• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Tomat Cherry pada PD Pacet Segar Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Tomat Cherry pada PD Pacet Segar Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan oleh seluruh kalangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan jasmaninya. Salah satu sektor pertanian yang menjadi pusat perhatian adalah sub sektor hortikultura. Hal ini disebabkan komoditi hortikultura satu-satunya yang volume impornya meningkat dari tahun 2008 ke tahun 2009.

Tabel 1. Perkembangan Ekspor Impor Komoditas Pertanian Indonesia Tahun 2008 – 2009

No Sub Sektor 2008 (US$000)

2009 (US$000)

Perkembangan (%)

1

Tanaman Pangan

Ekspor 348.883 321.261 -8,60 Impor 3.526.957 2.737.862 -28,82 2

Hortikultura Ekspor 433.921 379.739 -14,27 Impor 926.045 1.077.463 14,05 3

Perkebunan Ekspor 27.369.363 21.581.669 -26,82 Impor 4.535.918 3.949.191 -14,86 Sumber : Departemen Pertanian, 2011 (diolah)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan nilai impor dari tahun 2008 sampai tahun 2009 untuk setiap sub sektor pertanian cenderung menurun, hal ini juga diikuti oleh penurunan nilai ekspor. Berbeda dengan sub sektor hortikultura mengalami peningkatan nilai impor sebesar 14,05 persen. Peningkatan impor di sub sektor hortikultura ini perlu dilakukan analisis, untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan impor tersebut. Peningkatan impor tersebut selain disebabkan karena permintaan konsumen domestik yang lebih menyukai produk luar negeri, juga disebabkan ketidakmampuan dalam memproduksi produk-produk hortikultura, seperti produksi menurun dan terjadinya gagal panen.

(2)

buah-2 buahan, dan tanaman biofarmaka sangat berguna bagi kebutuhan tubuh seperti sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan. Oleh karena itu produk-produk hortikultura perlu ditingkatkan maupun dikembangkan selain untuk memenuhi permintaan konsumen yang semakin meningkat juga karena berpotensi dalam meningkatkan penghasilan.

Sayuran adalah salah satu produk hortikultura. Sayuran memiliki karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya. Komoditi ini memiliki risiko yang cukup besar yang menyebabkan ketergantungan antara pasar dengan konsumen dan produsen. Sayuran merupakan salah satu bahan makanan penting serta relatif murah dan cukup tersedia di Indonesia, yang memiliki kondisi agroklimat sesuai untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Kandungan vitamin dan mineral yang lengkap serta bervariasi juga banyak mengandung serat menyebabkan sayuran dapat dijadikan sebagai bahan makanan bergizi yang dapat menunjang kesehatan (Rahardi et al. 2001).

(3)

3

Tabel 2. Produksi Sayuran di Jawa Barat Tahun 2000 – 2010 (satuan ton) Tahun Tomat Wortel Kentang Kol

(Kubis)

Bawang Merah

Bawang Putih 2000 291.036 157.830 462.800 501.381 122.389 1.374 2001 264.894 153.854 385.618 490.449 103.326 177 2002 313.926 144.703 363.327 431.208 96.619 1.311 2003 261.493 182.683 375.167 438.091 120.219 1.415 2004 240.605 203.591 418.230 454.815 121.194 1.331 2005 286.285 215.177 359.891 434.576 118.795 579 2006 241.091 192.964 349.158 351.092 112.964 751 2007 267.220 130.659 337.368 369.517 116.142 549 2008 269.404 136.378 292.253 280.362 116.929 460 2009 309.653 128.253 320.542 298.332 123.587 10 2010 304.774 113.576 275.101 286.647 116.396 73 2011 354.832 115.296 220.155 270.780 101.273 892

% rata-rata

pertumbuhan 1,31 - 2,07 - 4,59 - 4,89 - 0,04 101,78

Sumber : Deptan, 2012 (diolah)

Data pada Tabel 2 merupakan data produksi tomat secara keseluruhan. Berdasarkan bentuknya, tomat dibedakan menjadi lima, yaitu :

1. Tomat biasa (Lycopersicum esculentum Mill, var. Commune Bailey). Berbentuk bulat pipih tidak teratur, sedikit beralur terutama di dekat tangkai. Tomat jenis ini banyak ditemui di pasar-pasar lokal.

2. Tomat apel/pir (Lycopersicum esculentum Mill, var. Pyriforme Alef). Berbentuk bulat seperti buah apel atau pir.

3. Tomat kentang atau tomat daun lebar (Lycopersicum esculentum Mill, var. Grandifolium Bailey). Berbentuk bulat besar, padat dan kompak. Ukuran buahnya lebih besar dibandingkan tomat apel.

(4)

4 5. Tomat cherry (lycopersicum esculentum Mill, var. Cerasiforme Alef). Buahnya berukuran kecil berbentuk bulat atau bulat memanjang. Warnanya merah atau kuning. Tomat mungil ini berasal dari Ekuador atau Peru.

Diantara kelima jenis tomat di atas, tomat cherry memiliki keunggulan ekonomis dibandingkan tomat jenis lain. Keunggulan terletak pada harga jual yang tinggi dan relatif stabil. Perusahaan/petani yang membudidayakan tomat cherry sedikit, karena benihnya tidak dijual umum dipasaran, sehingga harga jual tomat cherry relatif stabil, karena tidak pernah terjadi panen raya atau panen secara besar-besaran seperti tomat sayur. Harga jual tomat cherry dalam periode 2 tahun terakhir berkisar antara Rp 7.500,00 – Rp 8.500,00 per kg (PD Pacet Segar 2012).

Teknologi budidaya yang digunakan dalam membudidayakan tomat cherry yaitu secara konvensial dan greenhouse. Tomat cherry merupakan salah satu jenis tomat yang lebih banyak dibudidayakan dengan sistim hidroponik di greenhouse

karena hama dan penyakit tanaman dapat dikendalikan sehingga dapat meminimalisir tanaman terserang hama dan penyakit. Namun untuk membudidayakan secara hidroponik itu harus memiliki keahlian khusus dan membutuhkan investasi yang sangat besar, sehingga beberapa perusahaan/petani yang memiliki modal yang tidak terlalu besar lebih memilih membudidayakan tomat cherry dengan sistim konvensional.

PD Pacet Segar yang berlokasi di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu perusahaan yang membudidayakan tomat cherry. Selain PD Pacet Segar, PT Saung Mirwan juga membudidayakan tomat cherry di kawasan Cipanas. Namun kedua perusahaan ini membudidayakan tomat cherry dengan sistim yang berbeda. PT Saung Mirwan membudidayakan tomat cherry dengan sistim hidroponik menggunakan greenhouse, sedangkan PD Pacet Segar membudidayakannya dengan sistim konvensional. Membudidayakan tomat cherry dengan sistim konvensional tidak berbeda dengan membudidayakan tomat jenis lain.

(5)

5 fluktuasi tersebut, maka diidentifikasi perusahaan menghadapi risiko produksi dalam membudidayakan tomat cherry.

1.2. Perumusan Masalah

PD Pacet Segar yang berlokasi di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat merupakan satu-satunya perusahaan yang membudidayakan tomat cherry dengan sistim konvensional. Dalam satu siklus produksi, tomat cherry yang dibudidayakan adalah 2000 tanaman. Dalam melakukan budidaya, perusahaan menghadapi risiko produksi. Berdasarkan informasi dari pihak manajemen perusahaan, risiko produksi berpengaruh signifikan terhadap penerimaan perusahaan, namun penanganan terhadap risiko belum dilaksanakan dengan baik, hal ini terbukti dari produksi yang masih berfluktuasi. Data produksi dan produktifitas tomat cherry 10 periode terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Tomat Cherry pada PD Pacet Segar dari Mei 2010 – Februari 2012

Periode Waktu

Produksi 2000 tanaman

(kg)

Produktivitas (kg/tanaman)

1 Mei - Agustus 2010 3184 1,59 2 Juli - Oktober 2010 4538 2,27 3 September - Desember 2010 2095 1,05 4 November 2010 - Februari 2011 1268 0,63 5 Januari - April 2011 540 0,27 6 Maret - Juni 2011 2168 1,08 7 Mei - Agustus 2011 3520 1,76 8 Juli - Oktober 2011 5304 1,66 9 September - Desember 2011 2360 1,18 10 November 2011 - Februari 2012 626 0,31 Sumber : PD Pacet Segar, Februari 2012

(6)

6 adalah dua bulan. Selanjutnya proses pemanenan juga dilakukan selama dua bulan dengan jangka waktu pemanenan tiga hari sekali atau dua kali dalam satu minggu. Pemanenan pada kondisi normal dilakukan sebanyak 15 kali penen. Produktivitas normal untuk tomat cherry yang dibudidayakan secara konvensional adalah 1,5 – 2,5 kg/tanaman (kasie produksi PD Pacet Segar). Fluktuasi ini menunjukkan adanya risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan. Risiko produksi yang dihadapi memiliki dampak bagi perusahaan. Dampak tersebut bisa berdampak positif maupun negatif. Untuk itu maka perlu dilakukan analisis terhadap peluang dan dampak dari sumber risiko tersebut terhadap pendapatan perusahaan.

Besarnya peluang dan dampak sumber risiko terhadap pendapatan menuntut perusahaan untuk lebih bijaksana dalam mengambil keputusan untuk mengatasi risiko agar perusahaan dapat berproduksi optimal dan memperoleh keuntungan.

Dengan mempertimbangkan kondisi yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Apa saja sumber-sumber risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet

Segar?

2. Berapa besar probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi tomat cherry terhadap penerimaan PD Pacet Segar?

3. Bagaimana alternatif strategi yang diterapkan dalam mengatasi risiko produksi tomat cherry yang dihadapi oleh PD Pacet Segar?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar.

2. Menganalisis probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko produksi tomat cherry terhadap penerimaan PD Pacet Segar.

(7)

7

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, diantaranya :

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan bisnis, sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, sehingga penelitian selanjutnya dapat menganalisis lebih baik lagi khususnya penulisan ilmiah tentang risiko produksi tomat cherry.

(8)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry

Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh liar di Ekuador dan Peru, dan telah menyebar luas di seluruh dunia, dan di beberapa negara tropis menjadi berkembang secara alami (Harjadi 1989). Tomat cherry memiliki beberapa varietas diantaranya adalah Royal Red Cherry yang berdiameter 3.1 - 3.5 cm dan Short Red Cherry yang berdiameter 2 - 2.5 cm,

Oregon Cherry yang diameternya 2.5 - 3.5 cm dengan bobot 10 - 20 g, serta

Golden Pearl yang bobotnya 8 - 10 g dan Season Red yang bobotnya 25 g diproduksi oleh Known You Seed di Taiwan (Cahyono 2008)

Tomat merupakan tanaman perdu semusim, berbatang lemah dan basah. Daunnya berbentuk segitiga. Bunganya berwarna kuning. Buahnya buah buni, hijau waktu muda dan kuning atau merah waktu tua. Berbiji banyak, berbentuk bulat pipih, putih atau krem, kulit biji berbulu. Perbanyakan dengan biji kadang-kadang dengan setek batang cabang yang telah tua. Tomat secara umum dapat ditanam di dataran rendah, medium, dan tinggi, tergantung varietasnya. Namun, kebanyakan varietas tomat hasilnya lebih memuaskan apabila ditanam di dataran tinggi yang sejuk dan kering sebab tomat tidak tahan panas terik dan hujan. Suhu optimal untuk pertumbuhannya adalah 23° C pada siang hari dan 17° C pada malam hari. Tanah yang cocok untuk tanaman ini adalah tanah itu banyak mengandung humus, gembur, sarang, dan berdrainase baik. Sedangkan keasaman tanah yang ideal untuknya adalah netral, yaitu sekitar 6-7.

Proses budidaya tomat cherry tidak berbeda dengan budidaya tomat jenis lain, yaitu dimulai dari persiapan media tanam, pemeliharaan pembibitan/ penyemaian, pemindahan bibit / transplanting, persiapan media tanam, teknik penanaman dan penentuan pola tanam, pemeliharaan tanaman, hama dan penyakit tanaman dan panen.

2.2 Penelitian Terdahulu

(9)

9 mengandung risiko. Oleh sebab itu kejelian menanggapi dan meminimalisir risiko merupakan sesuatu yang harus dilakukan setiap perusahaan. Terutama agribisnis yang merupakan usaha dengan makhluk hidup sebagai objek usaha yang sangat membutuhkan penanganan risiko yang efektif. Sumber-sumber risiko pada usaha produksi pertanian sebagian besar berasal dari faktor-faktor teknis seperti perubahan suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis dari tenaga kerja.

Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis risiko pada komoditi hortikultura seperti Purwanti (2011), Situmeang (2011), Cher (2011), Parengkuan (2011), Ginting (2009), Tarigan (2009), dan Wisdya (2009) yang masing masing menemukan sumber risiko pada produksi sayuran hidroponik, cabai merah keriting, sayuran organik, jamur putih, jamur tiram, dan Anggrek Phaleonopsis.

Risiko produksi pada umumnya meliputi teknik budidaya, human error, serangan hama dan penyakit tanaman, gangguan teknologi irigasi (hidroponik) dan cuaca/iklim yang tidak pasti.

Hasil penilaian risiko dengan menggunakan ukuran coeffisient variation

(Purwanti 2011) adalah 0,28 yang artinya untuk setiap satu kilogram hasil yang diperoleh akan mengalami risiko sebesar 0,28 kg. Perhitungan expected return sebesar 4,67 yang artinya perolehan hasil sebanyak 4,67 kg/m2.

(10)

10 Berdasarkan hasil perbandingan risiko yang telah dilakukan (Cher 2011) dapat dikatakan bahwa dari seluruh kegiatan usahatani, tingkat risiko paling tinggi berdasarkan produktivitas adalah komoditi brokoli pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,564. Selain itu, juga dapat dilihat bahwa tingkat risiko paling rendah dari keseluruhan kegiatan usaha adalah komoditi wortel pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,241. Tanaman wortel merupakan tanaman yang paling tahan terhadap ancaman kondisi cuaca yang buruk maupun ancaman serangan hama dan penyakit. Selain itu, wortel paling mudah dibudidayakan dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya seperti bayam hijau, caisin, dan brokoli. Tingkat risiko yang paling kecil berdasarkan produktivitas pada komoditi wortel, pada kenyataannya tidak membuat perusahaan hanya mengusahakan sayuran wortel saja. Hal tersebut karena permintaan konsumen terhadap sayuran organik sangat beragam. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan kegiatan portofolio dalam usahataninya. Tingkat risiko produksi yang paling kecil pada kegiatan portofolio berdasarkan produktivitas adalah pada kombinasi komoditi wortel dan caisin dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,273. Dari hasil analisis portofolio tersebut menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi.

Hasil analisis probabilitas dan dampak risiko jamur putih (Parengkuan 2011) menunjukkan bahwa probabilitas dan dampak risiko terbesar ada pada sumber risiko kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log dengan nilai sebesar 45,2 persen, sedangkan perubahan suhu udara merupakan merupakan sumber risiko yang memberikan dampak terbesar dengan nilai Rp 17.053.516,00 Berdasarkan status risiko diperoleh hasil bahwa kesalahan pada saat proses sterilisasi yang paling berisiko dan kemudian secara berurutan diikuti oleh akibat gangguan hama, perubahan suhu udara, dan penyakit.

(11)

11 tersebut menunjukkan bahwa kegiatan budidaya jamur tiram putih memberi harapan perolehan hasil produksi sebesar 0,25 kg untuk setiap baglog jamur tiram putih.

Analisis spesialisasi risiko produksi (Tarigan 2009) berdasarkan produktivitas pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah bayam hijau yaitu 0.225 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,225. Sedangkan yang paling rendah adalah cabai keriting yakni 0.048 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,048. Hal ini dikarena bayam hijau sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah cabai keriting yaitu 0.80 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.80. Sedangkan yang paling rendah adalah brokoli yakni 0.16 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.16. Hal ini dikarena penerimaan yang diterima lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan tinggi. Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.

Analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas (Wisdya 2009) pada tanaman anggrek menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone

diperoleh risiko yang paling tinggi adalah tanaman anggrek teknik seedling yaitu sebesar 0,078 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,078.

Pembahasan beberapa penelitian di atas, diperoleh variabel yang menjadi sumber risiko produksi pada komoditas agribisnis khususnya pada produk-produk hortikultura meliputi faktor cuaca, hama dan penyakit tanaman, teknologi budidaya, dan human error. variabel sumber risiko tersebut diduga menjadi sumber risiko pada budidaya tomat cherry pada PD Pacet Segar.

(12)

12 baku (standard deviation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain, jika nilai ketiga indikator tersebut semakin kecil maka risiko yang dihadapi kecil.

Ketiga alat analisis ini digunakan oleh Purwanti (2011), Cher (2011), Situmeang (2011), Tarigan (2009), Wisdya (2009) dan Ginting (2009) dalam penelitiannya. Berbeda dengan Pinto (2011), Dewiaji (2011), dan Parengkuan (2011) menggunakan perhitungan rata-rata kejadian berisiko, standart deviation,

z-score, probabilitas, dan VaR. Setelah dilakukan perhitungan VaR, selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap sumber-sumber risiko yang akhirnya muncul strategi penanganan terhadap risiko yang dihadapi. Silaban (2011), Widsya (2009), dan Tarigan (2009) menggunakan perhitungan tambahan terhadap nilai

coefficient variation, variance dan standard deviation untuk spesialisasi dan diversifikasi.

Beberapa penelitian terdahulu yang telah dijabarkan di atas merupakan referensi bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Secara umum sumber risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan/petani untuk komoditas hortikultura adalah pengaruh perubahan cuaca, serangan hama, penyakit tanaman, kesalahan teknologi budidaya, dan sumber daya manusia. Dalam pengukuran risiko, alat analisis yang banyak digunakan adalah coefficient variation, variance dan

(13)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko

Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut diketahui atau dapat diestimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil keputusan untuk mengetahui segala kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan juga peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, hal ini sesuai dengan pendapat Kountur (2008), yaitu ketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa yang akan terjadi. Selanjutnya dijelaskan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan.

Robinson dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan dalam bisnis. Secara umum peluang suatu kejadian dalam kegiatan bisnis dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usahanya. Risiko pada umumnya berdampak negatif terhadap pelaku bisnis. Sedangkan menurut Harwood, et al. (1999), risiko menunjukkan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya.

(14)

14

3.1.2. Jenis dan Sumber Risiko

Menurut Harwood et al (1999), terdapat beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani, yaitu :

1. Risiko produksi

Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia, dan masih banyak lagi.

2. Risiko Pasar atau Harga

Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lain-lain. Sementara itu risiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain harga dapat naik akibat dari inflasi.

3. Risiko Kebijakan

Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain adanya kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha. Dalam artian kebijakan tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut. Contohnya adalah kebijakan tarif ekspor.

4. Risiko Finansial

Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun akibat dari krisis ekonomi dan sebagainya.

(15)

15 Risiko yang dilihat dari akibat yang ditimbulkan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Risiko spekulatif adalah jenis risiko yang berakibat merugikan atau sebaliknya memberikan keuntungan.

2. Risiko murni adalah jenis risiko yang akibatnya tidak memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dan yang ada hanyalah kerugian.

Pengelompokan risiko berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Risiko Keuangan merupakan jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, dan perubahan tingkat suku bunga.

2. Risiko Operasional merupakan jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor operasional seperti faktor-faktor manusia, teknologi, dan alam.

3.1.3 Analisis Risiko

Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory). Individu diasumsikan untuk bertindak rasional dalam mengambil keputusan bisnis. Alat analisis yang umumnya digunakan dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko yaitu expected utility model. Analisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko dapat menggunakan expected utility model. Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) melainkan kepuasan (utility).

(16)

16

Gambar 1. Hubungan Antara varian Return dengan Expected Return dan Utilitas dengan Marginal Utility.

Sumber : Debertin 1986

Berdasarkan pada Gambar 1, perilaku seseorang pelaku bisnis dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut:

1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk averter) menunjukkan jika U1 diasumsikan kurva isouliti pembuat keputusan maka adanya varian

return yangmerupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan kenaikan retur yang diharapkan. Pada kurva U(y)1 menunjukkan kepuasan

marginal utiliti yang semakin menurun dari pendapatan. Meskipun tambahan pendapatan selalu meningkatkan kepuasan, namun demikian kenaikan kepuasan yang dihasilkan karena kenaikan pendapatan yang mendekati titik original akan lebih besar dari kenaikan kepuasan karena kenaikan pendapatan berikutnya.

2. Pembuat kuputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral) menunjukkan jika U2 diasumsikan kurva isoulatiliti pembuat keputusan maka adanya

kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak akan diimbangi dengan menaikkan returnyang diharapkan. Pada kurva U(y)2

menunjukkan kepuasan marginal utiliti yang tetap terhadap penigkatan pendapatan.

3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker) menunjukkan jika U3 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan maka adanya

kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko akan U(y)1

U(y)2

U(y)3

Utility(U)

Y

U3

Expected Return

VaRian Return U1

(17)

17 diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediannya menerima return yang diharapkan lebih rendah. Sedangkan pada kurva U(y)3 menunjukkan

kepuasan marginal utiliti yang semakin meningkat dari pendapatan.

Fluktuasi harga dan hasil produksi akan menyebabkan fluktuasi pendapatan. Ukuran yang dapat digunakan untuk melihat besarnya risiko yang dihadapi suatu usaha adalah dengan mengetahui terlebih dahulu besar ragamnya (variance) atau simpangan baku (standard deviation) dari pendapatan bersih per periode atau return. Dimana jika risiko tinggi maka return juga akan meningkat ataupun sebaliknya. Hubungan risiko dan return dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2. Hubungan Risiko dengan Return Sumber : Hanafi 2006

Beberapa ukuran risiko yang dapat digunakan adalah nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation. Nilai variance diperoleh dari hasil pendugaan fungsi produksi. Standard deviation diperoleh dari akar kuadrat nilai

variance sedangkan coefficient variation diperoleh dari rasio antara standard deviation dengan expected return (Hanafi 2006).

3.1.4 Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu perlu terlebih dahulu memahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut. Hal ini sesuai dengan defenisi yang ditetapkan oleh (Darmawi 2005).

Return Expected Return

(18)

18 Cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko merupakan defenisi manajemen risiko menurut (Kountur 2008). Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik, segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Selanjutnya Kountur mengatakan dalam menangani risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan, kemudian mengukur risiko-risiko yang telah teridentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkunan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut. Tahap berikutnya yaitu dengan menangani risiko-risiko tersebut yang selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan. Proses pengelolaan risiko perusahaan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber : Kountur 2008

Ada empat cara menangani risiko menurut (Kountur 2008), yaitu dengan cara menerima atau menghadapi risiko, menghindari risiko, mengendalikan risiko dan mengalihkan risiko. Mengendalikan risiko yaitu mengelola risiko dengan meminimalkan risiko melalui pencegahan, sedangkan mengalihkan risiko dapat dilakukan dengan mengalihkan kepada pihak lain seperti asuransi, hedging, leasing, outsourcing dan kontrak.

(19)

19 Melalui asuransi, asset perusahaan yang memiliki dampak risiko yang besar dapat terhindar dari kerugian apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan oleh perusahaan sehingga kerugian tersebut ditanggung oleh pihak asuransi sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh kedua pihak. Sedangkan

leasing merupakan cara dimana asset digunakan oleh perusahaan namun kepemilikannya merupakan milik pihak lain sehingga bila terjadi sesuatu pada asset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas asset tersebut. Outsourcing merupakan suatu cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakannya sehingga bila terjadi kerugian maka pihak tersebut yang menanggung kerugiannya. Pengertian hedging menurut kamus yaitu menutup transaksi jual beli komoditas, sekuritas atau valuta yang sejenis untuk menghindari kemungkinan kerugian karena perubahan harga sedangkan hedging

menurut pasar komoditas adalah proteksi dari risiko kerugian akibat fluktuasi harga

Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi.

3.2 Teknik Pemetaan

Pemetaan risiko terkait dengan dua dimensi yaitu probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi. Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

(20)

20 menjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian matriks pada pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 4 .

Gambar 4. Peta Risiko

Sumber : Kountur 2008

Berdasarkan pada Gambar 4, ada empat kuadran utama pada peta risiko. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadangkadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul.

Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan. Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam

Probabilitas (%)

Kuadran 1

Kuadran 4 Kuadran 3

Kuadran 2

Dampak (Rp) Tinggi

Sedang

Rendah

Sedang

(21)

21 kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan.

Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.

3.3 Kerangka Pemikiran Operasional

Tomat cherry merupakan salah satu komoditas pertanian yang potensial untuk dikembangkan, khususnya bagi PD Pacet Segar karena memilki nilai eknomis dan tinggi. Namun dalam pelaksanaan proses produksinya menghadapi risiko, salah satunya adalah risiko produksi. Untuk mengetahui tingkat risiko prduksi yang dihadapi oleh perusahaan, maka dilakukan analisis risiko dengan mengkaji faktor penyebab atau sumber risiko produksi. Untuk meminimalkan risiko produksi yang ada, maka dilakukan analisis risiko produksi dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu berupa wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan. Selanjutnya dilakukan analisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang baik dan efektif bagi perusahan PD Pacet Segar. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Tomat Cherry

Fluktuasi produktivitas tomat cherry pada PD Pacet Segar Risiko produksi tomat cherry

Pemetaan Risiko

Alternatif strategi pengelolaan risiko produksi tomat cherry pada Pacet Segar Analisis Risiko

1. Z-score

2. VaR

Analisis Deskriptif (sumber risiko) 1. pengaruh cuaca

(22)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan waktu

Penelitian ini dilakukan di PD Pacet Segar milik Alm Bapak H. Mastur Fuad yang beralamat di Jalan Raya Ciherang no 48 Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan PD Pacet Segar ini merupakan satu-satunya produsen tomat cherry di Kecamatan Cipanas. Pengumpulan data ini dilakukan pada PD Pacet Segar mulai dari bulan Maret sampai dengan April 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data pimer diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan. Untuk memperoleh informasi tentang perusahaan dan alternatif strategi yang diambil untuk menangani risiko adalah pemimpin perusahaan, sedangkan untuk memperoleh informasi tentang budidaya tomat cherry, wawancara dilakukan dengan bagian produksi. Data primer berisikan tentang teknik pengelolaan risiko atau manajemen risiko yang dilakukan oleh perusahaan. Data sekunder diperoleh dari buku, artikel, skripsi, jurnal, serta data-data instansi terkait yang mendukung penelitian seperti Badan Pusat Statistik, Dirjen Hortikultura, Departemen Pertanian, internet, dan literatur yang relevan dengan penelitian.

4.3 Metode Pengumpulan Data

(23)

23 Responden merupakan pihak yang berhubungan dan mengetahui dengan jelas tentang produksi tomat cherry dan risiko yang dihadapi perusahaan.

4.4 Metode Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang diperoleh akan dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini. Kedua data ini akan diolah dan dianalisis melalui beberapa metode analisis yang digunakan. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 4. Jenis, Sumber Data dan Metode Analisis yang Digunakan Dalam Penelitian

No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data Metode Analisis

1 Mengidentifikasi sumber-sumber risiko budidaya tomat cherry

Kualitatif Wawancara, kuesioner, diskusi

Analisis Deskriptif 2 Menganalisis seberapa besar

probabilitas dan dampak risiko produksi pada budidaya tomat cherry

Kuantitatif Laporan keuangan dan produksi tomat cherry PD Pacet Segar Analisis Risiko

3 Menganalisis alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi

Kualitatif Wawancara, kuesioner, diskusi

Analisis Deskriptif

(24)

24 yang dihadapi. Adapun data yang digunakan untuk analisis ini adalah data kualitatif. Sumber data kualitatif diperoleh melalui kuesioner dan wawancara dengan pihak perusahaan

4.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis sumber-sumber risiko dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh perusahaan untuk meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi. Manajemen risiko yang diterapkan berdasarkan pada penilaian perusahaan sebagai pengambil keputusan secara subjektif. Identifikasi ini dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko. Hal tersebut didasarkan pada tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan.

4.4.2 Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi adalah data produksi tomat cherry pada 10 periode terakhir. Menurut (Kountur 2006), langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini dan aplikasinya pada budidaya tomat cherry ini adalah:

1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko (penurunan produksi tomat cherry)

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata penururnan produksi tomat adalah:

x =

xi n i=1

n

Dimana: = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko

xi = Nilai per periode kejadian berisiko

(25)

25

2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko

�= �� − �

� �=1

� −1

Dimana: s = Standar deviasi dari kejadian berisiko

xi = nilai per periode dari kejadian berisiko = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko

n = Jumlah data

3. Menghitung z-score

�=� − �

Dimana: z = Nilai z-score dari kejadian berisiko

x = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko

s = Standar deviasi dari kejadian berisiko

Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z=score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal).

4. Mencari probabilitas terjadinya risiko produksi

Setelah nilai z-score dari budidaya tomat cherry diketahui, maka selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari Tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi tomat cherry yang mendatangkan kerugian.

4.4.3 Analisis Dampak Risiko

(26)

26 produksi tomat cherry setiap periode. Jumlah penurunan tersebut (dari batas normal) kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama dan dikali berat rata-rata yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicarai berapa besar nilai standar deviasi atau penyimpangan. Proses terakhir menetapkan batas toleransi kevalidan dan mencari nilai VaR. Nilai VaR dapat dihitung dengan rumus berikut : (Kountur 2006).

���=�+� �

Dimana: VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko = Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko

z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5%

s = Standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko

n = Banyaknya kejadian berisiko

4.4.4 Pemetaan Risiko

Menurut Kountur 2006, sebelum dapat menangani risiko, hal yang terlebih dahulu perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak, ataupun sebaliknya. Contoh layout peta risiko dapat dilihat pada Gambar 6.

Besar

Kecil

Kecil Besar

Gambar 6. Peta Risiko

Sumber : (Kountur 2006) Probabilitas (%)

Kuadran 1

Kuadran 4 Kuadran 3

Kuadran 2

(27)

27 Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya 20 persen atau lebih dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan kurang dari 20 persen dianggap sebagai kemungkinan kecil (Kountur 2006).

4.4.5 Penanganan Risiko

Berdasarkan hasil pemetaan risiko, maka selanjutnya dapat ditetapkan strategi penanganan risiko yang sesuai. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu:

1. Penghindaran Risiko (Preventif)

Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran 1 akan bergeser menuju kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser menuju kuadran 4 (Kountur 2006). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 7.

Probabilitas(%) Besar

Kecil

Kecil Besar Dampak (Rp) Gambar 7. Preventif Risiko

Sumber : (Kountur 2006) Kuadran 1

Kuadran 4 Kuadran 3

(28)

28 2. Mitigasi Risiko

Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko yang berada pada kuadran 4 bergeser ke kuadran 3. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko (Kountur 2006). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 8.

Probabilitas (%) Besar

Kecil

Kecil Besar Dampak (Rp)

Gambar 8. Mitigasi Risiko

Sumber : (Kountur 2006) Kuadran 1

Kuadran 4 Kuadran 3

(29)

V KERAGAAN PERUSAHAAN

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Perusahaan Dagang (PD) Pacet Segar, merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang budidaya dan pemasaran komoditas holtikultura, khususnya sayuran segar. PD Pacet Segar didirikan oleh Alm. Bapak H. Mastur Fuad pada tahun 1970. Pada awalnya PD Pacet Segar merupakan suatu usaha dengan skala kecil yang dilakukan pada sebidang lahan seluas 400 m2 dan merupakan suatu usaha produksi pertanian yang dikelola secara kekeluargaan. Seiring dengan perjalanan waktu, pada waktu 1975 PD Pacet Segar bergabung dengan petani-petani daerah sekitar dan membentuk sutu kelompok tani bersama yang beranggotakan 20 orang, kelompok bersama tersebut di bentuk atas anjuran dan binaan Dinas Pertanian Pangan Dati II Cianjur. Tujuan dengan bergabungnya PD Pacet Segar dengan petani-petani tersebut adalah untuk menjalin kerjasama diantara sesama petani sayuran, baik dalam aspek budidaya, pasca panen, maupun pemasaran sebagai upaya peningkatan produksi dan mutu sayuran yang dihasilkan agar lebih menguntungkan.

PD Pacet Segar memiliki visi yaitu, menjangkau kesejahteraan khalayak banyak, meningkatkan kesejahteraan petani dan konsumen, meningkatkan pendapatan para petani. Selain itu, PD Pacet Segar juga memiliki misi untuk mencapai visinya, yaitu memberi pelayanan yang terbaik untuk konsumen, mengutamakan kualitas produk yang optimal dan menjadikan karyawan sebagai aset (bagian) dari perusahaan.

Modal awal yang digunakan untuk mendirikan PD Pacet Segar berjumlah Rp. 5.000.000,00 yang berasal dari dalam keluarga. Aset awal yang dimiliki perusahaan berupa lahan kebun milik pribadi seluas 400 m², yang digunakan untuk menanami jenis sayuran lokal. Seiring dengan perkembangan perusahaan, lahan kebun yang dimiliki meningkat seluas 4 hektar, dengan jenis sayuran yang diusahakan adalah jenis sayuran lokal, seperti wortel, buncis, baby buncis, tomat cherry, selada, selada air, timun Jepang dan brokoli.

(30)

30 yang terjalin tersebut, mempermudah PD Pacet Segar dalam memasarkan sayurannya ke sebagian daerah yang ada di Jakarta, seperti Pasar Mayestik, Pasar Blok M, Pasar Cikini, dan lain-lain. Pada tahun 1983, PD Pacet Segar dapat menembus Pasar Swalayan yaitu PT.HERO Supermarket di Jakarta. Pada saat itu PD Pacet Segar ditetapkan sebagai pemasok tetap sampai dengan tahun 2008. Saat itu belum banyak pengusaha lokal yang dapat memasukan produknya ke pasar swalayan, sehingga PD Pacet Segar selain memasok sayuran segar, juga memasok sayuran olahan seperti timun asinan. Pada tanggal 1 September 1991 dalam acara yang di prakarsai oleh Dapertemen Perdagangan dan AP3I (Asosiasi Pusat Pertokoan dan Pembelanjaan Indonesia ) di Jakarta, PD Pacet Segar menandatangani kontrak kerjasama dengan PT Fine Food Corporation (PT FFCo), dalam pembuatan sayuran acar. Selain itu PD Pacet Segar melakukan kerjasama lebih lanjut dengan HIPPI dan HERO Supermarket itu dikukuhkan dengan ditandatanganinya pada tanggal 5 September 1991 di JDC (Jakarta Desaign Center), kerjasama ini ditandai dengan penyerahan dua buah traktor oleh PT. HERO Supermarket kepada PD Pacet Segar.

Seiring dengan peningkatan penjualan produk sayuran, PD Pacet Segar sering mengikuti kegiatan-kegiatan pameran, untuk lebih memperkenalkan produk sayuran yang dihasilkannya. Melalui kegiatan pameran tersebut, akhirnya PD Pacet Segar menjadi ” Tenant of Incubator of Agribusiness ” IPB pada tahun

1995. Selama kurang lebih 4 tahun, PD Pacet Segar berada dalam pengawasan PIAA-IPB untuk memperoleh bimbingan manajemen, pemasaran, adiministrasi dan keuangan. Melalui PIAA-IPB inilah Pacet Segar mendapat perhatian dari lembaga keuangan seperti BNI dan Telkom.

(31)

31 Adanya kontrak kerjasama PD Pacet Segar dengan beberapa perusahaan, membawa pengaruh yang baik, hal ini terbukti dengan banyaknya tawaran bekerjasama dengan pihak-pihak perusahaan besar yang diterima oleh PD Pacet Segar. Sehingga perusahaan mendapatkan peningkatan omset penjualan mencapai 7 ton per minggu. PD Pacet Segar terus melakukan pengembangan pemasaran, selain HERO yang menjadi pasar utama, pada saat ini perusahaan juga bekerjasama dengan Makro yang ditandai dengan adanya penandatangan kontrak kerjasama pada tanggal 27 November 1997. Selain itu, pada tahun 2002 PD Pacet Segar juga menjalin kerjasama dengan PT. Wiguna Makmur dan PT. Simplot Agritama (Mc Donalds), serta pada bulan Desember 2003 perusahaan bekerjasama dengan Wendy’s akhir tahun 2009.

Pada akhir tahun 2009, PD Pacet Segar memutuskan penjualannya dengan swalayan dan Mc Donald karena adanya pelanggaran kesepakatan oleh pihak tersebut. Diantara pelanggaran tersebut adalah adanya keterlambatan jangka waktu pembayaran tagihan. Pada awalnya jangka waktu pembayan yang disepakati adalah dua minggu setelah barang dikirim, namun pada kenyataannya pembayaran diundur sampai 3 bulan. Hal ini menyebabkan perputaran uang dalam bisnis sedikit tersendat, sehingga PD Pacet Segar memutuskan untuk menghentikan kerjasama dengan Swalayan dan Mc Donald. Pada tahun ini (2012) PD Pacet Segar hanya mendistribusikan sayuran segar yang dihasilkan ke ICDF (International Cooperation Development Fund) Bogor, industri pengolahan (PD. Pusaka Tani) dan pasar tradisional.

5.2 Lokasi Perusahaan

(32)

32

5.3 Struktur Organisasi Perusahaan

[image:32.595.105.515.69.799.2]

PD Pacet Segar merupakan perusahaan keluarga yang pengelolaannya pun dilakukan secara kekeluargaan, sehingga manajemen perusahaan dikendalikan oleh anggota keluarga. Struktur organisasi yang diterapkan oleh masih sederhana, dimana pembagian kerja yang ada dalam struktur organisasi PD Pacet Segar, terdiri dari pimpinan, sekretaris, bendahara, dan 4 kepala seksi, yaitu kepala seksi pengadaan dan produksi, kepala seksi pasca panen, kepala seksi pemasaran dan kepala seksi transportasi. PD Pacet Segar merupakan perusahaan dengan skala kecil dan pembagian kerjanya masih sederhana, sehingga PD Pacet Segar menggunakan tipe organisasi garis atau tipe organisasi lini (line organization). Tipe organisasi lini memiliki ciri-ciri, antara lain organisasi masih berskala kecil dan spesialisasi kerja masih terbatas. Struktur organisasi PD Pacet Segar dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Struktur Organisasi PD Pacet Segar Tahun 2012 Tugas dari masing-masing jabatan tersebut adalah :

1. Pimpinan

Bertanggung jawab atas seluruh aktifitas dan kegiatan operasional perusahaan, mengawasi seluruh kegiatan di perusahaan, baik itu di kebun

Pimpinan (H. Abdul Halim)

Sekretaris (Lilis Sumiati)

Bendahara (Hj. Wawa Wapiroh)

Kasie Pengadaan dan Budidaya (H. Abdul Halim)

Kasie Pasca Panen (H.Abdul Halim)

Kasie Transportasi (H. Dadang)

Kasie Pemasaran (H.Unang)

(33)

33 tempat budidaya, di gudang tempat pengemasan maupun pada kegiatan pemasaran.

2. Sekretaris

Bertugas mencatat semua pesanan sayuran yang masuk dan yang akan dikirim. Di samping itu, sekretaris juga bertugas mencatat pembukuan dan penyampaian informasi yang diterima dari luar perusahaan, serta sebagai wakil pimpinan apabila pimpinan tidak berada di tempat.

3. Bendahara

Bertugas mencatat laporan keuangan secara teratur dan berkala sehingga posisi keuangan perusahaan dapat diketahui, menerima hasil pembayaran dari penjualan, mengurus upah dan gaji pegawai, menyimpan uang yang diterima perusahaan serta mencatat administrasi dari seluruh kegiatan yang ada di perusahaan.

4. Kepala Seksi Pengadaan dan Budidaya

Bertugas menangani pengadaan input, mulai dari kegiatan produksi tanaman seperti, persiapan lahan, pengolahan lahan, penyediaan saprotan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta pemeliharaan sampai siap untuk dipanen.

5. Kepala Seksi Pasca Panen

Bertugas menangani hasil produksi sampai pemasaran, mengendalikan seluruh kegiatan yang terkait dengan ketersediaan pasokan di gudang pengemasan dan penyimpanan.

6. Kepala Seksi Transportasi

Bertugas menangani pengiriman barang hingga sampai ke tangan konsumen dan bertanggung jawab atas ketepatan pengiriman barang ke konsumen.

7. Kepala seksi Pemasaran

(34)

34

5.4 Deskripsi Kegiatan Bisnis

PD Pacet Segar merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang memiliki unit bisnis yang lengkap, mulai dari kegiatan budidaya, penanganan pasca panen hingga pemasaran komoditas holtikultura khususnya sayuran. Seiring dengan perkembangan usaha di bidang budidaya sayuran dan semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan yang bergerak dalam usaha yang sejenis, maka PD Pacet Segar bekerja sama dengan anak perusahaan yaitu Pusaka Tani untuk menambah unit bisnis yaitu bisnis pengolahan sayuran.

5.4.1 Pengadaan Input

Dalam hal pengadaan sarana produksi seperti bibit, pupuk, peralatan pertanian seperti cangkul, bambu, mulsa, ajir, hand sprayer, serta obat-obatan, PD Pacet Segar memperolehnya dari berbagai pemasok di daerah sekitar Cipanas dan Cianjur. Sedangkan dalam hal pengadaan pupuk kandang yang terbuat dari kotoran ayam, diperoleh dari peternak di Daerah Ciherang dan Cugenang. Kegiatan pengadaan sarana produksi dilakukan ketika akan memulai kegiatan budidaya sayuran.

Dalam mendistribusikan sayuran, PD Pacet Segar tidak hanya memperoleh hasil budidaya dari kebun sendiri, melainkan juga mendapatkan tambahan pasokan sayuran segar dari petani yang berasal dari sekitar Daerah Cipanas dan Cianjur. Hal ini dikarenakan PD Pacet Segar yang hanya membudidayakan beberapa jenis sayuran saja seperti baby buncis, buncis, tomat cherry, brokoli, timun jepang dan selada air, serta faktor luas lahan yang digunakan dalam proses budidaya yang tidak terlalu besar dan belum terpenuhinya permintaan dari konsumen Dikarenakan PD Pacet Segar hanya bisa menghasilkan dan menyediakan sebagian dari jumlah permintaan konsumen, maka dalam hal pemenhuhan kebutuhan konsumen tehadap sayuran, PD Pacet Segar juga mempunyai pemasok utama yang disebut mitra tani yang memiliki peranan dalam hal pengadaan dan penambahan bahan baku. Pada Tahun 2012 jumlah mitra tani bahan baku sayuran ke PD Pacet Segar berjumlah 20 orang.

(35)

35 1. Mitra Tani Tetap, terdiri dari sekumpulan petani yang merupakan pemasok tetap dan terikat, yang tergabung secara resmi pada kelompok tani Pusaka Tani, dengan jumlah sebanyak 20 orang. Kewajiban yang yang harus dipenuhi oleh mitra tani tetap ini adalah senantiasa harus memenuhi pasokan sayuran secara kontinyu yang dibutuhkan oleh PD Pacet Segar untuk memenuhi permintaan pasar. Selain kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan, mitra tani tetap berhak mendapatkan hak nya yaitu mendapatkan pembayaran setiap 1 minggu, atas hasil panen yang diberikan kepada PD Pacet Segar.

2. Mitra Tani Lepas, terdiri dari sekumpulan petani diluar anggota kelompok tani Pusaka Tani. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh mitra tani lepas ini adalah menyediakan sayuran yang dibutuhkan oleh PD Pacet Segar apabila pasokan dari mitra tani tetap kurang mencukupi, sehingga pengiriman yang dilakukan oleh mitra tani lepas bersifat tidak kontinyu. Hak dari kelompok mitra tani lepas ini adalah hasil panen yang diperoleh, bukan hanya untuk PD Pacet Segar saja, mereka berhak untuk memasok ke perusahaan lain atau tempat pemasaran lain, dan juga transaksi pembayaran dilakukan langsung pada hari dimana sayuran selesai dipasok.

5.4.2. Proses Produksi

PD Pacet Segar menggunakan teknik budidaya semi tradisional, dimana perusahaan tidak menggunakan greenhouse dalam membudidayakan sayurannya. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan budidaya juga tergolong masih sederhana seperti cangkul, golok dan garpu tanah. Dalam kegiatan budidaya sayuran, PD Pacet Segar meggunakan lahan seluas 4 hektar untuk kegiatan budidaya, dengan perincian 5000 m2 berlokasi di Desa Mekar Sari, 15.000 m2 berlokasi di Desa Cugenang dan 20.000 m2 berlokasi di Desa Ciherang. Jenis sayuran yang dibudidayakan pada tahun 2012, antara lain wortel, buncis, baby buncis, tomat cherry, selada, selada air, timun jepang dan brokoli. Tomat cherry ditanam di Desa Cugenang karena lokasi yang dekat dengan perusahaan, sehingga kegiatan budidayanya dapat dengan mudah dikontrol.

(36)

36 1. Persiapan Lahan

Dalam hal persiapan lahan untuk ditanami, diperlukan adanya kesesuaian pemakaian lahan dengan syarat tumbuh tanaman. Beberapa langkah dalam persiapan lahan antara lain penentuan lokasi, pengolahan lahan (pencangkulan, penggemburan dan pembuatan bedengan).

2. Penanaman

Setelah dilakukannya persiapan lahan, maka langkah selanjutnya adalah penanaman. Siklus satu kali produksi tomat cherry adalah empat bulan, tanaman baru bisa dipanen pada bulan ke-3. Masa panen normal tomat cherry adalah dua bulan atau 15 kali panen. Pemanenan dilakukan setiap tiga hari sekali.

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi pemupukan, penyulaman, pengairan, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit.

4. Panen

Sebelum melakukan pemanenan, hal yang perlu diperhatikan adalah waktu dan cara pemanenan. Waktu pemanenan harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat hasil panen yang diinginkan, harus mempertimbangkan apabila pemanenan dilakukan lebih awal, atau melewati waktu seharusnya, apakah berdampak pada mutu sayuran yang dipanen. Pemanenan terhadap tomat cherry dilakukan setiap 2-3 hari sekali.

5.4.3 Pemasaran

Pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain.

(37)

37

5.4.5 Deskripsi Keuangan Perusahaan

PD Pacet Segar, masih menggunakan sistem pencatatan keuangan yang masih sederhana, pemasukan dan pengeluaran tidak dicatat secara terperinci, hanya secara garis besarnya saja. Sehingga dalam pencatatan keuangan yang ada di perusahaan, masih terlihat ketidakjelasan dan terlihat seperti kekurangan data yang diperoleh dalam mengalokasikan anggaran dana dan pemasukan perusahaan. PD Pacet Segar, seharusnya menggunakan informasi akuntansi dalam menyusun laporan keuangan, sehingga dapat bermanfaat dalam pengajuan kredit pada lembaga keuangan, guna mengembangkan usaha yang ada di PD Pacet Segar.

5.5. Deskripsi Sumber Daya Perusahaan

Sumber daya perusahaan adalah semua kekayaan atau asset yang dimiliki perusahaan dan dipergunakan dalam setiap kegiatan perusahaan, mulai dari kegiatan produksi hingga kegiatan pemasaran. Sumber daya yang dimiliki oleh PD Pacet Segar terdiri dari sumber daya fisik, sumber daya modal dan sumber daya manusia.

5.5.1 Sumber Daya Fisik

PD Pacet Segar selain melakukan kegiatan sebagai petani atau penghasil komoditas sayuran, juga bertindak sebagai pedagang pengumpul yang membeli sayuran dari petani lain, atau kelompok tani yang kemudian perusahaan memasarkan langsung kepada konsumen, baik kepada lembaga konsumen, maupun konsumen perseorangan. Oleh karena itu, sumber daya fisik yang dimiliki oleh PD Pacet Segar terdiri dari seluruh asset/ kekayaan perusahaan yang digunakan dalam kegiatan budidaya hingga kegiatan pemasaran. Sumber daya fisik yang dimiliki oleh PD Pacet Segar, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5. Sumber Daya Fisik PD Pacet Segar Tahun 2012

No Jenis Sumber Daya Fisik Jumlah Keterangan

1 Tanah 4 ha Lahan Budidaya 2 Bangunan ± 600 m2

Packing house dan tempat penyimpanan sayuran/ ruang pendingin

(38)

38 Dalam kegiatan budidaya, PD Pacet Segar menggunakan berbagai macam peralatan untuk menunjang setiap proses budidaya yang dilakukan. Peralatan budidaya yang digunakan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 6 Peralatan Budidaya yang digunakan oleh PD Pacet Segar

No Jenis Peralatan Jumlah ( unit ) Umur ekonomis ( tahun)

1 Sprayer Gendong 2 5

2 Generator 2 10

3 Pompa air 2 5

4 Cangkul, Golok 6 5

5 Ember 2 2

6 Mulsa Plastik - 1

Sumber : PD Pacet Segar, 2012

5.5.2. Sumber Daya Modal

PD Pacet Segar memiliki sumber daya modal yang digunakan dalam menjalankan dan memperlancar seluruh kegiatan usahanya. Sumber daya modal yang dimiliki perusahaan, dikatagorikan menjadi 2 jenis yaitu sumber daya modal fisik dan sumber daya modal kerja. Sumber daya modal fisik yang dimiliki oleh PD Pacet Segar berupa tenaga kerja yang terampil, tekun dan cekatan. Sedangkan sumber daya modal kerja yang dimiliki perusahaan berupa modal awal perusahaan yang berasal dari keluarga sendiri sebesar Rp 5.000.000,00. Pada Tahun 2007, PD Pacet Segar memiliki asset/ kekayaan sebesar Rp 6 milyar. Asset tersebut dialokasikan oleh perusahaan untuk mengembangkan usahanya, yaitu dengan melakukan pembelian sejumlah tanah untuk lahan budidaya, mendirikan bangunan packing house, pembelian mesin-mesin produksi dan pembelian transportasi untuk pemasaran.

5.5.3. Sumber Daya Manusia

(39)
(40)

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY

6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko

PD Pacet Segar melakukan budidaya tomat cherry segara kontinu dari musim ke musim. Dalam satu kali musim tanam atau periode tanam, PD Pacet Segar menanam sebanyak 2000 tanaman. Pada kegiatan usaha budidaya tomat cherry pada PD Pacet Segar terdapat beberapa risiko produksi yang dapat menghambat jalannya usaha budidaya ini. Langkah awal yang dilakukan dalam menganalisis risiko produksi adalah dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi. Proses identifikasi sumber-sumber risiko ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung dilapangan, wawancara dengan pihak terkait, dan laporan produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar. Identifikasi dengan cara pengamatan langsung dilakukan dengan mengikuti secara langsung alur produksi tomat cherry, yaitu mulai dari penanaman bibit tomat, penyiangan, penyulaman, perempelan, pemupukan, pencegahan dan pemberantasan hama penyakit, panen, penyortiran, pengepakan, dan pengiriman.

(41)

41 berhubungan dan terpisah satu sama lainnya. Sebagai contoh sumber risiko yang terjadi pada satu waktu adalah perubahan cuaca, penyakit, dan hama. Perubahan cuaca merupakan salah satu sumber risiko yang menyebabkan tanaman tomat terjangkit penyakit dan terserang hama. Perubahan cuaca juga berpengaruh terhadap kematian tanaman tersebut, namun dengan adanya perubahan cuaca yang tidak stabil menyebabkan tanaman tersebut terjangkit penyakit dan akhirnya mati. Selain itu perubahan cuaca juga menyebabkan tanaman tomat terserang hama dan menyebabkan tanaman tersebut mati atau buahnya rusak. Berdasarkan contoh dan pemaparan diatas maka dibutuhkan kejelian dan ketelitian dalam proses mengidentifikasi sumber risiko dan pengaruh sumber risiko terebut terhadap kematian tomat dan kerusakan buah tomat. Penentuan sumber risiko produksi dalam budidaya tomat cherry dilakukan dengan cara melihat urutan kejadian sumber risiko, sumber risiko yang terdekat dengan kematian atau kerusakan buah, maka sumber risiko tersebut yang berpengaruh terhadap munculnya risiko produksi. Penjelasan dari kelima sumber risiko yang telah teridentifikasi pada budidaya tomat cherry pada PD Pacet Segar akan dijelasakan dibawah ini.

1. Perubahan cuaca

Cuaca yang tidak menentu, khususnya untuk wilayah Cipanas dan sekitarnya berpengaruh negatif kepada budidaya tomat cherry. Dengan adanya perubahan cuaca yang sangat signifikan menjadi salah satu sumber risiko produksi yang sangat dirasakan dampaknya oleh pelaku usaha yaitu PD Pacet Segar. Hal tersebut disebabkan karena produktifitas tomat cherry akan mengalami gangguan apabila dihadapkan pada kondisi cuaca yang ekstrim. Selain itu juga menyebabkan banyaknya tanaman yang mati dan rentan terserang hama dan penyakit.

2. Hama

Hama merupakan salah satu sumber risiko produksi pada budidaya tomat cherry. Hama yang sering menyerang tomat cherry adalah White fly (Bemesia tobaci), Leafminer (Liriomyza trifolli), thrips, dan ulat buah (Heliotis armigera).

(42)
[image:42.595.218.406.83.215.2]

42

Gambar 10 White Fly Pada Daun Tomat

Kutu ini termasuk famili Aleyrodidae dari ordo Hemiptera. Kutu ini bila terganggu akan berhamburan seperti kabut atau kepul putih. Ciri-ciri dari kutu ini adalah memiliki panjang ± 1 mm berwarna putih kekuning-kuningan, tertutup tepung seperti lilin putih, memiliki 2 pasang sayap berwarna putih dengan bentangan ± 2 mm, dan bermata merah. Lalat putih betina berukuran lebih besar dari pada lalat jantan. Telur berbentuk elips sepanjang antara 0,2-0,3 mm. Panjang pulpa ± 0,7 mm, berbentuk oval serta datar dan badannya seperti sisik pada daun.

Gejala yang ditimbulkan bagi tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman tomat yang terserang seperti diselimuti tepung putih yang bila dipegang akan berterbangan. Serangan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat/kerdil, daun mengecil, dan menggulung ke atas.

b. Hama Leafminer menyerang tanaman pada stadium larva dan dewasa dengan cara membuat alur gerakan pada bawah epidermis daun yang menyebabkan daun menjadi kuning kekeringan.

Gambar 11 Serangan Leafminer pada Daun Tomat

(43)

43 Kutu daun thrips termasuk famili Thripidae dari ordo Thysanoptera. Kutu daun ini memiliki ciri dengan panjang thrips antara 1-1,2 mm, berwarna hitam, bergaris merah atau tidak bercak merah. Nimfa (thrips muda) berwarna putih atau putih kekuningan, tidak bersayap dan kadang-kadang berbercak merah. Thrips

dewasa bersayap dan berambut berumbai-rumbai. Telur thrips berbentuk seperti ginjal atau oval.

Tanaman yang terserang hama ini akan mengisap cairan pada permukaan daun dimana daun yang telah diisap menjadi berwarna putih seperti perak karena udara masuk ke dalamnya. Bila terjadi serangan hebat, daun menjadi kering dan mati. Tanaman muda yang terserang akan layu dan mati.

d. Ulat buah menyerang tanaman dengan cara memakan buah sehingga berbentuk lubang.

Ulat buah memiliki Ciri-ciri dengan panjang ulat ± 4 cm dan akan makin panjang pada temperatur rendah. Warna ulat bervariasi dari hijau, hijau kekuning-kuningan, hijau kecoklat-coklatan, kecoklat-coklatan sampai hitam. Pada badan ulat bagian samping ada garis bergelombang memanjang, berwarna lebih muda. Pada tubuhnya kelihatan banyak kutil dan berbulu. Telur berbentuk bulat berwarna kekuning-kuningan mengkilap dan sesudah 2-4 hari berubah warna menjadi coklat. Panjang sayap ngengat bila dibentangkan ± 4 cm dan panjang badan antara 1,5-2,0 cm. Sayap bagian muka berwarna coklat dan sayap belakang berwarna putih dengan tepi coklat.

Hama ulat ini menyerang daun, bunga dan buah tomat. Ulat ini sering membuat lobang pada buah tomat secara berpindah-pindah. Buah yang dilubangi pada umumnya terkena infeksi sehingga buah menjadi busuk lunak.

3. Penyakit

Penyakit yang menyerang tanaman tomat cherry merupakan salah satu sumber risiko produksi. Penyakit pada tomat ini dapat disebabkan oleh cendawan dan bakteri.

(44)

44 dan tanaman dewasa dengan gejala tanaman tampak layu. Bagian yang terserang akan lunak dan berair, tetapi tidak mengeluarkan cairan lendir berwarna putih dari bagian yang busuk tersebut. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit embun tepung adalah pada permukaan daun atas tampak bercak nekrotik berwarna kekuningan dan jika daun dibalik tampak tepung berwarna putih keabuabuan. Penyakit bercak daun memiliki gejala terjadi bercak klorosis berbentuk lingkaran, berwarna kuning dan terdapat bintik hitam pada bagian tengah lingkaran. Penyakit busuk daun menyerang semua tahap perkembangan tanaman. Gejala yang ditimbulkan yaitu adanya bercak hitam kecoklatan yang pada kondisi lingkungan mendukung seperti kelembaban tinggi, dapat meluas dengan cepat sehingga menyebabkan kematian.

Penyakit pada tanaman tomat yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum. Patogen dari penyakit ini menyerang jaringan pengangkut air sehingga translokasi air dan hara terganggu. Akibatnya tanaman menjadi layu, kuning, kerdil, dan akhirnya mati. Bagian tanaman yang busuk karena patogen ini mengeluarkan cairan berwarna putih seperti lendir.

4. Sumber daya manusia

Sumberdaya manusia merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi di perusahaan, karena sumber daya manusia menentukan baik buruknya proses produksi. Pada budidaya tomat cherry, sumber risiko berasal dari kesalahan tenaga kerja dalam melakukan pemupukan tanaman, sehingga tanaman mati karena jarak antara pupuk terlalu dekat dengan tanaman tomat. Walaupun sudah diingatkan oleh pihak penanggung jawab produksi, tapi pada setiap periode tanam masih ada tanaman yang mati karena kesalahan pemupukan. Oleh karena itu kesalahan pemupukan ini termasuk salah satu sumber risiko produksi pada budidaya tomat cherry.

5. Kualitas Bibit

(45)

45 bagus, hal ini dikemukakan oleh H. Halim selaku penanggung jawab produksi. Produktivitas normal tomat cherry adalah 1,5 – 2,5 kg/tanaman. apabila produktifitas tanaman kurang dari batas normal tersebut, maka produksi tomat cherry pada periode tersebut dipengaruhi oleh kualitas bibit. Mengenai bibit yang memeiliki kualitas rendah, perusahaan sudah pernah melakukan komplain terhadap kualitas bibit kepada ICDF, namun sampai saat ini kualitas bibit yang dikirimkan masih ada yang kualitasnya buruk. Perusahaan masih menerima bibit yang dikirimkan oleh ICDF karena bibit tomat cherry tidak dijual di pasaran.

6.2 Analisis Probabilitas Risiko Produksi

Hasil identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi pada PD Pacet Segar memberikan informasi bahwa ada lima jenis sumber risiko produksi. Kelima risiko produksi tersebut adalah perubahan cuaca, hama, penyakit, sumber daya manusia, dan kualitas bibit. Setelah ssmua sum

Gambar

Tabel 2.  Produksi Sayuran di Jawa Barat Tahun 2000 – 2010 (satuan ton)
Gambar 1.  Hubungan Antara varian Return dengan Expected Return dan
Gambar 4.   Peta Risiko
Gambar 5.  Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Tomat
+7

Referensi

Dokumen terkait

53 26 Penggunaan Pestisida Apsa Per Polibag Pada Masing-Masing Komoditas 53 27 Penggunaan Pestida Bamex Per Polibag Pada Masing-Masing Komoditas 54 28 Penggunaan Hok

Proses perhitungan dan pemetaan risiko menunjukkan berapa besar probabilitas, dampak, dan status dari masing-masing sumber risiko. Selanjutnya, tahapan yang

Dari hasil kegiatan spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada tanaman brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh bahwa risiko produksi yang

[r]

adventif) yang terdapat pada tanaman tomat cherry yang tumbuh dari

Dari hasil kegiatan spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada tanaman brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh bahwa risiko produksi yang

25 Langkah-langkah yang dilakukan penelitian ini adalah dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebakan risiko produksi seperti, pengaruh hama dan penyakit tanaman,

Sedangkan faktor eksternal yang menjadi peluang adalah kecenderungan konsumen yang membeli tomat ke pasar swalayan semakin banyak, daya beli masyarakat yang meningkat,