• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desa Inti Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Karakteristik Wilayah

5.1.2 Desa Inti Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan

Penelitian dilakukan pada dua Desa Inti Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan yaitu Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas dan Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Kedua Desa tersebut berada di wilayah Cianjur Utara dengan bentuk wilayah sebagian besar berbukit atau bergunung- gunung. Desa Sindangjaya dan Desa Sukatani dipilih sebagai Daerah Inti Pusat Rintisan Agropolitan karena memiliki keunggulan di sektor pertanian khususnya hortikultura. Jenis tanaman hortikultura yang menjadi komoditi utama di kedua desa tersebut adalah wortel dan bawang daun. Pola tanam yang digunakan di kedua desa tersebut umumnya tumpangsari, hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko kerugian yang dapat dialami oleh para petani.

Desa Sindangjaya sebagai salah satu desa percontohan memiliki luas wilayah 512 hektar yang terbagi atas lima kedusunan yaitu Kemang, Jolok, Sindangjaya, Ciherang, dan Gunung Batu. Disebelah utara desa ini berbatasan dengan Desa Cimacan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukatani, sebelah timur dengan Desa Sindanglaya, dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi (Taman Nasional Gede Pangrango). Desa Sukatani yang memiliki luas wilayah 376 hektar ini terdiri dari empat kedusunan yaitu Pasir Kampung, Barukupa, Kayumanis serta Gunung Putri. Desa Sukatani berbatasan dengan Desa Sindangjaya di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Cipendawa, sebelah selatan dengan Desa Cipanas, dan di bagian barat berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Gede Pangrango (Kabupaten Sukabumi).

33 Kedua desa ini dilalui jalan raya utama yang menghubungkan Ibukota Propinsi Jawa Barat (Bandung) dengan Ibukota Negara Indonesia (Jakarta). Jarak Desa Sindangjaya dari pusat pemerintahan kecamatan adalah dua kilometer, serta jarak Desa Sukatani dari pusat pemerintahan kecamatan adalah enam kilometer. Sedangkan jarak dengan Ibukota Kabupaten adalah 18 kilometer untuk Desa Sindangjaya dan 17 kilometer untuk Desa Sukatani. Lokasi kedua desa ini berjarak sekitar 100 kilometer dari Ibukota Propinsi Jawa Barat (Bandung) dan 90 kilometer dari Ibukota Negara Indonesia (DKI Jakarta).

Desa Sindangjaya serta Sukatani merupakan desa di daerah dataran tinggi yang terletak pada ketinggian 1.100-1.350 meter dpl. Kisaran suhu pada Desa Sindangjaya antara 250C-300C dan Desa Sukatani memiliki kisaran suhu 200C- 240C. Banyaknya curah hujan yang diterima adalah 3.000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan pertahun rata-rata 186 hari. Jenis tanah di Desa Sindangjaya adalah andosol dan regosol, dengan kemiringan tanah antara 00-300 dan pH tanah 5,5 – 7,5. Berdasarkan letak dan kondisi geografis di atas, wilayah seperti ini sangat cocok untuk budidaya sayuran, diantaranya wortel dan bawang daun.

Jumlah penduduk di Desa Sindangjaya adalah 12.877 jiwa dengan jumlah penduduk pria 5.906 jiwa dan jumlah penduduk wanita sebanyak 6.971 jiwa yang terdapat dalam 5.840 kepala keluarga. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di desa ini adalah sebagai petani. Selain sebagai petani, mata pencaharian penduduk di desa ini adalah sebagai karyawan, wiraswasta, pertukangan, buruh tani, dan pensiunan (Desa Sindangjaya, 2009).

Desa Sukatani memiliki jumlah penduduk 11.164 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk wanita sebanyak 5.398 jiwa dan penduduk laki-laki sebanyak 5.766 jiwa. Jumlah kepala keluarga yang terdapat di desa ini sebanyak 3129 KK. Adapun sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Sukatani sama seperti penduduk Desa Sindangjaya yaitu sebagai petani. Namun, ada pula yang bermata pencaharian sebagai buruh tani, swasta, wiraswasta, pegawai negeri, montir, sopir, ojek, dan TNI/POLRI (Desa Sukatani, 2009).

Sebagian besar penduduk di Desa Sindangjaya hanya menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat SD yaitu sebanyak 5.022 orang. Sebanyak 3.879 orang tidak tamat SD, tamatan SMP sebanyak 1.041 orang dan tamatan SMA

34 sebanyak 915 orang. Adapun penduduk Desa Sindangjaya yang menamatkan pendidikannya hingga perguruan tinggi sebanyak 100 orang. Penduduk Desa Sukatani juga sebagian besar hanya menamatkan pendidikannya hingga tingkat SD yaitu sebanyak 4.257 orang, ada pula yang tidak tamat SD yaitu sebanyak 2.187 orang. Sedangkan tamatan SMP sebanyak 1.053 orang, tamatan SMA sebanyak 418 orang dan lulusan perguruan tinggi sebanyak 297 orang. Hal ini berarti jumlah lulusan perguruan tinggi di Desa Sukatani lebih banyak dibandingkan dengan Desa Sindangjaya (Profil Desa, 2009).

Tabel 8. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sindangjaya dan Sukatani Tahun 2009

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)

Desa Sindangjaya Desa Sukatani

Tidak Tamat SD 3.879 2.187 SD 5.022 4.257 SMP 1.041 1.053 SMA 915 418 Perguruan Tinggi 100 297 Jumlah 10.957 8.212

Sumber: Data Profil Desa Sindangjaya dan Desa Sukatani (2009)

Kegiatan pertanian khususnya usahatani di kedua desa didukung oleh kondisi tanah dengan struktur gembur dan beremah. Hal ini menyebabkan tanaman dapat tumbuh dengan subur. Pengairan dilakukan dengan mengalirkan air dari mata air ke selokan di sekitar kebun melalui pipa yang disambung dan diatur dari kolam-kolam penampungan. Namun, belum semua lahan dapat dilalui oleh pipa-pipa ini, sehingga petani masih ada yang mengandalkan air dari hujan, demikian pula pada musim kemarau ketika pasokan air berkurang.

Tanaman yang sebagian besar diusahakan pada dua desa ini adalah sayuran. Komoditi utamanya adalah wortel dan bawang daun. Selain kedua komoditi tersebut, petani juga membudidayakan berbagai jenis sayur lainnya terutama sayuran dataran tinggi. Kegiatan usahatani dilakukan dengan dua sistem yaitu monokultur dan tumpangsari. Namun, sebagian besar petani melakukan

35 kegiatan usahatani dengan sistem tumpangsari. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir risiko kerugian sehingga dapat meningkatkan pendapatan.

Rata-rata petani yang melakukan sistem tumpangsari menanam empat komoditi dalam satu kali tanam. Penentuan jenis tanaman biasanya didasarkan pada kemampuan musim dan perkiraan harga jual. Tanaman yang biasa dimanfaatkan untuk tumpangsari diantaranya wortel, bawang daun, lobak, caisim, kailan, bit, daun ketumbar, horinso, dan tangoh. Dalam setahun sebagian besar petani di kedua desa melakukan penanaman sebanyak tiga kali, sehingga dapat dikatakan bahwa di kedua desa terdapat tiga kali musim tanam dalam satu tahun.

5.1.3 Sarana dan Prasarana Pendukung Pertanian di Kawasan Agropolitan