• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK PHALAENOPSIS PADA PT EKAKARYA GRAHA FLORA DI CIKAMPEK, JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK PHALAENOPSIS PADA PT EKAKARYA GRAHA FLORA DI CIKAMPEK, JAWA BARAT"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK PHALAENOPSIS

PADA PT EKAKARYA GRAHA FLORA

DI CIKAMPEK, JAWA BARAT

SKRIPSI

SRY WISDYA H34076144

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

RINGKASAN

SRY WISDYA. Analisis Risiko Anggrek Phalaenopsis Pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI).

Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Diantara komoditas pertanian yang ada, tanaman hias merupakan salah satu komoditas yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan dan memberikan kontribusi yang tidak kecil bagi peningkatan pendapatan masyarakat. Salah satu tanaman hias unggulan yang memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia adalah anggrek. Permintaan anggrek di dunia terus meningkat untuk berbagai keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat serta untuk ungkapan dukacita. PT Ekakarya Graha Flora (PT EGF) adalah salah satu perusahaan agribisnis yang mengusahakan tanaman anggrek, yaitu Phalaenopsis (70%) dan Dendrobium (30%). Produk yang dihasilkan adalah Phalaenopsis pot plant, Dendrobium cut flower dan Dendrobium pot plant yang diproduksi berdasarkan pesanan pelanggan. PT EGF dipilih karena merupakan salah satu perusahaan penghasil anggrek yang cukup besar yang berskala internasional.

Dalam mengelola usahanya, perusahaan memiliki risiko yang dihadapi antara lain yaitu risiko produksi. Risiko produksi dapat disebabkan oleh kondisi cuaca, serangan hama dan penyakit, mutasi gen, tanaman yang tumbuh tidak seragam (stagnan), kerusakan mekanis (handling). Adanya risiko hasil produksi menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari produktivitas yang berfluktuasi setiap periode selama masa tanam berlangsung. Dalam membudidayakan anggrek Phalaenopsis, PT EGF melakukan diversifikasi penggunaan bibit yaitu dengan menggunakan bibit teknik mericlone dan seedling. Untuk itu, dapat dianalisis alternatif untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi PT Ekakarya Graha Flora.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis risiko produksi anggrek Phalaenopsis yang dilakukan oleh PT Ekakarya Graha Flora pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi menggunakan bibit mericlone dan seedling. (2) Menganalisis alternatif yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi PT Ekakarya Graha Flora dalam menjalankan usahanya.

Penelitian ini dilaksanakan di PT Ekakarya Graha Flora Cikampek, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Jawa Barat merupakan sentra produksi anggrek dan PT Ekakarya Graha Flora dipilih karena merupakan merupakan salah satu perusahaan penghasil anggrek yang cukup besar yang berskala internasional. Peran PT EGF dalam menghasilkan produk anggrek sekitar 10 persen dari total produksi nasional. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu bulan Juni-Juli 2009. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak

(3)

perusahaan, sedangkan data sekunder diperoleh dari PT EGF yang meliputi luas lahan, harga produk, biaya-biaya yang dikeluarkan selama produksi berlangsung, jumlah produksi serta data-data lainnya yang mendukung penelitian ini, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet dan literatur yang relevan.

Analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis risiko menggunakan Variance, Standard deviation, Coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Komoditas yang dianalisis pada spesialisasi adalah tanaman anggrek yang menggunakan bibit teknik seedling dan tanaman anggrek teknik mericlone, sedangkan kegiatan portofolio adalah tanaman anggrek menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada tanaman anggrek menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone diperoleh risiko yang paling tinggi adalah tanaman anggrek teknik seedling yaitu sebesar 0,078 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,078.

Menurut informasi di lapangan menunjukkan bahwa produksi tanaman anggrek dengan teknik seedling sangat rentan terjadi reject yang dikategorikan kedalam adanya mutan, serangan hama penyakit dan kerusakan mekanis dibandingkan dengan tanaman anggrek dengan teknik mericlone, karena tanaman anggrek dengan teknik seedling memiliki banyak variasi dalam pertumbuhannya sehingga tidak seragam dan seringkali terjadi mutasi genetik atau kelainan dari bentuk yang diinginkan perusahaan oleh karena itu harus dimusnahkan dan menyebabkan persentase keberhasilan produksi menurun. Selain itu serangan hama dan penyakit juga rentan terjadi pada musim penghujan atau peralihan sehingga banyak serangga yang menyerang tanaman anggrek.

Risiko ditunjukkan oleh koefisien variasi, koefisien variasi paling tinggi terjadi pada tanaman anggrek dengan teknik seedling yaitu 1,319 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 1,319. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Berdasarkan informasi di atas terlihat bahwa tanaman anggrek dengan teknik seedling memiliki risiko produksi lebih tinggi berdasarkan pendapatan bersih dibandingkan dengan tanaman anggrek dengan teknik mericlone. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan harga dan persentase keberhasilan. Untuk tanaman anggrek dengan teknik seedling memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman anggrek dengan teknik mericlone. Dengan demikian penerimaan yang diterima perusahaan dari tanaman anggrek dengan teknik seedling relatif lebih kecil.

Penanganan untuk mengatasi risiko produksi PT EGF dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya. Oleh karena itu diversifikasi usahatani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi. Selain itu untuk penanganan risiko juga dapat dilakukan kerjasama penyediaan bibit dengan konsumen, hal ini dapat mengurangi risiko produksi akibat ketidaktersediaan bibit, usaha pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot juga dapat dilakukan, sehingga tanaman dengan kategori rusak mekanis masih dapat dimanfaatkan.

(4)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK PHALAENOPSIS

PADA PT EKAKARYA GRAHA FLORA

DI CIKAMPEK, JAWA BARAT

SRY WISDYA H34076144

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Judul : Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaenopsis Pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat Nama Mahasiswa : Sry Wisdya

NIM : H34076144

Disetujui : Pembimbing

Ir. Narni Farmayanti, MSc NIP 19630228 199003 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaenopsis Pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Sry Wisdya H34076144

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 September 1984. Penulis adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Fahrizal dan Ibunda Asma Amir.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD 04 Pagi Jakarta Timur samapai kelas empat dan pindah ke Bogor pada kelas lima di SDN Sirnagalih V Bogor dan menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1997. Pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTPN 3 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 7 Bogor diselesaikan pada tahun 2003.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Diploma III Manajemen Agribisnis pada tahun 2003 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), kemudian pada tahun 2007 penulis melanjutkan ke Ekstensi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti pendidikan penulis pernah menjadi panitia acara Seminar Pembiayaan Syariah yang diselenggarakan oleh Keluarga Muslim Ekstensi (KAMUS) pada tahun 2008.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaenopsis Pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat.

Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko produksi dalam pengelolaan tanaman anggrek yang dilakukan PT Ekakarya Graha Flora dan menganalisis alternatif yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi PT Ekakarya Graha Flora dalam menjalankan usahanya.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2009 Sry Wisdya

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian Skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen evaluator kolokium yang telah memberikan saran dan masukan dalam skripsi ini.

3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

5. Ayah (Fahrizal) dan Ibu (Asma Amir) serta keluarga tercinta Cani, Bang Dede, Tita, Putri dan Nanda untuk setiap dukungan cinta kasih, semangat dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 6. Pihak PT Ekakarya Graha Flora atas waktu, kesempatan, informasi dan

dukungan yang diberikan kepada penulis.

7. Teman-teman seperjuangan angkatan 3 ekstensi agribisnis dan sahabatku Ovie, Soraya, Aci, Dani, Kiki, Ismi, Tata, Komar, Indah yang setia menemani dalam perkuliahan dan setiap tugas yang diberikan.

8. Sahabat tercinta yang telah memberi semangat kepada penulis: Yuyun, Lia, Tika, Putri dan Icha.

9. Temanku Yusni yang banyak memberi masukan dan bantuan dalam pengolahan data.

10.Teman Magangku Arva, terima kasih atas kebersamaan yang singkat dan penuh makna.

(10)

11.Sekretariat Agribisnis atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

Semoga segala kebaikan, doa, semangat dan cinta kasih yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Bogor, September 2009. Sry Wisdya

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Anggrek ... 7

2.1.1 Karakteristik Anggrek ... 7

2.1.2 Sejarah Anggrek ... 8

2.1.3 Keunggulan Anggrek ... 9

2.1.4 Teknik Pembibitan ... 10

2.1.5 Budidaya Anggrek Phalaenopsis ... 10

2.2 Penelitian Terdahulu ... 12

2.2.1 Penelitian Tentang Anggrek ... 12

2.2.2 Penelitian Tentang Risiko ... 12

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16

3.1.1. Konsep Risiko ... 16

3.1.2 Sumber-Sumber Risiko ... 18

3.1.3. Manajemen Risiko ... 19

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 20

BAB IV METODE PENELITIAN ... 22

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 22

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 23

4.3.1 Analisis Risiko ... 23

4.3.1.1 Analisis Risiko Pada Kegiatan Usaha Spesialisasi ... 23

4.3.1.2 Analisis Risiko Pada Kegiatan Usaha Diversifikasi ... 26

4.3.2 Analisis Pendapatan ... 27

(12)

BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 29

5.1. Sejarah Umum Perusahaan ... 29

5.2. Lokasi Usaha PT Ekakarya Graha Flora ... 29

5.3. Ruang Lingkup Usaha Perusahaan... 30

5.4. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ... 30

5.5. Organisasi dan Manajemen Perusahaan ... 31

5.6. Sumber Daya Perusahaan ... 34

5.7 Produksi ... 36

5.7.1. Teknis Produksi ... 37

5.7.2. Sarana dan Prasarana Produksi ... 40

5.8 Pemasaran Anggrek Phalaenopsis ... 41

5.9 Analisis Pendapatan ... 44

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

6.1. Analisis Risiko Produksi ... 48

6.1.1. Penilaian Risiko Produksi Pada Kegiatan Spesialisasi ... 52

6.1.2. Penilaian Risiko Produksi Pada Kegiatan Diversifikasi ... 54

6.2 Alternatif Untuk Mengatasi Risiko Produksi ... 57

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

7.1. Kesimpulan ... 59

7.2. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Volume dan Nilai Ekspor-Impor Komoditas Hortikultura Tahun

2005-2006 ... 1 2. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas

Komoditas Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2007-2008 ... 2 3. Studi Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Penelitian ... 15 4. Jumlah Karyawan PT Ekakarya Graha Flora Berdasarkan Jenis

Kelamin dan Status Tahun 2009 ... 35 5. Jumlah Karyawan PT Ekakarya Graha Flora Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Pada PT Ekakarya Graha Flora

Tahun 2009 ... 36 6. Peralatan Produksi dan Panen Pada PT EGF ... 40 7. Daftar Kegiatan dan Pameran yang Pernah Diikuti PT EGF

Tahun 2004-2008 ... 44 8. Rincian Biaya Produksi Tanaman Anggrek Teknik Seedling

Pada PT Ekakarya Graha Flora periode pertama (12 bulan)

dengan luas rak 450 m2 Tahun 2008 ... 45 9. Rincian Biaya Produksi Tanaman Anggrek Teknik Mericlone

Pada PT Ekakarya Graha Flora periode pertama (12 bulan)

dengan luas rak 450 m2 Tahun 2008 ... 47 10. Rata-Rata Persentase Keberhasilan Produksi dan Pendapatan

Perusahaan Dalam Memperoleh Produksi Tertinggi, Normal dan Terendah Pada Bibit Anggrek Phalaenopsis Teknik

Seedling dan Mericlone Pada PT EGF Tahun 2008 ... 48 11. Penilaian Expected Return Berdasarkan Persentase Keberhasilan

Produksi dan Pendapatan Pada Tanaman Anggrek Teknik

Seedling dan Mericlone ... 51 12. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Persentase Keberhasilan

Produksi Pada Tanaman Anggrek Teknik Seedling dan

Mericlone ... 52 13. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan Bersih

(14)

14. Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Persentase Keberhasilan Produksi Pada Tanaman Anggrek Teknik Seedling dan Mericlone dan Portofolio Anggrek Teknik

Seedling dan Mericlone Pada PT EGF ... 55 15. Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan

Pada Tanaman Anggrek Teknik Seedling dan Mericlone dan Portofolio Anggrek Teknik Seedling dan Mericlone

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Persentase Keberhasilan Produksi Anggrek Phalaenopsis

Ukuran Pot 2,5 inch Pada PT EGF Tahun 2008... 4

2. Grafik Harga Tanaman Anggrek Phalaenopsis Ukuran Pot 2,5 inch Pada PT EGF Tahun 2008... 5

3. Anggrek Phalaenopsis ... 8

4. Hubungan Fungsi Kepuasan dan Pendapatan ... 16

5. Hubungan Risiko dan Return ... 18

6. Alur Kerangka Pemikiran Operasional……… 21

7. Alur Produksi Anggrek Seedling Pada PT Ekakarya Graha Flora…….. 37

8. Alur Produksi Anggrek Mericlone Pada PT Ekakarya Graha Flora…… 39

9. Saluran Pemasaran PT PT Ekakarya Graha Flora……... 44

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi PT Ekakarya Graha Flora Tahun 2009 ... 63 2. Pola Tanam Anggrek Phalaenopsis Teknik Seedling dan Mericlone

Pada PT EGF Tahun 2008 ... 64 3. Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan PT Ekakarya Graha

Flora Untuk Tanaman Anggrek Teknik Seedling 12 periode

Tahun 2008………. 65 4. Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan PT Ekakarya Graha

Flora Untuk Tanaman Anggrek Teknik Mericlone 12 periode

Tahun 2008 ... 66 5. Data Produksi Tanaman Anggrek Teknik Seedling Pada PT Ekakarya

Graha Flora selama 12 periode Tahun 2008……… 67 6. Data Produksi Tanaman Anggrek Teknik Mericlone Pada PT Ekakarya

Graha Flora selama 12 periode Tahun 2008………. 68 7. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Presentase Keberhasilan

Produksi Pada Tanaman Anggrek Teknik Seedling dan Mericlone

Pada PT Ekakarya Graha Flora Tahun 2008……… 69 8. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan Bersih

Pada Tanaman Anggrek Teknik Seedling dan Mericlone Pada

PT Ekakarya Graha Flora Tahun 2008……… 70 9. Gambar Tanaman Anggrek Phalaenopsis Pada PT Ekakarya

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Perkembangan pengusahaan subsektor hortikultura dapat dilihat dari perkembangan volume dan nilai ekspor impor komoditas hortikultura tahun 2007-2008 pada Tabel 1.

Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor-Impor Komoditas Hortikultura Tahun 2007- 2008 No Komoditas Hortikultura 2007 2008 Perkembangan Volume (Juta kg) Nilai (juta US$) Volume (Juta kg) Nilai (US$) Volume (%) Nilai (%) 1 Sayuran Ekspor 209,35 137,11 175,93 171,46 -15,96 25,05 Impor 237,30 107,10 262,86 153,17 10,77 43,02 2 Buah-buahan Ekspor 157,62 93,65 323,89 234,86 105,49 150,78 Impor 357,43 320,44 329,77 315,94 -7,74 -1,40 3 Tanaman Hias Ekspor 15,88 12,57 3,34 9,23 -78,97 -26,57 Impor 9,42 5,13 7,87 4,12 -16,45 -19,69 4 Biofarmaka Ekspor 7,68 6,36 14,67 9,44 91,02 48.43 Impor 1,45 0,86 0,72 0,59 -50,34 -31.40

Sumber : Dirjen Hortikultura, 2009 (diolah)

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa komoditas hortikultura pada tahun 2007-2008 mengalami fluktuasi. Peningkatan volume ekspor terbesar terjadi pada komoditas buah-buahan yaitu sebesar 105,49 persen, sedangkan penurunan volume ekspor terbesar terjadi pada komoditas tanaman hias yaitu sebesar 78,97 persen. Penurunan ekspor tanaman hias diduga akibat persaingan yang semakin tinggi antar negara dan daya saing yang meningkat dari negara produsen tanaman hias lain seperti Singapura, Thailand, dan Belanda. Daya saing

(18)

yang mendukung negara-negara produsen lain diantaranya kualitas dan kuantitas produk, penggunaan bibit unggul, pengangkutan, birokrasi dan lain-lain (Ditjen Hortikultura, 2008).

Penurunan volume impor terjadi hampir di setiap komoditas yaitu sayuran (15,96%), tanaman hias (16,45%), dan biofarmaka (50,34%). Penurunan impor ini dikarenakan permintaan dalam negeri sebagian dipenuhi dari produksi dalam negeri. Produksi komoditas hortikultura sangat berpengaruh pada perkembangan ekspor dan impor, khususnya komoditas tanaman hias yang mengalami penurunan volume ekspor cukup besar. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas komoditas tanaman hias di Indonesia pada tahun 2007-2008 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2007-2008.

Komoditas Luas Panen (juta m2) Produksi (juta tangkai) Produktivitas (Tangkai/m2) Perkembangan (%) 2007 2008 2007 2008 2007 2008 Luas Panen Pro- duksi Produk- tivitas Anggrek 1,23 1,25 9,48 15,34 5,92 6,99 1,63 61,81 18,07 Krisan 4,28 6,53 66,98 99,16 6,35 9,76 52,57 48,04 53,70 Mawar 1,69 0,91 59,49 39,13 10,15 10,50 -46,15 -34,22 3,45 Sedap malam 0,61 0,64 21,69 21,18 8,20 6,74 4,92 -2,35 -17,80 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, 2009

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas pada beberapa komoditas tanaman hias. Peningkatan produktivitas tertinggi terjadi pada tanaman Krisan yaitu sebesar 53,70 %. Penurunan produktivitas terjadi pada tanaman Sedap Malam yaitu sebesar 17,80 %. Untuk komoditas tanaman anggrek mengalami peningkatan produksi tertinggi yaitu sebesar 61,81 %. Hal ini dikarenakan tanaman anggrek memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia.

Permintaan anggrek di dunia terus meningkat untuk berbagai keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat serta untuk ungkapan dukacita. Hongkong, Singapura dan Amerika Serikat merupakan negara yang cukup banyak meminta anggrek asal Indonesia, karena bunga

(19)

3 3 anggrek Indonesia memiliki keunikan warna dan bentuk yang berbeda dengan anggrek manapun di dunia (Deptan, 2007).

Menurut Menteri Pertanian Anton Priyantono (2007), sasaran produksi anggrek periode tahun 2005 – 2010 adalah tersedianya produk anggrek sebanyak 16.166.628 pot pada tahun 2005 menjadi 19.284.219 pot tahun 2010 sesuai standar mutu pasar domestik dan internasional. Untuk memenuhi target yang telah ditetapkan, pemerintah telah mencanangkan program pengembangan tanaman anggrek, diantaranya adalah penyediaan varietas unggulan spesifik lokasi dibarengi dengan perbanyakan benih secara mericlonal untuk mendapatkan tanaman seragam, pengembangan kawasan sentra produksi berbasis pasar dan potensi daerah, peningkatan kualitas SDM, pengembangan kelembagaan on farm dan off farm dalam pola koperasi, korporasi manajemen dan konsorsium, pengembangan jejaring dan jaringan kerja di dalam dan luar negeri, kompilasi database profil anggrek dan peluang promosi anggrek (Ditjen Hortikultura, 2007).

Tanaman anggrek memiliki karakteristik yang berbeda dengan tanaman hias lainnya. Pengusahaan budidaya anggrek membutuhkan waktu yang lama (dari pembibitan sampai berbunga membutuhkan waktu kurang lebih dua tahun) dan pemeliharaan khusus untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Bibit anggrek sangat rentan terhadap penyakit dan virus sehingga dibutuhkan pengelolaan risiko produksi yang tepat agar pengusahaan anggrek menguntungkan.

PT Ekakarya Graha Flora (PT EGF) adalah salah satu perusahaan agribisnis yang mengusahakan tanaman anggrek, yaitu Phalaenopsis (70%) dan Dendrobium (30%). Produk yang dihasilkan adalah Phalaenopsis pot plant, Dendrobium cut flower dan Dendrobium pot plant yang diproduksi berdasarkan pesanan pelanggan.

PT EGF dipilih karena merupakan salah satu perusahaan penghasil anggrek yang cukup besar yang berskala internasional. Peran PT EGF dalam menghasilkan produk anggrek sekitar 10 persen dari total produksi nasional dan telah lama berusaha dalam agribisnis anggrek yaitu lebih dari 12 tahun.

(20)

1.2 Perumusan Masalah

PT Ekakarya Graha Flora (PT EGF) merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang mengusahakan tanaman hias anggrek Phalaenopsis dan Dendrobium. Tanaman anggrek yang dihasilkan, dipasarkan ke berbagai wilayah di Indonesia dan luar negeri. Phalaenopsis pot plant adalah produk unggulan dan memiliki permintaan terbesar untuk diekspor. Phalaenopsis yang diproduksi PT EGF terdiri dari pot plant dengan ukuran 2,5 inch dan 3,5 inch. Dalam penelitian ini akan dikaji risiko produksi pada tanaman pot plant yang menggunakan bibit teknik seedling dan teknik mericlone dengan ukuran pot 2,5 inch. Hal ini dikarenakan pada ukuran 3,5 inch tanaman sudah mulai kuat dan lebih tahan terhadap hama penyakit serta telah diseleksi jika ada yang mengalami mutasi gen.

Dalam mengelola usahanya, perusahaan memiliki risiko yang dihadapi antara lain yaitu risiko produksi. Risiko produksi dapat disebabkan oleh kondisi cuaca, serangan hama dan penyakit, mutasi gen, tanaman yang tumbuh tidak seragam (stagnan), kerusakan mekanis (handling). Adanya risiko hasil produksi menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang akan diperoleh perusahaan.

PT EGF memiliki produktivitas yang berfluktuasi setiap periode selama masa tanam berlangsung. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar1. Grafik Persentase Keberhasilan Produksi Anggrek Phalaenopsis Ukuran Pot 2,5 inch Pada PT Ekakarya Graha Flora Tahun 2008 Sumber : PT Ekakarya Graha Flora Tahun, 2009

Keberhasilan Produksi (%)

(21)

5 5 Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat bahwa persentase keberhasilan produksi anggrek pada PT EGF selama periode masa tanam berlangsung mengalami fluktuasi. Hal ini dikarenakan bibit tanaman anggrek sangat rentan terhadap perubahan musim sehingga mengakibatkan serangan hama penyakit, virus dan reject (mutasi gen, kerusakan mekanis, handling, stagnan). Hal ini akan berimplikasi terhadap penurunan pendapatan perusahaan.

Pengelolaan risiko yang tepat sangat dibutuhkan untuk meminimalkan risiko produksi yang mungkin dihadapi. Untuk itu dibutuhkan penilaian yang tepat untuk membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk pengelolaan risiko, karena anggrek termasuk tanaman yang memiliki pertumbuhan yang cukup lambat. Untuk menghasilkan tanaman anggrek pot plant (masih dalam bentuk daun dan belum berbunga) ukuran 2,5 inch dibutuhkan waktu pemeliharaan sekitar 10-12 bulan dari ukuran benih 2 cm.

Dalam membudidayakan anggrek Phalaenopsis PT EGF melakukan diversifikasi penggunaan bibit yaitu dengan menggunakan bibit teknik mericlone dan seedling. Hal ini merupakan salah satu alternatif untuk meminimalkan risiko produksi. Sedangkan perubahan harga produk pada PT EGF biasanya jarang terjadi. Hal ini dikarenakan telah adanya kesepakatan antara perusahaan dengan konsumen. Grafik harga tanaman anggrek pada PT EGF dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Harga Tanaman Anggrek Dalam Ukuran Pot 2,5 inch Untuk Teknik Seedling dan Mericlone

Sumber : PT Ekakarya Graha Flora Tahun, 2009

Harga per Pot (Rp)

(22)

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah apakah diversifikasi merupakan alternatif untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi PT Ekakarya Graha Flora dan adakah alternatif lain untuk mengatasinya ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis risiko produksi anggrek Phalaenopsis yang dilakukan oleh

PT Ekakarya Graha Flora pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi menggunakan bibit mericlone dan seedling.

2. Menganalisis alternatif yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi PT Ekakarya Graha Flora dalam menjalankan usahanya.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini antara lain:

1. Sebagai masukan bagi perusahaan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menjalankan usahanya pada saat menghadapi risiko.

2. Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan.

3. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1. Produk yang dikaji adalah anggrek Phalaenopsis jenis pot plant ukuran pot 2,5 inch menggunakan bibit mericlone dan seedling yang dibudidayakan di greenhouse. Hal ini dikarenakan komoditas ini adalah komoditas unggulan dari perusahaan, dengan permintaan lebih dari 70 % dari total permintaan.

2. Penelitian ini menggunakan data periode selama siklus produksi berlangsung. Data yang digunakan adalah siklus produksi bulanan Tahun 2008, dikarenakan pada tahun 2008 baru mulai diproduksi tanaman anggrek menggunakan teknik mericlone.

3. Penelitian ini difokuskan pada analisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio serta alternatif untuk mengatasi risiko.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anggrek

2.1.1 Karakteristik Anggrek

Karakteristik anggrek dapat dilihat dari daun, batang, akar, bunga dan buah, yaitu sebagai berikut :1

Anggota suku ini cenderung memiliki organ-organ yang sukulen atau berdaging tebal dengan kandungan air yang tinggi. Dengan demikian ia dapat hidup pada kondisi ketersediaan air yang rendah. Sebagai tanaman hias, anggrek tahan di dalam ruang.

Anggrek memiliki akar serabut yang menggantung. Jenis-jenis anggrek epifit yaitu mengembangkan akar sukulen dan melekat pada batang pohon tempatnya tumbuh, namun tidak merugikan pohon inang.

Batang anggrek beruas-ruas, anggrek epifit batangnya tumbuh baik, seringkali menebal dan terlindungi lapisan lilin untuk mencegah penguapan berlebihan.

Daun anggrek biasanya oval memanjang dengan tulang daun memanjang pula, khas daun monokotil. Daun dapat pula menebal dan berfungsi sebagai penyimpan air.

Bunga-bunga anggrek tersusun majemuk, muncul dari tangkai bunga yang memanjang, muncul dari ketiak daun. Bunganya simetri bilateral. Helaian kelopak bunga (sepal) biasanya berwarna mirip dengan mahkota bunga (sehingga disebut tepal). Satu helai mahkota bunga termodifikasi membentuk semacam lidah yang melindungi suatu struktur aksesoris yang membawa benang sari dan putik. Buah anggrek berbentuk kapsul yang berwarna hijau dan jika masak mengering dan terbuka dari samping.

1

(24)

Anggrek dapat diklasifikasikan sebagai berikut:2 Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida Ordo : Asparagales Famili : Orchidaceae Sub famili : Orchidoide Genus : Phalaenopsis

Species : Phalaenopsis amabilis

Contoh anggrek Phalaenopsis dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Anggrek Phalaenopsis

Sumber : PT Ekakarya Graha Flora, 2009

2.1.2 Sejarah Anggrek

Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya indah. Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia. Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yang dimanfaatkan bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga potong Anggrek bulan adalah bunga pesona bangsa Indonesia. Anggrek juga menjadi bunga nasional Singapura dan Thailand.

2

(25)

9 Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu :3

1. Anggrek Ephytis adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang/pohon lain tetapi tidak merusak atau merugikan yang ditumpangi. Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara, contohnya Dendrobium sp, Phalanopsis sp dan Catteleya sp.

2. Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada pohon atau tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang. 3. Anggrek tanah (anggrek Terrestris) adalah jenis anggrek yang hidup di atas

tanah.

2.1.3 Keunggulan Anggrek

Bunga anggrek memiliki keunggulan dibandingkan dengan bunga lainnya, keunggulan tersebut diantaranya (Sandra, 2003):

1. Anggrek merupakan salah satu tanaman hias unggulan nasional.

2. Mempunyai keragaman atau variasi bunga, baik bentuk, ukuran maupun warna.

3. Mempunyai masa berbunga yang cukup lama, yaitu sekitar satu sampai tiga bulan.

4. Banyak digunakan untuk berbagai kegiatan seperti pernikahan, parcel, rangkaian bunga, bunga potong, pot dan anggrek koleksi.

5. Anggrek mempunyai penggemar yang telah terhimpun dalam perhimpunan anggrek yang levelnya sampai tingkat internasional.

6. Mempunyai pemasaran yang cukup luas dan beragam, baik dari pasar nasional maupun internasional.

7. Anggrek merupakan tanaman eksotik, langka, beraneka ragam bentuk dan warna , indah dan menarik.

8. Anggrek tersebar diseluruh pelosok dunia kecuali di daerah Kutub Utara atau kutub Selatan. Ada sekitar 25 ribu species dan 100 ribu hibrida baru per tahun.

3

(26)

2.1.4 Teknik Pembibitan

Ada beberapa teknik dalam menghasilkan bibit anggrek, diantaranya adalah (Sandra, 2003):

a. Teknik Seedling (Generatif)

Bibit anggrek Phalaenopsis dengan teknik seedling (generatif) merupakan bibit yang dihasilkan dari kegiatan persilangan anggrek yaitu mengawinkan bunga dengan meletakkan polen (serbuk sari) pada stigma (kepala putik). Hasil dari persilangan ini adalah terjadinya proses pembentukan buah dan biji, biji anggrek inilah yang selanjutnya akan dikulturkan. Kelebihan dari perbanyakan generatif ini diantaranya akan menghasilkan hibrida-hibrida baru yang setelah diseleksi dapat menghasilkan kultivar (cultivated variety) yang unggul. Namun, kelemahan dari persilangan ini adalah hasil silangan yang sangat beragam sehingga sulit untuk produksi massal bunga potong yang seragam.

b. Teknik Mericlone (Vegetatif)

Bibit anggrek Phalaenopsis dengan teknik mericlone (vegetatif) merupakan suatu teknik perbanyakan anggrek dengan memanfaatkan kalus sebagai sarana perbanyakan bibit anggrek. Kalus atau bagian tanaman yang masih hidup seperti daun, bunga, tangkai atau akar dapat diklonkan sehingga akan dihasilkan bibit dengan kualitas yang sama dengan induknya. Dengan teknik ini akan dihasilkan bibit anggrek yang seragam dan jumlah yang banyak.

2.1.5 Budidaya Anggrek Phalaenopsis

Proses budidaya anggrek Phalaenopsis membutuhkan penyesuaian daerah (iklim), media tumbuh yang tepat, teknik penanaman, pemeliharaan, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman secara tepat agar risiko produksi produksi dapat diminimalisir. Proses budidaya anggrek adalah sebagai berikut (Direktorat Budidaya Tanaman Hias, 2009) :

1. Syarat Tumbuh

Anggrek bulan atau Phalaenopsis amabilis membutuhkan intensitas cahaya optimum antara 20%-50% dengan suhu optimum antara 180C - 290C, serta kelembaban antara 70%-80%.

(27)

11

2. Media Tumbuh

Media tanam yang dapat digunakan untuk anggrek adalah sabut kelapa, lempengan akar pakis, moss dan sabut kelapa. pH yang cocok untuk tanaman yaitu 5,5 – 6,5.

3. Teknik Penanaman

Bibit anggrek botolan yang telah berusia 1 tahun atau daunnya sudah mencapai 1 cm dan sudah muncul 2-3 helai akar. Anggrek dikeluarkan dari botol menggunakan kawat yang dibengkokkan pada bagian ujungnya. Anggrek yang baru dikeluarkan di tanam dalam pot plastik. Tiga bulan kemudian, tanaman dipindahkan ke pot yang lebih kecil yaitu ukuran 8 cm atau 10 cm dan ditanami 3-5 tanaman. Pot diisi 2/3 bagian,kemudian masukkan larutan fungisida Atasi 2ml/l dan larutan pupuk organik Suburi 2ml/l. Setelah 3 bulan dilakukan pemindahan tanaman (repotting), ke dalam pot yang lebih besar yaitu ukuran 18 cm dan ditanami 1 tanaman saja. Setiap 6-8 bulan sekali media diganti dengan yang baru.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan anggrek terdiri dari penyiraman, pemupukan dan penyiangan gulma. Penyiraman dilakukan sehari sekali. Jika suhu siang hari tinggi, bagian bawah rak dan lantai disiram. Pemupukan dilakukan 7-10 hari sekali dan dilakukan pada pagi atau siang hari. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik, karena ramah lingkungan dan mengandung unsur hara yang kompleks. Pupuk yang dapat digunakan antara lain, Growmore hijau, Hyponex hijau dan Gaviota 63 atau surplus hijau untuk pertumbuhan daun.

5. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman anggrek antara lain : semut, siput atau keong, thrips, kepik atau kumbang. Semuanya dapat dikendalikan menggunakan insektisida dan molustisida. Sedangkan penyakit yang menyerang antara lain, penyakit yang disebabkan cendawan dapat dikendalikan dengan fungisida, penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat dikendalikan dengan bakterisida, penyakit yang disebabkan oleh virus dapat dikendalikan dengan virusida atau dilakukan dengan cara mekanis yaitu membakar tanaman yang terserang dan mencegah pelukaan mekanis dengan alat yang tidak steril.

(28)

2.2 Penelitian Terdahulu

2.2.1 Penelitian Tentang Anggrek

Sugiharti (2008), meneliti tentang analisis strategi pemasaran anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora. Berdasarkan hasil analisis dengan metode SWOT, diperoleh tujuh alternatif strategi yang bisa diterapkan di PT Ekakarya Graha Flora.Berdasarkan hasil analisis QSPM, strategi terbaik yang harus dilakukan dengan nilai TAS tertinggi yaitu 3,902 adalah melakukan kerjasama dengan pihak terkait untuk mengembangkan teknologi produksi dengan teknik mericlone di dalam perusahaan agar dapat memenuhi permintaan pasar luar negeri.

2.2.2 Penelitian Tentang Risiko

Penelitian yang berhubungan dengan risiko adalah penelitian yang dilakukan oleh Merina (2004) mengenai analisis risiko menggunakan alat analisis pendapatan tunai dan analisis risiko pada perusahaan X, Bekasi. Berdasarkan nilai R/C yang diperoleh sebesar 0,88 bahwa biaya tunai yang dikeluarkan perusahaan lebih besar dari penerimaan yang diterima sehingga perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 31.878.473 tahun 2003. Hasil perhitungan analisis risiko menunjukkan bahwa nilai risiko usaha yang diperoleh sebesar Rp 45.549.095,56. Nilai tersebut menunjukkan bahwa risiko yang harus dihadapi perusahaan X setiap periode di masa yang akan datang sebesar Rp 45.549.095,56, cateris paribus. Dengan menggunakan analisis regresi diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi risiko yang sangat besar pada perusahaan tersebut adalah fluktuasi harga DOC, fluktuasi harga pakan, fluktuasi biaya obat, fluktuasi harga ayam, waktu penjualan dan fluktuasi mortalitas.

Penelitian Robi’ah (2006) menyebutkan bahwa risiko usaha dalam beternak broiler adalah tinggi. Analisis yang digunakan adalah analisis risiko dan analisis keputusan berisiko. Tingginya tingkat risiko yaitu sebesar 1,3 yang dihadapi peternak broiler dikarenakan fluktuasi harga input(pakan dan DOC) dengan struktur pasar oligopoli, fluktuasi harga output dengan struktur pasar persaingan tidak sempurna dan fluktuasi hasil produksi yang bergantung pada kondisi alam yang menyebabkan ketidakpastian yang tinggi sehingga risiko yang

(29)

13 dihadapi tinggi. Manajemen produksi yang diterapkan perusahaan juga belum dilaksanakan dengan baik sehingga perlu perbaikan agar risiko dapat dikurangi. Dengan analisis tersebut menunjukkan pada periode Lebaran expected value menambah populasi (Rp 128.969.580,00) lebih besar daripada expected value tidak menambah populasi (Rp 107.474.650,00). Sedangkan pada periode tahun ajaran baru expected value mengurangi populasi (Rp 14.368.120,00) lebih kecil daripada expected value tidak mengurangi populasi (Rp 17.960.150,00). Berdasarkan hal ini perusahaan lebih baik menambah populasi broiler pada periode Lebaran selanjutnya dan tidak mengurangi populasi broiler pada periode tahun ajaran baru berikutnya.

Penelitian Fariyanti (2008) mengenai perilaku ekonomi petani sayuran di Pangalengan Kabupaten Bandung. Analisis risiko produksi dilakukan dengan menggunakan model GARCH dan menghitung nilai varian. Berdasarkan analisis risiko dihasilkan bahwa risiko produksi kentang yang diindikasikan oleh fluktuasi produksi kentang yang disebabkan oleh risiko produksi pada musim sebelumnya dan penggunaan input, pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi, sedangkan lahan, benih dan obat-obatan menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Pada komoditas kubis, lahan dan obat-obatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko, sementara benih, pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Risiko produksi pada komoditas kentang lebih tinggi dibandingkan pada komoditas kubis sedangkan risiko harga komoditas kubis lebih tinggi dibandingkan komoditas kentang. Perilaku rumah tangga petani dengan adanya risiko produksi dan harga produk termasuk risk aversion dengan melakukan pengurangan penggunaan luas lahan garapan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Penanggulangan pengurangan risiko produksi yang dapat dilakukan yakni dengan menggunakan benih yang tahan dan bagus, penerapan teknologi irigasi dan melakukan diversifikasi. Sedangkan penanggulangan pengurangan risiko harga yang dapat dilakukan yakni dengan mengembangkan sistem kemitraan dan pembentukan kelembagaan pemasaran.

Penelitian Eva (2009) mengenai analisis risiko produksi sayuran organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan hasil analisis

(30)

risiko yang dilakukan dengan coefficien variance pada Permata Hati Organic Farm mengalami risiko produksi. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan produktivitas pada kondisi cuaca atau musim penghujan yang berdampak pada penurunan pendapatan perusahaan. Dari hasil kegiatan spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada tanaman brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai diperoleh bahwa risiko produksi paling tinggi dari keempat komoditas adalah bayam hijau karena sangat rentan terhadap penyakit, sedangkan risiko produksi berdasarkan pendapatan bersih perusahaan diperoleh risiko produksi yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah cabai keriting karena harga berfluktuasi sedangkan risiko yang paling rendah adalah bayam. Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan diversifikasi dilakukan pada tomat dengan bayam hijau dan cabai keriting dengan brokoli. Dari hasil analisis risiko portofolio menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi.

Penelitian Rahmadani (2009), mengenai analisis risiko harga Day Old Chick (DOC) Broiler dan Layer pada PT Sierad Produce Tbk Parung, Bogor. Hasil analisis risiko model ARCH-GARCH diperoleh pola pergerakan harga DOC dipengaruhi oleh kondisi penawaran dan permintaan DOC di pasar seperti pada saat menjelang Lebaran dan memasuki tahun ajaran baru. Berdasarkan hasil analisis GARCH (1,1) diperoleh risiko harga DOC broiler dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga DOC broiler periode sebelumnya dengan tanda yang positif yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan risiko harga DOC periode sebelumnya maka akan meningkatkan risiko harga DOC periode berikutnya. Koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 9,99 persen. Daftar studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan Kurnia adalah komoditas yang diteliti adalah anggrek sedangkan perbedaannya adalah alat analisis yang digunakan. Persamaan dengan Merina dan Robi’ah adalah dalam metode analisis yang digunakan yaitu analisis risiko tetapi berbeda dalam analisis regresi dan komoditas yang diteliti. Persamaan dengan penelitian Fariyanti dan Yusni adalah sama-sama menganalisis risiko menggunakan alat analisis ARCH-GARCH, perbedaannya terdapat pada komoditas yang diteliti. Persamaan dengan Putri adalah sama-sama menganalisis

(31)

15 produksi yang dilakukan pada kegiatan spesialisasi dan portofolio tetapi berbeda komoditas.

Dalam penelitian ini akan diperoleh hasil analisis risiko produksi anggrek Phalaenopsis yang dilakukan oleh PT Ekakarya Graha Flora pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi menggunakan bibit mericlone dan seedling serta mengetahui alternatif mengatasi risiko produksi anggrek Phalaenopsis yang diterapkan PT Ekakarya Graha Flora.

Tabel 3. Studi Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Penelitian

Nama

Penulis Tahun Judul Metode Analisis

Kurnia 2008

Analisis Strategi Pemasaran Anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora

QSPM dan IFE EFE

Desi Merina 2004

Analisis Pendapatan Tunai, Risiko dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Usaha Peternakan Broiler Analisis Pendapatan Tunai, Analisis Risiko, Analisis regresi Siti Robi’ah 2006

Manajemen Risiko Usaha Peternakan Broiler pada Sunan Kudus Farm di kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

Analisis Deskritif, Analisis Risiko

Anna

Fariyanti 2008

Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Analisis Risiko Model GARCH dan Menghitung Nilai Varian Putri Eva Sari 2009

Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat Analisis Deskritif, Analisis Risiko Yusni Rahmadani 2009

Analisis Risiko Harga Day Old Chick (DOC) Broiler dan Layer pada PT. Sierad Produce Tbk Parung, Bogor

Analisis Risiko Model GARCH dan Menghitung Nilai Varian

(32)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko

Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pembuat keputusan. Pada umumnya peluang terhadap suatu kejadian dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan pengalaman mengelola kegiatan usaha. Ketidakpastian menunjukkan peluang kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan (Robinson dan Barry, 1987).

Risiko adalah kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian (Harwood et al, 1999). Setiap bisnis yang dijalankan pasti memiliki risiko dan ketidakpastian. Hal ini bertentangan dengan perilaku individu yang menginginkan kepastian dalam berusaha. Indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis dapat dilihat dengan adanya variasi atau fluktuasi, seperti fluktuasi produksi, harga atau pendapatan. Untuk meminimalkan risiko yang mungkin dihadapi, dibutuhkan penilaian atau analisis risiko yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Kepuasan atau utilitas yang diterima petani (manager) dari setiap pengeluaran dalam skala besar menentukan strategi yang akan dijalankan. Maksimalisasi utilitas menjadi kriteria pilihan yang dibuat oleh manajer. Tujuan yang ingin dicapai manager adalah maksimalisasi utilitas dan bukan peningkatan pendapatan semata (Debertin,1986). Hubungan antara fungsi kepuasan dan pendapatan (income) dapat dilihat pada Gambar 4.

Utility Expected Income

Risk Averse

Risk Neutral

Risk Taker Risk Taker

RiskNeutral Risk Averse

Income Income Variance

(33)

17 Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa hubungan fungsi kepuasan dengan pendapatan adalah positif, dimana jika tingkat kepuasan meningkat maka pendapatan yang akan diperoleh juga meningkat.

Sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut (Robinson dan Barry, 1987):

1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan.

2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan.

3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan.

Beberapa konsep lainnya yang penting untuk mengukur risiko yaitu variance, standar deviation dan coeffition variation (Elton dan Gruber, 1995). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain. Kebanyakan ukuran acak yang digunakan adalah ukuran simpangan baku (standar deviation) yang menggambarkan rata-rata perbedaan penyimpangan atau kecenderungan. Semakin bervariasi hasil atau return semakin besar risiko. Coeffition variation merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternatif dari beberapa kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh. Hubungan antara risiko dan return dapat dilihat pada Gambar 5.

(34)

Return

Ekspected Return

Risiko

Gambar 5. Hubungan Risiko dan Return

Sumber : Barrons, 1993

Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa semakin besar risiko maka semakin besar pendapatan (return) yang diterima. Begitu pula sebaliknya semakin kecil risiko maka semakin kecil return yang diterima.

3.1.2 Sumber-Sumber Risiko

Beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi petani diantaranya adalah: (1) Risiko produksi, (2) Risiko pasar atau harga, (3) Risiko Kelembagaan, (4) Risiko Kebijakan, (5) Risiko Finansial (Harwood et al, 1999).

(1). Sumber risiko yang berasal dari risiko produksi diantaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh serangan hama penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia, dan lain-lain.

(2). Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang yang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain-lain. Sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain, harga yang naik karena inflasi.

(3). Risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan antara lain adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya.

(35)

19 (4). Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan antara lain adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor.

(5). Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain, adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhmbat, putaran barang rendah, laba yang menurun karena krisis ekonomi dan lain-lain.

Dari beberapa sumber risiko yang ada, dalam pengusahaan anggrek pada PT Ekakarya Graha Flora yang paling umum dihadapi adalah risiko produksi dan risiko pasar.

3.1.3 Manajemen Risiko

Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan (Darmawi , 2005).

Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen. Ada beberapa fungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau planning, organizing, actuating, controling (POAC). Dengan demikian ditambahkan satu fungsi lagi yang sangat penting yaitu menangani risiko.

Menurut Lam (2008), manajemen risiko dapat didefinisikan dalam pengertian bisnis seluas-luasnya. Manajemen risiko adalah mengelola keseluruhan risiko yang dihadapi perusahaan, dimana dapat mengurangi potensi risiko yang bersifat merugikan dan terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilan sehingga perusahaan dapat mengoptinalisasikan profit. Hal penting untuk nengoptimalkan pfofit adalah dengan mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses bisnis perusahaan.

Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian ada beberapa cara yaitu dengan diversifikasi, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak

(36)

pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Salah satu penanganan risiko yang digunakan pada penelitian ini adalah diversifikasi (portofolio).

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

PT Ekakarya Graha Flora merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang mengusahakan komoditas anggrek. Pada penelitian ini akan diambil komoditas anggrek Phalaenopsis karena komoditas ini merupakan komoditas unggulan perusahaan. Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan menghadapi risiko produksi. Langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain, menganalisis risiko produksi anggrek Phalaenopsis yang dihitung dari fluktuasi produksi. Risiko produksi terjadi karena jenis bibit yang digunakan (bibit hasil perbanyakan dengan teknik mericlone atau seedling), bibit mericlone lebih seragam dibandingkan bibit teknik seedling. Faktor penyebab fluktuasi produksi ini dipilih karena merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya kegagalan produksi. Sedangkan faktor lain dianggap telah dapat diatasi oleh PT EGF.

Setelah dilakukan penghitungan (analisis risiko produksi) maka akan diketahui tingkat risiko yang dihadapi. Tingkat risiko akan dihitung berdasarkan analisis risiko pada kegiatan spesialisasi menggunakan bibit hasil perbanyakan dengan teknik mericlone dan seedling serta analisis risiko produksi pada kegiatan diversifikasi menggunakan bibit hasil perbanyakan dengan teknik mericlone dan seedling.

Hasil analisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh perusahaan. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 6.

(37)

21 Keterangan : = Ruang lingkup penelitian

Gambar 6. Alur Kerangka Pemikiran Operasional

PT Ekakarya Graha Flora

Risiko Anggrek Phalaenopsis

Fluktuasi Produksi -Cuaca, Kerusakan mekanis -Hama dan Penyakit tanaman -Jenis bibit yang digunakan ( teknik mericlone dan Teknik seedling)

1. Spesialisasi

-bibit teknik mericlone - bibit teknik seedling

Pendapatan

2. Diversifikasi

(Portofolio) bibit teknik mericlone dan seedling

Pasar

(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Ekakarya Graha Flora Cikampek, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Jawa Barat merupakan sentra produksi anggrek dan PT Ekakarya Graha Flora dipilih karena merupakan salah satu perusahaan penghasil anggrek yang cukup besar yang berskala internasional. Peran PT EGF dalam menghasilkan produk anggrek sekitar 10 persen dari total produksi nasional. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu bulan Juni-Juli 2009.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan yaitu, manajer dan karyawan perusahaan untuk mengetahui keadaan umum perusahaan, manajemen perusahaan kegiatan produksi, yang dapat mengetahui risiko yang terjadi di perusahaan dan penyebabnya serta mengetahui bagaimana proses penanganan risiko yang selama ini dilakukan perusahaan.

Data sekunder diperoleh dari PT Ekakarya Graha Flora yaitu gambaran umum perusahaan yang meliputi data luas lahan yang diusahakan, harga produk, biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, jumlah produksi yang dihasilkan, serta data-data lainnya yang diperlukan dalam analisis risiko, literatur dan instansi yang terkait seperti BPS, Departemen Pertanian, Direktorat Budiadaya Tanaman Hias, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Tanaman Hias, perpustakaan LSI IPB, internet dan literatur lain yang relevan.

(39)

23

4.3 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data. Data dan informasi yang telah terkumpul diolah dengan bantuan program Microsoft Excel. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini untuk mengetahui gambaran umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan.

Analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan perusahaan berdasarkan penilaian pengambilan keputusan di perusahaan yang dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko produksi. Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi penyebab risiko produksi, melakukan pengukuran risiko, penanganan risiko dan evaluasi untuk melihat efektivitas manajemen risiko yang diterapkan perusahaan.

Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko dan analisis pendapatan. Analisis risiko meliputi analisis risiko pada kegiatan usaha spesialisasi dan diversifikasi penggunaan bibit dengan teknik mericlone dan seedling.

4.3.1 Analisis Risiko

4.3.1.1 Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Spesialisasi

Penentuan peluang berdasarkan suatu kejadian pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang telah terjadi sebelumnya. Peluang dari masing-masing kegiatan budidaya akan diperoleh pada setiap kondisi yakni tertinggi, normal dan terendah. Pengukuran peluang (P) pada setiap kondisi diperoleh dari frekuensi kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung dan secara sistematis dapat dituliskan :

P= f / T

Keterangan : f : Frekuensi kejadian ( kondisi tertinggi, normal dan terendah) T : Periode waktu proses produksi

(40)

Peluang yang dihitung berdasarkan komoditas anggrek Phalaenopsis menggunakan bibit teknik mericlone dan seedling. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu dan secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut :

= n

i 1

Pij = 1

Penelitian ini menggunakan peluang berdasarkan tiga kondisi yakni kondisi tertinggi, normal dan kondisi terendah. Hal ini dilakukan berdasarkan acuan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Fariyanti (2008) dan Putri (2009).

Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan expected return. Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi peluang masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti. Rumus expected return dituliskan sebagai berikut :

E(Ri) =

= n

i 1

Pi . Ri

Dimana : E(Ri) = Expected return

Pi = Peluang dari suatu kejadian 1,2,3 ; (1= Kondisi Tertinggi,

2= Kondisi Normal, 3= Kondisi Terendah) Ri = Return (Produktivitas dan Pendapatan)

Untuk mengukur sejauh mana risiko yang dihadapi dalam menjalankan usaha terhadap hasil atau pendapatan yang diperoleh perusahaan digunakan pendekatan sebagai berikut :

a. Variance

Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995): = 2 i σ

= m j 1 Pij (Rij - Ř i)2

(41)

25 Dimana : σi2 =Variance dari return

Pij = Peluang dari suatu kejadian 1,2,3...( (1= Kondisi Tertinggi,

2= Kondisi Normal, 3= Kondisi Terendah) Rij = Return

Ř i = Expected return

Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.

b. Standard Deviation

Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut :

= i

σ

√ 2 i

σ

Dimana : 2 = i

σ

Variance

σ

i = Standard deviation c. Coefficient variation

Coefficient variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi.

Rumus coefficient variation adalah :

CV =

σ

i / Ř i

Dimana : CV = Coefficient variation

σ

i = Standard deviation Ř i = Expected return

(42)

4.3.1.2 Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Diversifikasi

Kegiatan usaha diversifikasi juga tidak terlepas dari risiko usaha. Diversifikasi adalah salah satu upaya untuk meminimalisasi risiko yang ada. Risiko yang dihadapi disebut dengan risiko portofolio. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Diversifikasi yang dilakukan perusahaan adalah dengan cara diversifikasi produk yaitu anggrek Phalaenopsis menggunakan bibit jenis mericlone dan seedling. Berdasarkan informasi dari perusahaan, Fraction portofolio yang digunakan pada masing-masing komoditas yakni 60 % untuk komoditas anggrek Phalaenopsis menggunakan bibit teknik mericlone dan 40 % untuk komoditas anggrek Phalaenopsis menggunakan bibit teknik seedling. Hal ini dikarenakan kualitas yang dihasilkan dari bibit mericlone dan seedling berbeda sehingga proporsi yang digunakan berbeda. Selain itu disesuaikan juga dengan kapasitas bibit yang tersedia.

Jika investasi digunakan untuk dua aset maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995):

σ

p2 = k2

σ

ij2 + (1-k) 2

σ

ij 2 + 2 k(1-k)

σ

ij

Dimana :

σ

p2 = Variance portofolio untuk investasi aset i dan j

σ

ij = Covariance antara investasi aset i dan j

k = Fraction portofolio pada investasi aset i sebesar 60 %

(komoditas anggrek Phalaenopsis menggunakan bibit teknik mericlone)

(1-k) = Fraction portofolio pada investasi aset j sebesar 40 % (komoditas anggrek Phalaenopsis menggunakan bibit teknik seedling)

(43)

27 Covariance antara kedua aktiva i dan j dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Elton dan Gruber, 1995):

σ

ij = ρij

σ

i

σ

j

Dimana : ρij = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan j

Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρij) mempunyai nilai maksimum positif satu (+1) dan minimum negatif satu (-1). Beberapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi

dari dua aset i dan j selalu bergerak bersama-sama (searah).

2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah.

3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan yang lain.

4.3.2 Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan dapat diperoleh dari penerimaan (Total Return / TR) perusahaan dikurangi biaya-biaya (Total Cost / TC) (input, tenaga kerja, operasional, pemasaran dan lain-lain) yang dikeluarkan perusahaan selama masa periode masa tanam berlangsung dan secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut (Kadarsan, 1992):

π

= TR-TC Dimana :

π

= Laba

TR = Total Return (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya-Biaya )

(44)

4.4 Definisi Operasional

1. Pendapatan dapat diperoleh dari penerimaan perusahaan dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan selama masa periode masa tanam berlangsung. 2. Peluang (P) merupakan frekuensi kejadian setiap kondisi dibagi dengan

periode waktu selama kegiatan berlangsung.

3. Expected return adalah jumlah dari produktivitas atau pendapatan yang diharapkan.

4. Variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan Expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian.

5. Return yang digunakan berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih yang diterima.

6. Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance.

7. Coefficient variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan (expected return).

8. Covariance merupakan hasil perkalian nilai korelasi antara dua aset dengan standard deviation masing-masing aset.

9. Diversifikasi merupakan suatu kebijakan untuk menyalurkan modal ke arah berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin tingkat pendapatan seaman mungkin.

Gambar

Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor-Impor Komoditas Hortikultura Tahun 2007-                       2008  No  Komoditas  Hortikultura  2007  2008  Perkembangan Volume  (Juta  kg)  Nilai  (juta US$)  Volume (Juta kg)  Nilai  (US$)  Volume (%)  Nilai (%)  1  Say
Tabel  2.  Perkembangan  Luas  Panen,  Produksi  dan  Produktivitas  Komoditas   Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2007-2008
Gambar  2.  Grafik  Harga  Tanaman  Anggrek  Dalam  Ukuran  Pot  2,5  inch  Untuk Teknik Seedling dan Mericlone
Gambar 3.  Anggrek  Phalaenopsis  Sumber : PT Ekakarya Graha Flora, 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

1 point for an incorrect answer based on minor arithmetic errors with the correct procedure OR 1 point for the correct answer (or an answer based on an incorrect answer from part

BOBOT 1 Pretest test Tes tulisan (UTS) Menyebukan dan menjelaskan dengan benar ;seluruh materi pembelajaran pertemuan 1 Menyebukan & menjelaskan dengan benar ;sebagian

Rasio (perbandingan) antar satu data dengan data yang lainnya dapat diketahui dan mempunyai arti. Titik nol merupakan titik mutlak.. Statistik yang sesuai dengan data

Menggunakan informasi pelanggan yang diperoleh dari berbagai sumber untuk menciptakan suatu profil pelanggan yang dapat dijual kepada perantara informasi atau perusahaan

Pada gambar 2.1 di atas dijelaskan bahwa ARKL merupakan pendekatan yang digunakan untuk melakukan penilaian risiko kesehatan di lingkungan dengan output adalah

Tidak ada nasihat untuk laki-laki selain harus menjadi kuat dan terus mengawini istri agar menghasilkan banyak keturunan, sedangkan nasihat untuk perempuan sangat

Darah Mens adalah darah tabu, arah menstruasi (menstrual blood) dianggap darah tabu (menstrual taboo) dan perempuan yang sedang menstruasi menurut kepercayaan

4 5 Pada indikator Jenis Produk Baru, tanggapan Pemilik UMKM Mie Nges-Nges didukung oleh tanggapan Karyawan UMKM Mie Nges-Nges dengan skor yang termasuk kategori