• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN III TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN III TAHUN 2016"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) serta Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS).

 Produksi yang dihasilkan perusahaan/usaha IMK Bali pada Triwulan III Tahun 2016 mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,60 persen secara triwulanan (quarter to quarter / q-to-q) jika dibandingkan Triwulan II Tahun 2016. Capaian pertumbuhan IMK Bali ini berada di atas pertumbuhan nasional sebesar minus 2,06 persen pada periode yang sama.

Jika dilihat secara periode tahunan (year on year / y-on-y), IMK Bali pada Triwulan III Tahun 2016 tumbuh positif sebesar 14,19 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun 2015 lalu. Bahkan angka pertumbuhan IMK Bali pada triwulan ini jauh lebih tinggi dari angka nasional yang mencapai 5,75 persen.  Sementara itu, produksi yang dihasilkan perusahaan/usaha IBS Bali pada Triwulan III Tahun 2016 (q-to-q)

tumbuh negatif sebesar minus 1,96 persen atau berada di bawah pertumbuhan secara nasional yang tumbuh positif sebesar minus 0,89 persen pada periode yang sama.

Jika dilihat secara tahunan (year on year / y-on-y), produksi yang dihasilkan usaha/perusahaan IBS Bali pada Triwulan III Tahun 2016 tercatat minus 3,53 persen, dan masih berada di bawah level nasional yang tumbuh positif sebesar 5,07 persen.

No. 73/11/51/Th. VII, 1 November 2016

P

ERTUMBUHAN

P

RODUKSI

I

NDUSTRI

M

ANUFAKTUR

P

ROVINSI

B

ALI

T

RIWULAN

III

T

AHUN

2016

I.

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK)

Harus diakui bahwa peranan IMK dalam memacu dan mempercepat pembangunan daerah pada era otonomi dewasa ini semakin nyata dan strategis. Oleh karena itu, komponen masyarakat dan pelaku usaha IMK di Bali khususnya, akan dihadapkan pada sejumlah tantangan yang ada baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Dalam memajukan IMK di daerah misalnya, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan sama yang berlaku umum di tingkat pusat. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan haruslah mengakomodir dan sesuai dengan spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan oleh daerah bersangkutan. Oleh karena itu, permasalahan daerah memerlukan solusi kedaerahan. Wewenang yang selama ini dipegang pemerintah pusat harus diberikan kepada pemerintah daerah untuk menangani masalah di daerahnya. Dalam kaitan ini, strategi pembangunan daerah haruslah dilakukan secara bersinergi antara berbagai unsur terkait dengan masyarakat di daerah.

Kebijakan dan strategi yang dikembangkan harus menggunakan sumber daya lokal yang efisien, termasuk sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya budaya. Lintas pelaku di masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan nilai sumber daya setempat. Untuk itu, perlu

(2)

peningkatan standar hidup masyarakat setempat. Pertumbuhan IMK tergantung dari kondisi lingkungan bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara usaha/perusahaan IMK, pemerintah, dan masyarakat setempat. Sesungguhnya permasalahan industri atau usaha IMK yang dihadapi cukup banyak dan beragam. Tetapi bila diungkapkan secara spesifik, maka permasalahan utama IMK pada

umumnya berkaitan dengan aspek permodalan, kendala pemasaran, lemahnya

pengembangan/penguatan usaha, akses lembaga perbankan, desain, teknologi, daya saing, dan lain sebagainya.

Terkait dengan itu, Pemerintah Provinsi berkomitmen menciptakan wirausaha yang mampu bersaing menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Sejumlah program telah dikucurkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dalam memacu dan mendorong kinerja usaha IMK. Salah satunya adalah Program Jaminan Kredit Daerah (Jamkrida) Bali Mandara. Program ini merupakan wujud nyata keberpihakan Pemerintah Provinsi Bali pada perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) melalui pemberian jaminan kredit yang mempunyai usaha secara layak dan dibiayai perbankan namun kesulitan akses perbankan karena ketiadaan agunan. Seperti diketahui, masalah agunan/jaminan ini menjadi salah satu kendala dalam meningkatkan pertumbuhan produksi IMK di Bali. Permasalahan klasik dan pelik tersebut sangat mempengaruhi gerak ekonomi kreatif IMK sehingga sulit untuk berkembang. Padahal kearifan lokal pariwisata di Bali memberikan dampak positif terhadap eksistensi IMK untuk berperan secara maksimal dalam menambah daya pikat industri kreatif. Karena itu, dengan adanya Program Jamkrida Bali Mandara ini diharapkan membawa angin segar bagi pertumbuhan produksi IMK di Pulau Dewata sebagai salah satu lokomotif perekonomian.

Kode

KBLI Jenis Industri

Bali Nasional Triwulan II 2016 Triwulan III 2016 Triwulan II 2016 Triwulan III 2016 (1) (2) (4) (4) (6) (6) 10 Industri Makanan 1,47 -3.53 5,87 -0.26 11 Industri Minuman -0,96 -8.12 9,43 1.57

12 Industri Pengolahan Tembakau 8,39 -10.88 11,67 12.36

13 Industri Tekstil 7,05 -3.75 11,78 -0.48

14 Industri Pakaian Jadi -4,51 0.35 10,17 -5.87

15 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki -0,18 0.78 8,80 -7.84 16 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak

Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya

-0,37 0.18 0,86 2.15

17 Industri Kertas dan Barang dari Kertas 6,57 -6.71 5,15 -1.31

18 Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 5,45 4.37 1,95 2.14 20 Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 0,00 0.00 3,74 6.70 21 Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional 5,46 -9.68 -3,54 8.73

23 Industri Barang Galian Bukan Logam 4,67 0.45 2,11 -0.51

25 Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 6,88 0.67 1,04 -5.92

31 Industri Furnitur 2,94 1.03 6,61 -4.17

32 Industri Pengolahan Lainnya 7,83 -5.67 2,50 -1.12

Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) 2,39 0.60 5,74 -2,06

Tabel 1

Pertumbuhan Produksi Triwulanan (Q-to-Q) IMK Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit

(3)

Saat ini, sudah cukup banyak produk kerajinan Bali yang diproduksi oleh perusahaan/usaha IMK. Kiranya, trend pasar oleh - oleh Bali yang tidak pernah sepi dari pengunjung domestik. Hal ini mengindikasikan bahwa kerajinan Bali sangat diminati, terlebih dengan cukup prospektifnya pasar dalam negeri. Selain pasar domestik, produk yang dihasilkan usaha/perusahaan IMK Bali juga sangat diminati kalangan wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Bali. Hal ini cukup membawa pengaruh terhadap produksi yang dihasilkan usaha/perusahaan IMK di Bali secara triwulanan (q-to-q) yang tumbuh sebesar 0,60 persen pada Triwulan III-2016, namun pertumbuhan tersebut masih rendah bila dibandingkan pertumbuhan yang terjadi di triwulan sebelumnya yakni Triwulan II tahun 2016 yang mengalami pertumbuhan sebesar 2,39 persen.

Secara periode triwulanan (q-to-q), dari 15 (lima belas) jenis industri yang merupakan hasil olahan Survei Industri Mikro dan Kecil Triwulanan (VIMK) Bali pada periode Triwulan III 2016, terdapat 3 (tiga) kontributor utama yang menyumbang pertumbuhan positif, yakni (1) industri percetakan dan reproduksi media rekaman (kode KBLI 18) yang tumbuh sebesar 4,37 persen, (2) industri furnitur (kode KBLI (31) sebesar 1,03 persen, (3) industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (kode KBLI 15) yang tumbuh sebesar 0,78 persen.

Kode

KBLI Jenis Industri

Bali Nasional Triwulan III 2015 Triwulan III 2016 Triwulan III 2015 Triwulan III 2016 (1) (2) (4) (4) (5) (6) 10 Industri Makanan 4,72 5,74 7,36 9,70 11 Industri Minuman -15,34 -11,91 11,05 13,71

12 Industri Pengolahan Tembakau - 14,82 19,17 5,23

13 Industri Tekstil 9,61 19,56 5,72 15,54

14 Industri Pakaian Jadi 22,23 21,95 7,75 7,14

15 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki -12,44 12,19 5,19 2,38 16 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak

Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya

13,13 11,80 -5,88 7,70

17 Industri Kertas dan Barang dari Kertas 14,90 -4,07 11,63 19,05

18 Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 12,87 34,48 12,75 20,84 20 Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 39,04 -1,40 18,63 15,44 21 Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional -5,79 13,56 17,11

23 Industri Barang Galian Bukan Logam 15,59 9,44 2,15 0,59

25 Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 20,71 22,57 -2,68 -12.40

31 Industri Furnitur 14,77 23,74 5,82 0,64

32 Industri Pengolahan Lainnya 15,94 0,68 6,55 -1.54

Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) 12,54 14,19 6,87 5,75

Jika dicermati secara periode tahunan (y-on-y), jumlah wisman yang berkunjung ke Bali meningkat 27,21 persen, dari 1.075.364 orang di Triwulan III-2015 menjadi 1.367.942 orang di Triwulan III-2016. Hal ini merupakan salah satu pendorong bagi pengembangan IMK di Bali. Pada konteks lain, yang menarik dari bisnis pariwisata adalah sektor ini memberikan multiplier effect

terhadap industri lain seperti makanan, akomodasi, transportasi, hiburan, pameran, dan lainnya,

Tabel 2

Pertumbuhan Produksi Triwulanan (Y-on-Y) IMK Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit

(4)

5.74 -2.06 2.39 0.6 -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

Triwulan II 2016 Triwulan III 2016 : Nasional : Bali 6.87 5.75 12.54 14.19 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00

Triwulan III 2015 Triwulan III 2016 : Nasional : Bali

dengan permintaan/ kebutuhan pasar. Paling tidak, hal tersebut berdampak pada pertumbuhan produksi IMK, baik dari sisi permintaan (demand), volume produksi, dan perluasan pasar. Alhasil, pertumbuhan produksi IMK Bali pada Triwulan III 2016 secara periode y-on-y mencapai 14,19 persen, hal serupa juga dialamai pada periode yang sama di Tahun 2015 lalu yang tumbuh sebesar 12,54 persen.

Tahun

Periode Q-to-Q Periode Y-on-Y

Komulatif (Tahunan) Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan

IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III

Triwulan IV (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 2015 2,19 5,53 -3,97 6,68 11,72 20,96 12,54 10,48 13,80 2016 3,91 2,39 0,60 - 12,34 8,99 14,19 - -

Secara periode tahunan (y-on-y), sebagian besar pertumbuhan produksi bernilai positif kecuali ada 4 (empat) jenis industri yang berkontraksi negatif, yakni: (1) industri minuman (kode KBLI 11) sebesar minus 11,91 persen, (2) industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional (kode KBLI 21) sebesar minus 5,79 persen, (3) industri kertas dan barang dari kertas (kode KBLI 17) sebesar minus 4,07 persen dan (4) industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia (kode KBLI 20) sebesar minus 1,40 persen.

Sementara itu, terdapat 5 (lima) kontributor utama yang menunjukkan pertumbuhan produksi tertinggi di atas 15 persen, yakni: (1) industri percetakan dan reproduksi media rekaman (kode KBLI 18) sebesar 34,48 persen, (2) industri furnitur (kode KBLI 31) sebesar 23,74 persen, (3) industri barang

Tabel 3

Pertumbuhan Produksi IMK Bali Triwulanan Tahun 2015 – 2016

(dalam persen)

GAMBAR 1

Pertumbuhan Produksi IMK Bali dan Nasional Triwulan II – 2016 dan Triwulan III – 2016

Secara Periode Q-to-Q (dalam persen)

GAMBAR 2

Pertumbuhan Produksi IMK Bali dan Nasional Triwulan III – 2015 dan Triwulan III – 2016

Secara Periode Y-on-Y (dalam persen)

%

(5)

3.54 0.89 -0.22 -1.96 -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00

Triwulan II 2016 Triwulan III 2016 : Nasional : Bali 4.22 5.07 9.50 -3.53 -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00

Triwulan III 2015 Triwulan III 2016 : Nasional : Bali

logam, bukan mesin dan peralatannya (kode KBLI 25) sebesar 22,57 persen, (4) industri pakaian jadi (kode KBLI 14) sebesar 21,95 persen, dan (5) industri tekstil (kode KBLI 13) sebesar 19,56 persen.

II.

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)

Kebijakan dalam pembangunan industri manufaktur diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mengantisipasi perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional, termasuk keberadaan industri manufaktur besar dan sedang di Bali. Pada Triwulan III 2016 (secara q-to-q), pertumbuhan produksi IBS di Bali mengalami pertumbuhan negatif sebesar 1,96 persen, dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi di triwulan sebelumnya yakni Triwulan II tahun 2016 yang juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 0,22 persen.

Kontributor utama yang mengalami pertumbuhan positif disumbangkan oleh (1) industri furnitur (kode KBLI 31) sebesar 2,89 persen, (2) industri pakaian jadi (kode KBLI 14) sebesar 1,42 persen, dan (3) industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang dari

Tahun

Periode Q-to-Q Periode Y-on-Y

Komulatif (Tahunan) Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2015 -5,14 6,46 -0,93 -0,38 5,46 7,79 9,50 2,78 6,31

2016 -7,32 -0,22 -1,96 - 0,41 -5,89 -3,53 - -

Tabel 4

Pertumbuhan Produksi IBS Bali Triwulanan Tahun 2015 – 2016 (dalam persen)

GAMBAR 3

Pertumbuhan Produksi IBS Bali dan Nasional Triwulan II – 2016 dan Triwulan III – 2016

Secara Periode Q-to-Q (dalam persen)

GAMBAR 4

Pertumbuhan Produksi IBS Bali dan Nasional Triwulan III – 2015 dan Triwulan III – 2016

Secara Periode Y-on-Y (dalam persen)

(6)

anyaman bambu, rotan dan sejenisnya (kode KBLI 16) yang mengalami pertumbuhan sebesar 0,50 persen.

Kode

KBLI Jenis Industri

Bali Nasional Triwulan II 2016 Triwulan III 2016 Triwulan II 2016 Triwulan III 2016 (1) (2) (4) (4) (5) (6) 10 Industri Makanan

Manufacture of food products -0.60 -0,97 10,39 3,21

11 Industri Minuman

Manufacture of beverages 0.89 -7,66 3,14 -4,79

13 Industri Tekstil

Manufacture of textiles -5.19 -1,03 -7,12 -4,56

14 Industri Pakaian Jadi

Manufacture of wearing apparels -8.63 1,42 -1,54 -2,07

16 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya

Manufacture of wood and of products of wood and cork, except furniture; manufacture of articles of straw and plaiting materials, bamboo, rattan and the like

6.72 0,50 -1,64 -8,97

31 Industri Furnitur

Manufacture of furniture 3.29 2,89 3,71 -2,54

32 Industri Pengolahan Lainnya

Other manufacturing -1.41 -8,17 -1,02 -0,12

Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) -0,22 -1,96 3,54 0,89

Secara periode tahunan (y-on-y), pertumbuhan produksi IBS Bali pada Triwulan III 2016 mengalami konstraksi sebesar minus 3,53 persen, dimana angka pertumbuhan tersebut berada di bawah pertumbuhan secara nasional yang tumbuh positif sebesar 5,07 persen pada periode yang sama (Tabel 6).

Sementara itu, terdapat 3 (tiga) kontributor utama yang menunjukkan pertumbuhan produksi tertinggi, yakni: (1) ) industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya (kode KBLI 16) sebesar 7,76 persen, (2) industri minuman (kode KBLI 11) sebesar 4,32 persen dan (3) industri furnitur (kode KBLI 31) sebesar 4,02 persen.

Tabel 5

Pertumbuhan Produksi Triwulanan (Q-to-Q) IBS Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit

(7)

Kode

KBLI Jenis Industri

Bali Nasional Triwulan III 2015 Triwulan III 2016 Triwulan III 2015 Triwulan III 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 10 Industri Makanan

Manufacture of food products 16,79 -3,98 7,09 7.70

11 Industri Minuman

Manufacture of beverages -11,99 4,32 -7,38 -1.47

13 Industri Tekstil

Manufacture of textiles -18,22 1,43 -1,49 -8.96

14 Industri Pakaian Jadi

Manufacture of wearing apparels 29,23 0,45 -12,01 -7.90

16 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Manufacture of wood and of

products of wood and cork, except furniture; manufacture of articles of straw and plaiting materials, bamboo, rattan and the like

1,07 7,76 -1,65 -4.35

31 Industri Furnitur

Manufacture of furniture 0,64 4,02 -3,84 0.30

32 Industri Pengolahan Lainnya

Other manufacturing 11,07 0,64 13,53 -9.83

Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) 9,50 -3,53 4,22 5,07

Tabel 6

Pertumbuhan Produksi Triwulanan (y-on-y) IBS Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit

(8)

III. Beberapa Konsep dan Definisi

1. Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilanya, dan sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan industri adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling).

2. Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain. Pada kegiataan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain, sedangkan pihak pengolah hanya melakukan pengolahannya dengan mendapatkan imbalan sebagai balas jasa (upah maklon).

3. Pengelompokan industri pengolahan biasanya didasarkan pada jumlah tenaga kerja yaitu: Industri Besar, Industri Sedang, Industri Kecil dan Industri Mikro.

4. Industri Besar adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.

5. Industri Sedang adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang.

6. Industri Kecil adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang.

7. Industri Mikro adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 1 sampai 4 orang.

8. Kode Klasifikasi Industri yang digunakan sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia (KBLI) Tahun 2009. KBLI yang tercakup dalam pengumpulan data Industri besar dan sedang pada Triwulan I Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

Kode industri 10 : Industri Makanan – Manufacture of food products

Kode industri 11 : Industri Minuman – Manufacture of beverages

Kode industri 13 : Industri Tekstil – Manufacture of textiles

Kode industri 16 : Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya – Manufacture of wood and of products of wood and cork, exept furnitur; manufacture of articles of straw and plaiting materials, bamboo, rattan and the like

Kode industri 31 : Industri Furnitur – Manufacture of furniture

(9)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Tri Erwandi, SE, M.Si.

Kepala Bidang Statistik Produksi

BPS Provinsi Bali

Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162

E-mail: bps5100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan Login Pelanggan Kasir Mem-BackUp Data Mengelola Daftar Pelanggan Mengelola Daftar Model Rambut Mengelola Reservasi Melihat Laporan Mengelola Transaksi Mengelola Daftar

Lampiran 8 Daftar Hasil Wawancara dengan Bagian Penjualan Lampiran 9 Daftar Belanja Rutin Rumah Makan Selera Baru Lampiran 10 Daftar Menu Makanan Rumah Makan Selera Baru

Memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pelayanan penempatan tenaga kerja serta penguatan informasi pasar kerja dan pelayanan penempatan transmigrasi.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan melakukan perhitungan kwantitatif, dan pengumpulan data dilakukan secara retrospektif bersumber dari data sekunder berupa

Di dalam estetika (filsafat keindahan), keindahan adalah sebuah prinsip yang penting yang membuat suatu karya seni yang bersifat indrawi (konkret) dapat

Penderita umumnya tidak mau membicarakan delusinya kepada orang lain karena mereka yakin bahwa apa yang menjadi delusinya merupakan sesuatu yang unik dan mungkin tidak dapat

Medium CTBA mempunyai kemam- puan selektivitas terbatas tidak hanya bakteri Corynebacterium yang tumbuh tapi juga beberapa bakteri lainnya masih dapat tumbuh seperti

[r]