• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL

DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN

CIANJUR JAWA BARAT

SKRIPSI

MILA JAMILAH H34061520

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL

DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN

CIANJUR JAWA BARAT

SKRIPSI

MILA JAMILAH H34061520

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

RINGKASAN

MILA JAMILAH. Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI)

Sayuran adalah salah satu bagian dari subsektor hortikultura yang cukup penting. Konsumsi sayuran per kapita Indonesia tahun 2002 sebesar 32,89 kg/tahun meningkat menjadi 35,33 kg/tahun dan pada tahun 2008. Pemenuhan kebutuhan akan produk pertanian sebagian besar disuplai dari perdesaan. Pengembangan kawasan agropolitan merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan kawasan perdesaan. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kawasan rintisan agropolitan yang didirikan pada tahun 2002 dengan komoditas unggulan wortel dan bawang daun.

Permasalahan yang dihadapi petani wortel dan bawang daun di kawasaan agropolitan Cianjur adalah adanya risiko produksi. Hal ini dapat dilihat dari produktivitas wortel dan bawang daun yang berfluktuasi dari tahun 2005-2009. Permasalahan lain yang dihadapi petani wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur adalah pemasaraan wortel dan bawang daun yang harus kontinu dilakukan setiap hari. Faktor risiko pada kegiatan produksi wortel dan bawang daun disebabkan oleh adanya ketergantungan aktivitas produksi wortel dan bawang daun pada faktor produksi yang meliputi benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, ketersediaan infrastruktur pertanian seperti, pengairan, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca. Jika terjadi masalah dalam kegiatan produksi maka kegiatan pemasaran pun akan ikut terhambat. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana tingkat risiko produksi dari kedua komoditas tersebut dan mencari strategi penanganan untuk mengatasi risiko produksi di kawasan agropolitan Cianjur. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur dan menganalisis alternatif penanganan risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur.

(4)

Dari hasil penilaian risiko menggunakan ukuran coefficient variation yang dilihat dari return produktivitas, diketahui bahwa budidaya wortel menghadapi risiko produksi sebesar 0,26. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh petani wortel, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,26 satuan atau 26 persen. Sedangkan risiko produksi budidaya bawang daun sebesar 0,29. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh petani bawang daun, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,29 satuan atau 29 persen.

(5)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL

DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN

CIANJUR JAWA BARAT

MILA JAMILAH H34061520

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat

Nama : Mila Jamilah

NIM : H34061520

Disetujui, Pembimbing

Ir. Popong Nurhayati, MM NIP. 19670211 199203 2 002

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2010

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 28 Oktober 1988. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Miran dan Ibu Sarinah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurun Najah I pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 4 Tangerang Selatan diselesaikan pada tahun 2006.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan Agropolitan Cianjur. serta menganalisis alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak dalam rangka pengembangan agribisnis wortel dan bawang daun di Indonesia khususnya di Kawasan Agropolitan Cianjur. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi bahan masukan maupun referensi bagi penelitian selanjutnya.

Bogor, November 2010

(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga memberikan kekuatan, kemudahan serta kesehatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1.

Ir. Popong Nurhayati, MM. selaku dosen pembimbing atas bimbingan,

arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2.

Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi. dan Dra. Yusalina, MS. atas kritik dan saran

serta kesediaannya menjadi dosen penguji pada ujian sidang Penulis.

3.

Ir. Anita Ristianingrum, MSi. selaku dosen pembimbing akademik yang

dengan sabar memberikan arahan selama penulis menjalankan kegiatan

perkuliahan.

4.

Seluruh dosen pengajar dan staf Departemen Agribisnis yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis selama kegiatan perkuliahan.

5.

Kedua orang tua tercinta, Bapak, Ibu, dan Dik Laela yang selalu memberikan

doa, kasih sayang, semangat, dukungan baik moral maupun materi, serta menjadi motivasi penulis untuk meyelesaikan skripsi ini.

6.

Qurrota A’yun yang telah menjadi pembahas pada seminar penulis dan

memberikan masukan-masukan terhadap penyelesaian skripsi.

7.

Pengurus Agropolitan Cianjur, terutama Bapak Mulyadi yang bersedia

memberikan bantuan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8.

Keluarga Bapak H. Sugilar serta petani wortel dan petani bawang daun yang

telah bersedia menjadi responden peneltian ini.

9.

Sahabat AGB43 yang selalu memberikan semangat kepada penulis serta

sahabat kostan Bateng69.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan ... 8

1.4. Manfaat ... 8

1.5. Ruang Lingkup ... 8

II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Kajian Agropolitan ... 9

2.2. Kajian Usahatani Wortel dan Bawang Daun ... 10

2.3. Kajian Risiko Bisnis ... 13

2.4. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 16

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1. Kerangka Teoritis ... 18

3.1.1 Konsep Risiko ... 18

3.1.2 Sumber-Sumber Risiko ... 21

3.1.3 Manajemen Risiko ... 22

3.2. Kerangka Operasional ... 24

IV METODE PENELITIAN ... 26

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.2. Metode Penentuan Sampel ... 26

4.3. Data dan Instrumentasi ... 26

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 27

4.6. Metode Pengolahan Data ... 27

4.6.1 Analisis Risiko ... 27

4.6.2 Analisis Pendapatan Usahatani ... 30

4.7. Definisi Operasional ... 30

V GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 31

5.1. Karakteristik Wilayah ... 31

5.1.1 Kawasan Agropolitan Cianjur ... 31

5.1.2 Desa Inti Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan . 32

5.1.3 Sarana dan Prasarana Pendukung Pertanian di Kawasan Agropolitan ... 35

5.2. Karakteristik Responden ... 37

5.2.1 Umur Responden ... 37

5.2.2 Tingkat pendidikan Responden ... 38

5.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 40

5.2.4 Pengalaman Bertani ... 41

(12)

5.2.6 Status Kepemilikan Lahan ... 43

5.2.7 Pola Pengusahaan Lahan ... 44

5.2.8 Pemasaran Wortel dan Bawang Daun ... 47

5.2.9 Penggunaan Input Usahatani Wortel dan Bawang Daun ... 48

5.2.10 Biaya Produksi Usahatani Wortel dan Bawang Daun 52

5.2.11 Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Wortel dan Bawang Daun ... 56

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI ... 59

6.1. Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun ... 59

6.1.1 Sumber-Sumber Risiko Produksi di Kawasan Agropolitan Cianjur ... 69

6.1.2 Manajemen Risiko yang Dilakukan Petani ... 68

6.2. Alternatif Penanganan Risiko Produksi ... 73

VII KESIMPULAN dan SARAN ... 79

7.1 Kesimpulan ... 79

7.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi Domestik Bruto Menurut Sektor Usaha di

IndonesiaTahun 2008 ... 1 2. Nilai PDB Hortikultura berdasarkan Harga Berlaku

Periode 2004-2008 ... 2 3. Produksi Sayuran di Kawasan Agropolitan Wilayah

Kecamatan CipanasTahun 2005-2009 ... 3 4. Produksi, Luas Panen, Produktivitas Wortel dan Bawang

Daun di Kawasan Agropolitan Wilayah Kecamatan Cipanas

Tahun 2005-2009 ... 4 5. Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kabupaten Cianjur

Tahun 2003-2008 ... 4 6. Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Indonesia Tahun

2004-2008 ... 5 7. Pembagian Sampel Petani Wortel dan Petani Bawang Daun

Per Desa ... 28 8. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sindangjaya dan Sukatani

Tahun 2009 ... 34 9. Persentase Umur Petani Wortel dan Bawang Daun di kawasan

Agropolitan Cianjur Tahun 2010 ... 38 10. Persentase Tingkat pendidikan Petani Wortel dan Bawang

Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2010 ... 39 11. Persentase Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Wortel dan

Petani Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun

2010 ... 40 12. Persentase Pengalaman Bertani Petani Wortel dan Petani

Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2010 ... 41 13. Persentase Luas Lahan Petani Wortel dan Petani Bawang

Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2010 ... 42 14. Persentase Status Lahan Petani Wortel dan Petani Bawang

Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2010 ... 43 15. Persentase Pola Pengusahaan Lahan Wortel di Kawasan

Agropolitan Cianjur ... 45 16. Persentase Pola Pengusahaan Lahan Bawang Daun

di Kawasan Agropolitan Cianjur ... 46 17. Rata-rata Penggunaan Input Wortel per 1000 m2 Menurut

Musim Tanam di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun

(14)

18. Rata-rata Penggunaan Input Bawang Daun per 1000 m2 Menurut Musim Tanam di Kawasan Agropolitan Cianjur

Tahun 2009-2010 ... 49

19. Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Wortel per Musim Tanam di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2009-2010 (Rp/1000m2)... 53

20. Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Bawang Daun per Musim Tanam di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2009-2010 (Rp/1000m2) ... 54

21. Peluang dan Produktivitas Wortel dan Bawang Daun pada Kondisi Tertinggi, Normal, dan Terendah di Kawasan Agropolitan Cianjur ... 59

22. Nilai Expected Value, Variance, Standars Deviation, dan Coefficient Variation Wortel dan Bawang Daun Dilhat dari Return Produktivitas di Kawasan Agropolitan Cianjur ... 60

23. Jenis-jenis Hama yang Menyerang Tanaman Wortel ... 64

24. Jenis-jenis Hama yang Menyerang Tanaman Bawang Daun .... 65

25. Jenis-jenis Penyakit yang Menyerang Tanaman Wortel ... 66

26. Jenis-jenis Penyakit yang Menyerang Tanaman Bawang Daun ... 66

27. Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Wortel yang Dilakukan oleh Petani di Kawasan Agropolitan Cianjur ... 70

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tingkat Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kawasan

Agropolitan Cianjur Tahun 2005-2006 ... 7

2. Risk-Uncertainty Continum ... 18

3. Hubungan Antara Varian dan Expected Return ... 19

4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 25

5. Pola Pengusahaan Lahan Wortel di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2009-2010 ... 44

6. Pola Pengusahaan Lahan Bawang Daun di Kawasan Agopolitan Cianjur Tahun 2009-2010 ... 45

7. Komponen Biaya Produksi Wortel dan Bawang Daun per Musim Tanam pada Tahun 2009-2010 ... 55

8. Biaya Produksi Total, Pendapatan Kotor, dan Pendapatan Bersih Usahatani Wortel di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2009-2010 ... 57

9. Biaya Produksi Total, Pendapatan Kotor, dan Pendapatan Bersih Usahatani Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2009-2010 ... 57

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Proses Produksi dan Hama PenyakitWortel di Kawasan

Agropolitan Cianjur Tahun 2010 ... 85 2. Proses Produksi dan Hama Penyakit Bawang Daun di

Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2010... 86 3. Konsumsi Sayuran Per Kapita IndonesiaTahun 2002-2008

(Kg/Th) ... 87 4. Produksi Sayuran di Kabupaten Cianjur Tahun 2001-2008

(ton) ... 88 5. Produktivitas Sayuran di Indonesia Tahun 2003-2007 ... 89 6. Saluran Tataniaga Wortel dan Bawang Daun di Kawasan

Agropolitan Cianjur Tahun 2010 ... 90 7. Analisis Usahatani Wortel per Musim Tanam (Rp/1000m2) ... 91 8. Analisis Usahatani Bawang Daun per Musim Tanam

(17)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor pertanian. Berdasarkan data yang terlihat pada Tabel 1, sebesar 14,39 persen penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor pertanian.

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Menurut Sektor Usaha di Indonesia Tahun 2008

No Sektor Usaha PDB (persen)

1 Industri pengolahan 27,87

2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 14,39

3 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,97

4 Pertambangan dan Penggalian 10,97

5 Jasa-jasa lain 9,76

6 Bangunan 8,46

7 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 7,44

8 Pengangkutan dan Komunikasi 6,31

9 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,82

Total PDB 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

(18)

2 Tabel 2. Nilai PDB Hortikultura berdasarkan Harga Berlaku Periode 2004-2008

No Kelompok Komoditas

Nilai PDB (Milyar Rp.) Persentase Pertumbuhan Pertahun (%)

2004 2005 2006 2007 2008 2005 2006 2007 2008

1 Buah-buahan 30.765 31.694 35.448 42.362 42.660 1,49 5,59 8,89 0,35

2 Sayuran 20.749 22.630 24.694 25.587 27.423 4,34 4,36 1,78 3,46

3 Biofarmaka 722 2.806 3.762 4.105 4.118 59,07 14,56 4,36 0,16

4 Tanaman Hias 4.609 4.662 4.734 4.741 6.091 0,57 0,77 0,07 12,46

Total Hortikultura 56.844 61.792 68.639 76.795 80.292 4,17 5,25 5,61 2,23

Sumber : Ditjen Hortikultura (2009)

Sebagai penyumbang PDB pertanian yang cukup penting, subsektor hortikultura juga berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Subsektor hortikultura merupakan komoditas pertanian yang penting dan berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu bagian subsektor hortikultura yang cukup penting adalah sayuran. Pada tahun 2004-2008, perkembangan PDB sayuran terus meningkat dari 20.749 Milyar Rupiah pada

tahun 2004 menjadi 27.423 Milyar Rupiah pada tahun 2008 (Ditjen Hortikultura, 2009). Dari sisi ekonomi, sayuran merupakan tanaman hortikultura yang penting karena mampu memberikan sumbangan kepada PDB hortikultura terbesar kedua setelah buah-buahan (Ditjen Hortikultura 2009).

Kebutuhan sayuran akan selalu mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita penduduk Indonesia. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2009, pada tahun 2002 konsumsi sayuran per kapita Indonesia sebesar 32,89 kg/tahun, pada tahun 2005 meningkat 7,4 persen menjadi 35,33 kg/tahun dan pada tahun 2008 sebesar 39,45 kg/tahun atau meningkat sebesar 11,7 persen dari tahun 2005 (Lampiran 3).

(19)

3 agropolitan sebagai penyedia produk pertanian dengan wilayah kabupaten, kota maupun provinsi sebagai daerah konsumsi komoditas pertanian.

Program Pengembangan Agropolitan telah memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap perekonomian perdesaan sehingga sejak tahun 2003 Indonesia telah berada pada fase percepatan pertumbuhan ekonomi menuju pertumbuhan berkelanjutan (Wibowo, 2004). Menurut Departemen Pertanian (Deptan) tahun 2008, kawasan rintisan agropolitan dengan komoditas unggulan sayuran adalah kawasan agropolitan Cianjur Jawa Barat. Agropolitan Cianjur merupakan salah satu agropolitan yang cukup sukses karena banyak dikunjungi negara asing, sebagai tempat penelitian, dan sayurannya yang berkualitas baik.

Kawasan agropolitan Cianjur memiliki beberapa komoditas unggulan seperti wortel, bawang daun, kubis, petsai, dan lobak (Tabel 3). Dilihat dari jumlah produksi (ton), wortel dan bawang daun merupakan dua komoditas yang paling banyak dibudidayakan di kawasan agropolitan Cianjur.

Tabel 3. Produksi Sayuran di Kawasan Agropolitan Wilayah Kecamatan Cipanas Tahun 2005-2009

Jenis Sayuran

Produksi (ton) Persentase Pertumbuhan Pertahun (%)

2005 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009

Wortel 25.547,1 13.813,5 12.469 10.480,7 7.157 -29,81 -5,12 -8,66 -18,84

Bawang

Daun 7.774,5 7.392,2 8.644 4.181,3 7.114 -2,52 7,81 -34,80 25,96 Kubis 5.682 2.401,1 1.640 3.237,8 2.531 -40,59 -18,83 32,76 -12,25

Petsai/

Sawi 1.544 1.619 332 1.733 1.093 2,37 -65,97 67,85 -22,65 Lobak 1.558 3.264 4.498 2.769 3.745 35,38 15,90 -23,79 14,98

Sumber : Program Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur (2009)

(20)

4 Tabel 4. Produksi, Luas Panen, Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Wilayah Kecamatan Cipanas Tahun 2005-2009

Tahun

Wortel Bawang Daun

Produksi (ton) Luas Panen (Ha) Produk tivitas (Ton/Ha) Produksi (ton) Luas Panen (Ha) Produk tivitas (Ton/Ha)

2005 25.547,1 671 38,07 7.774,5 287 27,09

2006 13.813,5 562 24,58 7.392,2 263 28,11

2007 12.469 370 33,7 8.644 395 21,88

2008 10.480,7 442 23,77 4.181,3 383 10,92

2009 7.157 231 30,98 7.144 322 22,19

Sumber : Program Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur (2009)

Wortel dan bawang daun juga merupakan dua komoditas unggulan di Kabupaten Cianjur. Jumlah produksi wortel menempati urutan pertama terbesar dan produksi bawang daun menempati urutan kedua terbesar dari 23 jenis sayuran yang ada di kabupaten Cianjur dari tahun 2001 hingga 2008 (Lampiran 4). Produktivitas wortel dan bawang daun di kabupaten Cianjur juga mengalami fluktuasi produksi tiap tahunnya (Tabel 5).

Tabel 5. Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kabupaten Cianjur Tahun 2003-2008

Tahun

Wortel Bawang Daun

Produktivitas (Ton/Ha) Persentase Pertumbuhan Pertahun (%) Produktivitas (Ton/Ha) Persentase Pertumbuhan Pertahun (%)

2003 26,77 0 26,35 0

2004 31,11 7,50 26,10 -0,48

2005 30,41 -1,14 26,36 0,50

2006 23,82 -12,15 26,72 0,68

2007 19,04 -11,15 17,56 -20,69

2008 23,71 10,92 10,99 -23,01

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur (2009)

Dilihat dari sakala nasional, produktivitas wortel dan bawang daun ternyata juga mengalami fluktuasi produktivitas (Tabel 6). Wortel dan bawang

(21)

5 nasional wortel terus mengalami penurunan dari tahun 2003 hingga tahun 2008. Sedangkan produktivitas nasional bawang daun mengalami fluktuasi.

Tabel 6. Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Indonesia Tahun 2004-2008

Tahun

Wortel Bawang Daun

Produktivitas (Ton/Ha)

Persentase Pertumbuhan Pertahun (%)

Produktivitas (Ton/Ha)

Persentase Pertumbuhan Pertahun (%)

2003 16,55 0 8,99 0

2004 17,53 2,88 10,4 7,27

2005 17,85 0,90 11,04 2,99

2006 16,97 -2,53 11,13 0,41

2007 14,78 -6,90 10,11 -4,80

2008 14,67 -0,37 10,65 2,60

Sumber : Ditjen Hortikultura (2009)

Produktivitas dari wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur yang relatif berfluktuasi mengindikasikan adanya risiko pada proses produksi. Adanya faktor risiko berpotensi menurunkan produksi kedua komoditas tersebut. Hasil produksi yang menurun bisa menyebakan potensi kerugian bagi pelaku usaha (petani). Agar potensi kerugian akibat fluktuasi produktivitas wortel dan bawang daun tidak terjadi maka kajian tentang risiko produksi cukup dibutuhkan petani. Berdasarkan keterangan tersebut, maka diperlukan penelitian untuk mengkaji bagaimana tingkat risiko produksi wortel dan bawang daun di Kabupaten Cianjur khususnya di kawasan agropolitan Cianjur.

1.2 Perumusan Masalah

Wortel dan bawang daun merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup penting dikonsumsi. Konsumsi wortel dan bawang daun yang cukup tinggi mengindikasikan permintaan kedua komoditas tersebut juga turut meningkat. Konsumsi wortel Nasional meningkat dari 0,94 kg/tahun pada tahun 2006 menjadi

(22)

6 Petani sayuran di kawasan agropolitan memasarkan produk mereka di sekitar wilayah Cianjur dan Jabodetabek seperti, Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Bogor, Pasar Depok, Pasar Tangerang, Pasar Bekasi dan Pasar Cianjur. Selain pasar yang disebutkan di atas, pemasaran sayuran juga dilakukan ke restoran, hotel, dan supermarket. Khusus pemasaran sayuran ke restoran dan hotel hanya berada di wilayah Puncak-Cipanas. Pemasaran sayuran ke restoran, hotel, dan supermarket lebih sulit penanganannya dibandingkan dengan pemasaran ke pasar tradisional (Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Bogor, Pasar Depok, Pasar Tangerang, Pasar Bekasi dan Pasar Cianjur). Pemasaran sayuran ke restoran, hotel, dan supermarket membutuhkan spesifikasi kualitas dan kuantitas yang sudah ditentukan sesuai dengan kontrak pembelian, seperti spesifikasi kualitas produk. Pemasaran sayuran di kawasan agropolitan Cianjur terutama komoditas wortel dan bawang daun ke pasar tradisional maupun restoran, hotel, dan supermarket dilakukan setiap hari. Maka dari itu untuk memenuhi permintaan sayuran terutama wortel dan bawang daun dibutuhkan kontinuitas produksi kedua komoditas tersebut agar pemasaran keduanya tidak terhambat.

Harga jual wortel dan bawang daun dari petani merupakan harga yang ditentukan oleh harga kesepakatan pasar yang umumnya berdasarkan kondisi permintaan dan penawaran dari Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. Namun, beberapa petani yang bisa memasarkan produk mereka ke restoran, hotel, atau supermarket mendapatkan harga yang umumnya lebih tinggi dibandingkan harga

yang ditentukan pasar. Pada waktu pengambilan data, rata-rata petani memperoleh harga wortel sebesar Rp 1.500 per kilogram dan harga bawang daun sebesar Rp 2.500 per kilogram untuk pemasaran ke pasar Cianjur dan Jabodetabek.

(23)

7 komoditas tersebut. Faktor risiko pada kegiatan produksi wortel dan bawang daun disebabkan oleh adanya ketergantungan aktivitas produksi wortel dan bawang daun pada faktor produksi yang meliputi benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, ketersediaan infrastruktur pertanian seperti, pengairan, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca.

Gambar 1. Tingkat Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2005-2009

Sumber : Program Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur (2009)

Berbagai permasalahan pada aspek produksi dapat memberikan gambaran terhadap kemungkinan adanya faktor risiko produksi dari wortel dan bawang daun. Dari kondisi tersebut, pengembangan bisnis komoditas wortel dan bawang daun memiliki potensi risiko yang dapat menimbulkan kerugian. Jika terjadi masalah dalam kegiatan produksi maka kegiatan pemasaran pun akan ikut terhambat. Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur.

(24)

8 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis tingkat risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan

agropolitan Cianjur.

2. Menganalisis alternatif penanganan risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu :

1. Bagi petani wortel dan bawang daun khususnya di kawasan agropolitan

Cianjur, penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam manajemen risiko yang terjadi dalam pengembangan usahanya.

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis wortel dan bawang daun.

3. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan daya analisis

mengenai risiko agribisnis.

4. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Komoditas yang dikaji adalah wortel dan bawang daun. Hal ini dikarenakan komoditas ini adalah komoditas unggulan di kawasan agropolitan Cianjur. 2. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi serta alternatif

penanganan untuk mengatasi risiko produksi tersebut.

3. Penelitian ini menggunakan data input output usahatani selama tiga musim tanam pada tahun 2009-2010. Data tersebut digunakan untuk mengetahui gambaran umum usahatani wortel dan bawang daun. Sementara itu, untuk

(25)

II.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Agropolitan

Menurut Dinas Pertanian Cianjur (2003), agropolitan terdiri dari dua kata yaitu agro dan politan (polis). Agro berarti pertanian dan politan berarti kota, sehingga agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah kota. Definisi agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang yang memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, mengelola kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya Kawasan agropolitan terdiri dari kota pertanian dan desa sentra produksi pertanian yang ada disekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintah (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten) tetapi ditentukan dengan memperlihatkan skala ekonomi. Program pengembangan agropolitan adalah program pengembangan yang berbasis pertanian di kawasan agribisnis yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergiskan berbagai potensi yang ada untuk mendorong, berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya

saing, berbasis kerakyatan berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah

Beberapa penelitian yang dilakukan di kawasan agropolitan Cianjur Jawa Barat diantaranya dilakukan oleh Pruliyan (2005), Hutagulung (2005), dan Mulhayati (2005). Penelitian Pruliyan (2005) mengkaji usahatani sayuran dan strategi pengembangan usahati sayuran dengan metode R/C rasio dan Matriks QSPM. Berbeda dengan penelitian Hutagulung (2005) yang mengkaji optimisasi produksi sayuran. Penelitian Mulhayati (2005) juga berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu mengkaji saluran pemasaran wortel dengan metode margin pemasaran dan farmer share.

(26)

10 Matriks QSPM diperoleh strategi pembentukan lembaga penunjang serta sarana pendukung pertanian mendapat prioritas paling tinggi. Pilihan strategi selanjutnya adalah mengoptimalkanbperan dan fungsi dari kelompok tani. Kemudian pilihan berikutnya adalah pengembangan pertanian organik. Pilihan strategi keempat yaitu peningkatan kualitas SDM. Pilihan alternatif strategi terakhir yaitu pengembangan Agrowisata.

Hutagulung (2005) dalam penelitiannya Optimisasi Produksi Sayuran di Kawasan agropolitan Cianjur Jawa Barat menyatakan pada kondisi aktual, lahan di kawasan agropolitan dialokasikan untuk pola I sebesar 9 persen, pola II sebesar 25 persen, pola III sebesar 2 persen, pola IV sebesar 16 persen, pola V sebesar 10,7 persen, pola VI sebesar 16 persen, pola VII sebesar 10,7 persen. Pendapatan yang diperoleh pada kondisi aktual sebesar 39 milyar rupiah. Kondisi optimal menghasilkan tingkat alokasi lahan sebagai berikut pola I sebesar 13,7 persen, pola II sebesar 6,6 persen, pola III sebesar 0 persen, pola IV sebesar 22,4 persen, pola V sebesar 4,1 persen, pola VI sebesar 8,9 persen, pola VII sebesar 14,9 persen. Pendapatan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar 46,5 milyar rupiah.

Mulhayati (2005) dalam penelitiannya Saluran Pemasaran Wortel di Kawasan Agropolitan Cianjur menyatakan berdasarkan perhitungan margin pemasaran dan farmer share, saluran pemasaran wortel yang paling efisien dan memberikan bagian terbesar untuk petani adalah saluran pemasaran II

(petani-pedagang pengumpul-(petani-pedagang pengecer(Pasar TU Kemang Bogor)). Rasio keuntungan biaya tertinggi pada pemasaran wortel terdapat pada saluran pemasaran III (petani-pedagang pengecer(Pasar Bekasi)), maka saluran pemasaran III dapat menjadi alternatif salauran pemasaran yang dapat digunakan jika prioritas yang ingin dicapai adalah peningkatan pendapatan petani.

2.2 Kajian Usahatani Wortel dan Bawang Daun

(27)

11 dengan pH tanah netral sekitar 6,6. Perkembangbiakkan wortel dengan cara penyerbukan pada bunganya. Tanaman wortel dapat dipanen setelah berumur 3-4 bulan, tergantung varietasnya.

Menurut Cahyono (2005), bawang daun (Allium fistulosum L.) adalah tanaman yang berasal dari benua Asia yang memiliki iklim tropis. Keadaan iklim yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi usahatani bawang daun adalah suhu udara 190C-240C dengan pH tanah 6,5-7,5. Bawang daun yang ditanam dari bibit anakan bisa dipanen pada umur 2,5 bulan. Jika bibit yang ditanam berasal dari biji, bawang daun dapat dipanen pada umur 5 bulan.

Beberapa penelitian dengan komoditas wortel dan bawang daun diantaranya dilakukan oleh Pasaribu (2007), Ruhmayanti (2008), Sumiyati (2006), dan Darwiyah (2006). Beberapa penelitian dengan komoditas wortel mengkaji analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani, seperti yang dilakukan oleh Pasaribu (2007) dan Ruhmayanti (2008). Penelitian dengan komoditas bawang daun dilakukan oleh Darwiyah (2006) dan Sumiyati (2006). Selain itu ada pula yang menganalisis hanya usahataninya saja seperti yang dilakukan oleh Ruhmayanti (2008). Penelitian Pasaribu (2007), Darwiyah (2008), Sumiyati (2006) sama-sama menggunakan metode R/C rasio dan rasio NPM-BKM. Sedangkan penelitian Ruhmayanti (2008) hanya menggunakan metode R/C rasio.

Pasaribu (2007) dalam penelitiannya mengenai Analisis Pendapatan dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Wortel di Kabupaten Tegal menyatakan, analisis pendapatan usahatani didapat bahwa R/C rasio atas biaya tunai sebesar 4,26 dan R/C rasio biaya total sebesar 2,45. Berdasarkan analisis faktor produksi, didapat model produksi dengan R2 dan R2 adjusted

(28)

12 satu. Dimana rasio NPM-BKM lahan sebesar 1,35, benih sebesar 38,6, pupuk urea sebesar 2,37, pupuk TSP sebesar 11,36, pupuk KCl sebesar 10,48, pupuk kandang sebesar 33,78, obat cair sebesar -1,11, serta penggunaan tenaga kerja pria dan wanita masing.masing sebesar 3,24 dan -1,27.

Ruhmayanti (2008) melakukan penelitian mengenai Analisis Usahatani Wortel di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani wortel dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat produksi wortel. Penelitian tersebut menyatakan bahwa usahatani wortel di desa Sukatani pada musim hujan dan kemarau layak karena nilai R/C atas biaya total baik pada kelompok petani strata I maupun strata II lebih dari satu. Sementara faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi wortel adalah luas lahan, benih, pupuk TSP, pupuk KCl, dan tenaga kerja.

Darwiyah (2006) dalam penelitiannya Analisis Usahatani dan Sistem Penjualan Bawang Daun di Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur menyatakan penggunaan faktor produksi bibit, tenaga kerja, pupuk kandang, urea, NPK, dan pestisida belum efisien karena rasio NPM dan BKM lebih dari satu, sedangkan untuk faktor produksi pupuk TSP tidak efisien, karena rasio NPM dan BKM kurang dari satu. Oleh karena itu penambahan penggunaan pupuk TSP tidak akan meningkatkan produksi karena penggunaannya sudah berlebihan. Faktor produksi bibit, pupuk kandang, dan TSP berpengaruh secara

nyata terhadap produksi bawang daun, dan secara keseluruhan model layak atau signifikan pada taraf nyata lima persen, Usahatani bawang daun di Desa Sindangjaya berada pada kondisi kenaikan hasil yang tetap (constant return to scale). Hasil analisis pendapatan, baik atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total menunjukkan bahwa usahatani di daerah penelitian menguntungkan, karena penerimaannya lebih besar dari total biaya produksi yang dikeluarkan. sistem penjualan yang dilakukan terdiri dari sistem borong dan sistem jual langsung setelah panen.

(29)

13 R/C usahatani bawang daun pada kondisi optimal sebesar 8,13 lebih besar dibandingkan nilai R/C pada kondisi aktual sebesar 2,32. Faktor produksi untuk lahan, bibit, pupuk Urea, pupuk KCl, pupuk kandang, obat cair, obat padat, tenaga kerja pria dan wanita berpengaruh nyata, sedangkan pupuk TSP tidak nyata. Usahatani bawang daun di Desa Sindangjaya berada pada skala kenaikan hasil yang meningkat (Increasing Return to Scale), hal ini ditunjukkan oleh jumlah elastisitas dari masing-masing faktor produksi sebesar 1,21. Penggunaan faktor-faktor produksi belum efisien karena rasio antara NPM dan BKM tidak sama dengan satu.

2.4 Kajian Risiko Bisnis

Menurut Robison dan Barry (1987) menjelaskan terdapat perbedaan antara konsep risiko dan ketidakpastian. Jika peluang suatu kejadian dapat diketahui oleh pembuat keputusan, yang didasarkan pada pengalaman, maka hal tersebut menunjukkan konsep risiko. Sedangkan jika peluang suatu kejadian tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan maka hal tersebut menunjukkan konsep ketidakpastian.

Beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani diantaranya adalah risiko produksi, risiko pasar atau risiko harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan, dan risiko finansial (Harwood et al, 1999). Beberapa penelitian dengan kajian risiko dilakukan oleh Fariyanti (2008), Tarigan (2009), Sulistiawati (2005)

dan Utami (2009).

(30)

14 kubis. Diversifikasi usahatani kentang dan kubis mempunyai risiko produksi (portofolio) lebih rendah dibandingkan spesialisasi kentang atau kubis.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran dalam pengambilan keputusan produksi akibat risiko produksi dan harga produk adalah dengan mengurangi penggunaan lahan, benih, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja. Sementara strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yaitu dengan penggunaan benih yang tahan terhadap kekeringan dan hama penyakit, pengembangan teknologi irigasi dan diversifikasi kegiatan usahatani maupun luar usahatani. Adapun strategi untuk mengatasi harga produk diperlukan penyediaan sarana dan prasarana penyimpanan serta berkelompok pada tingkat petani, pengembangan sistem contract farming dan kelembagaan pemasaran.

Tarigan (2009) melakukan penelitian mengenai Risiko Produksi Sayuran Organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi yang dilakukan oleh Permata Hati Organic Farm serta menganalisis alternatif penanganan risiko produksi dalam menjalankan usaha sayuran organik. Analisis risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan variance, standard deviation, dan coefficient variation pada kegiaatan spesialisasi dan portofolio. Komoditas yang diteliti pada kegiatan spesialisasi meliputi brokoli, bayam hijau, tomat, dan cabai keriting. Sementara pada kegiatan portofolio

komoditas yang dianalisis adalah tomat dengan bayam hijau, dan cabai keriting dengan brokoli.

(31)

15 Sulistiyawati (2005) dalam penelitiannya Analisis Pendapatan dan Risiko Diversifikasi Usahatani Sayur-Sayuran pada Perusahaan Pacet Segar, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menyatakan pendapatan yang diterima Perusahaan Pacet Segar setiap bulan dari masing-masing komoditas yang diusahakannya mengalami tingkat efisiensi yang lumayan besar karena memiliki R/C rasio lebih dari satu. Komoditas jagung acar memiliki risiko total yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh komoditas lain karena fluktuasi pendapatannya relatif stabil dibandingkan komoditas lain. Diversifikasi yang dilakukan Perusahaan Pacet Segar mengandung risiko yang cukup besar. Hal ini dilihat berdasarkan analisis korelasi bahwa sebagian besar kombinasi antar komoditas yang diusahakan memiliki nilai koefisien korelasi yang positif artinya kombinasi antar komoditas tersebut memiliki hubungan yang erat sehingga apabila komoditas yang satu merugi maka komoditas yang lainnya pun merugi. Berdasarkan optimalisasi pendapatan dan risiko, komoditas daun bawang, bunga kol, wortel baby dan wortel memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan komoditas lain.

Utami (2009) melakukan penelitian mengenai Risiko Produksi dan Perilaku Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko produksi bawang merah, menganalisis perilaku penawaran bawang merah, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes. Analisis risiko produksi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan variance, standard deviation, dan coefficient variation serta penggunaan analisis regresi linier berganda untuk analisis perilaku penawaran.

(32)

16 beberapa variabel yaitu harga output, variasi harga output, harga bibit, variasi harga bibit, harga pupuk (Urea, NPK, TSP, KCl), biaya obat-obatan, nilai ekspektasi produksi, dan variasi produksi. Model yang diperoleh mampu menggambarkan variasi dari kuantitas bawang merah yang ditawarkan sebesar 91 persen. Variabel biaya obat-obatan dan variabel nilai ekspektasi produksi berpengaruh nyata terhadap perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes dan variabel harga bibit berpengaruh nyata terhadap tingkat penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes.

Dari beberapa penelitian tentang kajian risiko bisnis, terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian satu dengan penelitian lainnya. Penelitian yang dilakukan Fariyanti (2008), Tarigan (2009), dan Utami (2009) memiliki persamaan yaitu menganalisis risiko produksi. Namun, masing-masing penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian Fariyanti (2008) menganalisis perilaku ekonomi rumah tangga petani dan juga menganalisis risiko harga, dan penelitian Utami (2009) yang juga menganalisis perilaku penawaran petani. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan Sulistiawati (2005), kajian risiko yang dianalisis merupakan risiko diversifikasi dan juga analisis pendapatan. Penelitian Sulistiawati lebih mengkhususkan kajian risiko tentang diversifikasi.

2.5.Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Dari beberapa penelitian terdahulu mengenai risiko, terdapat persamaan

antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penggunaan alat analisis risiko seperti yang dilakukan oleh Tarigan (2009) dan Utami (2009) yaitu menggunakan perhitungan variance, standard deviation, dan coefficient variation

(33)

17 dilakukan Pasaribu (2007), Ruhmayanti (2008), Darwiyah (2006), Sumiyati (2006).

(34)

III.

KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis

3.1.1 Konsep Risiko

Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian. Namun demikian secara ilmiah kedua konsep tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian merupakan suatu kondisi yang tidak dapat diketahui atau diperkirakan sebelumnya oleh pengambil keputusan. Sedangkan, risiko adalah suatu kondisi yang menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat keputusan berdasarkan pengalaman (Robison & Barry 1987). Gambaran mengenai risiko dan ketidakpastian dalam suatu continuum

dapat dilihat dari Gambar 2.

Peluang dan Hasil diketahui Peluang dan Hasil tidak diketahui

Gambar 2. Risk-Uncertainty Continuum Sumber : Debertin (1986)

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada continuum sebelah kiri menggambarkan kejadian yang berisiko yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Sementara continuum yang disebelah kanan menggambarkan kejadian yang tidak pasti yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan secara pasti.

Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory). Menurut Robison dan Barry (1987), alat analisis yang umum digunakan dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko yaitu expected utility model. Model ini digunakan karena danya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) tetapi kesejahteraan (utility). Berdasarkan realita, nilai utilitas itu sangat sulit diukur sehingga dalam

(35)

19 menganalisis menggunakan nilai return. Return bisa berupa produktivitas, harga, dan pendapatan.

Menurut Debertin (1986), terdapat tiga kategori individu dalam menghadapi risiko (decision theory), yaitu Risk Averter, Risk Neutral, dan Risk Taker. Perilaku individu dalam menghadapi risiko ini dapat dijelaskan dengan teori utilitas seperti terlihat pada gambar 3.

Expected Return

U1Risk Averter

U2 Risk Neutral

U3Risk Taker/Lover

Varian Return

Gambar 3. Hubungan Antara Varian dan Expected Return

Sumber : Debertin, 1986

Gambar 3 menunjukkan hubungan antara varian return yang merupakan ukuran dari tingkat risiko yang dihadapi, dengan return yang diharapkan (expected return) yang merupakan ukuran dari tingkat kepuasan pembuat keputusan. Perilaku pembuat keputusan (decision theory) dalam menghadapi risiko tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kategori berikut :

1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (Risk Averter) menunjukkan jika U1 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan maka adanya kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan menaikkan return yang diharapkan. Artinya, jika varian return

semakin tinggi, maka expected return juga akan tinggi. Karena, begitu varian

(36)

20 2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral) menunjukkan jika U2 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan maka adanya kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak akan diimbangi dengan menaikkan return yang diharapkan. Artinya, jika varian

return semakin tinggi, maka expected return akan tetap.

3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (Risk Taker/Lover) menunjukkan jika U3 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan maka adanya kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediaannya menerima return

yang diharapkan lebih rendah. Artinya, jika varian return semakin tinggi, maka expected return akan turun. Jadi, begitu varian return tinggi, maka risk lover akan tetap menjalani bisnis tersebut karena menganggap risiko tersebut bukanlah masalah yang harus dikhawatirkan.

Salah satu indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis dapat dilihat dengan adanya variasi, fluktuasi, atau volatilitas dari hasil yang diharapkan pelaku bisnis. Beberapa contoh indikasi adanya risiko dalam bisnis diantaranya adalah adanya fluktuasi produksi, fluktuasi harga output, atau fluktuasi pendapatan untuk setiap satuan yang sama. Pengukuran risiko dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Beberapa ukuran dalam menghitung risiko diantaranya yaitu, varian, standar deviasi, dan koefisien variasi.

Konsep risiko yang dijelaskan di atas mempunyai kaitan dengan konsep

peluang (probability). Peluang menunjukkan distribusi frekuensi terhadap suatu kejadian. Menurut Hanafi (2009), ada tiga metode menentukan peluang, yaitu : 1. Metode Klasikal yaitu, menentukan peluang dengan besaran yang sama.

Contoh, penentuang peluang koin, gambar 0,5 dan angka 0,5.

2. Metode Frekuensi Relatif yaitu, menentukan peluang berdasarkan persentase.

Contoh, tingkat pendidikan dibagi jumlah penduduk.

3. Metode Subyektif yaitu, menentukan peluang berdasarkan pengalaman

(37)

21 3.1.2 Sumber-Sumber Risiko

Risiko pada kegiatan pertanian bersifat unik dibandingkan yang lain. Hal ini dikarenakan ketergantungan aktivitas pertanian terhadap kondisi alam teutama iklim dan cuaca. Menurut Harwood et al. (1999), menyatakan terdapat beberapa sumber risiko pada kegiatan produksi pertanian, yaitu meliputi:

1. Production or Yield Risk

Faktor risiko produksi dalam kegiatan pertanian disebabkan adanya beberapa hal yaitu, serangan hama dan penyakit, curah hujan, musim, kelembaban, teknologi, input, dan bencana alam. Penggunaan teknologi baru secara cepat tanpa adanya penyesuaian sebelumnya justru dapat menyebabkan penurunan produktivitas. Akibat risiko produksi tersebut berpengaruh terhadap penurunan kualitas serta kuantitas hasil panen.

2. Price or Market Risk

Risiko pasar dalam hal ini meliputi risiko harga output dan harga input. Pada umumnya, kegiatan produksi pertanian merupakan proses yang lama. Sementara itu, pasar cenderung bersifat kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, petani belum tentu mendapatkan harga yang sesuai dengan yang diharapkan pada saat panen. Begitu pula dengan harga input yang dapat berfluktuasi sehingga mempengaruhi komponen biaya pada kegiatan produksi. Pada akhirnya risiko harga tersebut akan berpengaruh pada return

yang diperoleh petani. 3. Institutional risk

Institutional risk berhubungan dengan kebijakan dan program dari pemerintah yang mempengaruhi sektor pertanian. Misalnya, adanya kebijakan dari pemerintah untuk memberikan atau mengurangi subsidi dari harga input. Secara umum, institutional risk ini cenderung tidak dapat diantisipasi sebelumnya.

4. Financial Risk

(38)

22 3.1.3 Manajemen Risiko

Menurut Lam (2003) bahwa majemen risiko dapat didefinisikan dalam pengertian bisnis seluas-luasnya. Manajemen risiko mengelola keseluruhan risiko yang dihadapi perusahaan, dimana dapat mengurangi potensi risiko yang bersifat merugikan dan terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilan sehingga perusahaan dapat mengoptimalisasikan profit. Hal penting untuk mengoptimalkan profit adalah dengan mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses bisnis perusahaan.

Menurut Darmawi (1997), manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan. Secara khusus manajemen risiko diartikan sebagai pengelolaan variabilitas pendapatan oleh seorang manajer dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambilnya dalam menggarap situasi yang tidak pasti. Pemahaman manajemen risiko yang baik akan dapat mengurangi kerugian. Dengan kata lain, akan dapat menambah tingkat keyakinan bagi pembuat keputusan dalam mengurangi risiko kerugian.

Manajemen risiko sangat penting dalam pelaksanaannya karena hal ini akan berakibat pada hasil atau keuntungan perusahaan. Menurut Lam (2003) ada beberapa alasan mengapa manajemen risiko sangat penting dalam pengelolaan

(39)

23 ada, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya.

Menurut Hanafi (2009), manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau barangkali mengoptimalkan risiko. Risiko ada dimana-mana, bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari. Jika risiko tersebut menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut. Karena itu risiko penting untuk dikelola. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini.

1. Identifikasi risiko

Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadap oleh suatu organisasi. Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, misal dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.

2. Evaluasi dan pengukuran risiko

Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Ada beberapa teknik untuk mengukur risiko

tergantung jenis risiko tersebut. Sebagai contoh kita bisa memperkirakan probabilitas (kemungkinan) risiko atau suatu kejadian jelek terjadi.

3. Pengelolaan risiko

Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konseskuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, seperti penghndaran, ditahan (rentention), diversifikasi, transfer risiko (asuransi), pengendalian risiko (risk control), dan pendanaan risiko (risk financing).

(40)

24 kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Diversifikasi adalah suatu strategi pengelolaan risiko yang sering digunakan yang melibatkan partisipasi lebih dari satu aktivitas. Strategi diversifikasi ini dilakukan dengan alasan bahwa apabila satu unit usaha memiliki hasil yang rendah maka unit-unit usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi. Menurut Fariyanti (2008), diversifikasi mampu untuk mengurangi risiko, meskipun risiko yang dihadapi dalam melakukan kombinasi beberapa kegiatan usaha tidak mungkin sama dengan nol.

3.2 Kerangka Operasional

Konsumsi akan bawang daun dan wortel mengalami peningkatan, sehingga permintaan bawang daun dan wortel juga mengalami peningkatan (Ditjen Hortikultura, 2010). Pemasaran bawang daun dan wortel di kawasan agropolitan Cianjur dihadapkan pada kekontinuitasan ketersediaan kedua komoditas tersebut untuk dipasarkan. Para petani di kawasan agropolitan Cianjur dihadapkan pada kendala fluktuasi produksi kedua komoditas tersebut sehingga mengindikasikan adanya risiko produksi. Risiko produksi yang terjadi akan mengakibatkan penurunan produktivitas. Adanya faktor risiko pada kegiatan produksi wortel dan bawang daun bisa menyebabkan potensi kerugian.

Seperti halnya karakteristik produksi di sektor pertanian, aktivitas produksi bawang daun dan wortel sangat bergantung pada faktor produksi yang

(41)
[image:41.595.104.514.201.780.2]

25 Langkah-langkah yang dilakukan penelitian ini adalah dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebakan risiko produksi seperti, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca, tingkat kesuburan lahan, efektivitas pengunaan input, keterampilan sumber daya manusia yang kurang, kemudian dilakukan analisis risiko untuk mengetahui tingkat risiko yang terjadi pada komoditas wortel dan bawang daun untuk kemudian mencari alternatif penanganan risiko produksi wortel dan bawang daun. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.

.

.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

Permintaan Wortel dan Bawang Daun yang Meningkat

Kontinuitas Pemasaran Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan

Fluktuasi Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur

Permasalahan Produksi : Faktor iklim dan cuaca

Pengaruh hama dan penyakit tanaman Tingkat kesuburan lahan

Efektivitas penggunaan input Keterampilan SDM yang kurang Analisis Risiko Produksi:

Wortel

Bawang Daun

Variance

Standard Deviation Coefficient Variation

Analisis Deskriptif

(42)

IV.

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai risiko produksi wortel dan bawang daun dilakukan di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan sentra produksi sayuran dengan komoditas unggulan wortel dan bawang daun. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil lokasi penelitian di dua Desa yaitu Desa Sindang Jaya (Kecamatan Cipanas) dan Desa Sukatani (Kecamatan Pacet) yang menjadi kawasan inti pengembangan agropolitan. Waktu pra penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2010 yaitu terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2010.

4.2 Metode Penentuan Sampel

Petani sayuran yang menjadi anggota agropolitan Cianjur berjumlah 100 orang dari sembilan kelompok yang tersebar di kedua Desa (lima kelompok di Sindangjaya dan empat kelompok di Sukatani. Dari 100 orang petani sayur

tersebut diambil 30 orang petani yang sedang menanam wortel dan 30 orang petani yang sedang menanam bawang daun secara purposive. Pembagian jumlah responden dari kedua Desa yang menjadi kawasan inti agropolitan Cianjur terdapat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Pembagian Sampel Petani Wortel dan Petani Bawang Daun per Desa Desa Petani Wortel (orang) Petani Bawang Daun (orang)

Sindangjaya 20 22

Sukatani 10 8

4.3 Data dan Instrumentasi

(43)

27 literatur serta beberapa penelitian terdahulu yang menjadi bahan rujukan bagi penelitian ini.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan petani sebagai responden dan responden lain yang terkait dengan penelitian ini seperti pengelola Agropolitan Cianjur, pengelola STA Cigombong, Dinas Pertanian Cianjur dan Petugas Penyuluh Lapang. Metode pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi atau pengamatan, wawancara langsung melalui kuisioner, serta membaca dan melakukan pencatatan semua data yang dibutuhkan dalam penelitian.

4.5 Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dalam penelitian ini mengunakan Microsoft Excel 2007. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum lokasi penelitian, manajemen risiko yang diterapkan di lokasi penelitian, dan alternatif strategi untuk mengurangi risiko produksi. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan melalui analisis risiko yang meliputi variance, standard deviation, dan coefficient variation.

4.6.1 Analisis Risiko

(44)

28 terendah. Pembagian tiga kondisi ini berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fariyanti (2008) dan Tarigan (2009).

Pengukuran peluang (P) pada setiap kondisi diperoleh frekuensi kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Asumsi yang digunakan dalam menentukan periode waktu proses produksi adalah 10 kali produksi. Asumsi ini digunakan karena masa tanam kedua komoditas berkisar empat bulan dan dalam setahun umumnya petani melakukan tiga kali penanaman. Penggunaan 10 kali musim tanam ini juga diasumsikan agar fluktuasi produktivitas wortel dan bawang daun bisa terlihat. Selain itu utuntuk memudahkan petani dalam mengingat dalam mengingat hasil produksinya.

Frekuensi kejadian pada kondisi tertinggi menunjukkan berapa kali petani mengalami produktivitas tertinggi dalam 10 kali produksi. Frekuensi kejadian pada kondisi normal menunjukkan berapa kali petani mengalami produktivitas normal dalam 10 kali produksi. Frekuensi kejadian pada kondisi terendah menunjukkan berapa kali petani mengalami produktivitas terendah dalam 10 kali produksi. Secara sistematis dapat dituliskan :

P = f/T

Keterangan:

f = frekuensi kejadian (kondisi tertinggi, normal, dan terendah) T = periode waktu proses produksi (asumsi 10 kali produksi)

Peluang yang dihitung dari dua komoditas yaitu bawang daun dan wortel. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu dan secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan Expected return. Rumus Expected return

dituliskan sebagai berikut :

Dimana :

E(Ri) = Expected return

Pi = Peluang dari suatu kejadian 1,2,3,…( 1 = Kondisi Tertinggi, 2 = Kondisi Normal, 3 = Kondisi Terendah)

(45)

29 Aspek risiko diukur dengan melihat nilai return pada setiap kejadian.

Return merupakan hasil pada setiap kejadian (tinggi, normal, rendah). Return

yang digunakan untuk menganalisis risiko produksi wortel dan bawang daun merupakan nilai produktivitas (kw/1000 m2). Penggunaan satuan 1000 m2 digunakan karena rata-rata luas lahan wortel dan bawang daun setiap persilnya sekitar 1000 m2. Namun, untuk menyamakan dengan satuan produktivitas nasional (ton/ha) maka perhitungan risiko pada penelitian ini dikonversi menjadi ton/ha.

Mengukur sejauh mana risiko yang dihadapi dalam menjalankan usaha terhadap hasil yang diperoleh digunakan pendekatan sebagai berikut:

a. Variance

Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai

variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.

σl

2 ^ 2

Dimana :

σl2 = Variance dari return

Pi = Peluang dari suatu kejadian 1,2,3,……( 1= Kondisi Tertinggi, 2= Kondisi Normal, 3 = Kondisi Terendah )

Rij = Return

Ri = Expected return b. Standard Deviation

Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil nilai standars deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut:

σl

=

σl

2

Dimana :

σl = Standard deviation σl2 = Variance

c. Coefficient Variation

Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah :

(46)

30 Dimana :

CV = Coefficient variation

σl = Standard deviation Ri = Expected return

4.6.2 Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan bersih petani adalah selisih hasil dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan (biaya bibit, pupuk, obat, tenaga kerja, sewa lahan, penyusutan peralatan, dan pengeluaran umum usahatani). Perhitungan pendapatan usahatani dilakukan dengan menggunakan formulasi:

Pd = TR – TC

Dimana :

Pd = Pendapatan TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya

4.6 Definisi Operasional

1. Peluang (P) merupakan frekuensi kejadian setiap kondisi dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung.

2. Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi peluang masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti.

3. Return merupakan hasil yang diterima dari setiap kejadian, return yang digunakan yaitu produktivitas yang diterima petani.

4. Variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return

dengan Expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. 5. Standard deviation merupakan dari akar kuadrat dari nilai variance.

6. Coefficient variation merupakan rasio standard deviation dengan return

yang diharapkan (expected return).

7. Continuum merupakan rangkaian kesatuan.

8. Volatilitas merupakan tingkat variabilitas hasil potensial.

9. Perishable yaitu barang yang tidak tahan lama atau mudah busuk. 10. Voluminious yaitu barang yang berukuran besar.

(47)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Karakteristik Wilayah

5.1.1 Kawasan Agropolitan Cianjur

Pengembangan perdesaan dengan pendekatan agropolitan menunjuk Kabupaten Cianjur sebagai daerah rintisan atau daerah contoh pengembangan program agropolitan bagi daerah lain. Program agropolitan ini sudah berjalan sejak tahun 2002 dengan tujuan untuk meningkatkan percepatan pembangunan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota serta mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis berdasarkan pertimbangan utama fungsi wilayah perencanaan sebagai kawasan konversi tanah dan air (Deptan Cianjur, 2004).

Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur menetapkan dua desa yang terbagi dalam dua kecamatan sebagai desa inti dari program agropolitan yaitu, Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas dan Desa Sukatani Kecamatan Pacet. Kedua desa tersebut dipilih karena sesuai dengan persyaratan dikembangkannya suatu wilayah sebagai kawasan agropolitan dan termasuk ke dalam desa dengan tingkat produksi sayuran yang tinggi. Selain itu, penetapan kedua desa tersebut sebagai daerah pengembangan kawasan agropolitan juga didasarkan pada beberapa kebijakan baik nasional maupun regional seperti tercantum dalam Master Plan Agropolitan Cianjur tahun 2004, diantaranya :

1. Peraturan pemerintah Nomor 47 Tahun 1997, Tentang RTRW Nasional

dimana Kawasan Puncak ditetapkan sebagai kawasan andalan dengan sektor andalan pertanian tanaman pangan.

2. Keputusan Presiden Nomor 114 Tahun 1999, tentang Penataan Ruang

Kawasan Bogor – Puncak – Cianjur.

3. Berdasarkan RTRW Kabupaten Cianjur, Kota Cipanas termasuk dalam

jenjang IB yaitu kota-kota yang berfungsi sebagai pusat-pusat produksi, koleksi dan distribusi dengan lingkup pelayanan regional.

4. Keputusan Bupati Cianjur No. 521.3 Kep. 175-Pc2002, tentang Penentuan

(48)

32 5. Surat Bupati Cianjur Nomor 900/0313/Bappeda perihal kesediaan

menyediakan Cost Sharing Proyek P2SDPP dalam mendukung kegiatan pengembangan Kawasan Agropolitan di Desa Sukatani dan Desa Sindangjaya.

6. Keputusan Bupati Nomor 521.3/Kep.148-Pe/2002 tentang Pembentukan

Kelompok Kerja Kawasan Agropolitan.

7. Keputusan POKJA Program Pengembangan Agropolitan Nomor

800.05/2281/Distan tentang Pembentukan Korlap dan Pemandu Program Pengembangan Kawasan Agropolitan POKJA Cianjur.

5.1.2 Desa Inti Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan

Penelitian dilakukan pada dua Desa Inti Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan yaitu Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas dan Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Kedua Desa tersebut berada di wilayah Cianjur Utara dengan bentuk wilayah sebagian besar berbukit atau bergunung-gunung. Desa Sindangjaya dan Desa Sukatani dipilih sebagai Daerah Inti Pusat Rintisan Agropolitan karena memiliki keunggulan di sektor pertanian khususnya hortikultura. Jenis tanaman hortikultura yang menjadi komoditi utama di kedua desa tersebut adalah wortel dan bawang daun. Pola tanam yang digunakan di kedua desa tersebut umumnya tumpangsari, hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko kerugian yang dapat dialami oleh para petani.

(49)

33 Kedua desa ini dilalui jalan raya utama yang menghubungkan Ibukota Propinsi Jawa Barat (Bandung) dengan Ibukota Negara Indonesia (Jakarta). Jarak Desa Sindangjaya dari pusat pemerintahan kecamatan adalah dua kilometer, serta jarak Desa Sukatani dari pusat pemerintahan kecamatan adalah enam kilometer. Sedangkan jarak dengan Ibukota Kabupaten adalah 18 kilometer untuk Desa Sindangjaya dan 17 kilometer untuk Desa Sukatani. Lokasi kedua desa ini berjarak sekitar 100 kilometer dari Ibukota Propinsi Jawa Barat (Bandung) dan 90 kilometer dari Ibukota Negara Indonesia (DKI Jakarta).

Desa Sindangjaya serta Sukatani merupakan desa di daerah dataran tinggi yang terletak pada ketinggian 1.100-1.350 meter dpl. Kisaran suhu pada Desa Sindangjaya antara 250C-300C dan Desa Sukatani memiliki kisaran suhu 200 C-240C. Banyaknya curah hujan yang diterima adalah 3.000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan pertahun rata-rata 186 hari. Jenis tanah di Desa Sindangjaya adalah andosol dan regosol, dengan kemiringan tanah antara 00-300 dan pH tanah 5,5 – 7,5. Berdasarkan le

Gambar

Tabel 1.  Produk Domestik Bruto Menurut Sektor Usaha di Indonesia Tahun 2008
Gambar 1. Tingkat Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kawasan
Gambar 4.
Tabel 11. Persentase Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Wortel dan Petani
+7

Referensi

Dokumen terkait

Urutan hasil perhitungan analisis dampak risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar berdasarkan masing-masing sumber risiko dari urutan terbesar

1. Sumber risiko produksi yang dihadapi pelaku usaha yaitu hama, penyakit, kualitas air dan kanibalisme. Sumber risiko yang utama adalah sumber risiko yang berada pada kuadran

Hasil penelitian menemukan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas usahatani wortel di Desa Sindangjaya Kecamanatan Cipanas Kabupaten Cianjur secara

Urutan hasil perhitungan analisis dampak risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar berdasarkan masing-masing sumber risiko dari urutan terbesar

Insidensi dan keparahan penyakit diamati pada tanaman kubis-kubisan yang terserang oleh penyakit bercak daun alternaria, akar gada, dan busuk hitam.. Insidensi penyakit (IP)

Dari hasil kegiatan spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada tanaman brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh bahwa risiko produksi yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada tanaman anggrek menggunakan bibit teknik seedling

Insidensi dan keparahan penyakit diamati pada tanaman kubis-kubisan yang terserang oleh penyakit bercak daun alternaria, akar gada, dan busuk hitam.. Insidensi penyakit (IP)