• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POS LANSIA AMANAH DESA BERO TRUCUK KABUPATEN KLATEN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POS LANSIA AMANAH DESA BERO TRUCUK KABUPATEN KLATEN."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POS LANSIA AMANAH DESA BERO

TRUCUK KABUPATEN KLATEN Jurnal Disusun Oleh: SITI MAIMUNAH K.011.015.016

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(STIKES) DUTA GAMA KLATEN 2019

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POS LANSIA AMANAH DESA BERO

TRUCUK KABUPATEN KLATEN

Jurnal

Yang Disusun Oleh: SITI MAIMUNAH

K.011.015.016

Telah disetujui pada tanggal……...

Pembimbing I Pembimbing II

Kemaludin, SKM., M.P.H. NIP. 197006211991011001

Witriyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,CWCS NIPY. 02.002.036

Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

Witriyani, S.Kep.,Ns.M.Kep.,CWCS NIPY.02.002.036

(3)

iii

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POS LANSIA AMANAH DESA BERO

TRUCUK KABUPATEN KLATEN INTISARI

Siti Maimunah¹, Kemaludin², Witriyani³

Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita lansia, mayoritas mengalami stres baik stres fisik maupun stres psikologis seperti mudah lelah saat melakukan kegiatan sehari-hari, sulit tidur, tidurnya terganggu dan sakit kepala. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Pos Lansia Amanah Desa Bero Trucuk Kabupaten Klaten. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah Deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan tottal sampling dengan jumlah 42 responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner DASS 42 dan WHOQOL-BREF, uji statistik menggunakan uji Chi Square.

Hasil Penelitian: Sebagian besar responden mempunyai tingkat stres sedang 13 responden (31.0%) dan kualitas hidup rendah 24 responden (57.1%). Hasil uji bivariat menggunakan Chi Square diperoleh p-value sebesar 0,002.

Kesimpulan: Terdapat hubungan tingkat stres dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Pos Lansia Amanah Desa Bero Trucuk Kabupaten Klaten.

Kata kunci: Tingkat stres, kualitas hidup, lansia, hipertensi. ¹ Mahasiswa Stikes Duta Gama Klaten

² Pembimbing I ³ Pembimbing II

(4)

iv

THE CORRELATION BETWEEN THE STRESS LEVEL AND THE QUALITY OF LIFE OF ELDERLY WITH HYPERTENSION IN THE AMANAH ELDERLY

GROUP AT BERO TRUCUK KLATEN ABSTRACT

Siti Maimunah¹, Kemaludin², Witriyani³

Background: Hypertension is the disease most commonly suffered by the elderly, the majority experience stress, both physical stress and psychological stress such as fatigue when doing daily activities, difficulty sleeping/disturbed sleep and headaches. Objective: To determine the correlation between stress levels with the living quality of elderly people with hypertension in the Amanah Elderly group Bero Trucuk Village, Klaten Regency.

Research Methods: This type of research is a descriptive correlative with cross sectional approach. The sampling technique was total sampling with a total of 42 respondents. The instruments used were DASS 42 and WHOQOL-BREF questionnaires. The data were analyzed by using the Chi Square test.

Research Results: Most respondents had moderate stress levels of 13 respondents (31.0%) and low quality of life 24 respondents (57.1%). The results of bivariate analysis with Chi Square test obtained p-value of 0.002.

Conclusion: There is a correlation between the stress level and the living quality of elderly with hypertension in the Amanah elderly group at Bero Trucuk Village, Klaten Regency.

Keywords: Stress level, quality of life, living quality, elderly, hypertension.

1

Nursing student of STIKES Duta Gama Klaten

2

The 1st Advisor, Lecturer of STIKES Duta Gama KLaten

3

(5)

1 PENDAHULUAN

Menua ialah keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki usia tua banyak mengalami kemunduran misalnya rambut memutih, pendengaran berkurang, penglihatan memburuk, gigi mulai ompong, aktivitas menjadi lambat, nafsu makan berkurang dan kondisi tubuh yang lain juga mengalami kemunduran (Padila, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO), secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia. Diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup. Data WHO menunjukan pada

tahun 2000 usia harapan hidup orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun, dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun. Data WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari total populasi, tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan proporsi lansia 8,1% dari total populasi. Jumlah proporsi lansia di Indonesia juga bertambah setiap tahunnya (WHO, 2015).

Di Indonesia jumlah rumah tangga penduduk lansia/rumah tangga yang minimal salah satu anggota rumah tangganya berumur 60 tahun keatas adalah 23 juta rumah tangga atau seperempat dari seluruh rumah tangga di Indonesia. Jumlah lansia perempuan di Indonesia tahun 2017 sebesar 9,47%, sedangkan jumlah lansia laki-laki sebesar 8,48% (BPS, 2017).

(6)

2 Penduduk lansia di Jawa Tengah yakni berjumlah 4,31 juta jiwa (12,59%) dari total populasi penduduk (BPS Jawa Tengah, 2017). Penduduk lansia di kabupaten Klaten berjumlah 188.141 jiwa (16,12%). Jumlah penduduk lansia di kecamatan Trucuk yakni berjumlah 20.532 jiwa (BPS Klaten, 2017).

Manusia usia lanjut (growing old) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik dan sikap. Perubahan tersebut akan memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan (Priyoto, 2014). Perubahan yang terjadi dapat memberikan pengaruh terhadap sosial dan ekonomi. Sangat penting menekankan kualitas hidup pada lansia. Kualitas hidup lansia yang baik akan mendorong lansia menjadi lebih mandiri, sehat, produktif dan

sejahtera. Adapun domain kualitas hidup lansia menurut WHO yaitu terdiri dari empat domain antara lain kesehatan fisik, kesehatan psikologi, hubungan sosial dan lingkungan (Nursalam, 2017).

Penelitian sebelumnya ditemukan banyak lansia yang menderita stres setelah terdiagnosa hipertensi. Stres merupakan reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan dan ketegangan emosi (Sunaryo, 2014). Lansia yang mengalami penyakit kronis memperlihatkan adanya stres dan depresi yang ditunjukkan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas dalam hidup, merasa lebih buruk dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah terhadap tubuhnya, dan merasa tidak berdaya (Laksono, 2011).

(7)

3 Menurut (Anbarasan, 2015) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa hipertensi dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi dan kualitas hidup seseorang. Beberapa studi menyebutkan, individu dengan hipertensi memiliki skor lebih rendah dihampir semua dimensi yang diukur berdasarkan kuesioner WHOQOL-BREF. Pada beberapa studi lain menyebutkan, individu dengan hipertensi mengalami gejala-gejala seperti sakit kepala, depresi, cemas,

dan mudah lelah yang

mempengaruhi kualitas hidup seseorang pada berbagai dimensi.

Kualitas hidup merupakan salah satu indikator yang di gunakan dalam menilai dan mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Tiga indikator yang biasa digunakan dalam melakukan pembangunan

internasioanal yaitu angka harapan hidup, angka kematian, dan angka melek huruf. Karena kualitas hidup bukan hanya meliputi kekayaan, pekerjaan dan bagaimana seseorang dalam lingkungan binaan fisik (Widagdo dalam Gonibala, 2017).

Lansia penderita hipertensi dinyatakan mempunyai kualitas hidup yang baik jika suatu kondisi yang menyatakan tingkat kepuasan secara batin, fisik, sosial, serta kenyamanan dan kebahagiaan hidupnya, sedangkan penyakit kardiovaskuler akibat hipertensi dapat mengakibatkan masalah pada kualitas hidup lansia, sehingga kualitas hidup para lansia akan terganggu dan angka harapan hidup lansia juga akan menurun (Azizah & Hartanti, 2016).

Berdasarkan studi

(8)

4 bulan Januari 2019 di Pos Lansia Amanah terdapat 3 dari 5 lansia penderita hipertensi yang diwawancarai mengalami stres baik stres fisik maupun stres psikologis. Adapun stres fisik seperti mudah lelah saat melakukan kegiatan sehari-hari, sulit tidur/tidurnya terganggu dan sakit kepala. Stres psikologis seperti adanya tekanan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Lansia yang mengikuti kegiatan di Pos Lansia Amanah yang mengalami hipertensi berjumlah 42 orang. Berdasarkan studi pendahuluan yang sudah dilakukan, maka peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan tingkat stres dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Pos Lansia Amanah Desa Bero, Trucuk, Kabupaten Klaten.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel atau lebih pada situasi atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2012). Dengan menggunakan rancangan Cross Sectional. Tempat penelitian dilakukan di Pos Lansia Amanah pada 4 April 2019. Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia penderita hipertensi di Pos Lansia Amanah. Teknik sampling yang digunakian yaitu total sampling, yang berarti sampel yang digunakan pada penelitian yaitu seluruh lansia penderita hipertensi di Pos Lansia Amanah yang berjumlah 42 responden.

(9)

5 HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia Responden (N= 42) No Usia f % 1 45-59 tahun 9 21,4 2 60-74 tahun 25 59,5 3 75-90 tahun 8 19,0 Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui bahwa sebagian besar usia responden adalah pada rentang usia 60-74 tahun yaitu sebanyak 25 responden (59,5%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden (N= 42)

No Jenis Kelamin F % 1 Laki laki 10 23,8 2 Perempuan 32 76,2

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 2 di atas diketahui bahwa sebagian besar jenis kelamin responden adalah perempuan sebanyak 32 responden (76,2%).

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden (N= 42) No Pendidikan f % 1 SD 20 47,6 2 SMP/SLTP 15 35,7 3 SMA/SLTA 7 16,7 Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini

dengan pendidikan terakhirnya SD sebanyak 20 responden (47,6%). Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan

Responden (N= 42) No Pekerjaan f % 1 Petani 13 31,0 2 Buruh 3 7,1 3 Pedagang 5 11,9 4 IRT 20 47,6 5 Pensiunan 1 2,4 Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 4 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini dengan pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 20 responden (47,6%).

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres (N= 42) No Tingkat Stres f % 1 Normal 12 28,6 2 Ringan 9 21,4 3 Sedang 13 31,0 4 Berat 5 11,9 5 Sangat Berat 3 7,1 Jumlah 42 100.0

Berdasarkan tabel 5 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai tingkat stres sedang yaitu sebanyak 13 responden (31,0%).

(10)

6 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup

Responden (N= 42)

No Kualitas Hidup f %

1 Rendah 24 57,1

2 Tinggi 18 42,9

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 6 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai kualitas hidup yang rendah yaitu sebanyak 24 responden (57,1%).

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Pos Lansia Amanah. Pada analisa ini menggunakan uji chi square dengan hasil penelitian sebagai berikut: Tabel 7 Hubungan Tingkat Stres Dengan

Kualitas Hidup Lansia Penderita Hipertensi di Pos Lansia Amanah Desa Bero Trucuk Klaten Tahun 2019 (N= 42) Value df Asymptotic Significance (2-sided) Pearson Chi-Square 16,697 4 0,002 Likelihood Ratio 20,140 4 0,000 Linear-by-Linear Association 15,470 1 0,000 N of Valid Cases 42 Correlation P-value Tingkat Stres 0,533 0,002 Kualitas Hidup Jumlah 42 42

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa hasil analisa bivariat diketahui p-value sebesar 0,002 yang berarti p-value <0,05 sehingga ada hubungan tingkat stres dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Pos Lansia Amanah Desa Bero Trucuk Kabupaten Klaten. Hubungan antar dua variabel tersebut tergolong sedang, dapat dilihat skor tersebut terdapat pada rentang 0,40 – 0,599.

Menurut (Sugiyono, 2016) pedoman untuk memberikan koefisien korelasi yaitu sebagai berikut:

0,20 – 0,399 = rendah 0,40 – 0,599 = sedang 0,60 – 0,799 = kuat

(11)

7 PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden a. Karakteristik Usia

Mayoritas responden pada rentang usia 60–74 tahun yaitu sebanyak 25 responden (59,5%). Tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada orang dewasa dikatakan tekanan darah normal jika tekanan darah sistolik <130 mmHg dan tekanan darah diastoIik <85 mmHg (Triyanto, 2014).

Lanjut usia dapat

mempengaruhi stres karena Ianjut usia harus menghadapi banyak kemunduran yang terjadi seperti rambut memutih, pendengaran berkurang, penglihatan memburuk, gigi ompong, aktivitas menjadi lambat dan kondisi tubuh

mengalami kemunduran

(Padila, 2013). Hal tersebut sama dengan fenomena yang didapatkan peneliti bahwa masih banyak lansia yang belum bisa menerima keadaan tersebut.

Hasil penelitian pada kualitas hidup responden yang mayoritas rendah pada rentang usia 60-74 tahun. Hal tersebut didukung oleh semakin meningkatnya usia pada lansia menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan akibat

proses menua yang

berpengaruh pada kualitas kehidupan lansia. Ketika lansia mengalami perubahan akibat proses menua, fungsi independen lansia akan mengalami gangguan (Dewi, 2015).

(12)

8 b. Karakteristik Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil bahwa mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 32 responden (76,2%) sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 10 responden (23,8%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Aina, 2016) bahwa penderita hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan. Perempuan setelah menoupouse lebih banyak yang mengalami hipertensi.

Hipertensi lebih dominan terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena faktor hormonal. Karena saat menopouse kadar hormon

estrogen pada perempuan akan menurun, hormon ini berfungsi untuk melindungi perempuan dari penyakit kardiovaskular, efek perlindungan estrogen adaIah sebagai imunitas

perempuan pada usia

premenopause dalam (Pradono, 2010).

Penelitian yang

dilakukan oleh peneliti mendapatkan hasil bahwa responden mengatakan jika sedang sendiri responden sering merasa sedih dan gelisah. Hal tersebut sejalan dengan penelitian (Saila, 2014) yakni jenis kelamin merupakan salah satu penyebab stres pada lansia, karena lansia perempuan lebih menggunakan perasaannya ketika merasakan

(13)

9 ada masalah dibandingkan dengan laki-Iaki.

Perbedaan jenis

kelamin juga nampak terdapat perbedaan pada kualitas hidup lansia. Pada lansia laki-laki memiliki kepuasan yang lebih tinggi dalam berbagai aspek yaitu hubungan personal, keadaan ekonomi, pelayanan sosial, kondisi kehidupan dan kesehatan. Dan pada lansia perempuan memiliki intensitas yang lebih tinggi dalam hal kesepian, keadaan ekonomi rendah, dan kekhawatiran akan masa depan.

c. Karakteristik Pendidikan Berdasarkan pendidikan responden menunjukkan mayoritas responden dalam penelitian ini dengan pendidikan terakhir SD

sebanyak 20 responden (47,6%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden masih berlatar belakang pendidikan rendah, hal tersebut tentu saja

berpengaruh terhadap

rendahnya pengetahuan. (Notoadmojo dalam Zainuddin, 2015) mengatakan bahwa

faktor pendidikan

mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal. Sebab dengan pendidikan seseorang dapat lebih mengetahui atau mengerti sesuatu hal tersebut.

Peneliti menemukan pada saat penelitian bahwa responden tidak mengetahui jika hipertensi dapat memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong berat seperti risiko

(14)

10 serangan jantung, stroke dan gagal ginjal. Jika responden mengetahui hal tersebut, mungkin responden akan lebih perduli terhadap hipertensi yang dideritanya dengan menghindari faktor stres dan lebih meningkatkan kualitas hidupnya.

d. Karakteristik Pekerjaan

Berdasarkan pekerjaan responden menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini adalah seorang IRT sebanyak 20 responden (47,6%). Responden yang tidak bekerja ataupun tidak memperoleh penghasilan sendiri akan berpengaruh terhadap status sosial ekonomi, begitu yang terjadi pada responden dengan pekerjaan sebagai IRT. Mayoritas

responden IRT dulu sering membuat kerajinan besek yang menghasilkan, namun seiring bertambahnya usia sudah tidak lagi. Dan sekarang responden

mengatakan hanya

mendapatkan kebutuhan hidup sehari-harinya dari suami, anak ataupun keluarga.

Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Lidia, 2018) tentang “Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Rawat Inap Cempaka”, bahwa terjadi perubahan pada responden yaitu yang dulunya masih bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri sekarang tidak bisa karena terjadi penurunan fungsi tubuh yang dapat menyebabkan stres.

(15)

11 2. Tingkat Stres

Penelitian tentang tingkat stres pada lansia penderita hipertensi menunjukkan bahwa dari hasil skoring kuesioner yang telah dijawab oleh responden, mayoritas responden memiliki tingkat stres sedang sebanyak 13 responden (31,0%), responden dengan tingkat stres normal yaitu sebanyak 12 responden (28,6%), responden dengan tingkat stres ringan yaitu sebanyak 9 responden (21,4%), dengan tingkat stres berat sebanyak 5 responden (11,9%), sedangkan lansia yang mengalami tingkat stres berat hanya 3 responden (7,1%).

Hal tersebut terjadi karena mayoritas responden mengalami kemunduran secara fisik yang mengakibatkan responden tidak

dapat beraktivitas secara maksimal yang mengakibatkan lansia sering merasakan kesepian dan cemas. Hal tersebut terdapat dalam kuesioner yang dimana mayoritas responden memberikan skor 2 (sering) atau 3 (sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat) pada soal nomer 12 yaitu dalam pernyataan “merasa banyak menghabiskan energi karena cemas” dalam kuesioner DASS 42.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Azizah dan Hartanti, 2016) yang mengatakan bahwa umumnya lansia akan mengalami stres, kecemasan dan depresi yang dapat menyebabkan gangguan baik fisik, mental maupun sosial. Dilihat dari segi mental lansia dengan stres akan menjadi pemurung, sering merasa

(16)

12 cemas, pemarah dan lain sebagainya.

3. Kualitas Hidup

Berdasarkan hasil

penelitian kualitas hidup lansia yang telah diukur melalui kuesioner WHOQOL-BREF yang telah diisi dan dihitung skornya oleh peneliti menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki kualitas hidup rendah yaitu sebanyak 24 responden (57,1%) sedangkan lansia yang memiliki kualitas hidup tinggi sebanyak 18 responden (42,9%). Dari hasil penilitian kuesioner hasil perolehan nilai responden bervariasi pada setiap domainnya.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Anbarasan, 2015), tentang “Gambaran Kualitas Hidup Lansia Dengan Hipertensi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Rendang Pada Periode 27 Februari Sampai 14 Maret 2015“ yang menunjukkan bahwa kualitas kesehatan fisik dan lingkungan yang lebih buruk dibandingkan domain hubungan sosial dan psikologis.

Berdasarkan hasil

penelitian pada tabel 4.7 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki nilai yang cukup bagus dalam penilaian skoring kuesioner WHOQOL-BREF pada domain hubungan sosial dan lingkungan. Karena mayoritas responden dalam penelitian ini masih tinggal serumah dengan keluarganya, sehingga lingkungan tempat tinggal responden cukup terpelihara dengan baik. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian

(17)

13 “Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia Hipertensi”. Dalam penelitian tersebut menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia yang mengalami hipertensi. Kemudian mayoritas responden mendapat penilaian yang rendah pada domain kesehatan fisik dan psikologis.

4. Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Hidup

Analisa bivariat hubungan tingkat stres dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi diperoleh nilai p-value sebesar 0,002 yang berarti p-value <0,05. Hasil tersebut berati terdapat hubungan tingkat stres dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Pos Lansia Amanah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil 12 responden dengan tingkat stres

normal sebagian besar memiliki kualitas hidup yang tinggi yaitu sebanyak 10 responden (23,8%). Kemudian dari 9 responden dengan tingkat stres ringan sebagian besar memiliki kualitas hidup yang tinggi yaitu sebanyak 5 responden (11,9%). Dari 13 responden dengan tingkat stres yang sedang sebagian besar memiliki kualitas hidup rendah yaitu sebanyak 10 responden (23,8%), 5 responden dengan tingkat stres berat semuanya memiliki kualitas hidup yang rendah (11,9%) dan 3 responden dengan tingkat stres sangat berat semuanya juga mempunyai kualitas hidup yang rendah (7,1%).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Azizah dan Hartanti, 2016) yang menyatakan

(18)

14 bahwa stres merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup. Jika didalam kehidupannya responden mengalami tekanan atau terjadi perubahan kondisi menjadi buruk, namun bila ia memiliki kemampuan serta kesempatan untuk menghadapi dan dapat mengontrol keadaan yang sedang dialaminya maka responden dapat mempertahankan kondisi kualitas hidupnya kepada arah yang lebih positif.

Stres pada lansia dapat meningkatkan tekanan darah itu sendiri, sehingga dapat menyebabkan lansia mendapatkan berbagai penyakit lain seperti sakit kepala, penyakit jantung, stroke dan kenaikan asam lambung. Jika stres sendiri saja dapat menyebabkan kualitas

hidup lansia menurun, apalagi ditambah dengan penyakit lain yang menyertai. Tentu kualitas hidupnya dalam setiap domain akan sangat terpengaruh. Dalam

penelitian ini, stres

mengakibatkan lansia merasakan sulit untuk beristirahat ataupun bersantai, sehingga waktu istirahatnya tidak tercukupi dan menyebabkan stres secara fisik juga. Lansia yang mengalami stres fisik mengakibatkan responden tidak dapat beraktivitas secara maksimal sehingga mengakibatkan lansia sering merasakan kesepian dan cemas. Jelas dua hal tersebut mempengaruhi domain kesehatan fisik yaitu tidak dapat beraktivitas secara maksimal dan domain psikologis yaitu perasaan kesepian dan cemas.

(19)

15 Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai p-value sebesar 0,002 yang artinya p-value <0,05 yang artinya ada hubungan tingkat stres dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi.

KESIMPULAN

1. Karakteristik lansia pada penelitian di Pos Lansia Amanah Desa Bero Trucuk Kabupaten Klaten mayoritas lansia berusia 60-74 tahun sebanyak 25 responden (59,5%), jenis kelamin

perempuan sebanyak 32

responden (76,2%), pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) sebanyak 20 responden (47,6%) dan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 20 responden (47,6%)

2. Mayoritas lansia dengan tingkat stres sedang sebanyak 13 responden (31,0%)

3. Mayoritas kualitas hidup lansia rendah sebanyak 24 responden (57,1%)

Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Pos Lansia Amanah Desa Bero Trucuk Kabupaten Klaten ditandai dengan p-value 0.002 (p< 0.05)

SARAN

1. Bagi Kader Pos Lansia

Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi masukan untuk peningkatan pelayanan pos lansia, dimana tidak hanya sekedar pemeriksaan kesehatan kemudian mendapat obat, namun juga menambah dalam pemberian

(20)

16 penyuluhan kesehatan tentang stres sebagai upaya preventif peningkatan derajat kesehatan lansia terutama pada penderita hipertensi yang mana akan meningkatkan kualitas hidup pada lansia di setiap domainnya.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dari penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar khususnya keperawatan gerontik mengenai tingkat stres dan kualitas hidup.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Agar profesi keperawatan khususnya keperawatan gerontik dapat menurunkan tingkat stres dan meningkatkan kualitas hidup lansia penderita hipertensi dengan cara memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.

4. Bagi Responden

Dengan penelitian ini diharapkan responden/masyarakat dapat menurunkan tingkat stres sehingga akan menjadikan kualitas hidupnya meningkat. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya terbatas pada tingkat stres dan kualitas hidup pada lansia penderita hipertensi saja sehingga perlunya kajian yang lebih

mendalam pada kedua

variabelnya terutama pada faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup itu sendiri. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya memiliki asisten yang banyak atau lebih dari dua dalam pengambilan data, dikarenakan data yang diambil sangat banyak terutama pada pengisian kuesioner

(21)

17 sehingga waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama.

DAFTAR PUSTAKA

Aina, Nor. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Cempaka Tahun 2016.

Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas

Kedokteran ULM, Banjarbaru Anbarasan, S. S. 2015. Gambaran

Kualitas Hidup Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rendang Pada Periode 27 Februari Sampai 14 Maret 2015. ISSN: 2089-9084. Vol. 4 No. 1:113-124. Azizah, A. & Hartanti, R. D. 2016.

Hubungan Antara Tingkat Stress Dengan Kualitas Hidup Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo Pekalongan. ISSN 2407-9189. BPS Jawa Tengah. 2017. Statistik

Kesejahteraan Rakyat Jawa Tengah. Jawa Tengah: BPS. https://jateng.bps.go.id/publicat ion/2018/08/24/9cc4db415868 cd91d614bbe8/profil-lansia- provinsi-jawa-tengah--2017.html (20 Januari 2019). BPS Klaten. 2017. Kecamatan

Trucuk Dalam Angka. Klaten: BPS. https://klatenkab.bps.go.id/publ ication/2017/09/20/fb0884aaf1 acb5546c163669/kecamatan-trucuk-dalam-angka-2017.html (30 Januari 2019). BPS. 2017. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta: Badan

Pusat Statistik. https://www.bps.go.id/publicati on/2018/04/13/7a130a22aa29c c8219c5d153/Statistik- Penduduk-Lanjut-Usia-2017.html diakses pada tanggal (20 Januari 2019). Dewi, S. R. 2015. Buku Ajar

Keperawatan

Gerontik.Yogyakarta: Deepublish

Gonibala, R. S., dkk. 2017. Hubungan Antara Hipertensi Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia di Kelurahan Kolongan kecamatan Tomohon Tengah Kota Tomohon Pada Tahun 2017. Manado: Fakultas

Kesehatan Masyarakat

Universitas Sam Ratulangi. Jurnal.

Laksono. 2011. Analisis Pengaruh Faktor Stres terhadap Kekambuhan Penderita Hipertensi di Puskesmas Bendosari Sukoharjo. Surakarta: UMS. Skripsi. Lidia, R., dkk. 2018. Hubungan

Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Rawat Inap Cempaka. Banjarbaru: Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal.

(22)

18 Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Jakarta: Salemba Medika.

Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika. Pradono, J. 2010. Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi Di Daerah Perkotaan (Analisis Data Riskesdas 2007). Gizi Indo. Priyoto. 2014. Konsep Manajemen

Stress. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saila, D. R. 2014. Strategi Coping Stres Pada Lanjut Usia Berjenis Kelamin Perempuan Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember. Jember: Fakultas

Kesehatan Masyarakat

Universitas Muhammadiyah Jember. ISSN: 1858-4063Vol. 10 No. 2.

Sunaryo. 2014. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Wayan, S. 2013. Dukungan

Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia Hipertensi. Jurnal Keperawatan. Denpasar :

Politeknik Kesehatan

Denpasar.

WHO. 2015. Informasi Penyakit Stroke. Jakarta : EGC

Zainuddin, M., dkk. 2015. Hubungan Stres Dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. JOM Vol. 2 No. 1

Gambar

Tabel 1  Distribusi  Frekuensi  Usia  Responden (N= 42)  No  Usia   f  %  1  45-59 tahun  9   21,4  2  60-74 tahun  25   59,5  3  75-90 tahun  8   19,0  Jumlah  42  100,0
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup  Responden (N= 42)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian dari Agustini (2011), yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Keteramplan Proses Sosial Terhadap Prestasi Belajar

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi peningkatan kualitas pendi- dikan Madrasah Aliyah di Kabupaten Sidrap ditinjau dari segi implementasi ku- rikulum tingkat satuan

Gambar 4.9 Grafik Model Regresi Polynomial Kuat Tekan Beton Campuran 90% Limbah Beton dan 10% Limbah Batu Bata ...101. Gambar 4.10 Grafik Uji Kuat Tekan Beton Normal dan

Institusional, Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Struktur Aset Terhadap Kebijakan Hutang Pada perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor internal (fashion involvement dan

Iradiasi dengan dosis berbeda pada kultur bakteri menunjukkan adanya perubahan konsentrasi protein sel bakteri yang tidak menentu dan adanya pengaruh yang nyata

Pada Seminar Nasional Inovasi dan Tren ini, makalah dikemas dalam bentuk Prosiding dan dikelompokkan sesuai dengan bidang studi meliputi Komputer dan Sains,

Melalui pemanfaatan limbah pertanian dan agroindustri, serta limbah home industry , diharapkan dapat menjadi alternatif bahan pakan penyusun complete feed dengan