• Tidak ada hasil yang ditemukan

MISKONSEPSI SISWA PADA PEMBELAJARAN BENTUK ALJABAR TINGKAT SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MISKONSEPSI SISWA PADA PEMBELAJARAN BENTUK ALJABAR TINGKAT SMP"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6

MISKONSEPSI SISWA PADA PEMBELAJARAN BENTUK

ALJABAR TINGKAT SMP

Mungalimah Fadliyani1

Universitas Muhammadiyah Purwokerto

1muhammadagam199@gmail.com Abstrak

Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan jenis- jenis miskonsepsi siswa pada materi bentuk aljabar, penyebab miskonsepsinya, dan cara mengatasi miskonsepsi tersebut sebagai kunci sukses memahami konsep aljabar. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan analisis data secara deskriptif kualitatif, yang tujuannya hanya untuk memperoleh informasi yang menjadi perkiraan dari hasil penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian mengenai kemampuan pemahaman konsep yang telah dilakukan oleh Yuni Kartika (2018) dan tentang analisis miskonsepsi siswa pada pembelajaran bentuk aljabar oleh RA. Herutomo (2017) dan Rizki Utami (2017). Dari hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik didapatkan kemampuan peserta didik masih tergolong rendah. Sedangkan pada miskonsepsi siswa pada pembelajaran bentuk aljabar didapati siswa kurang memahami konsep dan memahami proses pemfaktoran serta mengeneralisasi soal cerita kedalam bentuk aljabar.

Kata kunci: miskonsepsi, bentuk aljabar A. PENDAHULUAN

Dalam UU No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara ektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan Negara. Beberapa pandangan tentang pendidikan menempatkan pendidikan sebagai sebuah upaya memanusiakan manusia, dalam arti mengembangkan potensi dalam diri individu secara optimal dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai makhluk pribadi maupun makhluk sosial. Pandangan ini mengandung beberapa pengertian, yaitu bahwa pendidikan merupakan sebuah upaya sadar yang memiliki tujuan, terjadi dalam proses yang panjang dan melibatkan interaksi manusia yang tidak terbatas ruang dan waktu (Sudjana ,1991)

Pada hakikatnya, pendidikan dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran, pembersihan dan pembiasaan, dan latihan dengan memperhatikan kompetensi pedagogik, profesi, kepribadian, dan sosial. Menurut Usman (2002: 4) pembelajaran didefinisikan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Hal senada juga diungkapkan oleh Sugihartono,dkk (2007: 81) yang mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Berdasarkan pengertian di atas, maka pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu upaya penataan lingkungan yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dan sengaja dibuat untuk menciptakan suatu lingkungan yang kondusif sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung efektif dan efisien serta tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Menurut Soedjadi (dalam Hamzah: 2008) matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak, aksiomatik, dan deduktif. Komponen bahasa dalam matematika biasanya diwujudkan dalam bentuk lambang atau simbol yang memiliki makna tersendiri. Belajar

(2)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6

matematika adalah aktivitas suatu mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkannya pada situasi nyata. Untuk memahami matematika perlu memperhatikan konsep-konsep yang ada sebelumnya. Menurut Matitaputty (2016) Konsep dapat diartikan sebagai ide atau gagasan yang abstrak yang terbentuk berdasarkan pengalaman siswa dengan tujuan mempermudah siswa untuk berkomunikasi dan memungkinkan siswa untuk berpikir sesuai dengan peristiwa dan fakta serta mengidentifikasi setiap konsep. Terkait dengan hal ini, siswa sebenarnya telah memiliki konsep awal yang berasal dari pengalaman hidup mereka sebelum mereka mengikuti pembelajaran secara formal di sekolah. Konsep awal ini disebut sebagai konsepsi. Dalam pembelajaran Matematika diperlukan berbagai kemampuan, salah satunya adalah kemampuan pemahaman konsep matematis. Menurut Mawaddah (2016: 77) Pemahaman adalah suatu proses yang terdiri dari kemampuan untuk menerangkan dan menginterpretasikan sesuatu, mampu memberikan gambaran, contoh, dan penjelasan yang lebih luas dan memadai serta mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih kreatif, sedangkan konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Pemahaman konsep merupakan kemampuan yang utama yang harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran matematika, karena dalam proses pembelajaran matematika, pemahaman konsep merupakan suatu dasar yang sangat penting untuk bisa melanjutkan ke materi pokok yang lainnya (Zein, 2012). Sejalan dengan pendapat Purwanti (2016) Pemahaman konsep adalah salah satu kecakapan matematis yang harus dikuasai dalam pembelajaran matematika. Kemampuan untuk memahami konsep-konsep dalam matematika merupakan hal yang diperlukan dalam belajar matematika. Berikut ini indikator yang menunjukkan pemahaman konsep menurut Depdiknas (Wardhani, 2008) diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep adalah mampu: (1) menyatakan ulang sebuah konsep, (2) mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, (3) memberi contoh dan bukan contoh dari sutu konsep (4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis (5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, (6) menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, (7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah. Sedangkan menurut Susanto (2015) siswa dikatakan memiliki kemampuan pemahaman konsep matematika jika dia dapat merumuskan strategi penyelesaian, menerapkan perhitungan sederhana, menggunakan simbol untuk memperesentasikan konsep, dan mengubah suatu bentuk ke bentuk lain seperti pecahan dalam pembelajaran matematika.

Melalui matematika, aljabar mulai diperkenalkan kepada siswa di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pembelajaran aljabar tersebut bertujuan agar siswa mampu untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kerjasama (Ramadhani W.H, 2015). Fakta menunjukan bahwa diantara semua cabang matematika yang diajarkan, aljabar merupakan materi yang sulit dipahami siswa. Hal ini dinyatakan Yanto (2014: 14) bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal aljabar masih rendah. Senada juga disampaikan menurut Khakim (2017:4-5) dalam pembelajaran matematika siswa masih kesulitan dalam mengoperasikan soal bentuk aljabar yang mempunyai variabel yang berbeda. Kesalahan yang terjadi pada saat siswa mengoperasikan soal aljabar terletak pada variabel yang digunakan, mereka tidak menghiraukan variabel dan langsung mengoperasikannya. Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa kesalahan terletak pada konsep awal dari siswa itu sendiri. Menjadi sangat fatal apabila siswa terlebih lagi guru memiliki pemahaman yang salah atau kurang tepat terhadap suatu konsep matematika tertentu atau yang disebut miskonsepsi

Miskonsepsi menurut Thompson & Logue (2006) di definisikan sebagai kesalahan seseorang dalam memahami ide atau konsep yang dibangun berdasar pengalamannya. Sedangkan menurut Dzulfikar dalam (Suparno : 2013) miskonsepsi diartikan sebagai pemahaman konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau kesepakatan para ahli pada bidang tersebut. Miskonsepsi dapat disebabkan oleh siswa sendiri, guru yang mengajar, konteks pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks. Selain itu, perkembangan kognitif

(3)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6

siswa yang tidak sesuai dengan konsep yang dipelajari, penalaran siswa yang terbatas dan salah, kemampuan siswa menangkap dan memahami konsep yang dipelajari, dan minat siswa untuk mempelajari konsep yang diberikan dan diajarkan juga merupakan penyebab terjadinya miskonsepsi. Hal ini akan berdampak negatif kepada siswa, dimana siswa akan mengalami kesulitan memahami konsep yang disampaikan guru sehingga pengetahuan baru yang akan diterima siswa menjadi terhambat. Miskonsepsi yang dialami setiap siswa dalam satu kelas bisa berlainan satu dengan yang lainnya dengan penyebab yang berbeda-beda pula (Rizki, 2017: 38 ). Utami (2017: 38) menjelaskan banyak peneliti terdahulu yang mengkaji miskonsepsi siswa pada materi aljabar. Hasil penelusuran dari berbagai literatur dan publikasi penelitian tentang miskonsepsi siswa pada materi aljabar menunjukkan bahwa penelitian-penelitian tersebut masing-masing secara terpisah fokus pada konsepsi variabel, persamaan, pertidaksamaan, atau masalah verbal (soal cerita) dalam aljabar. Para peneliti berupaya untuk mengidentifikasi miskonsepsi berdasarkan salah satu konsep pada materi aljabar dan memberikan penjelasan secara spesifik penyebab miskonsepsi melalui proses penalaran siswa

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis- jenis miskonsepsi siswa pada materi bentuk aljabar, penyebab miskonsepsinya, dan cara mengatasi miskonsepsi tersebut sebagai kunci sukses memahami konsep aljabar. Dengan demikian akan membantu siswa dalam memahami konsep bentuk aljabar yang disampaikan oleh guru. Sehingga siswa tidak akan mengalami miskonsepsi.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan analisis data secara Deskriptif kualitatif, yang tujuannya hanya untuk memperoleh informasi yang menjadi perkiraan dari hasil penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian mengenai kemampuan pemahaman konsep yang telah dilakukan oleh Yuni Kartika (2018) dan tentang analisis miskonsepsi siswa pada pembelajaran bentuk aljabar oleh RA. Herutomo (2017) dan Rizki Utami (2017).

Tabel 1. Pedoman Pemberian Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Indikator Pemahaman Konsep Keterangan Skor Menyatakan ulang sebuah konsep Jawaban kosong 0

Tidak dapat menyatakan ulang konsep 1 Dapat menyatakan ulang konsep tetapi masih banyak

kesalahan 2

Dapat menyatakan ulang konsep tetapi belum tepat 3 Dapat menyatakan ulang konsep dengan tepat 4 Memberikan contoh

dan bukan contoh dari suatu konsep

Jawaban Kosong 0

Tidak dapat memberi contoh dan bukan contoh 1 Dapat memberikan contoh dan bukan contoh tetapi masih

banyak kesalahan 2

Dapat memberikan contoh dan bukan contoh tetapi

belum tepat 3

Dapat memberikan contoh dan bukan contoh dengan

tepat 4 Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan Jawaban kosong 0

Tidak dapat mengklasifikasikan objek sesuai dengan

konsepnya 1

(4)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6

Indikator Pemahaman

Konsep

Keterangan Skor

konsepnya tetapi masih banyak kesalahan

Dapat menyebutkan sifat-sifat sesuai dengan konsepnya tetapi belum tepat 3 Dapat menyebutkan sifat-sifat sesuai dengan konsepnya

dengan tepat 4 Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis Jawaban kosong 0

Dapat menyajikan sebuah konsep dalam bentuk representasi matematika (gambar) tetapi belum tepat dan tidak menggunakan penggaris

1 Dapat menyajikan sebuah konsep dalam bentuk representasi matematika (gambar) tetapi belum tepat 2 Dapat menyajikan sebuah konsep dalam bentuk representasi matematika (gambar) tetapi tidak menggunakan penggaris

3 Dapat menyajikan sebuah konsep dalam bentuk representasi matematika (gambar) dengan tepat 4 Mengembangkan

syarat perlu/ syarat cukup suatu konsep

Jawaban Kosong 0

Tidak dapat menggunakan atau memilih prosedur atau operasi yang digunakan 1 Dapat menggunakan atau memilih prosedur atau operasi yang digunakan tetapi masih banyak kesalahan 2 Dapat menggunakan atau memilih prosedur atau operasi yang digunakan tetapi masih belum tepat 3 Dapat menggunakan atau memilih prosedur atau operasi yang digunakan dengan tepat 4 Menggunakan,

memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu

Jawaban Kosong 0

Tidak dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi 1 Dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tetapi masih banyak kesalahan 2 Dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tetapi belum tepat 3 Dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi dengan tepat 4 Mengaplikasikan

konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah

Jawaban Kosong 0

Tidak dapat mengaplikasikan rumus sesuai prosedur dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah 1 Dapat mengaplikasikan rumus sesuai prosedur dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah tetapi masih banyak kesalahan

2 Dapat mengaplikasikan rumus sesuai prosedur dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah tetapi belum tepat

3 Dapat mengaplikasikan rumus sesuai prosedur dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dengan tepat 4

(Adaptasi Kasum, 2014)

Selanjutnya nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep tersebut diinterpretasikan menurut tabel berikut:

(5)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6

Tabel 2. Interpretasi Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

No. Nilai Kriteria

1 85,00 - 100 Sangat Baik

2 70,00 - 84,99 Baik

3 55,00 - 69,99 Cukup

4 40,00 - 54,99 Rendah 5 0,00 - 39,99 Sangat Rendah

1. Mengembangkan instrument pengukuran kemampuan pemahaman konsep matematis oleh Yuni Kartika (2018)

Soal kemampuan pemahaman konsep matematis yang diberikan adalah materi bentuk aljabar pada kelas VII SMP yang digunakan sebagai alat untuk mengukur pemahaman konsep peserta didik SMP dalam menyelesaikan soal pemahaman konsep. Soal kemampuan pemahaman konsep :

a) Sari membeli 5 buah buku tulis di sebuah toko perlengkapan sekolah. Untuk membayarnya, dia menyerahkan uang sebesar Rp 10.000,00 dan ia masih menerima kembalian sebesar Rp 1.250,00. Berapakah harga sebuah buku tulis yang dibeli Sari?

b) Tentukan hasil perkalian berikut (4ρ + 1) (ρ2 +3ρ + 6)

2. Analisis miskonsepsi pada pembelajaran bentuk aljabar melalui hasil test oleh RA. Herutomo (2017)

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA dan VIIIB di SMP Muhammadiyah 3 Kaliwungu yang berjumlah 41 orang dan diambil secara purposif sampling. Instrumen tes aljabar disusun berdasarkan materi yang diteliti, yaitu berkaitan dengan konsep variabel, operasi bentuk aljabar, pemfaktoran, dan SPLDV. Data yang dihimpun dari pelaksanaan tes aljabar berupa hasil pekerjaan siswa pada lembar jawaban yang disertai dengan langkah-langkah penyelesaiannya. Setelah hasil kerja siswa dianalisis, selanjutnya dipilih enam orang siswa untuk diwawancarai. Tujuan wawancara adalah untuk mendukung temuan miskonsepsi aljabar siswa dari hasil tes. Siswa yang akan diwawancarai adalah siswa yang melakukan kesalahan secara berulang, artinya kesalahan yang dilakukan identik pada beberapa item soal. Melalui proses wawancara siswa diharapkan mengungkapkan gagasan/alasan pemikirannya tentang jawaban soal aljabar yang mereka berikan sehingga memungkinkan untuk ditemukan permasalahan siswa secara lebih terbuka terkait miskonsepsi siswa pada materi aljabar.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yuni Kartika (2018)

Hasil kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik diperoleh berdasarkan hasil tes yang dilakukan di tuangkan dalam distribusi kemampuan pemahaman konsep matematika siswa secara keseluruhan sebagai berikut:

B e r d a s a r

kan hasil tes, nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik yang berjumalah 30 orang, dengan kisaran nilai 0,00-39,99 berjumalah 4 orang,

No Nilai Hasil Tes Kriteria

1 85,00 - 100 0,6 Sangat Baik 2 70,00 - 84,99 1,8 Baik 3 55,00 - 69,99 1,8 Cukup 4 40,00 - 54,99 3,6 Rendah 5 0,00 - 39,99 1,2 Sangat Rendah

(6)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6

40,00-54,99 berjumlah 12 orang, 55,00-69,99 berjumlah 6 orang, 70,00-84,99 berjumlah 6 orang dan 85,00-100 berjumlah 2 orang. Secara keseluruhan dikategorikan rendah.

2. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh RA. Herutomo (2017)

Hasil penelusuran miskonsepsi siswa dilakukan dengan menganalisis jawaban siswa. Kesalahan-kesalahan yang identik dikelompokkan, kemudian setelah itu dilakukan proses wawancara untuk mendukung temuan miskonsepsi aljabar siswa dari hasil tes. Sebaran miskonsepsi siswa pada tiap sub materi aljabar disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran miskonsepsi siswa pada tiap sub materi aljabar

No. Sub Materi Miskonsepsi

1. Variabel Menganggap konstanta sebagai variabel, kurang memahami konsep variabel sebagai sesuatu yang belum diketahui nilainya Menganggap variabel hanya merepresentasikan nilai/bilangan tertentu saja, bukan sebagai generalisasi anggota suatu himpunan bilangan Konjoining operasi penjumlahan dan perkalian

2. Operasi Bentuk Aljabar Mengganti variabel dengan nilai tertentu 3. Pemfaktoran Tidak memahami proses pemfaktoran

4. SPLDV Tidak bisa melakukan representasi: menyusun bentuk aljabar dan persamaan dari masalah yang diberikan Menyelesaikan soal cerita dengan memberikan penjelasan verbal Menggunakan cara menebak untuk menyelesaikan soalsoal SPLDV Menganggap variabel sebagai label

Miskonsepsi lainnya yang ditemukan adalah :

 Menganggap variabel hanya merepresentasikan nilai/bilangan tertentu saja, bukan sebagai generalisasi anggota suatu himpunan bilangan. Hal tersebut seperti pada soal pembelian buah jeruk dan apel. Direncanakan akan dibeli 15 buah dan ditanyakan banyaknya masing-masing buah apel dan jeruk yang mungkin dibeli. Ditemukan siswa menuliskan banyak apel adalah 4 buah dan jeruk sebanyak 11 buah (dan jawaban identik lainnya). Siswa belum mampu memahami bahwa banyaknya apel dan jeruk adalah pasangan 𝒙 dan 𝒚 yang memenuhi persamaan 𝒙 + 𝒚 = 15, 𝒙 dan 𝒚 anggota himpunan bilangan cacah. Hal yang sama juga terjadi ketika siswa diminta menentukan nilai 𝒏 yang memenuhi 𝟐𝒏 > 𝑛 + 2, 𝑛 anggota himpunan bilangan asli. Siswa berusaha mengganti nilai 𝒏 menggunakan bilangan asli tertentu untuk memperoleh hubungan 2𝒏𝒏 + 2, tetapi tidak memberikan kesimpulan (secara deduktif). Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Akgun dan Ozdemir (2006) kesalahan-kesalahan siswa yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman konsep variabel sebagai generalisasi bilangan, menunjukkan siswa gagal dalam proses transisi dari aritmetika menuju aljabar, penalaran siswa hanya terbatas pada pola induktif yang mengarah pada kesesatan jawaban yang diperolehnya.

 Kurangnya pemahaman siswa pada penyederhanaan dan operasi bentuk aljabar berakibat juga pada proses pemfaktoran. Siswa terlalu menyederhanakan bentuk aljabar dengan melakukan proses kanselasi. Hal tersebut sejalan dengan kesalahan prosedural siswa yang dikemukakan oleh Norton dan Irvin (2007) yaitu menerapkan

𝑎𝑥 bx = 𝑎 b pada bentuk 𝑎+𝑥 b+x = 𝑎

b . Pada penelitian ini kesalahan pemfaktoran juga terjadi

pada soal yang berkaitan dengan bentuk 𝒂𝒙 𝟐 + 𝒃𝒙 + 𝒄, 𝒂 ≠ 𝟎. Siswa menuliskan (𝒙 𝟐 + 𝟓𝒙 + 𝟔) – (𝒙 𝟐 + 𝟐𝒙 + 𝟏) = ( + 𝟓) + 𝟔 − 𝒙 (𝒙 + 𝟐) + 𝟏.

(7)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6

 Kesalahan akibat miskonsepsi representasi soal ke bentuk aljabar ataupun persamaan untuk menerjemahkan soal cerita dalam persamaan merupakan hal yang sulit bagi siswa. Siswa diminta untuk menyusun SPLDV berdasarkan informasi yang disajikan pada soal dan kemudian menyelesaikannya. Kesalahan tersebut sangat berkaitan dengan kurangnya kemampuan siswa melakukan representasi. Menurut Dreyfus (2002) representasi yang dimaksudkan disni adalah representasi simbolik, secara eksternal melalui ucapan atau tulisan, dengan tujuan untuk mengkomunikasikan konsep menjadi lebih mudah. Ketika siswa diminta menyelesaikan SPLDV𝒙 + 𝒚 = 𝟗 dan 𝟐𝒙 + 𝟑𝒚 = 𝟐𝟑, siswa mengerjakannya dengan cara menebak sehingga diperoleh hasil 𝒙 = 𝟒 dan 𝒚 = 𝟓. Menurut Filloy, Rojano, dan Solares (2003), proses itu mungkin dapat dipertimbangkan sebagai cara yang benar, akan tetapi itu menunjukkan siswa sangat defisit dalam memahami aturan pencarian solusi sistem persamaan linear dua variabel, bisa dibayangkan jika sistem itu mengandung lebih dari dua variabel, proses menebak hanya akan menyesatkan jawaban siswa.

 Kesalahan dan miskonsepsi yang ditemukan pada penelitian ini mengindikasikan kurangnya kemampuan siswa untuk berpikirsecara aljabar. Kaput (2008) menyatakan ada dua aspek penting dalam berpikir aljabar, diantaranya: (1) membuat bentuk generalisasi secara formal berdasarkan sistem penyimbolan, (2) penalaran simbol yang meliputi manipulasi simbolik. Dua aspek tersebut termuat dalam tiga cabang aljabar yang dipelajari di sekolahan, yaitu: (1) aljabar sebagai studi tentang struktur dan abstraksi sistem perhitungan, (2) aljabar sebagai studi tentang relasi dan fungsi, dan (3) aljabar sebagai aplikasi untuk memodelkan bahasa yang menyatakan penalaran tentang situasi yang dimodelkan.

D. SIMPULAN

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yuni Kartika (2018) disimpulkan sebagai berikut :

a) Kemampuan Pemahaman Konsep matematis peserta didik masih tergolong rendah. b) Pemahaman konsep bisa digunakan dengan model pembelajaran yang berbagai

macam.

2. Berdasarkan hasil penelitian RA. Herutomo (2017) maka dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi aljabar siswa antara lain:

a) Kurang memahami konsep variabel sebagai sesuatu yang belum diketahui nilainya b) Menganggap variabel hanya merepresentasikan bilangan tertentu saja, bukan

sebagai generalisasi anggota suatu himpunan bilangan c) Menganggap variabel sebagai label

d) Konjoining operasi penjumlahan dan perkalian e) Mengubah bentuk aljabar menjadi persamaan f) Tidak memahami proses pemfaktoran

g) Tidak bias melakukan representasi aljabar

h) Menyelesaikan soal cerita dengan memberikan penjelasan verbal i) Menggunakan cara menebak untuk menyelesaikan soal-soal SPLDV.

Dalam penelitian ini disarankan agar pola pikir aljabar harus diitegrasikan sejak pembelajaran aritmetika dan guru perlu mengidentifikasi miskonsepsi aljabar siswa agar tidak menjadi kendala dalam proses pembelajaran. Lebih lanjut soal- soal yang dirancang untuk menganalisis kesalahan dan miskonsepsi siswa sebaiknya dibuat bervariasi, sehingga dapat mengungkap kesalahan dan miskonsepsi siswa yang lebih beragam.

(8)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2019. Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas VII SMP Dengan Menggunakan Three Tier Test Pada Materi Aljabar. Alauddin Journal of Mathematics Education Journal hal. 19-24 homepage: http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/ajme

Agustina, Lisna. 2016. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Negeri 4 Sipirok Kelas VII Melalui Pendekatan Matematika Realistik (PMR). Jurnal Eksakta Volume 1, hal 1-6

Arifin, Fatkhul. 2018. Pengaruh Pembelajaran E-Learning Model Web Centric Course Terhadap Pemahaman Konsep Dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 12, No. 2, Juli, hal. 1-12

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Model Penilaian Kelas, (Depdiknas, Jakarta: 2006), Hal. 59

Dzulfikar, Ahmad. 2017. Miskonsepsi Matematika pada Guru Sekolah Dasar. Suska Journal of Mathematics Education Vol.3 No. 1 Tahun 2017. 41–48

Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 129-130

Herutomo, RA. 2017. Miskonsepsi Aljabar: Konteks Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP. Journal Of Basication: Jurnal Pendidikan Dasar. Vol. 1, No. 1, November, Hal. 1-8 homepage: http://ojs.uho.ac.id/index.php/PGSD

Hidayat, Syarif. Teori Dan Prinsip Pendidikan. Tangerang: 2013. Pustaka Mandiri

Kartika, Yuni. 2018. Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP Pada Materi Bentuk Aljabar. Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 2, No. 4, hal. 777-785

Mas’ud Zain dan Darto, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Pekanbaru:Daulat Riau,2012), hal.20.

Matitaputty, Christi. 2016. Miskonsepsi Siswa dalam Memahami Konsep Nilai Tempat Bilangan Dua Angka. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut “Mosharafa”, Vol. 5 No. 2 (Mei) Tahun 2016. 113-119.

Nana, Sudjana. 1991. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, (Bandung : Sinar Baru), hal. 2.

Parhaini, Andriani. 2015. Penalaran Aljabar Dalam Pembelajaran Matematika, βeta Vol. 8 No. 1 (Mei) Tahun 2016. 1-13.

Purwanti, Ramadhani Dewi. 2016. Pengaruh Pembelajaran Berbatuan Geogebra terhadap Pemahaman Konsep Matematis ditinjau dari Gaya Kognitif, Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 7 No. 1 Tahun 2016. 115 – 122.

Rizki, Utami. 2017. Analisis Miskonsepsi Siswa Dan Cara Mengatasinya Pada Materi Bentuk Aljabar Kelas VII-C SMP Negeri 13 Malang , Vol. 3 No. 1 (Februari) Tahun 2017. 37–44 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hal.

4-6.

Yanto, Hidayat Dwi. 2014. Eksperimentasi Model Pembelajaran Make A Match Dan Inside Outside Circle Pada Materi Bentuk Aljabar Siswa Kelas VIII. Ekuivalen-Pendidikan Matematika Vol. 8 No. 1 Tahun 2014. Hal. 13-18.

Gambar

Tabel 1. Pedoman Pemberian Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis   Indikator  Pemahaman  Konsep  Keterangan  Skor  Menyatakan  ulang  sebuah konsep  Jawaban kosong   0
Tabel 2. Interpretasi Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Tabel 1. Sebaran miskonsepsi siswa pada tiap sub materi aljabar

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penyusunan LKS menurut Depdiknas (2008) adalah sebagai berikut. 1) LKS membantu siswa dalam menemukan suatu konsep. Berdasarkan prinsip konstruktivisme

Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Akgun dan Ozdemir (2006) kesalahan-kesalahan siswa yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman konsep variabel sebagai

Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas no.506/c/PP/2004 (dalam Shadiq, 2009) indikator pemahaman konsep matematis siswa antara lain: menyatakan ulang sebuah konsep,

Indikator pemahaman konsep yang akan dikaji dalam penelitian ini untuk menyatakan peserta didik yang telah memahami suatu konsep adalah (1) menyatakan ulang sebuah konsep, (2)

Adapaun indikator yang digunakan oleh peneliti merupakan adaptasi dari Depdiknas, yaitu : menyatakan ulang sebuah konsep; mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat

Menurut Asep Jihat dan Abdul Haris (2008 : 149), indikator yang menunjukkan pemahaman konsep matematika meliputi: 1) menyatakan ulang sebuah konsep, 2)

Adapun indikator- indikator yang menunjukkan pemahaman konsep matematika tersebut, menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2008: 149) meliputi hal-hal berikut: (1) Menyatakan

Berikut ini adalah indikator dari kemampuan pemahaman konsep : Indikator Kegiatan Peserta Didik Bobot Skor Menyatakan ulang sebuah konsep Menulis kembali bentuk aljabar 4 20