada perbedaan nyata yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (P<0,05). Pemberian sari buah paria menyebabkan penurunan presentase spermatozoa normal. beberapa abnormalitas spermatozoa yang ditemukan dalam penelitian ini adalah abnormalitas kepala, bagian tengah dan abnormalitas ekor.

Perlakuan Ulang-an Dosis (mg/ gr bb/hari) Rerata Normal (%) Rerata Abnormal (%) P0 4 Air 80±0,96a* 20±0,96a P1 4 25% sari buah paria 68±0,96b 32±0,96b P2 4 50% sari buah paria 53±2,06b 47±1,73c P3 4 75% sari buah paria 43±1,71b 57±2,08 d* 2 1 3

Gambar 1. Berbagai bentuk morfologi spermatozoa mencit setelah perlakuan sari buah paria.

(5)

Pewarnaan : Giemsa 20% Perbesaran : 40x

Keterangan : 1. Kepala (caput) 2. Badan (middle piece) 3. Ekor (cauda)

Pemberian sari buah paria menyebabkan penurunan presentase spermatozoa normal. beberapa abnormalitas spermatozoa yang ditemukan dalam penelitian ini adalah abnormalitas kepala, bagian tengah dan abnormalitas ekor. Abnormalitas kepala meliputi kepala ganda, kepala lepas dari ekor, kepala terato dan kepala bulat tanpa akrosom. Abnormalitas bagian tengah meliputi bagian tengah bergelombang, bagian tengah melipat dan bagian tengah melekuk. Abnormalitas bagian ekor meliputi ekor yang melingkar, ekor yang patah, ekor terputus dari kepala, ekor bersudut, ekor bergelombang serta ekor dan kepala bertemu. Abnormalitas spermatozoa primer yang ditemukan disebabkan oleh penurunan kadar testosteron yang menghambat pembentukan protein α-tubulin sebagai komponen dasar mikrotubuli dan mikrofilamen yang penting dalam proses spermatogenesis untuk menggerakkan sitoplasma ke arah belakang menuju flagel (Zaneveld dan Chattterton, 1982).

Kelainan ini diduga disebabkan

oleh gangguan kematangan

spermatozoa selama dalam epididymis. Kandungan senyawa yang ada dalam buah paria akan masuk ke aliran darah

dan menuju testis. Senyawa tersebut kemudian berikatan membentuk ikatan komplek reseptor – senyawa toksik. Komplek reseptor – senyawa toksik akan mengalami perubahan bentuk menjadi reseptor transformasi yang dapat mempengaruhi DNA dengan bantuan enzim polimerase yang ada dalam inti mengadakan sintesis DNA, yang selanjutnya akhir berupa protein (Russell et al.,1997 dalam Muryanti, 2005). Sari buah paria diduga menyebabkan sintesis protein sehingga oleh RNA terhambat dan selanjutnya tidak terbentuknya protein sebagai hasil

translasi mRNA. Akibatnya

perkembangan sel-sel spermatozoa

terhenti dan menyebabkan

spermatozoa menjadi tidak normal. Abnormalitas sekunder yang ditemukan disebabkan adanya gangguan proses pematangan spermatozoa dalam epididymis. Spermatozoa mengalami serangkaian perubahan morfologi dan fungsional seperti ukuran, bentuk, ultrastruktur

bagian tengah, DNA, pola

metabolisme, sifat membran plasma. Secara fungsional epididymis tergantung pada testosterone menurun

mnyebabkan pembentukan

spermatozoa yang abnormal (Guyton dan Hall, 2000).

(6)

Abnormalitas spermatozoa juga dapat disebabkan oleh kandungan gizi sari buah paria yang menyebabkan meningkatnya berat badan mencit seiring dengan tingginya dosis yang diberikan. Kandungan gizi berupa protein pengenal akan bertemu dengan reseptornya dan masuk ke dalam sel darah sehingga menyebabkan

penyumbatan pada sel, sehingga jantung akan sulit memompa darah karena semakin bertambahnya lemak yang menyebabkan oksigen menjadi berkurang dan mempengaruhi testis, karena testis memiliki suhu yang rendah sehingga dengan berkurangnya oksigen di dalam testis maka pada tahap spermatogenesis akan menyebabkan

spermatozoa tidak

terbentuk dengan

sempurna, selain itu di dalam buah paria juga terdapat alkaloid dan flavonoid yang bersifat toksik serta tanin yang dapat menggumpalkan spermatozoa.

Gambar 2: Berbagai kelainan morfologi spermatozoa mencit setelah perlakuan sari buah paria Pewarnaan : Giemsa 20% Perbesaran : 40x Keterangan : A. Normal B. Badan ke ekor bergelombang C. Ekor bergelombang D. Badan berlekuk E. Kepala terato, badan menebal dan ekor terputus

F. Ekor bulat membentuk cincin G. Ekor menggulung ke badan

H. Badan berlekuk, ekor bergelombang.

D

A

C

B

A

536, 83µm 431.516 µm

H

G

F

E

373.356 µm 302.404 µm 293.577 µm 180.256 µm 347.249 µm 432.974 µm

(7)

Gambar 3: Berbagai kelainan morfologi spermatozoa mencit setelah perlakuan sari buah paria

Pewarnaan : Giemsa 20% Perbesaran : 40X

Keterangan : I. Kepala bercabang dua

J. Bagian tengah berlekuk, ekor patah K.Ekor melipat ke bagian kepala L. Kepala lepas dari badan M. Badan putus dari kepala

N. Leher berlekuk, ujung ekor berlekuk

O. Kepala bulat tanpa akrosom dan badan tidak terbentuk sempurna P. Kepala melipat, ekor berlekuk dan ujung ekor bulat

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian sari buah paria pada semua dosis menurunkan persentase morfologi spermatozoa normal epididymis mencit

jantan (Mus musculus, L.) yaitu P1 (32%), P2 (47%), dan P3 (67%).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diajukan adalah perlu dilakukan penelitian

P

O

N

M

L

K

J

291.101 µm

I

494.927 µm 415.09 µm 430.16 µm 155.483 µm 459.274 µm 153.76 µm 515.408 µm

(8)

lanjutan mengenai tanaman yang berfungsi meningkatkan kualitas spermatozoa mencit.

DAFTAR PUSTAKA

Basch E, Gabardi S, Ulbricht C, 2003, Bitter melon (Momordica charantia): a review of efficacy andsafety, Am, J. Health Syst Pharmachy., 60(4): 356-9. Girini M. M, Ahamed R. N, Aladakatti R.

H, 2005, Effect of graded doses of Momordica charantia seedextract on rat sperm: scanning electron microscope study,J. BasicClin Physiol Pharmacol., 16(1):53-66. Guyton, A.C., dan Hall. J., 2000.

Textbook of Medical Physiology. 10th ed. W.B.

Saunders Company.

Philadephia.

Harlis W. 2006.,Spermatogenesis Dan Kualitas Spermatozoa. Makalah Biologi Sel. Fakultas

Biologi, Program

Pascasarjana, Universitas Gadjah Madah. Yogyakarta. Muryanti, 2005. Kadar Testosterone

Dan Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus, L.), Setelah Diperlukan Ekstrak Biji Saga (Abrus prectorius, L.) Thesis. Program Studi Biologi. UGM. Yogyakarta. Risnawati, 2008., Pengaruh Pemberian

Sari Buah Paria (Momordica charantia, L.) Terhadap Kehamilan Mencit (Mus Musculus, L.) Tahap Pasca-Implantasi Lanjut. Skripsi FMIPA. Universitas Halu Oleo. Kendari.

Sahlan, 2011., Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Api-Api Putih (Avicennia marinna) Terhadap Spermatogenesis Dan Morfologi Spermatozoa Mencit (Mus musculus, L.).Skripsi

F-MIPA. Universitas Halu Oleo. Kendari.

Sutiani Y., 2008.,Pengaruh Pemberian Sari Buah Paria (Momordica Charantia, L.) Tahap Pasca Implantasi Awal. Skripsi FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Sipahutar H. 2005. Pengaruh ekstrak biji paria (Momordica charantia Linn.)terhadap fertilitas mencit (Mus musculus). Swiss

Webster. http://www.digilib.itb.ac.id/gdl.p hp?mod=browse&op=read&id= jbptitbpp-gdl-s2-1991-herbertsip-1735&q=Hidup. Diakses 07 November 2014. Zaneveld, L.J.D. dan Chatterton, R.T.,

1982. Biochemistry of Mammalia Reproduction. John Wiley dan Sons Inc. New York. Pp. 51-61.

Gambar

Tabel 1. Rerata berat badan mencit  (gr) setelah diberikan  perlakuan sari buah paria  Perlakuan  Berat  Badan  Awal  (gr)  Berat  Badan Akhir (gr)  Selisih  Berat Badan (gr)  P0  20.25  21.75  1,50  P1  22  23.25  1,25  P2  20.75  23.25  2,5  P3  22  27.7
Gambar 2: Berbagai  kelainan morfologi  spermatozoa mencit  setelah perlakuan sari  buah paria  Pewarnaan : Giemsa 20%  Perbesaran : 40x  Keterangan :   A
Gambar 3: Berbagai kelainan morfologi spermatozoa mencit         setelah perlakuan sari buah paria

Referensi

Dokumen terkait

Secara kuantitas desa desa dikabupaten bondowoso hampir sebagain besar sudah memiliki dokumen perencanaan pembangunan (RPJMDesa dan RKPDesa) namun secara kualitas

perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau pemerintah telah digunakan secara efektif dan efesien, guna untuk mencapai suatu

adalah mampu meminimalisir derau yang terdapat pada citra yang dideteksi dan meningkatkan intensitas piksel tepi dari objek bergerak sehingga objek terdeteksi dengan jelas. Khususnya

Swastha, Manajemen Pemasaran Modern (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002) Syaparuddin “Prinsip-prinsip Dasar al-Qur’ ā n Tentang Perilaku Konsumsi,”.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dalam rangka melaksanakan kegiatan Seminar Internasional di Dalam/Luar Negeri*) yang pendanaannya dibantu oleh

that the interpreter listens to a speaker, but just “ Sight interpretation is interpretation of a written text received by the translator, usually without any time for preparation.‖

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari website BPS mengenai Indeks Pembangunan Manusia beserta faktor-faktor

• Cambridge International AS &amp; A Levels are taken in over 130 countries with more than 525000 subject entries each year.. • We developed Cambridge Pre-U as an alternative to