• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI 6.1 Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun

6.1.2 Manajemen Risiko yang Dilakukan Petan

Berdasarkan informasi di lapangan, beberapa hal yang dilakukan petani dalam menghadapi risiko pada kegiatan usahatani wortel dan bawang daun adalah sebagai berikut :

1. Faktor Iklim dan Cuaca

Pada musim kemarau panjang, umumnya petani melakukan dua kali penyiraman selama musim tanam ke lahan wortel dan lahan bawang daun yang mengalami kekeringan. Penyiraman dikerjakan oleh tenaga kerja laki-laki dengan biaya dua hingga tiga kali lebih mahal dari biaya tenaga kerja biasa. Penyiraman biasa dilakukan malam hari untuk menghindari suhu yang panas di siang hari. 2. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Wortel dan bawang daun merupakan tanaman yang cukup rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit pada tanaman wortel dapat menyerang mulai dari akar, umbi, batang, dan daun (Tabel 27). Sedangkan pada tanaman bawang daun, hama dan penyakit dapat menyerang akar, batang, dan daun (Tabel 28). Oleh karena itu, hama dan penyakit tanaman merupakan faktor risiko pada kegiatan usahatani. Untuk menghadapi permasalahan hama dan penyakit tanaman tersebut, maka petani melakukan beberapa hal seperti penyemprotan secara rutin, penggunaan obat-obatan tertentu, penyiangan, dan sebagainya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan, rata-rata frekuensi penyemprotan tanaman berkisar dua hingga sepuluh kali selama musim tanam untuk tanaman wortel dan untuk tanaman bawang daun tiga hingga dua belas kali

70 selama musim tanam. Sebagian besar petani tidak terlalu menyesuaikan perlakuan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan musim dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan atau dengan kata lain penyemprotan dilakukan tetap di setiap musim. Penyemprotan baru dihentikan satu minggu sebelum panen. Namun, ada pula beberapa petani yang menyesuaikan perlakuan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman wortel dan bawang daun dengan musim dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan.

Tabel 27. Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Wortel yang Dilakukan oleh Petani di Kawasan Agropolitan Cianjur

Jenis Hama dan Penyakit Perlakuan

Ulat tanah Penyemprotan secara rutin dengan pestisida Kutu daun Penyemprotan secara rutin dengan pestisida Lalat Penyemprotan secara rutin dengan pestisida Bercak daun Penyemprotan secara rutin dengan pestisida

Membuang yang sudah terinfeksi

Bengkak akar Wortel Memberokan lahan dan melaksanakan pergiliran tanaman di lahan yang akan ditanami wortel

Membuang tanaman yang terserang penyakit Tidak menggunakan umbi yang terserang penyakit untuk perbanyakan benih biji wortel Hawar daun Penyemprotan secara rutin dengan pestisida

Membuang yang sudah terinfeksi Merotasi lahan dengan tanaman lain Busuk pangkal batang Membuang tanaman yang terinfeksi

Meskipun petani wortel dan bawang daun sudah melakukan beberapa cara untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman, tetapi upaya-upaya tersebut belum bersifat terpadu. Petani wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur cenderung menggunakan obat-obatan melebihi dosis yang ditentukan dengan meningkatkan intensitas penyemprotan. Dalam menggunakan obat-obatan tersebut, petani wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur belum memperhatikan aspek lingkungan dan kesehatan. Akibatnya, beberapa jenis hama maupun penyakit justru menjadi resisten terhadap obat-obatan tersebut. Belum dilakukannya pengendalian hama dan penyakit secara terpadu ini dikarenakan masih terbatasnya pengetahuan petani bawang merah dalam melakukan hal

71 tersebut. Terlebih serangan hama dan penyakit tanaman wortel dan bawang daun tersebut sering kali berubah dari waktu ke waktu.

Tabel 28. Cara pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Daun yang Dilakukan oleh Petani di Kawasan Agropolitan Cianjur

Jenis Hama dan Penyakit Perlakuan

Kutu Bawang Penyemprotan secara rutin dengan pestisida Menambah frekuensi penyiangan

Membuang yang sudah terinfeksi

Ulat daun Penyemprotan secara rutin dengan pestisida Membuang yang sudah terinfeksi

Ulat tanah Penyemprotan secara rutin dengan pestisida Membuang yang sudah terinfeksi

Hama sieur Penyemprotan secara rutin dengan pestisida Membuang yang sudah terinfeksi

Cacing akar Penyemprotan secara rutin dengan pestisida Bercak ungu Penyemprotan secara rutin dengan pestisida

Menambah frekuensi penyiangan Membuang yang sudah terinfeksi

Busuk daun (Sulidat) Penyemprotan secara rutin dengan pestisida Menambah frekuensi penyiangan

Membuang yang sudah terinfeksi

Busuk leher batang Penyemprotan secara rutin dengan pestisida Menambah frekuensi penyiangan

Membuang yang sudah terinfeksi

Layu Penyemprotan secara rutin dengan pestisida Membuang yang sudah terinfeksi

Kondisi lahan yang digunakan untuk usahatani bawang daun di lapangan selurunya masih berupa lahan terbuka. Hal ini bisa mempengaruhi mempengaruhi lebih banyak tumbuhnya gulma dan cendawan di dalam tanah. Pengendalian hama dan penyakit juga bisa dilakukan dengan kegiatan penyioangan (ngoyos). Sebagian besar petani di kawasan agropolitan Cianjur melakukan penyiangan sebanyak 2 kali untuk wortel dan 1 kali penyiangan untuk bawang daun atau tidak melakukan penyiangan untuk bawang daun. Penyiangan wortel dilakukan pada 30 HST dan 60 HST dengan menggunakan tangan. Program penyuluhan mengenai pengendalian hama dan penyakit tanaman wortel dan bawang daun sangat dibutuhkan petani. Saat ini program penyuluhan mengenai budidaya wortel dan bawang daun belum berjalan efektif dikarenakan fungsi agropolitan yang ada sudah tidak berjalan dengan baik selama dua tahun terakhir ini.

72 3. Tingkat Kesuburan Lahan

Kondisi Petani wortel dan petani bawang daun di kawasan agropolitan kurang memperhatikan masalah kesuburan lahan. Meskipun pupuk kandang selalu digunakan oleh petani di kawasan agropolitan Cianjur. Namun, petani lebih banyak menggunakan pupuk kimia dibandingkan pupuk kandang. Kemauan petani untuk beralih ke pertanian organik secara bertahap pun dirasa masih sangat kurang. Menurut petani, kondisi lahan mereka masih subur mengingat lokasi lahan di kaki gunung Gede Pangrango yang masih aktif. Namun jika dibiarkan pupuk kimia terus-menerus digunakan dalam waktu yang lama, akan sangat mungkin lahan di wilayah tersebut menjadi rusak dan tidak subur lagi. Petani dikawasan agropolitan Cianjur baru menggunakan 6,5-6,7 ton/hektar pupuk kandang untuk tanaman wortel dan 7,2-8,5 ton/hektar pupuk kandang untuk tanaman bawang daun.

Kesuburan lahan juga erat kaitanya dengan pengaturan pola tanam. Masih ada beberapa petani wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur melakukan pola tanam yang cenderung belum mengikuti pola tanam yang ditentukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur yaitu tidak menanam komoditas yang sama secara terus-menerus sepanjang tahun. Ketidakteraturan dalam waktu menanam ini dapat menyebabkan pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan menjadi tidak efektif dan kesuburan tanah pun menjadi menurun. Hanya sebagian kecil petani wortel dan bawang daun yang mulai menerapkan pola tanam yang dengan komoditas yang berbeda sepanjang tahun.

4. Efektivitas Penggunaan Input

Seperti yang sudah dijelaskan di biaya produksi usahatani wortel dan usahatani bawang daun pada Tabel 19 dan 20. Penggunaan input pada usahatani wortel dan bawang daun tidak terlalu berbeda jauh antara musim tanam. Adapun yang dimaksud dengan input usahatani dalam penelitian ini adalah meliputi pupuk, obat-obatan, bibit, dan tenaga kerja. Sebagian besar petani wortel dan petani bawang daun yang menjadi sampel kurang begitu memperhatikan penggunaan pupuk, obat-obatan, bibit, dan tenaga kerja yang sesuai dengan SOP yang ada. Kebayakan petani menggunaan input produksi hanya berdasarkan pengalaman saja.

73 5. Keterampilan SDM yang Kurang

Hanya beberapa petani wortel dan bawang daun dari 60 sampel yang mau berusaha sendiri mengatasi permasalahan SDM yang dihadapi. Peningkatan SDM biasanya dilakukan petani adalah dengan mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh perusahaan obat-obatan. Hingga saat ini hanya satu kelompok tani yang tengah bekerjasama dengan lembaga pendidikan seperti Institut Pertanian Bogor dalam meningkatkan pertanian diwilayahnya.