• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY PADA PD PACET SEGAR, KECAMATAN CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY PADA PD PACET SEGAR, KECAMATAN CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY

PADA PD PACET SEGAR, KECAMATAN CIPANAS,

KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

ASHABUL YAMIN H34104022

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(2)

RINGKASAN

ASHABUL YAMIN. Analisis Risiko Produksi Tomat Cherry Pada PD Pacet Segar , Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI)

Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan oleh seluruh kalangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan jasmaninya. Pertanian terbagi atas tiga sub sektor yaitu perkebunan, tanaman pangan, dan hortikultura. Holtikultura menjadi salah satu pusat perhatian karena berdasarkan data ekspor impor tahun 2008 dan 2009 menunjukkan bahwa sub sektor hortikultura mengalami peningkatan dalam hal impor. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pasokan hortikultura dari dalam negeri dan tingginya minat masyarakat dalam mengkonsumsi produk impor. Sayuran adalah salah satu produk hortikultura. Sayuran memiliki karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya. Komoditi ini memiliki risiko yang cukup besar yang menyebabkan ketergantungan antara pasar dengan konsumen dan produsen. Sayuran merupakan salah satu bahan makanan penting serta relatif murah dan cukup tersedia di Indonesia, yang memiliki kondisi agroklimat sesuai untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Kandungan vitamin dan mineral yang lengkap serta bervariasi juga banyak mengandung serat menyebabkan sayuran dapat dijadikan sebagai bahan makanan bergizi yang dapat menunjang kesehatan (Rahardi et al. 2001).

Pengelolaan usaha pertanian khususnya budidaya sayuran dihadapkan pada risiko produksi. Salah satu jenis sayurannya adalah tomat cherry. Budidaya tomat cherry dihadapkan pada risiko produksi. Risiko produksi ini disebabkan oleh beberapa faktor sehingga terjadinya fluktuasi produksi setiap periodenya. Oleh karena itu, pelaku bisnis diharapkan dapat meminimalisir risiko tersebut agar dapat memperoleh keuntungan sesuai yang diharapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar, (2) Menganalisis probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko produksi tomat cherry terhadap pendapatan PD Pacet Segar, (3) Menganalisis alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh usaha budidaya tomat cherry pada PD Pacet Segar.

Penelitian ini dilaksanakan di PD Pacet Segar Cianjur. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret – Mei 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Proses wawancara dan pengisian kuisioner dilakukan terhadap pimpinan yang sekaligus penanggung jawab produksi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari skripsi, jurnal, Departemen Pertanian, Biro Pusat Statistik, buku-buku pendukung dalam penyusunan skripsi.

Hasil analisis risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar ditemukan lima sumber risiko produksi yaitu pengaruh cuaca, hama, penyakit, kualitas bibit, dan sumber daya manusia. Sumber risiko pengaruh cuaca memiliki probabilitas dan dampak paling besar diantara sumber-sumber risiko lainnya. Probabilitas dari

(3)

iii sumber risiko ini adalah 44 persen dan nilai dampaknya yang dihitung dengan metode VaR dengan tingkat kepercayaan 95 persen adalah Rp 9.722.492,00. Nilai probabilitas dan dampaknya berurutan setelah sumber risiko perubahan cuaca adalah kualitas bibit, penyakit, hama, dan sumber daya manusia.

Setelah dilakukan identifikasi terhadap sumber-sumber risiko, maka dilakukan pemetaan risiko yang akhirnya didapatkan alternatif strategi penanganan terhadap sumber risiko tersebut. Sumber risiko yang penanganannya dengan strategi preventif adalah penyakit, pengaruh cuaca, dan kualitas bibit. Sumber risiko ini berada pada kuadran I dan II yang mana memiliki probabilitas yang tinggi. Sumber risiko yang dilakukan penanganan dengan strategi mitigasi adalah kualitas bibit dan perubahan cuaca. Sumber risiko tersebut memiliki probabilitas dan dampak yang besar.

Strategi penanganan risiko yang diusulkan untuk sumber risiko pengaruh cuaca adalah melakukan budidaya dengan menggunakan greenhouse, sehingga probabilitas dan dampak risiko dapat diminimalkan. Budidaya dengan meggunakan greenhouse dapat meminimalkan kematian tanaman yang disebabkan oleh perubahan cuaca dan juga meminimalkan sumber risiko lainnya seperti serangan hama dan penyakit dan meningkatkan produktivitas tanaman tomat.

Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak manajemen perusahaan, strategi penanganan terhadap sumber risiko kualitas bibit dilakukan dengan melakukan kerja sama dengan ICDF dalam menghasilkan bibit yang berkualitas dan juga pihak perusahaan khususnya penanggung jawab prosuksi ikut mempelajari bagaimana melakukan pembenihan tomat cherry yang baik. Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap bibit dari ICDF, karena bibit tomat cherry tidak dijual di pasaran.

Penanganan terhadap sumber risiko yang disebabkan oleh penyakit dilakukan dengan melakukan penyemprotan fungisida ganda, khususnya pada musim hujan. Penyemprotan ini bertujuan agar tanaman tidak mudah terserang penyakit, khususnya penyakit layu fusarium. Selain itu, penanganan juga dilakukan dengan pembuatan drainase yang bagus dan bedengan dengan tinggi 25–30 cm dari permukaan tanah. Pembuatan bedengan yang tinggi ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban tanah sehingga tanaman tidak terjangkit penyakit layu fusarium.

(4)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY

PADA PD PACET SEGAR, KECAMATAN CIPANAS,

KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

ASHABUL YAMIN H34104022

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(5)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Tomat Cherry pada PD Pacet Segar Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat Nama : Ashabul Yamin

Nrp : H34104022

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Narni Farmayanti, M.Sc.

NIP. 19630228 199003 2 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Tomat Cherry pada PD Pacet Segar, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2012

Ashabul Yamin H34104022

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Provinsi Sumatera Barat tepatnya di Kota Payakumbuh pada tanggal 18 November 1988 sebagai putera dari Bapak Syahrial dan Ibu Nelia Irawati. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Islam Raudhatul Jannah, kota Payakumbuh dan lulus pada tahun 1995. Melanjutkan pendidikan sekolah dasar (SD Islam Raudhatul Jannah, kota Payakumbuh) dan selesai pada tahun 2001. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat menengah pada tahun 2004 di MTsN Limbanang, Kecamatan Suliki Gunung Mas, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat. Pada tahun 2007 penulis dapat menyelesaikan pendidikan tingkat atas pada SMAN 1 Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Pada tahun yang sama (2007) penulis kemudian melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Direktorat Program Diploma IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan lulus pada tahun 2010. Tahun 2010 penulis melanjutkan studi ke jenjang strata satu dan diterima sebagai mahasiswa Alih Jenis Agribisnis Institut Pertanian Bogor.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Tomat Cherry pada PD Pacet Segar, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko produksi tomat cherry yang dihadapi oleh PD Pacet Segar. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2012

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kapada Allah, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk meberikan nasehat, masukan dan ilmunya selama penulisan skripsi.

2. Eva Yolynda Aviny, SP. MM dan Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan waktu, bimbingan selama perkuliahan pada Program Alih Jenis Agribisnis Institut Pertanian Bogor.

3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan ilmu, kritik, masukan, dan saran untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

4. Dra. Yusalina, MS sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan ilmu, kritik, masukan, dan saran untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

5. Tintin Sarianti, SP. MM sebagai dosen evaluator yang telah memberikan saran, kritik, dan masukan untuk perbaikan penulisan proposal penelitian. 6. Ayahanda Syahrial dan Ibunda Nelia Irawati serta keluarga besar atas

perhatian, kasih sayang, doa, dan semangat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Friska J Kembaren sebagai pembahas yang teelah memberikan masukan kepada penulis.

8. Seluruh pihak PD Pacet Segar atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

9. Leo J.E. Nugroho, Ak., CFE. sebagai Pimpinan LPP Pengadaan Intens dan seluruh keluarga besar LPP Pengadaan Intens yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

10. Bona Pinto, SE. terima atas waktu dan bimbingannya selama penulisan skripsi ini.

(10)

11. Teman-teman seperjuangan program Alih Jenis Agribisnis angkatan 1 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi dan seluruh pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang ikut andil membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

Bogor, Juli 2012

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 5 1.3. Tujuan Penelitian ... 6 1.4. Manfaat Penelitian ... 7 II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry ... 8

2.2 Penelitian Terdahulu ... 8

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 13

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 13

3.1.1 Konsep Risiko ... 13

3.1.2. Jenis dan Sumber Risiko ... 14

3.1.3 Analisis Risiko... 15

3.1.4 Manajemen Risiko ... 17

3.2 Teknik Pemetaan ... 19

3.3 Kerangka Pemikiran Operasional ... 21

IV METODE PENELITIAN ... 22

4.1 Lokasi dan waktu ... 22

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 22

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 22

4.4 Metode Analisis Data ... 23

4.4.1 Analisis Deskriptif ... 24

4.4.2 Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko ... 24

4.4.3 Analisis Dampak Risiko ... 25

4.4.4 Pemetaan Risiko ... 26

4.4.5 Penanganan Risiko ... 27

V KERAGAAN PERUSAHAAN ... 29

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 29

5.2 Lokasi Perusahaan ... 31

5.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 32

5.4 Deskripsi Kegiatan Bisnis ... 34

5.4.1 Pengadaan Input ... 34

5.4.2. Proses Produksi ... 35

5.4.3 Pemasaran ... 36

5.4.5 Deskripsi Keuangan Perusahaan ... 37

5.5. Deskripsi Sumber Daya Perusahaan... 37

5.5.1 Sumber Daya Fisik ... 37

(12)

xii

5.5.3. Sumber Daya Manusia ... 38

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY ... 40

6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko ... 40

6.2 Analisis Probabilitas Risiko Produksi ... 45

6.3 Analisis Dampak Risiko Produksi ... 52

6.4 Pemetaan Risiko Produksi ... 58

6.5 Strategi Penanganan Risiko Produksi ... 61

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

7.1 Kesimpulan ... 66

7.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 69

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Ekspor Impor Komoditas Pertanian Indonesia

Tahun 2008 – 2009 ... 1

2. Produksi Sayuran di Jawa Barat Tahun 2000 – 2010 (satuan ton) ... 3

4. Produksi dan Produktivitas Tomat Cherry pada PD Pacet Segar dari Mei 2010 – Februari 2012 ... 5

5. Jenis, Sumber Data dan Metode Analisis yang Digunakan Dalam Penelitian ... 23

6. Sumber Daya Fisik PD Pacet Segar Tahun 2012 ... 37

7. Peralatan Budidaya yang digunakan oleh PD Pacet Segar ... 38

8. Hasil Perhitungan Probabilitas Sumber-Sumber Risiko Produksi Budidaya Tomat Cherry pada PD Pacet Segar ... 46

9. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Perubahan Cuaca ... 46

10. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Kualitas Bibit ... 48

11. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Penyakit ... 49

12. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Hama ... 50

13. Analisis Probabilitas Sumber Risiko Sumber Daya Manusia ... 51

14. Analisis Dampak Sumber Risiko Perubahan Cuaca ... 53

15. Analasis Dampak Sumber Risiko Kualitas Bibit ... 54

16. Analisis Dampak Sumber Risiko Penyakit ... 55

17. Analisis Dampak Sumber Risiko Hama... 56

18. Analisis Sumber Risiko Sumber Daya Manusia ... 57

19. Dampak dari Masing-Masing Sumber Risiko Produksi ... 58

20. Status Risiko untuk Setiap Sumber Risiko Produksi ... 59

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Hubungan Antara Varian Return dengan Expected Return dan

Utilitas dengan Marginal Utility. ... 16

2. Hubungan Risiko dengan Return ... 17

3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan ... 18

4. Peta Risiko ... 20

5. Alur Kerangka Pemikiran Operasional ... 21

6. Peta Risiko ... 26

7. Preventif Risiko ... 27

8. Mitigasi Risiko ... 28

9. Struktur Organisasi PD Pacet Segar Tahun 2012 ... 32

10. White Fly pada Daun Tomat ... 42

11. Serangan Leafminer pada Daun Tomat ... 42

12. Hasil Pemetaan Sumber-Sumber Risiko Produksi ... 60

13. Penangaan Risisko dengan Strategi Preventif ... 64

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Produksi Tomat Cherry (2000 tanaman/periode) selama 10

Periode Terakhir (satuan kg) ... 70 2. Besarnya Kehilangan Produksi yang Disebabkan oleh

Masing- Masing Sumber Risiko ... 71 3. Kehilangan Produksi Tomat Cherry yang Disebabkan

Perubahan Cuaca ... 72 4. Kehilangan Produksi yang disebabkan Penyakit ... 73 5. Kehilangan Produksi yang Disebabkan Sumber Risiko Hama .. 74 6. Proses Budidaya Tomat Cherry pada PD Pacet Segar ... 75

(16)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan oleh seluruh kalangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan jasmaninya. Salah satu sektor pertanian yang menjadi pusat perhatian adalah sub sektor hortikultura. Hal ini disebabkan komoditi hortikultura satu-satunya yang volume impornya meningkat dari tahun 2008 ke tahun 2009.

Tabel 1. Perkembangan Ekspor Impor Komoditas Pertanian Indonesia Tahun 2008 – 2009 No Sub Sektor 2008 (US$000) 2009 (US$000) Perkembangan (%) 1 Tanaman Pangan Ekspor 348.883 321.261 -8,60 Impor 3.526.957 2.737.862 -28,82 2 Hortikultura Ekspor 433.921 379.739 -14,27 Impor 926.045 1.077.463 14,05 3 Perkebunan Ekspor 27.369.363 21.581.669 -26,82 Impor 4.535.918 3.949.191 -14,86 Sumber : Departemen Pertanian, 2011 (diolah)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan nilai impor dari tahun 2008 sampai tahun 2009 untuk setiap sub sektor pertanian cenderung menurun, hal ini juga diikuti oleh penurunan nilai ekspor. Berbeda dengan sub sektor hortikultura mengalami peningkatan nilai impor sebesar 14,05 persen. Peningkatan impor di sub sektor hortikultura ini perlu dilakukan analisis, untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan impor tersebut. Peningkatan impor tersebut selain disebabkan karena permintaan konsumen domestik yang lebih menyukai produk luar negeri, juga disebabkan ketidakmampuan dalam memproduksi produk-produk hortikultura, seperti produksi menurun dan terjadinya gagal panen.

Sub sektor hortikultura terbagi atas sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Beberapa produk hortikultura seperti sayuran,

(17)

buah-2 buahan, dan tanaman biofarmaka sangat berguna bagi kebutuhan tubuh seperti sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan. Oleh karena itu produk-produk hortikultura perlu ditingkatkan maupun dikembangkan selain untuk memenuhi permintaan konsumen yang semakin meningkat juga karena berpotensi dalam meningkatkan penghasilan.

Sayuran adalah salah satu produk hortikultura. Sayuran memiliki karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya. Komoditi ini memiliki risiko yang cukup besar yang menyebabkan ketergantungan antara pasar dengan konsumen dan produsen. Sayuran merupakan salah satu bahan makanan penting serta relatif murah dan cukup tersedia di Indonesia, yang memiliki kondisi agroklimat sesuai untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Kandungan vitamin dan mineral yang lengkap serta bervariasi juga banyak mengandung serat menyebabkan sayuran dapat dijadikan sebagai bahan makanan bergizi yang dapat menunjang kesehatan (Rahardi et al. 2001).

Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil komoditi sayuran di Indonesia. Dengan dukungan kondisi alamnya, Jawa Barat menjadi salah satu sentra produksi sayuran di Indonesia. Daerah Jawa Barat memproduksi beberapa jenis sayuran diantaranya adalah tomat, wortel, kentang, kol, bawang merah, dan bawang putih. Berdasarakn data yang diperoleh dari Departemen Pertanian, dari keenam komoditi diatas, hanya komoditi tomat yang produksinya relatif meningkat setiap tahun, yaitu 1,31 persen per tahun. Peningkatan produksi ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu peningkatan luas lahan yang dipanen dan peningkatan produktivitas tanaman. Berdasarkan data statistik Departemen Pertanian, peningkatan produksi tomat di daerah Jawa Barat disebabkan oleh produktivitas tomat dari tahun 2000 – 2010, yaitu dari 21,5 ton/ha pada tahun 2000 menjadi 30,5 ton/ha pada tahun 2010. Data produksi keenam jenis sayuran tersebut dari tahun 2000 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.

(18)

3

Tabel 2. Produksi Sayuran di Jawa Barat Tahun 2000 – 2010 (satuan ton) Tahun Tomat Wortel Kentang Kol

(Kubis) Bawang Merah Bawang Putih 2000 291.036 157.830 462.800 501.381 122.389 1.374 2001 264.894 153.854 385.618 490.449 103.326 177 2002 313.926 144.703 363.327 431.208 96.619 1.311 2003 261.493 182.683 375.167 438.091 120.219 1.415 2004 240.605 203.591 418.230 454.815 121.194 1.331 2005 286.285 215.177 359.891 434.576 118.795 579 2006 241.091 192.964 349.158 351.092 112.964 751 2007 267.220 130.659 337.368 369.517 116.142 549 2008 269.404 136.378 292.253 280.362 116.929 460 2009 309.653 128.253 320.542 298.332 123.587 10 2010 304.774 113.576 275.101 286.647 116.396 73 2011 354.832 115.296 220.155 270.780 101.273 892 % rata-rata pertumbuhan 1,31 - 2,07 - 4,59 - 4,89 - 0,04 101,78

Sumber : Deptan, 2012 (diolah)

Data pada Tabel 2 merupakan data produksi tomat secara keseluruhan. Berdasarkan bentuknya, tomat dibedakan menjadi lima, yaitu :

1. Tomat biasa (Lycopersicum esculentum Mill, var. Commune Bailey). Berbentuk bulat pipih tidak teratur, sedikit beralur terutama di dekat tangkai. Tomat jenis ini banyak ditemui di pasar-pasar lokal.

2. Tomat apel/pir (Lycopersicum esculentum Mill, var. Pyriforme Alef). Berbentuk bulat seperti buah apel atau pir.

3. Tomat kentang atau tomat daun lebar (Lycopersicum esculentum Mill, var. Grandifolium Bailey). Berbentuk bulat besar, padat dan kompak. Ukuran buahnya lebih besar dibandingkan tomat apel.

4. Tomat tegak (Lycopersicum esculentum Mill, var. Validum Bailey). Buahnya berbentuk agak lonjong dan teksturnya keras. Sementara itu, daunnya rimbun, berbentuk keriting, berwarna kelam. Pertumbuhan tanaman agak tegak dengan percabangan mengarah ke atas

(19)

4 5. Tomat cherry (lycopersicum esculentum Mill, var. Cerasiforme Alef). Buahnya berukuran kecil berbentuk bulat atau bulat memanjang. Warnanya merah atau kuning. Tomat mungil ini berasal dari Ekuador atau Peru.

Diantara kelima jenis tomat di atas, tomat cherry memiliki keunggulan ekonomis dibandingkan tomat jenis lain. Keunggulan terletak pada harga jual yang tinggi dan relatif stabil. Perusahaan/petani yang membudidayakan tomat cherry sedikit, karena benihnya tidak dijual umum dipasaran, sehingga harga jual tomat cherry relatif stabil, karena tidak pernah terjadi panen raya atau panen secara besar-besaran seperti tomat sayur. Harga jual tomat cherry dalam periode 2 tahun terakhir berkisar antara Rp 7.500,00 – Rp 8.500,00 per kg (PD Pacet Segar 2012).

Teknologi budidaya yang digunakan dalam membudidayakan tomat cherry yaitu secara konvensial dan greenhouse. Tomat cherry merupakan salah satu jenis tomat yang lebih banyak dibudidayakan dengan sistim hidroponik di greenhouse

karena hama dan penyakit tanaman dapat dikendalikan sehingga dapat meminimalisir tanaman terserang hama dan penyakit. Namun untuk membudidayakan secara hidroponik itu harus memiliki keahlian khusus dan membutuhkan investasi yang sangat besar, sehingga beberapa perusahaan/petani yang memiliki modal yang tidak terlalu besar lebih memilih membudidayakan tomat cherry dengan sistim konvensional.

PD Pacet Segar yang berlokasi di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu perusahaan yang membudidayakan tomat cherry. Selain PD Pacet Segar, PT Saung Mirwan juga membudidayakan tomat cherry di kawasan Cipanas. Namun kedua perusahaan ini membudidayakan tomat cherry dengan sistim yang berbeda. PT Saung Mirwan membudidayakan tomat cherry dengan sistim hidroponik menggunakan greenhouse, sedangkan PD Pacet Segar membudidayakannya dengan sistim konvensional. Membudidayakan tomat cherry dengan sistim konvensional tidak berbeda dengan membudidayakan tomat jenis lain.

Budidaya tomat cherry secara konvensional ini sangat bergantung dengan alam sehingga menyebabkan fluktuasi produktivitas tomat cherry. Adanya

(20)

5 fluktuasi tersebut, maka diidentifikasi perusahaan menghadapi risiko produksi dalam membudidayakan tomat cherry.

1.2. Perumusan Masalah

PD Pacet Segar yang berlokasi di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat merupakan satu-satunya perusahaan yang membudidayakan tomat cherry dengan sistim konvensional. Dalam satu siklus produksi, tomat cherry yang dibudidayakan adalah 2000 tanaman. Dalam melakukan budidaya, perusahaan menghadapi risiko produksi. Berdasarkan informasi dari pihak manajemen perusahaan, risiko produksi berpengaruh signifikan terhadap penerimaan perusahaan, namun penanganan terhadap risiko belum dilaksanakan dengan baik, hal ini terbukti dari produksi yang masih berfluktuasi. Data produksi dan produktifitas tomat cherry 10 periode terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Tomat Cherry pada PD Pacet Segar dari Mei 2010 – Februari 2012 Periode Waktu Produksi 2000 tanaman (kg) Produktivitas (kg/tanaman) 1 Mei - Agustus 2010 3184 1,59 2 Juli - Oktober 2010 4538 2,27 3 September - Desember 2010 2095 1,05 4 November 2010 - Februari 2011 1268 0,63 5 Januari - April 2011 540 0,27 6 Maret - Juni 2011 2168 1,08 7 Mei - Agustus 2011 3520 1,76 8 Juli - Oktober 2011 5304 1,66 9 September - Desember 2011 2360 1,18 10 November 2011 - Februari 2012 626 0,31 Sumber : PD Pacet Segar, Februari 2012

Berdasarkan data pada Tabel 4, produksi dan produktivitas tomat cherry pada PD Pacet Segar mengalami fluktuasi dalam 10 periode terakhir (Mei 2010 – Februari 2012). Namun pada kenyataannya produktivitas tomat cherry pada PD Pacet Segar mengalami penurunan pada musim tanam tertentu. Budidaya tomat cherry dilakukan dengan sistim pola tanam dengan tujuan panen dapat kontinu setiap tiga hari sekali. Pengaturan pola tanam ini dilakukan setiap selang dua bulan sekali karena proses budidaya tomat cherry sebelum dimulai proses tanam

(21)

6 adalah dua bulan. Selanjutnya proses pemanenan juga dilakukan selama dua bulan dengan jangka waktu pemanenan tiga hari sekali atau dua kali dalam satu minggu. Pemanenan pada kondisi normal dilakukan sebanyak 15 kali penen. Produktivitas normal untuk tomat cherry yang dibudidayakan secara konvensional adalah 1,5 – 2,5 kg/tanaman (kasie produksi PD Pacet Segar). Fluktuasi ini menunjukkan adanya risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan. Risiko produksi yang dihadapi memiliki dampak bagi perusahaan. Dampak tersebut bisa berdampak positif maupun negatif. Untuk itu maka perlu dilakukan analisis terhadap peluang dan dampak dari sumber risiko tersebut terhadap pendapatan perusahaan.

Besarnya peluang dan dampak sumber risiko terhadap pendapatan menuntut perusahaan untuk lebih bijaksana dalam mengambil keputusan untuk mengatasi risiko agar perusahaan dapat berproduksi optimal dan memperoleh keuntungan.

Dengan mempertimbangkan kondisi yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Apa saja sumber-sumber risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet

Segar?

2. Berapa besar probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi tomat cherry terhadap penerimaan PD Pacet Segar?

3. Bagaimana alternatif strategi yang diterapkan dalam mengatasi risiko produksi tomat cherry yang dihadapi oleh PD Pacet Segar?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar.

2. Menganalisis probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko produksi tomat cherry terhadap penerimaan PD Pacet Segar.

3. Menganalisis alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh usaha budidaya tomat cherry pada PD Pacet Segar.

(22)

7

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, diantaranya :

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan bisnis, sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, sehingga penelitian selanjutnya dapat menganalisis lebih baik lagi khususnya penulisan ilmiah tentang risiko produksi tomat cherry.

(23)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry

Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh liar di Ekuador dan Peru, dan telah menyebar luas di seluruh dunia, dan di beberapa negara tropis menjadi berkembang secara alami (Harjadi 1989). Tomat cherry memiliki beberapa varietas diantaranya adalah Royal Red Cherry yang berdiameter 3.1 - 3.5 cm dan Short Red Cherry yang berdiameter 2 - 2.5 cm,

Oregon Cherry yang diameternya 2.5 - 3.5 cm dengan bobot 10 - 20 g, serta

Golden Pearl yang bobotnya 8 - 10 g dan Season Red yang bobotnya 25 g diproduksi oleh Known You Seed di Taiwan (Cahyono 2008)

Tomat merupakan tanaman perdu semusim, berbatang lemah dan basah. Daunnya berbentuk segitiga. Bunganya berwarna kuning. Buahnya buah buni, hijau waktu muda dan kuning atau merah waktu tua. Berbiji banyak, berbentuk bulat pipih, putih atau krem, kulit biji berbulu. Perbanyakan dengan biji kadang-kadang dengan setek batang cabang yang telah tua. Tomat secara umum dapat ditanam di dataran rendah, medium, dan tinggi, tergantung varietasnya. Namun, kebanyakan varietas tomat hasilnya lebih memuaskan apabila ditanam di dataran tinggi yang sejuk dan kering sebab tomat tidak tahan panas terik dan hujan. Suhu optimal untuk pertumbuhannya adalah 23° C pada siang hari dan 17° C pada malam hari. Tanah yang cocok untuk tanaman ini adalah tanah itu banyak mengandung humus, gembur, sarang, dan berdrainase baik. Sedangkan keasaman tanah yang ideal untuknya adalah netral, yaitu sekitar 6-7.

Proses budidaya tomat cherry tidak berbeda dengan budidaya tomat jenis lain, yaitu dimulai dari persiapan media tanam, pemeliharaan pembibitan/ penyemaian, pemindahan bibit / transplanting, persiapan media tanam, teknik penanaman dan penentuan pola tanam, pemeliharaan tanaman, hama dan penyakit tanaman dan panen.

2.2 Penelitian Terdahulu

Risiko merupakan kemungkinan kejadian yang akan menimbulkan dampak kerugian. Dalam menjalankan suatu bisnis, setiap keputusan selalu

(24)

9 mengandung risiko. Oleh sebab itu kejelian menanggapi dan meminimalisir risiko merupakan sesuatu yang harus dilakukan setiap perusahaan. Terutama agribisnis yang merupakan usaha dengan makhluk hidup sebagai objek usaha yang sangat membutuhkan penanganan risiko yang efektif. Sumber-sumber risiko pada usaha produksi pertanian sebagian besar berasal dari faktor-faktor teknis seperti perubahan suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis dari tenaga kerja.

Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis risiko pada komoditi hortikultura seperti Purwanti (2011), Situmeang (2011), Cher (2011), Parengkuan (2011), Ginting (2009), Tarigan (2009), dan Wisdya (2009) yang masing masing menemukan sumber risiko pada produksi sayuran hidroponik, cabai merah keriting, sayuran organik, jamur putih, jamur tiram, dan Anggrek Phaleonopsis.

Risiko produksi pada umumnya meliputi teknik budidaya, human error, serangan hama dan penyakit tanaman, gangguan teknologi irigasi (hidroponik) dan cuaca/iklim yang tidak pasti.

Hasil penilaian risiko dengan menggunakan ukuran coeffisient variation

(Purwanti 2011) adalah 0,28 yang artinya untuk setiap satu kilogram hasil yang diperoleh akan mengalami risiko sebesar 0,28 kg. Perhitungan expected return sebesar 4,67 yang artinya perolehan hasil sebanyak 4,67 kg/m2.

Situmeang (2011) memperoleh perhitungan coefficient variation besaran risiko yang dihadapi oleh petani Pondok Menteng dalam usahatani cabai merah keriting yaitu 0,5, artinya untuk setiap satu kilogram cabai merah keriting yang dihasilkan akan mengalami risiko sebesar 0,5 kg pada saat terjadi risiko produksi. Oleh karena itu dalam manajemen risiko, setelah mengidentifikasi sumber risiko dan melakukan pengukuran risiko maka dilakukan penanganan terhadap risiko. Strategi pengelolaan risiko tanaman cabai merah keriting yang dilakukan meliputi dua hal yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yaitu dengan melakukan perawatan secara rutin dan terencana mulai dari penyemaian sampai panen. Strategi mitigasi yakni diversifikasi tidak begitu menguntungkan karena dari hasil perhitungan portofolio besaran risiko yang dihasilkan sama yaitu sebesar 0,5.

(25)

10 Berdasarkan hasil perbandingan risiko yang telah dilakukan (Cher 2011) dapat dikatakan bahwa dari seluruh kegiatan usahatani, tingkat risiko paling tinggi berdasarkan produktivitas adalah komoditi brokoli pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,564. Selain itu, juga dapat dilihat bahwa tingkat risiko paling rendah dari keseluruhan kegiatan usaha adalah komoditi wortel pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,241. Tanaman wortel merupakan tanaman yang paling tahan terhadap ancaman kondisi cuaca yang buruk maupun ancaman serangan hama dan penyakit. Selain itu, wortel paling mudah dibudidayakan dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya seperti bayam hijau, caisin, dan brokoli. Tingkat risiko yang paling kecil berdasarkan produktivitas pada komoditi wortel, pada kenyataannya tidak membuat perusahaan hanya mengusahakan sayuran wortel saja. Hal tersebut karena permintaan konsumen terhadap sayuran organik sangat beragam. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan kegiatan portofolio dalam usahataninya. Tingkat risiko produksi yang paling kecil pada kegiatan portofolio berdasarkan produktivitas adalah pada kombinasi komoditi wortel dan caisin dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,273. Dari hasil analisis portofolio tersebut menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi.

Hasil analisis probabilitas dan dampak risiko jamur putih (Parengkuan 2011) menunjukkan bahwa probabilitas dan dampak risiko terbesar ada pada sumber risiko kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log dengan nilai sebesar 45,2 persen, sedangkan perubahan suhu udara merupakan merupakan sumber risiko yang memberikan dampak terbesar dengan nilai Rp 17.053.516,00 Berdasarkan status risiko diperoleh hasil bahwa kesalahan pada saat proses sterilisasi yang paling berisiko dan kemudian secara berurutan diikuti oleh akibat gangguan hama, perubahan suhu udara, dan penyakit.

Penilaian risiko pada jamur tiram (Ginting 2009) diperoleh nilai coefficient variation sebesar 0,32. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh Cempaka Baru, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,32 satuan. Nilai expected return sebesar 0,25. Artinya, usaha Cempaka Baru dapat mengharapkan perolehan hasil sebanyak 0,25 kg per baglog untuk setiap kondisi dalam proses budidaya yang telah diakomodasi oleh perusahaan. Hal

(26)

11 tersebut menunjukkan bahwa kegiatan budidaya jamur tiram putih memberi harapan perolehan hasil produksi sebesar 0,25 kg untuk setiap baglog jamur tiram putih.

Analisis spesialisasi risiko produksi (Tarigan 2009) berdasarkan produktivitas pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah bayam hijau yaitu 0.225 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,225. Sedangkan yang paling rendah adalah cabai keriting yakni 0.048 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,048. Hal ini dikarena bayam hijau sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah cabai keriting yaitu 0.80 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.80. Sedangkan yang paling rendah adalah brokoli yakni 0.16 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.16. Hal ini dikarena penerimaan yang diterima lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan tinggi. Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.

Analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas (Wisdya 2009) pada tanaman anggrek menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone

diperoleh risiko yang paling tinggi adalah tanaman anggrek teknik seedling yaitu sebesar 0,078 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,078.

Pembahasan beberapa penelitian di atas, diperoleh variabel yang menjadi sumber risiko produksi pada komoditas agribisnis khususnya pada produk-produk hortikultura meliputi faktor cuaca, hama dan penyakit tanaman, teknologi budidaya, dan human error. variabel sumber risiko tersebut diduga menjadi sumber risiko pada budidaya tomat cherry pada PD Pacet Segar.

Pengukuran terhadap risiko dilakukan untuk mengukur pengaruh sumber-sumber risiko terhadap suatu kegiatan bisnis melalui penggunaan suatu alat analisis tertentu. Salah satu alat analisis yang digunakan dalam pengukuran risiko adalah koefisien variasi (coefficient variation), ragam (variance) dan simpangan

(27)

12 baku (standard deviation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain, jika nilai ketiga indikator tersebut semakin kecil maka risiko yang dihadapi kecil.

Ketiga alat analisis ini digunakan oleh Purwanti (2011), Cher (2011), Situmeang (2011), Tarigan (2009), Wisdya (2009) dan Ginting (2009) dalam penelitiannya. Berbeda dengan Pinto (2011), Dewiaji (2011), dan Parengkuan (2011) menggunakan perhitungan rata-rata kejadian berisiko, standart deviation,

z-score, probabilitas, dan VaR. Setelah dilakukan perhitungan VaR, selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap sumber-sumber risiko yang akhirnya muncul strategi penanganan terhadap risiko yang dihadapi. Silaban (2011), Widsya (2009), dan Tarigan (2009) menggunakan perhitungan tambahan terhadap nilai

coefficient variation, variance dan standard deviation untuk spesialisasi dan diversifikasi.

Beberapa penelitian terdahulu yang telah dijabarkan di atas merupakan referensi bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Secara umum sumber risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan/petani untuk komoditas hortikultura adalah pengaruh perubahan cuaca, serangan hama, penyakit tanaman, kesalahan teknologi budidaya, dan sumber daya manusia. Dalam pengukuran risiko, alat analisis yang banyak digunakan adalah coefficient variation, variance dan

standard deviation. Namun dalam pengukuran probabilitas dan dampak dari sumber risiko digunakan alat analisis Z-score dan VaR. Berdasarkan referensi penelitian terdahulu, peneliti akan menggunakan alat analisis z-score dan VaR. Setelah diperoleh nilai z-score dan VaR, maka selanjutnya akan dilakukan pemetaan sumber-sumber risiko pada peta risiko dan dilanjutkan dengan perumusan alternatif strategi untuk menangani risiko sehingga tujuan penelitian dapat terjawab.

(28)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Konsep Risiko

Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut diketahui atau dapat diestimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil keputusan untuk mengetahui segala kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan juga peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, hal ini sesuai dengan pendapat Kountur (2008), yaitu ketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa yang akan terjadi. Selanjutnya dijelaskan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan.

Robinson dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan dalam bisnis. Secara umum peluang suatu kejadian dalam kegiatan bisnis dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usahanya. Risiko pada umumnya berdampak negatif terhadap pelaku bisnis. Sedangkan menurut Harwood, et al. (1999), risiko menunjukkan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya.

Basyib (2007) mendefinisikan risiko itu sendiri sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil yang negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tersebut. Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan. Sementara itu kerugian oleh risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian risiko, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian non-finansial.

(29)

14

3.1.2. Jenis dan Sumber Risiko

Menurut Harwood et al (1999), terdapat beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani, yaitu :

1. Risiko produksi

Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia, dan masih banyak lagi.

2. Risiko Pasar atau Harga

Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lain-lain. Sementara itu risiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain harga dapat naik akibat dari inflasi.

3. Risiko Kebijakan

Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain adanya kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha. Dalam artian kebijakan tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut. Contohnya adalah kebijakan tarif ekspor.

4. Risiko Finansial

Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun akibat dari krisis ekonomi dan sebagainya.

Kountur (2006) mengelompokkan jenis risiko berdasarkan sundut pandang. Risiko berdasarkan sudut pandangnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu risiko berdasarkan akibat yang ditimbulkan dan berdasarkan penyebab timbulnya risiko tersebut.

(30)

15 Risiko yang dilihat dari akibat yang ditimbulkan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Risiko spekulatif adalah jenis risiko yang berakibat merugikan atau sebaliknya memberikan keuntungan.

2. Risiko murni adalah jenis risiko yang akibatnya tidak memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dan yang ada hanyalah kerugian.

Pengelompokan risiko berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Risiko Keuangan merupakan jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, dan perubahan tingkat suku bunga.

2. Risiko Operasional merupakan jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor operasional seperti faktor-faktor manusia, teknologi, dan alam.

3.1.3 Analisis Risiko

Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory). Individu diasumsikan untuk bertindak rasional dalam mengambil keputusan bisnis. Alat analisis yang umumnya digunakan dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko yaitu expected utility model. Analisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko dapat menggunakan expected utility model. Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) melainkan kepuasan (utility).

Hubungan fungsi kepuasan dengan pendapatan dan expected return dengan varian return menggambarkan bagaimana perilaku seorang pelaku bisnis dalam mengambil keputusan terhadap risiko yang dihadapi. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

(31)

16

Gambar 1. Hubungan Antara varian Return dengan Expected Return dan Utilitas dengan Marginal Utility.

Sumber : Debertin 1986

Berdasarkan pada Gambar 1, perilaku seseorang pelaku bisnis dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut:

1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk averter) menunjukkan jika U1 diasumsikan kurva isouliti pembuat keputusan maka adanya varian

return yangmerupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan kenaikan retur yang diharapkan. Pada kurva U(y)1 menunjukkan kepuasan

marginal utiliti yang semakin menurun dari pendapatan. Meskipun tambahan pendapatan selalu meningkatkan kepuasan, namun demikian kenaikan kepuasan yang dihasilkan karena kenaikan pendapatan yang mendekati titik original akan lebih besar dari kenaikan kepuasan karena kenaikan pendapatan berikutnya.

2. Pembuat kuputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral) menunjukkan jika U2 diasumsikan kurva isoulatiliti pembuat keputusan maka adanya

kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak akan diimbangi dengan menaikkan returnyang diharapkan. Pada kurva U(y)2

menunjukkan kepuasan marginal utiliti yang tetap terhadap penigkatan pendapatan.

3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker) menunjukkan jika U3 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan maka adanya

kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko akan U(y)1 U(y)2 U(y)3 Utility(U) Y U3 Expected Return VaRian Return U1 U2

(32)

17 diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediannya menerima return yang diharapkan lebih rendah. Sedangkan pada kurva U(y)3 menunjukkan

kepuasan marginal utiliti yang semakin meningkat dari pendapatan.

Fluktuasi harga dan hasil produksi akan menyebabkan fluktuasi pendapatan. Ukuran yang dapat digunakan untuk melihat besarnya risiko yang dihadapi suatu usaha adalah dengan mengetahui terlebih dahulu besar ragamnya (variance) atau simpangan baku (standard deviation) dari pendapatan bersih per periode atau return. Dimana jika risiko tinggi maka return juga akan meningkat ataupun sebaliknya. Hubungan risiko dan return dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2. Hubungan Risiko dengan Return Sumber : Hanafi 2006

Beberapa ukuran risiko yang dapat digunakan adalah nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation. Nilai variance diperoleh dari hasil pendugaan fungsi produksi. Standard deviation diperoleh dari akar kuadrat nilai

variance sedangkan coefficient variation diperoleh dari rasio antara standard deviation dengan expected return (Hanafi 2006).

3.1.4 Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu perlu terlebih dahulu memahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut. Hal ini sesuai dengan defenisi yang ditetapkan oleh (Darmawi 2005).

Return Expected Return

(33)

18 Cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko merupakan defenisi manajemen risiko menurut (Kountur 2008). Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik, segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Selanjutnya Kountur mengatakan dalam menangani risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan, kemudian mengukur risiko-risiko yang telah teridentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkunan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut. Tahap berikutnya yaitu dengan menangani risiko-risiko tersebut yang selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan. Proses pengelolaan risiko perusahaan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber : Kountur 2008

Ada empat cara menangani risiko menurut (Kountur 2008), yaitu dengan cara menerima atau menghadapi risiko, menghindari risiko, mengendalikan risiko dan mengalihkan risiko. Mengendalikan risiko yaitu mengelola risiko dengan meminimalkan risiko melalui pencegahan, sedangkan mengalihkan risiko dapat dilakukan dengan mengalihkan kepada pihak lain seperti asuransi, hedging, leasing, outsourcing dan kontrak.

Evaluasi Penanganan Risiko Pengukuran Risiko Identifikasi Risiko

(34)

19 Melalui asuransi, asset perusahaan yang memiliki dampak risiko yang besar dapat terhindar dari kerugian apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan oleh perusahaan sehingga kerugian tersebut ditanggung oleh pihak asuransi sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh kedua pihak. Sedangkan

leasing merupakan cara dimana asset digunakan oleh perusahaan namun kepemilikannya merupakan milik pihak lain sehingga bila terjadi sesuatu pada asset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas asset tersebut. Outsourcing merupakan suatu cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakannya sehingga bila terjadi kerugian maka pihak tersebut yang menanggung kerugiannya. Pengertian hedging menurut kamus yaitu menutup transaksi jual beli komoditas, sekuritas atau valuta yang sejenis untuk menghindari kemungkinan kerugian karena perubahan harga sedangkan hedging

menurut pasar komoditas adalah proteksi dari risiko kerugian akibat fluktuasi harga

Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi.

3.2 Teknik Pemetaan

Pemetaan risiko terkait dengan dua dimensi yaitu probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi. Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagi

(35)

20 menjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian matriks pada pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 4 .

Gambar 4. Peta Risiko

Sumber : Kountur 2008

Berdasarkan pada Gambar 4, ada empat kuadran utama pada peta risiko. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadangkadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul.

Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan. Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam

Probabilitas (%) Kuadran 1 Kuadran 4 Kuadran 3 Kuadran 2 Dampak (Rp) Tinggi Sedang Rendah Sedang Rendah Tinggi

(36)

21 kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan.

Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.

3.3 Kerangka Pemikiran Operasional

Tomat cherry merupakan salah satu komoditas pertanian yang potensial untuk dikembangkan, khususnya bagi PD Pacet Segar karena memilki nilai eknomis dan tinggi. Namun dalam pelaksanaan proses produksinya menghadapi risiko, salah satunya adalah risiko produksi. Untuk mengetahui tingkat risiko prduksi yang dihadapi oleh perusahaan, maka dilakukan analisis risiko dengan mengkaji faktor penyebab atau sumber risiko produksi. Untuk meminimalkan risiko produksi yang ada, maka dilakukan analisis risiko produksi dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu berupa wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan. Selanjutnya dilakukan analisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang baik dan efektif bagi perusahan PD Pacet Segar. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Tomat Cherry

Fluktuasi produktivitas tomat cherry pada PD Pacet Segar Risiko produksi tomat cherry

Pemetaan Risiko

Alternatif strategi pengelolaan risiko produksi tomat cherry pada Pacet Segar Analisis Risiko

1. Z-score

2. VaR

Analisis Deskriptif (sumber risiko) 1. pengaruh cuaca

2. hama 3. penyakit 4. pemupukan 5. kualitas bibit

(37)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan waktu

Penelitian ini dilakukan di PD Pacet Segar milik Alm Bapak H. Mastur Fuad yang beralamat di Jalan Raya Ciherang no 48 Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan PD Pacet Segar ini merupakan satu-satunya produsen tomat cherry di Kecamatan Cipanas. Pengumpulan data ini dilakukan pada PD Pacet Segar mulai dari bulan Maret sampai dengan April 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data pimer diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan. Untuk memperoleh informasi tentang perusahaan dan alternatif strategi yang diambil untuk menangani risiko adalah pemimpin perusahaan, sedangkan untuk memperoleh informasi tentang budidaya tomat cherry, wawancara dilakukan dengan bagian produksi. Data primer berisikan tentang teknik pengelolaan risiko atau manajemen risiko yang dilakukan oleh perusahaan. Data sekunder diperoleh dari buku, artikel, skripsi, jurnal, serta data-data instansi terkait yang mendukung penelitian seperti Badan Pusat Statistik, Dirjen Hortikultura, Departemen Pertanian, internet, dan literatur yang relevan dengan penelitian.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data primer yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara, diskusi, dan kuisioner dengan phak perusahaan. Observasi dilakukan langsung oleh peneliti dengan pencatatan secara langsung tentang aktifitas produksi dan risiko yang dihadapi dalam produksi tomat cherry. Wawancara akan dilakukan dengan pihak perusahaan yaitu bagian produksi tentang risiko yang biasa muncul/dihadapi oleh perusahaan dalam proses budidaya tomat cherry. Proses pengambilan data dan penentuan responden dilakukan dengan metode judgement/purposive sampling dengan pertimbangan responden memiliki kapabilitas dalam memberikan data-data yang akurat.

(38)

23 Responden merupakan pihak yang berhubungan dan mengetahui dengan jelas tentang produksi tomat cherry dan risiko yang dihadapi perusahaan.

4.4 Metode Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang diperoleh akan dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini. Kedua data ini akan diolah dan dianalisis melalui beberapa metode analisis yang digunakan. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 4. Jenis, Sumber Data dan Metode Analisis yang Digunakan Dalam Penelitian

No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data Metode Analisis

1 Mengidentifikasi sumber-sumber risiko budidaya tomat cherry Kualitatif Wawancara, kuesioner, diskusi Analisis Deskriptif 2 Menganalisis seberapa besar

probabilitas dan dampak risiko produksi pada budidaya tomat cherry Kuantitatif Laporan keuangan dan produksi tomat cherry PD Pacet Segar Analisis Risiko 3 Menganalisis alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi

Kualitatif Wawancara, kuesioner, diskusi

Analisis Deskriptif

Berdasarkan informasi pada Tabel 5, metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis risiko. Analisis risiko digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua, yaitu menganalisis seberapa besar probability dan dampak risiko produksi pada usaha budidaya tomat cherry, data untuk analisis ini menggunakan data kuantitatif. Sumber data kuantitatif adalah laporan keuangan perusahaan dan produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar.. Laporan ini dapat memberikan informasi mengenai data yang dicari, karena penilaian risiko digunakan dengan mengukur nilai penyimpangan terhadap return dari suatu asset. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama dan ketiga, yaitu menganalisis sumber-sumber risiko yang ada pada budidaya tomat cherry dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko

(39)

24 yang dihadapi. Adapun data yang digunakan untuk analisis ini adalah data kualitatif. Sumber data kualitatif diperoleh melalui kuesioner dan wawancara dengan pihak perusahaan

4.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis sumber-sumber risiko dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh perusahaan untuk meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi. Manajemen risiko yang diterapkan berdasarkan pada penilaian perusahaan sebagai pengambil keputusan secara subjektif. Identifikasi ini dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko. Hal tersebut didasarkan pada tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan.

4.4.2 Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi adalah data produksi tomat cherry pada 10 periode terakhir. Menurut (Kountur 2006), langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini dan aplikasinya pada budidaya tomat cherry ini adalah:

1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko (penurunan produksi tomat cherry)

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata penururnan produksi tomat adalah:

x = xi

n i=1

n

Dimana: = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko

xi = Nilai per periode kejadian berisiko

(40)

25

2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko

𝑠 = 𝑥𝑖 − 𝑥

𝑛 𝑖=1

𝑛 − 1

Dimana: s = Standar deviasi dari kejadian berisiko

xi = nilai per periode dari kejadian berisiko = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko

n = Jumlah data

3. Menghitung z-score

𝑧 =𝑥 − 𝑥 𝑠

Dimana: z = Nilai z-score dari kejadian berisiko

x = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko

s = Standar deviasi dari kejadian berisiko

Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z=score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal).

4. Mencari probabilitas terjadinya risiko produksi

Setelah nilai z-score dari budidaya tomat cherry diketahui, maka selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari Tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi tomat cherry yang mendatangkan kerugian.

4.4.3 Analisis Dampak Risiko

Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan budidaya tomat cherry. kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Dalam menghitung VaR terlebih dahulu dihitung jumlah penurunan

(41)

26 produksi tomat cherry setiap periode. Jumlah penurunan tersebut (dari batas normal) kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama dan dikali berat rata-rata yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicarai berapa besar nilai standar deviasi atau penyimpangan. Proses terakhir menetapkan batas toleransi kevalidan dan mencari nilai VaR. Nilai VaR dapat dihitung dengan rumus berikut : (Kountur 2006).

𝑉𝑎𝑅 = 𝑥 + 𝑧 𝑠 𝑛

Dimana: VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko = Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko

z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5%

s = Standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko

n = Banyaknya kejadian berisiko

4.4.4 Pemetaan Risiko

Menurut Kountur 2006, sebelum dapat menangani risiko, hal yang terlebih dahulu perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak, ataupun sebaliknya. Contoh layout peta risiko dapat dilihat pada Gambar 6.

Besar

Kecil

Kecil Besar

Gambar 6. Peta Risiko

Sumber : (Kountur 2006) Probabilitas (%) Kuadran 1 Kuadran 4 Kuadran 3 Kuadran 2 Dampak (Rp)

(42)

27 Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya 20 persen atau lebih dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan kurang dari 20 persen dianggap sebagai kemungkinan kecil (Kountur 2006).

4.4.5 Penanganan Risiko

Berdasarkan hasil pemetaan risiko, maka selanjutnya dapat ditetapkan strategi penanganan risiko yang sesuai. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu:

1. Penghindaran Risiko (Preventif)

Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran 1 akan bergeser menuju kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser menuju kuadran 4 (Kountur 2006). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 7.

Probabilitas(%) Besar

Kecil

Kecil Besar Dampak (Rp) Gambar 7. Preventif Risiko

Sumber : (Kountur 2006) Kuadran 1

Kuadran 4 Kuadran 3

(43)

28 2. Mitigasi Risiko

Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko yang berada pada kuadran 4 bergeser ke kuadran 3. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko (Kountur 2006). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 8.

Probabilitas (%) Besar

Kecil

Kecil Besar Dampak (Rp)

Gambar 8. Mitigasi Risiko

Sumber : (Kountur 2006) Kuadran 1

Kuadran 4 Kuadran 3

Gambar

Gambar 4.     Peta Risiko
Gambar 5.  Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Tomat  Cherry
Gambar 9. Struktur Organisasi PD Pacet Segar Tahun 2012  Tugas dari masing-masing jabatan tersebut adalah :
Tabel  7  Hasil  Perhitungan  Probabilitas  Sumber-Sumber  Risiko  Produksi   Budidaya Tomat Cherry pada PD Pacet Segar

Referensi

Dokumen terkait

Analisis probabilitas dan dampak yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber risiko telah dilakukan. Selanjutnya, dalam manajemen risiko perusahan perlu mengetahui

Proses perhitungan dan pemetaan risiko menunjukkan berapa besar probabilitas, dampak, dan status dari masing-masing sumber risiko. Selanjutnya, tahapan yang

Dari hasil kegiatan spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada tanaman brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh bahwa risiko produksi yang

25 Langkah-langkah yang dilakukan penelitian ini adalah dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebakan risiko produksi seperti, pengaruh hama dan penyakit tanaman,

adventif) yang terdapat pada tanaman tomat cherry yang tumbuh dari

Dari hasil kegiatan spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada tanaman brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh bahwa risiko produksi yang

25 Langkah-langkah yang dilakukan penelitian ini adalah dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebakan risiko produksi seperti, pengaruh hama dan penyakit tanaman,

Sedangkan faktor eksternal yang menjadi peluang adalah kecenderungan konsumen yang membeli tomat ke pasar swalayan semakin banyak, daya beli masyarakat yang meningkat,