• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transportasi Umum

Transportasi menurut Tamin (2003) adalah adanya pergerakan barang dan dimungkinkan nya akses ke semua wilayah dan adanya pergerakan penduduk ke seluruh wilayah sehingga mobilitas terakomodasi. Kemudian, menurut Morlok (1995) fungsi dari transportasi adalah sebagai penggerak atau pemindah orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain untuk tujuan tertentu dengan menggunakan sistem tertentu.

Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau barang yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau barang yang tercakup dalam suatu tatanan, baik secara alami maupun buatan rekayasa (Gunadarma, 1997). Sistem transportasi diselenggarakan dengan maksud untuk mengkoordinasi proses pergerakan penumpang dan barang dengan mengatur komponen – komponen yang mana prasarana merupakan media untuk transportasi, sedangkan sarana merupakan alat yang digunakan dalam proses transportasi yang dibedakan dalam dua bentuk, yaitu kendaraan dan pengangkut (kabin). Tujuan sistem transportasi ini adalah agar proses transportasi penumpang dan barang dapat dicapai secara optimum dalam ruang dan waktu tertentu dengan mempertimbangkan faktor keamanan, kenyamanan, kelancaran, serta efisiensi atas waktu dan biaya (Gunadarma, 1997).

Sistem transportasi memiliki dua komponen (Salim, 2002), meliputi: a. Angkutan Umum

Moda transportasi merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengangkut barang atau penumpang dengan menggunakan angkutan atau alat angkut tertentu. Moda transportasi terbagi atas tiga macam berdasarkan lokasi atau medan yang dilalui, yaitu:

1. Transportasi Darat

(2)

digunakan didaratan, moda transportasi darat meliputi : kereta api, kendaraan bermotor, dan gerobak yang ditarik oleh manusia ataupun hewan.

Moda transportasi darat dipilih berdasarkan faktor-faktor: ● Tujuan perjalanan

● Jenis dan spesifikasi kendaraan ● Ketersediaan moda

● Jarak perjalanan ● Kepadatan pemukiman 2. Transportasi Air

Transportasi air hanya dapat dilalui bila medan yang ditempuh sebagian besar terdiri dari air seperti, laut, sungai, dan danau untuk itu moda transportasi yang digunakan adalah kapal, perahu, atau rakit. 3. Transportasi Udara

Transportasi udara dilakukan dengan cara terbang, untuk itu hanya ada dua jenis moda transportasi yang dapat digunakan yaitu, pesawat terbang dan helikopter.

b. Manajemen

Dalam manajemen sistem transportasi, dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu:

1. Manajemen penjualan dan pemasaran jasa angkutan

Manajemen penjualan dan pemasaran bertugas atau bertanggung jawab untuk mencari pelanggan sebanyak mungkin bagi kepentingan perusahaan, selain itu mereka juga bertanggung jawab terhadap pengoperasian dan pengusahaan di bidang pengangkutan.

2. Manajemen lalu lintas angkutan

Tugas dan tanggung jawab manajemen lalu lintas adalah untuk mengatur ketersediaan jasa angkutan.

(3)

2.2 Angkutan

Arti dari angkutan menurut Munawar (2005) adalah semacam alat yang digunakan untuk memindahkan barang maupun orang dari suatu tempat menuju tempat lainnya dengan memakai kendaraan. Alat atau kendaraan yang digunakan sebagai kendaraan umum merupakan kendaraan bermotor yang difasilitasi untuk pemakaian oleh umum dengan dikenakan biaya atau bayaran atas jasa yang diterima. Kendaraan juga dapat diartikan sebagai alat yang dapat bergerak di jalan yang dapat dibedakan menjadi kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Penyelenggaraan angkutan umum dijelaskan dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum yang merupakan kendaraan yang mengangkut perpindahan orang atau barang dari tempat asal menuju tempat tujuan tertentu. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 35 Tahun 2003, semua kendaraan bermotor yang digunakan dan dipersiapkan untuk kepentingan umum, dapat meminta atau menarik biaya secara langsung maupun tidak langsung.

Sistem perangkutan menurut Warpani (2002) memiliki peranan yang sangat penting untuk mendorong, menunjang, dan mendukung seluruh aspek kehidupan seperti pada bidang sosial budaya, bidang ekonomi, bidang politik, ataupun bidang pertahanan dan keamanan negara. Sistem perangkutan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kepentingan banyak pihak/orang, oleh sebab itu pengembangan dan pembangunan sarana angkutan perlu dikembangkan dan ditata dengan sangat baik. Peran angkutan umum dijelaskan sebagai berikut:

a. Peran angkutan untuk pengembangan wilayah

Dalam upaya untuk memanfaatkan SDA ataupun mobilisasi SDM, dan sumber daya teknologi sebagai langkah pemerataan pembangunan pada daerah yang tidak dapat berjalan tanpa adanya dukungan dari sistem perangkutan yang baik dan memadai, peran angkutan juga dapat dikatakan sebagai urat nadi kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik dan pertahanan keamanan. Untuk itu sistem perangkutan sudah seharusnya ditata dan terus dikembangkan sejalan dengan tuntutan akan perkembangan dunia yang tidak pernah berhenti.

(4)

b. Peran angkutan sebagai alat untuk mobilitas barang

Dalam memenuhi kebutuhan pokok di kehidupan, masyarakat setiap hari selalu mengandalkan peran angkutan. Segala aspek kehidupan manusia hampir tidak lepas dari kebutuhan akan keperluan angkutan. Kehidupan masyarakat yang terus meningkat, bertumbuh dan berkembang, menuntut perkembangan akan sistem perangkutan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang kian meninggi sebagai contoh seperti berbelanja, pengiriman barang dan lain sebagainya.

c. Peran angkutan sebagai alat untuk mobilitas orang

Dalam mobilitas orang, angkutan memiliki peranan yang penting sebagai penggerak dan pemindah orang dari suatu tempat menuju tempat tertentu. Kebutuhan akan angkutan disesuaikan dengan permintaan dari masyarakat, kemudian angkutan juga seharusnya dapat menyesuaikan pelayanan angkutan umum, dengan biaya yang dikenakan.

2.2.1 Angkutan Perkotaan

Pelayanan antar kota pada suatu daerah kota atau pembangunan jaringan peladenan dibangun oleh angkutan perkotaan yang terdapat dalam suatu daerah metropolis atau kota raya, sedangkan menurut Warpani (2002) angkutan kota merupakan angkutan yang berada pada suatu wilayah administrasi kota. Ada berbagai macam pelayanan dalam jaringan peladenan, yaitu angkutan pedesaan yang melayani atau meladeni daerah di luar area kota maupun perkotaan. Pelayanan peladenan dibagi atas 3 jenis, yaitu angkutan pedesaan, angkutan kota, dan angkutan perkotaan. Seolah membagi wilayah administrasi, hal ini dapat berpeluang untuk terjadinya benturan antara dua atau lebih pihak terhadap kepentingan administrasi pemerintahan dalam aturan pelayanan angkutan umum, sedangkan pengguna jasa tidak ingin tau dengan batas wilayah administrasi.

(5)

2.3 Angkutan Umum Penumpang

Angkutan umum penumpang adalah kendaraan yang mengangkut penumpang dengan menerapkan sistem sewa atau bayar. Alat transportasi umum menurut Miro (2011) adalah alat yang digunakan sebagai pengangkut barang dan manusia dengan menggunakan kendaraan yang bersifat umum dan menerapkan sistem pembayaran. Sistem pembayaran yang dikenakan kepada pengguna alat transportasi atau penumpang sesuai dengan jarak yang ditempuh. Diharapkan dengan adanya pelayanan angkutan umum, proses pengangkutan barang atau orang dapat berjalan dengan baik, aman, dan nyaman serta dapat memberikan kemudahan bagi para pengguna dalam menjalankan aktivitas. Salah satu hal yang mempengaruhi kualitas jasa adalah biaya, penentuan biaya ini dimaksudkan untuk dilakukan secara efektif.

Kendaraan yang bergerak menggunakan peralatan/perangkat mesin yang terdapat pada kendaraan disebut kendaraan bermotor. Sedangkan kendaraan yang tidak memakai mesin sebagai alat penggeraknya disebut kendaraan tidak bermotor yang meliputi sepeda, becak, gerobak dan sebagainya.

Kendaraan umum merupakan kendaraan yang disediakan oleh suatu perusahaan yang bergerak dibidang angkutan umum untuk dipakai dengan dikenakan biaya atau pembayaran. Ada dua unsur yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan yaitu, jalan dan moda transportasi.

Moda transportasi terbagi dalam 3 jenis yaitu :

1. Moda transportasi darat berupa: sepeda, motor, mobil, kereta api dan bus. 2. Moda transportasi udara berupa: pesawat terbang dan sejenisnya. 3. Moda transportasi air berupa: rakit, perahu, dan kapal.

Menurut Salim (2002), Angkutan penumpang dapat dilihat dari beberapa segi yaitu :

a. Pengangkutan penumpang antar kota kendaraan.

b. Alat pengangkutan yang digunakan adalah; bus, mobil sedan, angkutan kereta api, angkutan menggunakan kapal laut dan pengangkutan dengan pesawat udara.

(6)

c. Selain daripada itu pengangkutan penumpang penyebaran secara geografis yaitu transmigrasi, angkutan turis dalam negeri ke daerah-daerah.

Adapun alasan-alasan yang menyebabkan orang melakukan pergerakan atau perjalanan adalah sebagai berikut (Warpani, 2002):

a. Berdasarkan asal b. Berdasarkan tujuan c. Berdasarkan lintasan d. Berdasarkan waktu

Menurut UU No. 22 Tahun 2009 Angkutan massal harus didukung dengan: a. Mobil bus yang berkapasitas angkut massal (sistem angkutan

menggunakan mobil bus dengan lajur khusus yang terproteksi sehingga memungkinkan peningkatan kapasitas angkut yang bersifat massal. b. Lajur khusus

c. Trayek angkutan umum lain yang tidak berimpitan dengan trayek angkutan massal.

d. Angkutan pengumpan

Angkutan umum diselenggarakan oleh pemerintah sebagai tujuan untuk memenuhi kebutuhan pergerakan masyarakat dan tetap berpegang teguh pada kelancaran arus lalu lintas secara keseluruhan. Tujuan utama dari keberadaan angkutan umum penumpang adalah menyelenggarakan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat dan kriteria pelayanan yang baik untuk angkutan umum penumpang antara lain adalah cepat, aman, nyaman, dan juga murah . Dengan adanya angkutan umum diharapkan dapat membuat volume lalu lintas kendaraan semakin berkurang. Penyebab berkurangnya volume lalu lintas adalah angkutan umum dapat digunakan oleh banyak orang secara massal per angkutannya sehingga beban biaya dalam pengoperasiannya dibagi kepada banyak orang atau penumpang yang semakin banyak penumpang maka beban biaya yang dikenakan akan semakin ditekan semurah mungkin per penumpangnya. Angkutan umum ialah angkutan massal yang mempunyai persamaan asal dan tujuan diantara para penumpang yang pengumpulan penumpangnya berada di terminal, tempat pemberhentian ataupun

(7)

halte. Tetapi persamaan tempat yang dituju oleh penumpang belum tentu membuat mereka mempunyai maksud yang sama. Keseimbangan antara permintaan dengan persediaan angkutan umum dapat membuat pelayanan angkutan umum semakin berjalan baik.

Angkutan umum penumpang memiliki fungsi yaitu, melayani perpindahan penumpang dan kepentingannya dalam melaksanakan aktivitas seperti aktivitas sehari – hari, perjalanan pendek, menengah, ataupun bila sewaktu – waktu jauh (antar kota antar provinsi). Fungsi angkutan umum juga sebagai pengendali volume lalu lintas, perluasan wilayah, juga penghematan energi yang merupakan fungsi lain pelayanan angkutan umum dari berbagai aspek.

2.4 Permintaan Angkutan Umum

Permintaan angkutan umum menurut Warpani (1990) adalah permintaan secara tak langsung yang awal mulanya dari kebutuhan perjalanan oleh manusia dan juga kebutuhan pengiriman barang atau jasa. Permintaan angkutan biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan seperti, pergi ke sekolah, menuju pusat perbelajaan, berwisata, dan lain sebagainya.

Dengan adanya angkutan, membuat orang atau barang berpindah dari satu tempat menuju tempat lain menjadi hal yang mungkin dilakukan. Mengacu pada UU RI No. 22 TH. 2009 Pasal 138 menyebutkan bahwa dalam penyelenggaraan angkutan umum untuk memenuhi kebutuhan, angkutan haruslah aman, nyaman, selamat, dan juga biaya yang dikenakan terjangkau. Sebagai pemakai angkutan, masyarakat dilayani oleh angkutan dengan berbagai cara kemampuan dan kemauan.

Permintaan akan angkutan perlu memperhatikan beberapa unsur yaitu:  Tempat asal

 Tempat tujuan  Volume

Pendapatan konsumen dapat mempengaruhi permintaan atas barang atau jasa yang mana bergantung pada harga dari barang atau jasa yang ditawarkan. Untuk contoh permintaan akan angkutan sebagai alat angkut perjalanan tergantung pada

(8)

pendapatan orang yang melakukan perjalanan itu. Pemilihan angkutan dilihat dari beberapa faktor, yaitu (Warpani, 1990):

 Tujuan perjalanan

 Jarak yang ditempuh perjalanan

 Penghasilan yang didapat dari perjalanan

Peran angkutan umum adalah memenuhi kebutuhan manusia dalam pergerakan atau mobilitas dari suatu tempat menuju tempat lain. Meskipun mobilitas semakin tinggi dengan perpindahan jarak yang jauh ataupun dekat, angkutan umum harus tetap memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat pengguna jasa angkutan, baik dari kalangan masyarakat pada kelompok choice atau masyarakat kelompok captive yang terpaksa menggunakan angkutan umum dalam memenuhi kebutuhan mobilisasi nya. Dengan baiknya pelayanan yang diberikan, diharapkan masyarakat kelompok choice lebih memilih untuk menggunakan angkutan umum daripada menggunakan kendaraan pribadi karena dapat membantu mengurangi volume arus lalu lintas kendaraan.

Angkutan umum dapat dikategorikan sebagai angkutan umum yang baik apabila memiliki pelayanan yang cepat, aman, nyaman, dan murah. Penggunaan ruas jalan angkutan umum lebih efisien daripada kendaraan pribadi.

Pengelolaan sistem angkutan umum harus dikelola secara efektif dan efisien dalam pemakaian biaya yang sewajarnya. Menurut Warpani (2002) maksud dari efektif dan efisien adalah sebagai berikut:

1. Efektif, memiliki arti yang meliputi :

 Kapasitas tercukupi, dengan tersedianya sarana dan prasarana dalam memenuhi kebutuhan penumpang sebagai pengguna jasa.

 Tertib, dalam penyelenggaraan angkutan dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan undang – undang serta norma yang berlaku di masyarakat.

 Terpadu, adanya jaringan pelayanan antar moda dan intra moda.  Cepat dan lancar, penyelenggaraan pelayanan angkutan dilakukan

dalam waktu yang singkat dengan melihat kecepatan arus per satuan waktu.

(9)

 Tepat dan teratur, dapat mewujudkan penyelenggaraan angkutan yang sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

 Aman dan nyaman, dalam penyelenggaraan angkutan harus selalu memperhatikan keselamatan sehingga dapat terhindar dari kecelakaan dan juga gangguan eksternal agar dapat terwujud kenyamanan dan ketenangan dalam perjalanan.

2. Efisien mengandung arti :

 Biaya yang terjangkau, ketersediaan angkutan harus disesuaikan dengan daya beli masyarakat supaya dapat menjaga kelangsungan pemilik jasa angkutan.

 Kemanfaatan tinggi, angkutan dapat digunakan dan dimanfaatkan dengan baik dalam indikator tingkat muatan penumpang maupun barang dan tingkat pengguna sarana dan prasarana.

 Beban publik rendah, semakin banyak penumpang maka semakin sedikit biaya yang dikenakan kepada penumpang sebagai bayaran atas pengoperasian angkutan umum.

2.5 Sistem Angkutan Umum Penumpang

Seluruh kendaraan bermotor yang dipersiapkan untuk dimanfaatkan dan digunakan untuk kepentingan umum serta dikenakan biaya atau bayaran, baik secara langsung maupun tidak langsung menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum. Definisi operator angkutan umum menurut UU No. 22 Tahun 2009 pasal 1 adalah suatu badan hukum yang mempersiapkan kendaraan bermotor untuk digunakan sebagai pelayanan jasa angkutan umum barang dan orang. Pengelompokkan transportasi perkotaan terdiri dari angkutan umum penumpang dan angkutan umum barang, yang dimaksud sebagai angkutan umum penumpang adalah kendaraan umum yang mengangkut penumpang dengan dikenakan biaya bayar atau sewa, contoh angkutan umum penumpang antara lain, angkutan kota, bus mini, bus, taksi, kereta api, kapal, pesawat, dan sebagainya.

(10)

2.6 Trayek Angkutan Umum

Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (SK687/AJ.206/DRJD/2002), kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan dalam pelayanan angkutan orang disebut jaringan trayek.

Dalam menerapkan jaringan trayek ada beberapa faktor yang digunakan sebagai pertimbangan, faktor tersebut meliputi:

 Pola Pergerakan Penumpang Angkutan Umum

Arah yang mengikuti pergerakan penumpang angkutan merupakan rute angkutan umum yang baik yang menyebabkan pergerakan angkutan yang lebih efisien. Dalam perancangan trayek angkutan, harus menyesuaikan pola dari pergerakan masyarakat sebagai calon penumpang sehingga transfer moda yang terjadi selama penumpang dalam perjalanan dapat di minimalisir.

 Pola Tata Guna Lahan

Penyediaan aksesibilitas yang baik harus diusahakan sebagai pelayanan angkutan umum. Dalam upaya untuk memenuhinya, diusahakan bahwa lintasan trayek angkutan umum melewati tata guna tanah dengan potensi permintaan akan angkutan umum yang tinggi juga lokasi yang berpotensi menjadi tujuan utama para penumpang harus diusahakan menjadi prioritas dalam pelayanan.

 Karakteristik Jaringan Jalan

Kondisi jaringan jalan akan menentukan pola pelayanan trayek angkutan umum. Karakteristik angkutan jalan meliputi konfigurasi, klasifikasi, fungsi, lebar jalan dan tipe operasi jalan.

 Daerah Pelayanan

Pelayanan angkutan umum, selain memperhatikan wilayah - wilayah potensial pelayanan, juga menjangkau semua wilayah yang ada. Hal itu sesuai dengan konsep pemerataan pelayanan terhadap penyediaan fasilitas angkutan umum.

(11)

 Kepadatan Penduduk

Faktor penentu yang menjadi prioritas pada pelayanan angkutan umum adalah wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, yang merupakan wilayah dengan potensi permintaan angkutan yang tinggi. Trayek diusahakan sedekat mungkin menjangkau wilayah itu.

Berdasarkan PP No. 41 tahun 1993, pembagian jaringan trayek digolongkan menjadi jaringan trayek terbagi atas 5 macam yaitu :

1. Trayek pedesaan yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah kabupaten Daerah Tingkat II. Trayek pedesaan diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan sebagai berikut:

a. Mempunyai jadwal yang tetap dan atau tidak terjadwal b. Pelayanan lambat

c. Dilayani oleh mobil bus umum dan atau mobil penumpang umum d. Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan

2. Trayek kota yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah kota madya Daerah Tingkat II atau trayek dalam daerah khusus ibukota. Trayek kota terdiri dari:

a. Trayek langsung diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan : ● Mempunyai jadwal tetap

● Melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang bersifat massal dan langsung

● Dilayani dengan mobil bus umum ● Pelayanan cepat

● Jarak pendek

● Melalui tempat-tempat yang ditetapkan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang

b. Trayek ranting yang diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan: ● Melayani angkutan dalam kawasan pemukiman

● Dilayani dengan bus umum dan atau mobil penumpang umum

(12)

● Jarak pendek

● Melalui tempat-tempat yang ditetapkan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang

c. Trayek cabang yang diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan: ● Mempunyai jadwal tetap

● Melayani angkutan antar kawasan pendukung, antara kawasan pendukung dan kawasan pemukiman

● Dilayani dengan mobil bus umum ● Pelayanan cepat dan lambat ● Jarak pendek

● Melalui tempat-tempat yang ditetapkan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang

d. Trayek utama yang diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan: ● Mempunyai jadwal tetap

● Melayani angkutan antar kawasan utama, antara kawasan utama dan kawasan pendukung dengan ciri melakukan perjalanan pulang - pergi secara tetap dengan pengangkutan yang bersifat massal

● Dilayani oleh bus umum ● Pelayanan cepat atau lambat ● Jarak pendek

● Melalui tempat-tempat yang ditetapkan hanya untuk menaikkan dan menurunkan penumpang

3. Trayek antar kota dalam provinsi yaitu trayek yang melalui antar Daerah Tingkat II dalam satu wilayah Provinsi Daerah Tingkat 1. Trayek antar kota dalam provinsi diselenggarakan dengan memenuhi ciri-ciri pelayanan sebagai berikut:

 Pelayanan cepat dan atau lambat  Mempunyai jadwal yang tetap  Dilayani oleh mobil bus umum

(13)

4. Trayek antar kota antar provinsi yaitu trayek yang melalui lebih dari satu wilayah Provinsi Daerah Tingkat 1. Trayek antar kota antar provinsi dan trayek lintas batas negara diselenggarakan dengan memenuhi ciri-ciri pelayanan yaitu sebagai berikut:

 Mempunyai jadwal tetap  Pelayanan cepat

 Dilayani oleh mobil bus umum

 Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan 5. Trayek lintas batas negara yaitu trayek yang melewati atau melewati batas

negara.

2.7 Tarif Angkutan

Tarif angkutan merupakan besarnya jumlah biaya yang harus dibayarkan atau dikenakan kepada penumpang angkutan umum atas jasa yang telah diberikan, tarif yang dikenakan dinyatakan dalam satuan rupiah. Maksud dari penetapan tarif adalah sebagai pendorong untuk terciptanya pelayanan sarana dan prasarana yang optimal dengan pertimbangan lintasan yang bersangkutan (Dephub, 2002).

Pemberlakuan tarif angkutan umum di Indonesia berbeda tergantung dari jenis kendaraan angkutan umum yang digunakan. Ketentuan tentang penetapan tarif angkutan umum ditetapkan oleh pemerintah. Pedoman atas penentuan tarif yang berlaku terdiri dari tarif angkutan penumpang dan tarif angkutan barang. Penetapan tarif tetap berlaku bagi angkutan penumpang dengan jalur trayek yang dilayani oleh moda transportasi angkutan kota dan bus. Besaran tarif untuk tarif yang berlaku merupakan tarif jarak pada setiap trayek yang telah ditetapkan oleh tiap pemilik usaha angkutan umum yang besar nilainya diantara atau sama dengan tarif batas bawah dan tarif batas atas.

Kebijakan mengenai penetapan tarif dapat dilihat sebagai kebijakan multi sisi. Pada satu sisi, kebijakan ini dapat membuat orang lebih tertarik menggunakan angkutan umum sehingga lalu lintas dapat dikendalikan, dan disisi lain hal ini dapat dimanfaatkan sebagai pendorong perluasan dan perkembangan pada suatu wilayah atau daerah.

(14)

Tarif angkutan telah ditentukan dan ditetapkan oleh pemilik usaha angkutan umum dengan sedemikian rupa dan tidak ada biaya tambahan lagi yang dibebankan kepada penumpang. Tarif jasa menurut Miro (2011) merupakan harga yang ditentukan oleh pengusaha jasa angkutan umum untuk pengguna angkutan umum tersebut. Pembayaran tarif angkutan umum melalui sistem sewa, ketentuan pemilik jasa, atau ketentuan pemerintah.

2.7.1 Jenis Tarif Angkutan Umum

Sistem tarif angkutan kota memiliki dua macam tarif yaitu, tarif yang seragam tanpa melihat jarak yang ditempuh dan tarif progresif yang semakin meningkat berdasarkan jarak tempuh yang dilalui oleh penumpang sehingga makin jauh perjalanan maka makin tinggi biaya yang harus dibayarkan.

1. Tarif Seragam

Pada penentuan tarif ini, tarif tidak memperdulikan seberapa jauh jarak yang ditempuh, baik itu jauh maupun dekat dikenakan tarif yang sama atau tetap. Hal yang tidak menguntungkan pada tarif ini adalah apabila ada penumpang yang melakukan perjalanan dengan jarak pendek, maka mereka harus membayar tarif yang sama dengan penumpang yang melakukan perjalanan panjang. Sketsa penentuan tarif dapat dilihat pada Gambar 2.1 (Warpani,2002).

Gambar 2.1 Penentuan Tarif Seragam (Warpani,2002)

2. Tarif Progresif

Tarif Progresif merupakan sistem tarif yang memiliki konsep, semakin jauh perjalanan maka akan semakin tinggi tarif yang dikenakan atas jasa angkutan. Terdapat tarif minimal dan tarif tambahan selanjutnya bertambah seiring jauhnya

(15)

perjalanan. Penerapan sistem tarif ini sangat tepat ditetapkan untuk angkutan antar kota maupun angkutan perkotaan. Sketsa penentuan tarif dapat dilihat pada Gambar 2.2 (Warpani,2002).

Gambar 2.2 Penentuan Tarif Progresif (Warpani,2002)

Miro (2011) menyatakan bahwa bentuk-bentuk tarif jasa sistem transportasi dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu:

1. Tarif Berdasarkan Jarak

Sistem tarif ini ditentukan dari jarak yang ditempuh oleh penumpang. Tarif berdasarkan jarak dihitung dari perkalian besar tarif dengan besar tarif per kilometer dan jarak tempuh perjalanan yang mana telah ditetapkan nilai tarif minimumnya. 2. Tarif Berdasarkan Zona

Pada sistem ini tarif dikenakan sesuai dengan daerah pelayanan perangkutan yang telah dibagi ke dalam beberapa zona. Dalam menentukan zona ini, dilakukan penentuan dari pusat kota menuju pinggiran kota. Sistem tarif ini tidak menguntungkan atau merugikan bagi para penumpang yang melakukan perjalanan jarak pendek di dalam dua zona yang berdekatan karena harus membayar tarif untuk dua zona. Sketsa penentuan tarif dapat dilihat pada gambar 2.3 (Miro,2011).

(16)

Gambar 2.3 Penentuan tarif berdasarkan Zona. (Miro,2011)

3. Tarif Menurut Jasa Tertentu dan Persaingan

Penentuan besaran tarif ditentukan dari pengguna jasa, apabila pengguna jasa merupakan pelanggan tetap, biasanya penyedia jasa akan memotong tarif jasa yang dikenakan. Persaingan besar tarif yang dikenakan terjadi apabila jumlah pengguna jasa sepi, maka tarif yang dikenakan akan lebih murah dari standar tarif yang berlaku.

4. Tarif Menurut Golongan Barang

Pada sistem ini, penggunaan tarif dan jenis barang menjadi penentu besaran tarif, biasanya penentuan tarif ini digunakan oleh pengguna dan pemilik usaha jasa angkutan barang saja. Pemilik jasa angkutan dan pengguna jasa akan bernegosiasi dalam menentukan tarif yang dikenakan.

2.7.2 Kebijakan Penentuan Tarif

Dalam menentukan kebijakan tarif, tidak hanya dapat didasarkan melalui perhitungan biaya saja, karena di dalam kebijakan tersebut terkandung tujuan untuk pelayanan masyarakat (Warpani, 2002). Penetapan harga/tarif angkutan umumnya didasarkan dengan biaya operasi (penyelenggaraan) jasa atau kontribusi angkutan yang terdiri atas : biaya tetap, ialah biaya yang tidak terpengaruh oleh aktivitas pengoperasian kendaraan, biaya berubah, yaitu biaya yang berubah sejalan dengan kegiatan pengoperasian kendaraan, dan biaya umum yaitu biaya yang sukar atau

(17)

tidak bisa didistribusikan secara tepat ke setiap pelayanan/jasa angkutan, karena digunakannya fasilitas yang sama (Warpani, 2002).

Kebijakan dalam penentuan tarif angkutan umum didasarkan atas beberapa hal, yaitu:

1. Penetapan Tarif Berdasarkan Biaya Operasional

Berdasarkan biaya operasional, perhitungan tarif dihitung dengan satuan biaya operasional yang ditetapkan yaitu per ton kilometer yang berlaku pada angkutan penumpang. Agar perhitungannya dapat dipermudah, maka satuan biaya operasional dikelompokkan berdasarkan sifatnya yang terdiri dari, biaya tetap atau

fixed cost, biaya variabel atau variable cost, biaya khusus atau special cost, dan

biaya umum atau common cost.

Kelompok biaya tetap terdiri dari beberapa komponen yaitu, biaya modal, dan biaya penyusutan kendaraan. Seperti namanya biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan jumlah nominal dari hasil jasa angkutan umum, dan hasil angkutan akan berubah apabila terjadi perubahan kapasitas angkutan.

Kelompok biaya variabel terdiri dari beberapa komponen yaitu, biaya asuransi, biaya peralatan, biaya tenaga kerja, biaya bahan bakar minyak, dan biaya lain yang dapat berubah sewaktu – waktu. Perubahan biaya ini disebabkan oleh perubahan jasa angkutan yang beroperasi. Pendekatan atau prinsip yang digunakan sebagai perhitungan penentuan tarif berdasarkan biaya operasional ada tiga, yaitu:

a. Prinsip Biaya Marginal

Pada prinsip ini keuntungan yang akan diterima pengusaha jasa angkutan akan maksimal jika tarif yang ditetapkan berdasarkan biaya margin yang telah dikeluarkan, sama dengan penerimaan margin nya. Biaya dan penerimaan yang dihasilkan dari biaya dan penerimaan atau jasa tambahan merupakan biaya dan penerimaan margin.

Apabila kapasitas perusahaan penyedia jasa angkutan umum belum terpakai penuh, maka biaya rata – rata lebih besar daripada biaya margin yang artinya beban biaya tetap belum semua diberikan pada jasa angkutan yang dihasilkan. Sedangkan, apabila perusahaan penyedia jasa angkutan beroperasi dan menghasilkan biaya margin yang lebih besar dari biaya rata – rata hal

(18)

tersebut mengakibatkan inefisiensi dalam penggunaan kapasitas yang ada dan disarankan untuk dicapai dalam kapasitas yang terpakai secara keseluruhan atau penuh.

b. Prinsip biaya rata-rata

Perhitungan biaya rata – rata didapatkan dari hasil bagi antara biaya operasional dan hasil dari seluruh jasa angkutan. Biaya rata – rata juga dapat disebut dengan tarif minimum. Tarif yang diberlakukan adalah tarif minimum yang ditambah keuntungan yang didapatkan perusahaan penyedia jasa. Keuntungan perusahaan penyedia jasa sesuai dengan kebijakan yang disepakati oleh manajer, juga asosiasi dan pemerintah.

Biaya rata-rata dihitung dengan membagi hasil biaya operasional dengan seluruh jasa angkutan yang dihasilkan. Biaya rata-rata ini biasa juga disebut tarif minimum, sedangkan tarif yang diberlakukan adalah tarif minimum tersebut ditambah dengan bagian keuntungan perusahaan. Bagian keuntungan perusahaan ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan manajer dan disepakati oleh asosiasi dan pemerintah.

c. Prinsip biaya yang dikeluarkan

Besarnya biaya yang dikeluarkan merupakan dasar dari penentuan tarif, yang berarti tarif tidak dapat ditentukan lebih rendah dari biaya operasional yang dikeluarkan. Biaya tersebut sama dengan biaya variabel dan biaya rata – rata.

a) Penetapan Tarif Berdasarkan Nilai Jasa Angkutan

Tarif yang ditetapkan berdasarkan nilai jasa angkutan dapat disebut juga dengan istilah multiple price yang merupakan strategi yang sekarang banyak diikuti. Nilai yang diberikan oleh pengguna jasa angkutan. Apabila pengguna jasa angkutan memberikan nilai yang tinggi terhadap jasa angkutan yang dinikmati nya, maka tarif yang akan dikenakan juga akan tinggi. Sedangkan, apabila nilai yang diberikan oleh pengguna jasa termasuk nilai yang rendah, maka tarif yang akan ditetapkan oleh penyedia jasa angkutan umum juga akan rendah. Permintaan akan jasa angkutan menjadi faktor dalam mengetahui tinggi

(19)

atau rendahnya nilai yang diberikan pengguna jasa angkutan umum. Pengoptimalan pemakaian kapasitas dengan penetapan tarif ini bersifat diskriminatif ini biasanya dilakukan oleh perusahaan penyedia jasa angkutan umum yang memiliki armada yang besar.

b) Penetapan Tarif Berdasarkan Volume Angkutan

Prinsip penetapan tarif berdasarkan volume angkutan adalah menetapkan tarif berdasarkan antara batas minimum dan batas maksimum. Dalam penetapan tarif nya, prinsip ini menetapkan tarif atas kelompok barang tertentu dimana barang tersebut dapat memberikan penerimaan tarif tertinggi yang akan digunakan untuk menutupi biaya tetap perusahaan penyedia jasa angkutan. Besarnya volume angkutan juga harus diperhatikan dalam penetapan tarif, karena dapat mempengaruhi jumlah penerimaan perusahaan penyedia jasa angkutan. Besarnya jumlah keuntungan tergantung dari dua hal sebagai berikut: ● Elastisitas dari kurva penerimaan perusahaan penyedia jasa

terhadap jasa angkutan. ● Primer atau biaya variabel

Kebijakan penentuan tarif menurut Warpani (2002) adalah perhitungan biaya semata – mata tidak dapat dijadikan dijadikan kebijakan penentuan tarif, karena dalam penentuan tarif terkandung misi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pendekatan yang mengacu pada kebijakan penentuan tarif di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan penyedia jasa

Berdasarkan pendekatan penyedia jasa, kebijakan penentuan tarif bermaksud untuk pengembangan jasa angkutan umum dan juga menjaga kelangsungan hidup perusahaan penyedia jasa. Oleh sebab itu: ● Biaya yang dikeluarkan merupakan dasar penentuan tarif, yang

berarti tarif tersebut berperan untuk menutupi biaya operasional yang telah dikeluarkan dan dalam tarif tersebut sudah termasuk keuntungan yang didapat perusahaan penyedia jasa angkutan.

(20)

● Penetapan tarif harus dapat memberikan keuntungan supaya perusahaan penyedia jasa dapat melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana, serta dapat diwujudkan pengembalian modal investasi dengan jangka waktu yang tidak lama.

● Pertumbuhan alokasi modal yang rasional diharapkan dari penetapan kebijakan tarif agar dapat mendorong pengembangan usaha angkutan dan pemerataan pembangunan.

● Jasa perangkutan dapat dikelompokkan pada setiap layanan karena penyusunan struktur penyediaan jasa nya yang efisien berkembang ke setiap jenis jasa yang diperlukan.

2. Pendekatan pengguna jasa

Maksud dari pendekatan ini adalah agar tarif yang ditetapkan oleh penyedia jasa tidak memberatkan pengguna jasa juga memperlancar penyediaan jasa angkutan barang atau penumpang untuk kemudahan mobilitas. Oleh sebab itu:

● Penentuan tarif yang berlaku harus rasional, layak, dan adil juga dalam pengelompokkannya.

● Penentuan tarif yang berlaku yang dapat menyebabkan peningkatan kegiatan usaha dan dapat membuat pertumbuhan produksi yang menyeluruh.

● Penentuan tarif yang berlaku tidak terlalu tinggi sehingga terjangkau bagi pengguna jasa.

● Penentuan tarif yang berlaku harus dapat membuat distribusi pemasaran menjadi berkembang luas.

● Penentuan tarif yang berlaku harus ditekan serendah mungkin agar tidak mempengaruhi harga pokok barang.

3. Pendekatan Pemerintah

Maksud dari pendekatan tarif dari pemerintah adalah kebijakan tarif diharapkan dapat membuat pembangunan ekonomi semakin maju dan dapat membuat stabilitas akan keamanan dan politik dalam era globalisasi yang terdiri atas:

(21)

● Terciptanya keseimbangan kepentingan antara penyedia jasa angkutan dan pengguna jasa angkutan.

● Tercapainya upaya untuk menunjang kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

● Dapat melaksanakan dan memperhatikan hal yang berhubungan dengan penyebaran, dan pertumbuhan serta struktur kependudukan. ● Dapat mengendalikan tarif yang menjamin pengguna jasa angkutan

mendapatkan sumber daya secara maksimal.

● Mendorong pengembangan sarana untuk perkembangan teknologi yang berbentuk konservasi.

● Peningkatan kinerja atas jasa angkutan diharapkan dapat menjaga pelayanan jasa angkutan.

● Memperhatikan efisiensi dan pemerataan pembangunan dalam mencapai sumber daya yang dialokasikan secara optimal.

● Menunjang upaya tercapainya kesejahteraan sosial bagi masyarakat. ● Memperhatikan dan melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan

pertumbuhan, penyebaran, dan struktur kependudukan.

● Mengendalikan tarif yang dapat menjamin dan mendorong pengguna sumber daya secara maksimal.

● Mengembangkan dan mendorong sarana dengan memperhatikan perkembangan teknologi dalam bentuk konservasi.

● Mencapai keadaan alokasi sumber daya yang optimum dengan memperhatikan kriteria efisiensi dan pemerataan pembangunan. ● Menjaga tingkat pelayanan dalam rangka peningkatan kinerja

layanan jasa perangkutan.

Setidaknya terdapat tiga pihak yang menurut Miro (2011) memiliki hubungan erat dan kepentingan dalam menentukan nilai tarif yang berlaku atas jasa angkutan, ketiga pihak tersebut adalah:

1. Penyedia Jasa Angkutan

Penyedia jasa merupakan perusahaan yang mengelola jasa transportasi, baik secara badan hukum ataupun perorangan yang memiliki kepentingan

(22)

terhadap besar tarif yang berlaku.

 Besaran tarif harus dapat menjaga kelangsungan usaha dengan keuntungan.

 Besaran tarif harus menutupi biaya operasional yang dikeluarkan oleh penyedia jasa angkutan meskipun keadaan sepi.

 Besaran tarif harus dapat membuat alokasi modal semakin bertumbuh.  Besaran tarif harus menciptakan efisiensi dalam manajemen produksi. 2. Pengguna Jasa

Pengguna jasa merupakan orang yang melakukan perpindahan atau perjalanan dengan tujuan tertentu menggunakan alat angkutan kendaraan dengan maksud tertentu. Tarif menurut pengguna jasa ialah:

 Tarif yang dapat menjangkau daya beli pengguna jasa angkutan terlebih lagi bagi yang tergolong masyarakat ekonomi rendah.

 Tarif harus mendorong pendistribusian pemasaran secara lancar dan luas.  Tarif harus ditekan sekecil mungkin karena merupakan komponen penting pada perhitungan biaya pokok dalam produksi barang oleh pabrik yang menghasilkan barang karena akan berdampak pada kenaikan harga jual barang apabila tarif tinggi.

 Tarif harus diberlakukan secara rasional, adil dan layak serta tidak diskriminatif terhadap golongan tertentu.

 Tarif harus bisa membuat kegiatan sosial berkembang lebih intens.  Tarif harus bisa membuat peningkatan terhadap kegiatan usaha dan

kreasi, serta dapat membuat peningkatan jumlah produksi barang. 3. Pemerintah

Pemerintah merupakan pihak yang mengatur kegiatan masyarakat, baik itu pemerintah tingkat pusat ataupun pemerintah daerah. Penetapan tarif jasa transportasi menurut pemerintah meliputi:

 Penetapan tarif jasa harus bisa menjaga kestabilan ekonomi dan kesejahteraan sosial secara nasional.

(23)

dan jumlah permintaan jasa angkutan yang seimbang.

 Penetapan tarif jasa harus bisa mendorong dan menjamin sumber daya agar digunakan secara maksimal.

 Penetapan tarif jasa harus bisa membuat mobilitas penduduk menjadi lancar.

 Penetapan tarif jasa harus bisa membuat dorongan akan pengadaan sarana transportasi yang lebih inovatif.

 Penetapan tarif jasa harus bisa mengendalikan kepentingan antara penyedia jasa dengan pengguna jasa.

2.7.3 Penetapan Tarif Angkutan Umum

Penetapan tarif angkutan umum menurut SK Direktorat Jenderal Perhubungan Darat No. 687 Tahun 2002, terbagi menjadi sebagai berikut:

1. Biaya pokok, merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk operasional kendaraan yang menghasilkan satuan unit produksi jasa angkutan.

2. Faktor muat, merupakan hasil banding dari kapasitas muat yang terjual dengan kapasitas muat angkutan dalam satu perjalanan yang biasa dituliskan dalam satuan persen.

3. Sistem produksi, merupakan pembagi untuk seluruh biaya yang dikeluarkan dalam produksi.

4. Alat produksi, merupakan kendaraan angkut yang dipakai dalam proses produksi jasa angkutan. Dapat menggunakan fasilitas tambahan, ataupun tidak.

5. Rit, merupakan satuan yang menunjukkan satu kali perjalanan yang ditempuh dari tempat asal menuju tempat yang dituju.

6. Waktu tempuh/rit, merupakan lamanya waktu yang ditempuh selama perjalanan dalam satu rit.

7. Jarak tempuh/rit, merupakan jarak yang ditempuh kendaraan dalam satuan km untuk satu kali perjalanan yang ditempuh dari tempat asal menuju tempat yang dituju.

(24)

8. Jarak tempuh, merupakan panjang jarak yang ditempuh dalam satuan km pada satu hari.

9. Frekuensi, merupakan jumlah suatu perjalanan dalam waktu tertentu.

10. Kapasitas angkut, merupakan jumlah maksimal penumpang yang dapat dibawa baik dalam keadaan duduk ataupun berdiri dengan ketentuan yang telah berlaku.

11. Kapasitas terjual, merupakan jumlah tempat duduk yang telah terpakai dan jumlah penumpang yang berdiri dalam perjalanan angkutan.

12. Hari operasi, merupakan waktu dalam hari perbulan untuk beroperasi. 13. Kilometer efektif, merupakan jarak yang ditempuh dalam satuan kilometer

pada saat kendaraan beroperasi.

14. Seat km tersedia, merupakan jumlah kursi yang tersedia berdasarkan satuan kilometer yang dihitung dengan cara perkalian jumlah kursi yang tersedia dan frekuensi perjalanan juga jarak yang ditempuh.

15. Seat Km (Pnp Km) terjual, merupakan jumlah kursi yang terjual berdasarkan satuan kilometer yang dihitung dengan cara perkalian jumlah kursi yang tersedia dan frekuensi perjalanan juga jarak yang ditempuh.

Dasar dalam penetapan tarif menurut Miro (2011) didasarkan pada:

a. Biaya yang telah dikeluarkan yang ditambah dengan keuntungan penyedia jasa.

b. Pembayaran jasa angkutan berdasarkan atas kemampuan masyarakat membayar.

c. Tarif yang kebijakannya ditetapkan oleh pemerintah. d. Keuntungan yang menjadi tujuan penyedia jasa angkutan.

Menurut Tamin (1999) ada beberapa macam dasar penentuan tarif yaitu: a. Berdasarkan biaya operasional kendaraan

b. Berdasarkan jauh dekat c. Berdasarkan geometri jalan

(25)

Menurut Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK. 687/aj.206/BRJD/2002, tarif angkutan umum penumpang merupakan hasil perkalian antara tarif pokok dan jarak (kilometer) rata-rata satu perjalanan (tarif BEP) dan ditambahkan 10% untuk jasa keuntungan perusahaan, rumusnya adalah: ... (2.1) ... (2.2) ... (2.3)

Prinsip umum yang melandasi penentuan tarif : a. Karakteristik dan juga jumlah penumpang

b. Biaya produksi atau biaya yang telah dikeluarkan untuk operasional kendaraan

Penentuan tarif menurut Tamin (1999) haruslah melibatkan tiga pihak, meliputi:

a. Operator atau penyedia jasa angkutan yang memberikan tarif atas jasa dan

pelayanan yang merupakan harga dari jasa dan pelayanan tersebut.

b. User atau pengguna jasa angkutan, atas jasa dan pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan, pengguna jasa harus membayar tarif yang dikenakan.

c. Regulator atau pemerintah, dasar penentuan tarif ditetapkan oleh pemerintah

selaku pihak yang mengatur besar pendapatan yang diterima pada sektor transportasi untuk daerah.

2.7.4 Biaya Operasional Kendaraan (BOK)

Biaya operasional kendaraan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi. Dalam perhitungan biaya tersebut, perusahaan harus teliti dalam

(26)

menghitungnya. Biaya operasional kendaraan harus selalu dianalisis karena merupakan bagian penyusun dari tarif yang akan ditentukan oleh penyedia jasa angkutan umum. Perubahan yang dapat mengubah besarnya biaya operasional yang bersifat langsung seperti contoh, perubahan dari harga bahan bakar minyak yang terjadi karena turunnya kondisi mesin, naiknya jumlah pemakaian ban akibat permukaan jalan, dan lain – lain. Usaha untuk meminimalisir biaya operasional kendaraan dapat dilakukan apabila mengetahui:

1. Biaya Langsung

Biaya ini merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan produksi jasa yang terdiri atas:

a. Biaya Tetap

a) Biaya Penyusutan Kendaraan

Untuk menghitung biaya penyusutan kendaraan, metode yang digunakan adalah metode garis lurus. Harga kendaraan yang dihitung merupakan harga kendaraan baru.

Biaya penyusutan (kend/km)

... (2.4)

b) Gaji Awak Kendaraan

Sopir dan kondektur merupakan awak kendaraan. Biaya gaji awak kendaraan (kend/km)

... (2.5)

c) STNK/Pajak Kendaraan

(27)

Biaya STNK/Pajak Kendaraan (kend/km)

... (2.6)

d) Biaya Uji KIR

Setiap 6 bulan sekali kendaraan akan melakukan uji kelayakan yang bertujuan untuk pemantauan kondisi kendaraan apakah layak jalan atau tidak.

Biaya uji KIR (kend/km)

... (2.7)

2. Biaya Tidak Tetap a) Biaya BBM

Bahan bakar yang digunakan tergantung pada jenis kendaraan angkut.

Biaya BBM (kend/km)

... (2.8)

b) Biaya Tol

Bila kendaraan melewati tol, maka disediakan biaya tol. Biaya Tol (kend/km)

... (2.9)

c) Biaya Ban

Penggunaan ban pada kendaraan bus sebanyak 6 buah ban baru. Agar dapat berfungsi selayaknya dengan baik, ban sebaiknya diganti setelah pemakaian 25.000 km (daya tahan ban)

(28)

... (2.10)

d) Biaya Servis Kecil

Servis kecil dilakukan dengan patokan jarak tempuh atau servis yang baik dilakukan setelah 4.000 km-tempuh disertai penggantian oli mesin, gemuk, oli rem.

Biaya Servis Kecil (kend/km)

... (2.11)

e) Biaya Servis Besar

Servis besar dilakukan setelah beberapa servis kecil atau dengan patokan km tempuh, yaitu pergantian oli mesin, oli gardan, oli transmisi, oli rem, gemuk, minyak rem, filter udara, filter oli, filter solar, dan kampas rem.

Biaya servis besar (kend/km)

... (2.12)

f) Biaya Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan umum dilakukan setelah 150.000 km. Biaya pemeriksaan umum per bus km

Biaya Pemeriksaan Umum (kend/km)

... (2.13)

g) Biaya Penambahan Oli Mesin

Oli mesin ditambahkan setiap hari karena oli yang menguap.

Biaya penambahan oli mesin (kend/km)

(29)

h) Biaya Cuci Kendaraan

Untuk menjaga kebersihan, maka kendaraan harus dicuci setiap hari sehingga kenyamanan dapat dirasakan oleh penumpang selama perjalanan.

Biaya cuci kendaraan (kend/km)

... (2.15)

i) Retribusi Terminal

Setiap harinya, tiap bus harus mengeluarkan biaya retribusi terminal

... (2.16)

2. Biaya Tidak Langsung

1. Biaya Pegawai Selain Awak 2. Biaya Izin Trayek

2.7.5 Ability To Pay (ATP)

Ability To Pay adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan

yang telah diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dan intensitas perjalanan pengguna. Besar ATP adalah rasio anggaran untuk transportasi dengan intensitas perjalanan. Besaran ini menunjukkan kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos perjalanan yang dilakukannya (Tamin dkk,1999).

Menurut (Tamin dkk, 1999) faktor yang dapat memengaruhi nilai ATP antara lain :

1. Jumlah pendapatan penumpang perbulan.

Jika penghasilan yang didapatkan oleh penumpang tiap bulan semakin besar, maka uang yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan

(30)

mobilitas nya juga akan semakin besar.

2. Biaya transportasi yang dialokasikan dari pendapatan

Kemampuan penumpang dalam membayar tarif angkutan akan semakin besar apabila biaya transportasi yang dialokasikan dari pendapatan semakin besar, begitu pun sebaliknya.

3. Frekuensi perjalanan

Apabila frekuensi perjalanan semakin tinggi dan semakin jauh, hal ini dapat membuat alokasi biaya yang harus disediakan perbulannya untuk transportasi semakin meningkat.

4. Jumlah anggota keluarga.

Jika jumlah anggota keluarga semakin banyak, maka hal ini akan mengakibatkan semakin banyak nya frekuensi perjalanan, mengakibatkan semakin panjang jarak tempuh perbulan nya yang akan membuat alokasi biaya untuk transportasi semakin meningkat.

Dalam melakukan analisis mengenai kemampuan penumpang dalam membayar jasa angkutan umum, diasumsikan bahwa tiap anggota keluarga akan memperhitungkan alokasi dana untuk transportasi baik menggunakan kendaraan pribadi, atau kendaraan umum dalam melakukan aktivitasnya.

Tarif yang dikenakan atas biaya perjalanan merupakan hal yang patut dipertimbangkan oleh masyarakat untuk memilih angkutan yang akan digunakan dalam memenuhi kebutuhan mobilitasnya. Apabila tarif yang dikenakan pada penumpang terlalu besar dari nilai pendapatannya, penumpang akan memilih angkutan yang lebih murah, tetapi apabila pilihan nya hanya itu, dengan terpaksa penumpang akan menggunakan angkutan tersebut. Oleh sebab itu, besarnya pendapatan perbulan memengaruhi daya beli penumpang pada biaya yang dikenakan atas jasa pelayanan yang diterima.

Menurut Tamin, dkk (1999) rumus ATP sebagai berikut :

(31)

2.7.7 Willingness To Pay (WTP)

Willingness To Pay (WTP) adalah kemauan atau keinginan seseorang dalam

membayar biaya atas jasa pelayanan yang telah diterimanya (Tamin dkk, 1999). Persepsi seseorang terhadap biaya atau tarif yang dikenakan atas pelayanan yang diterima menjadi pendekatan yang akan digunakan pada analisis WTP.

Kemauan penumpang dalam membayar tarif dapat dilihat dari pelayanan yang diterima nya, tetapi terkadang penumpang hanya mementingkan dirinya sendiri, dengan meminta pelayanan yang tinggi tetapi dalam hal kemauan membayar yang rendah. Ada juga kelompok pengguna angkutan umum yang memiliki kemauan membayar diatas tarif yang berlaku.

Faktor yang memengaruhi nilai WTP antara lain (Tamin dkk, 1999): 1. Pendapat penumpang pada kualitas pelayanan

Produk dalam bentuk pelayanan jasa yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan berupa banyaknya jumlah armada yang beroperasi dan siap melayani, membuat pihak pengguna jasa atau penumpang lebih diuntungkan.

2. Utilitas pengguna terhadap angkutan umum yang digunakan.

Apabila manfaat yang dirasakan oleh penumpang atau pengguna jasa semakin besar pada pelayanan angkutan yang diberikan penyedia jasa, maka tentu semakin besar pula kesediaan atau kemampuan membayar oleh penumpang terhadap tarif yang berlaku, begitu pun sebaliknya apabila manfaat yang dirasakan oleh penumpang dirasa cukup rendah maka kemauan atau kesediaan penumpang untuk membayar akan rendah dan penumpang enggan untuk menggunakannya kembali.

3. Fasilitas yang disediakan oleh operator.

Tingkat kualitas pelayanan akan lebih baik apabila produksi jasa angkutan dilakukan secara besar, sehingga penumpang tidak perlu berdesakan karena jumlah armada yang banyak yang membuat kesediaan atau kemauan membayar penumpang menjadi lebih besar.

(32)

4. Pendapatan pengguna.

Penghasilan yang didapatkan perbulan semakin besar akan membuat kesediaan atau kemampuan membayar penumpang juga menjadi semakin besar. Hal ini karena alokasi biaya perjalanan dari pendapatan bulanan yang besar pula.

Menurut Tamin, dkk (1999) rumus WTP sebagai berikut :

……….………. (2.18)

……...… (2.19)

Menurut Tamin dkk (1999), dalam pelaksanaan untuk menentukan tarif, sering terjadi benturan antara besarnya ATP dan WTP. Kondisi tersebut antara lain:

● ATP lebih besar dari WTP

Apabila kondisi ini terjadi, dapat dipastikan bahwa rata – rata penumpang adalah kelompok choiced riders. Hal ini disebabkan kemampuan dalam membayar jasa angkutan yang lebih besar karena pendapatan yang relatif tinggi dan kemauan dalam membayarnya yang rendah terjadi karena penggunaan akan kendaraan umum yang relatif rendah.

● ATP lebih kecil dari WTP

Apabila kondisi terjadi, dapat dipastikan bahwa rata – rata penumpang adalah kelompok captive riders. Hal ini disebabkan kemauan atau kesediaan penumpang dalam membayar jasa angkutan umum, lebih besar karena kebutuhan akan mobilitas yang tinggi dan kemampuan membayar nya yang rendah karena memiliki penghasilan yang relatif rendah. ● ATP sama dengan WTP

Apabila kondisi ini terjadi, maka terjadi keseimbangan antara pendapatan yang diterima perbulan oleh penumpang dengan kebutuhan mobilitas nya, sehingga membuat keseimbangan antara kemampuan dalam membayar dan kemauan dalam membayar jasa angkutan.

(33)

2.8 Penelitian Terdahulu Yang Terkait

No Judul Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1

Analisis Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Ability To Pay (ATP), Willingness To

Pay (WTP) Dan Biaya Operasional Kendaraan (BOK), (Studi Kasus Trans

Jogja Rute 4A dan 4B) (Suryoputro dkk, 2015) Ketiga penelitian sama sama menggunakan metode perhitungan BOK menurut SK.687.Thn 2002 Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

Pada penelitian 1 dan 2, didapatkan nilai

ATP lebih tinggi daripada nilai WTP,

sehingga rata –rata penumpang angkutan umum dikategorikan sebagai kelompok Choice Riders. 2

Analisis Biaya Operasional Kendaraan, Ability To Pay Dan Willingness To Pay Untuk Penentuan Tarif Bus Trans Koetaradja Koridor III

(Jalil dkk, 2018)

3

Analisis Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Biaya

Operasional Kendaraan, Ability To Pay dan Willingness To Pay (Studi

kasus PO. ATMO Trayek Palur-Kartasura di Surakarta)

(Yuniarti, 2009)

Pada penelitian 3, didapatkan nilai ATP

lebih kecil daripada nilai WTP, sehingga rata – rata penumpang angkutan umum dikategorikan sebagai kelompok Captive Riders

Gambar

Gambar 2.1 Penentuan Tarif Seragam (Warpani,2002)
Gambar 2.2 Penentuan Tarif  Progresif (Warpani,2002)
Gambar 2.3 Penentuan tarif berdasarkan Zona. (Miro,2011)

Referensi

Dokumen terkait

AREAL LAINNYA : Diisi dengan areal perairan lepas pantai di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang tidak dikenakan PBB sebagaimana diatur dalam Pasal 3

Pengembalian akan menyebabkan promosi, kredit, komisi dan bonus akan disesuaikan atau ditarik kembali, untuk orang yang melakukan pengembalian dan untuk semua upline

Orang, proses, atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem informasi yang akan dibuat di luar sistem informasi yang akan dibuat itu sendiri, jadi walaupun

Kus (41 tahun) dengan keluhan tinnitus tanpa vertigo dan pendengaran menurun sejak empat hari sebelumnya, didiagnosis SNHL telinga kiri dengan PTA 93,75 dB

Sedangkan perbedaan penelitiaan yang dilakukan Paina dengan penelitian ini adalah pada objek kajian yang mana pada penelitian Paina meneliti tindak tutur komisif khusus

1) Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka yaitu angka pertama didepan koma dan angka kedua di belakang koma. Jika angka yang ketiga.. sama dengan atau lebih

Dalam kedudukannya sebagai pengelola barang, dan dihubungkan dengan amanat pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 17 tahun 2003, Gubernur juga berwenang mengajukan usul untuk

Apabila saya terpilih sebagai calon pimpinan Baznas Kabupaten Kuantan Singingi Periode 2021-2026, Surat Pernyataan ini akan dibuktikan dengan Surat Keterangan dari