BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perbankan dan Perkreditan
Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah ”badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Suyatno (2001 : 11), menyatakan:
Tiga fungsi terpenting dari bank, yaitu sebagai berikut: 1. sebagai perantara dalam perkreditan
kredit aktif, di mana bank bertindak sebagai pihak pemberi kredit pasif, di mana bank bertindak sebagai pihak pemberi
kredit berupa dana-dana yang dipercayakan kepadanya berupa giro, deposito dan tabungan
2. sebagai badan yang memberikan jasa perdagangan dalam negeri dan luar negeri
3. sebagai badan yang memiliki wewenang mengedarkan uang, baik uang kartal maupun uang giral
Sesuai dengan fungsinya, maka aktivitas bank meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. aktivitas keuangan dan kliring 2. aktivitas penarikan dana
3. aktivitas pemberian kredit yang berupa; kredit investasi, kredit usaha kecil, kredit modal kerja, dan lain-lain
4. aktivitas pemberian jasa-jasa seperti; inkaso atau penagihan usaha, pengiriman uang, penyewaan loket, dan lain-lain
5. aktivitas pembelian, penyimpanan, dan pnejualan valuta asing, wesel, dan lain-lain
6. aktivitas penyertaan dana seperti penyertaan pada perusahaan, pada bank, dan lain-lain.
1. Pengertian Kredit
Kata kredit dari bahasa latin yaitu “credere”, yang berarti percaya atau
to believe atau to trust, sehingga pada dasarnya pemikiran persetujuan
pemberian kredit oleh bank pada seseorang atau badan usaha adalah kepercayaan. Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau badan usaha yang berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan pada kreditur (bank) setelah jangka waktu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur.
Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008:II.8A.1) mengartikan kredit sebagai “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan”
2. Fungsi dan Tujuan Kredit
Tjoekam (1999:3) mengatakan bahwa “dalam perkreditan melibatkan beberapa pihak yaitu: kreditur (bank), debitur (penerima kredit), otorita moneter (pemerintah) dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, tujuan perkreditan bagi setiap pihak berbeda-beda”.
Adapun tujuan kredit bagi setiap pihak yang terkait antara lain: a. bagi kreditur (bank):
2) perkreditan merupakan instrument penjaga likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas bank
3) kredit dapat memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada b. bagi debitur:
1) kredit sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha semakin lancar dan performance (kinerja) usaha semakin baik daripada sebelumnya 2) kredit meningkatkan minat berusaha dan kuntungan sebagai jaminan
kelanjutan kehidupan perusahaan
3) kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam perusahaan
c. bagi otorita (pemerintah):
1) kredit sebagai instrument moneter
2) kredit dapat menciptakan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja yang memperluas sumber pendapatan Negara
3) kredit dapat sebagai instrument untuk ikut serta meningkatkan mutu manajemen dunia usaha, sehingga terjadi efisiensi dan mengurangi pemborosan di semua lini
d. bagi masyarakat:
1) Kredit dapat mengurangi pengangguran, karena membuka peluang berusaha, bekerja dan pemerataan pendapatan
2) Kredit dapat meningkatkan fungsi pasar, karena ada peningkatan daya beli.
Kasmir (2008:100), mengatakan adapun tujuan utama pemberian kredit adalah sebagai berikut: ”mencari keuntungan, membantu usaha nasabah, dan membantu pemerintah.”
O. P. Simorangkir (2004:102), tujuan kredit adalah:
a. turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan
b. meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat
c. memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya,
sedangkan fungsi kredit adalah:
a. kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang b. kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang c. kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang d. kredit merupakan salah satu alat stabilitas ekonomi
e. kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha f. kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan
g. kredit merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional Sedangkan Abdullah menyatakan (2005:84),
melihat tujuan pemberian kredit dari pendekatan mikro ekonomi guna mendapatkan suatu nilai tambah bagi nasabah (debitur) maupun bank sebagai kreditur, dan dari pendekatan makro ekonomi melihat pemberian kredit merupakan salah satu instrument untuk menjaga keseimbangan jumlah uang beredar di masyarakat.
Menurut Abdullah (2005:84), fungsi-fungsi kredit adalah: a. kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) uang b. kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) barang c. kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang d. kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi
e. kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
f. kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional g. kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional
3. Unsur-unsur Kredit
Kasmir (2003:94), mengatakan bahwa kredit mempunyai beberapa unsur, yaitu:
a. adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan
b. adanya kerjasama pemberi kredit kepada penerima kredit, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu pada masa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh kreditor, dimana sebelumnya sudah melakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan ini meliputi kondisi masa lalu dan sekarang nasabah
c. adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak kreditor dengan pihak lainnya yang berjanji akan membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing
d. adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima kredit
e. adanya unsur waktu. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati
f. adanya unsur resiko (degree of risk), baik di pihak pemberi kredit maupun di pihak penerima kredit. Sutau tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resiko gagal bayar atau ketidakmampuan membayar. Resiko di pihak nasabah adalah kecurangan pihak kreditor, antara lain keinginan dari pihak pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan
g. adanya unsur bunga sebagai kompensasi kepada pemberi kredit.
O. P. Simorangkir (2004:101), mengatakan unsur-unsur kredit adalah:
a. kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan, baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang
b. waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang
c. degree of risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya. Dengan adanya unsur
resiko ini maka timbul jaminan dalam pemberian kredit. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi dapat juga berbentuk barang dan jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini dadasarkan kepada uang maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering dijumpai dalam praktik perkreditan.
4. Jenis-jenis Kredit
Pengelompokan kredit menurut Kasmir (2003:99), ”dapat dilihat dari tujuannya, jangka waktunya, lembaga yang menerima kredit, sektor ekonomi, sifat, bentuk, sumber dana, akad jaminan, fasilitasnya, dan menurut wewenang putusannya.”
a. Jenis kredit berdasarkan jangka waktu kredit
1) Short term credit (kredit jangka pendek) ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun
2) Intermediate term credit (kredit jangka menengah) ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun
3) Long term credit (kredit jangka panjang) ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun
b. Jenis kredit berdasarkan lembaga yang menerima kredit 1) kredit untuk badan usaha pemerintah/daerah
2) kredit untuk badan usaha swasta 3) Kredit perorangan
4) Kredit untuk bank koresponden
c. Jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaannya 1) Kredit Modal Kerja (KMK)
3) Kredit Konsumtif
d. Jenis kredit berdasarkan sektor ekonomi
Kredit menurut sektor ekonomi didasarkan atas kebutuhan untuk menentukan kebijakan pengarahan kredit bank secara kualitataif yang dititikberatkan pada sektor ekonomi yang diutamakan dalam pembiayaan dengan kredit bank itu. Sektor ekonomi yang dimaksud antara lain adalah sektor pertanian, pertambangan, perindustrian, konstruksi, jasa sosial, jasa dunia usaha, dll
e. Jenis kredit berdasarkan sifat
1) Kredit atas dasar transaksi satu kali (eenmaling) 2) Kredit atas dasar transaksi berulang (revolving) 3) Kredit atas dasar plafon terikat
4) Kredit atas dasar plafon terbuka
5) Kredit atas dasar penurunan plafon secara berangsur (aflopend
plafond)
f. Jenis kredit berdasarkan bentuk 1) Cash Loan
2) Non Cash Loan
g. Jenis kredit berdasarkan sumber dana 1) Kredit dengan dana bank sendiri
2) Kredit dengan dana bersama-sama dengan bank lain (sindikasi, konsorsium)
h. Kredit berdasarkan wewenang keputusan
Berdasarkan wewenang putusannya kredit dibedakan atas wewenang kantor cabang dan wewenang kantor pusat (kepala divisi, direksi wilayah)
i. Kredit berdasarkan sifat fasilitas 1) Committed Facility
2) Uncommitted Facility j. Kredit berdasarkan Akad
1) Pinjaman dengan akad kredit 2) Pinjaman tanpa akad kredit
B. Prosedur Pemberian Kredit Bank
Menurut Mulyadi (2001:5) pengertian prosedur adalah “suatu ukuran kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen/lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”.
Prosedur pemberian kredit dapat juga diartikan sebagai keseluruhan ketentuan, syarat atau petunjuk tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh bank saja sejak diajukan permohonan kredit oleh nasabah sampai dengan lunasnya kredit tersebut, atau merupakan langkah-langkah yang harus ditangani oleh bank agar pemberian kredit bank tergolong sehat, yang mana tahap pemberian kredit terdiri dari tahap persiapan, tahap penilaian, tahap keputusan pemberian kredit,
tahap pelaksanaan, tahap penatausahaan, tahap pembinaan serta tahap penyelesaian kredit.
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan yaitu tahap persyaratan awal yang harus dipenuhi oleh nasabah apabila hendak mengajukan permohonan kredit antara lain mengajukan permohonan dengan mengisi daftar isian permohonan yang disediakan oleh pihak bank dan ditandatangani dengan lengkap dan sah, disertai dengan lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis dan jumlah kreditnya, seperti perizinan, akte perusahaan, NPWP untuk kredit Rp 30 juta ke atas, fotocopy KTP dan kartu keluarga, laporan keuangan terakhir, dokumen bukti kepemilikan, bukti pembayaran PBB dan persyaratan khusus lainnya.
2. Tahap penilaian
Penilaian dengan prinsip perkreditan 5C menurut Suyatno,dkk (2003:46): a. character, merupakan keadaan watak/sifat, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Ini dapat dilihat dengan meneliti riwayat hidup nasabah, reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan usaha dan dengan meminta bank to bank information. Hal ini merupakan ukuran kemauan untuk membayar
b. capital, adalah jumlah modal/dana sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Ini dapat melihat apakah penggunaan modal yang efektif dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas.
c. capacity, adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Ini digunakan mengetahui/mengukur sampai sejauh mana calon nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi hutang-hutangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya
d. collateral, adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Ini digunakan untuk menilai sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada bank
e. condition, yaitu situasi politik, ekonomi, sosial, budaya yang mempengaruhi kelancaran calon nasabah
Penilaian kredit 7P menurut Kasmir (2008:110):
a. personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Mencakup sikap, emosi, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah
b. party, yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank
c. perpose, yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam
d. prospect, yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.
e. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit
f. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba
g. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.
Selain dengan menggunakan prinsip 5C dan 7P pihak perbankan juga akan mempertimbangkan beberapa aspek yang mempengaruhi dalam pemberian kredit diantaranya adalah:
a. Aspek hukum b. Aspek pemasaran c. Aspek keuangan d. Aspek teknis e. Aspek manajemen f. Aspek sosial ekonomi g. Aspek amdal
3. Tahap keputusan pemberian kredit
Dalam hal ini yang dimaksud dengan keputusan adalah setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa; menolak, menyetujui, dan mengusulkan permohonan kredit kepada pejabat yang lebih tinggi.
4. Tahap pelaksanaan
Bilamana surat kredit telah disetujui dengan wewenang pejabat yang memutuskannya, maka selanjutnya adalah merealisasi permohonan kredit tersebut dengan langkah-langkah:
a. membuat surat persetujuan kredit secara tertulis yang mencantumkan syarat, batas kredit, jangka waktu, bentuk penjaminan, sanksi atau denda akibat kelalaian membayar bunga atau pokok pinjaman, dan syarat untuk mengajukan permohonan perpanjangan dan penambahan fasilitas kredit. Permohonan fasilitas kredit ini meliputi:
1) permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas kredit 2) permohonan tambahan untuk suatu kredit yang sedang berjalan
3) permohonan perpanjangan/pembaharuan masa laku kredit yang telah berakhir juga masa waktunya
4) permohonan-permohonan lainnya, untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan antara lain; penukaran jaminan, perubahan/pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya.
b. menandatangani surat perjanjian kredit c. pengikatan jaminan
d. asuransi barang jaminan
e. pembayaran polis dan bea materai
f. pencairan kredit yang dapat dilakukan secara bertahap ataupun sekaligus, sesuai dengan ketentuan dan tujuan kredit.
5. Tahap penatausahaan
Tahap ini terdiri dari
a. mengecek berkas yang berisi korespondensi dengan debitur, antara lain: surat permohonan kredit dan surat tugas
b. mengecek berkas-berkas yang berisi laporan penyidikan dan analisis kredit
c. warkat-warkat penting yang penyimpanannya disatukan dan dimasukkan ke lemari khusus serta tahan dari api
d. Laporan-laporan yang diwajibkan bank sesuai dengan persyaratan kredit, baik berskala stok piutang, neraca, dan laporan laba rugi maupun incidental, misalnya laporan penggunaan kredit
e. Penatausahaan rekening yang meliputi semua dokumen-dokumen penting tersebut disusun dan disimpan sedemikian rupa dengan menggunakan nomor kode/penggunaan, sehingga mudah disimpan dan diambil kembali apabila sewaktu-waktu diperlukan.
6. Tahap pembinaan kredit
Tahap pembinaan ini adalah tahap yang dilakukan untuk memonitoring debitur mengembangkan usahanya. Apabila usaha debitur berkembang dengan
baik maka pengembalian pinjaman dapat lancar sehingga kredit tersebut lunas sesuai dengan jangka waktu yang terdapat dalam perjanjian kredit.
7. Tahap penyelesaian kredit
Pelunasan kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban hutang kredit dan kewajiban lainnya oleh si nasabah terhadap bank yang berakibat hapusnya atau berakhirnya ikatan pinjaman kredit.
Menurut Kasmir (2008:115) prosedur pemberian kredit oleh badan hukum adalah sebagai berikut:
a. pengajuan berkas-berkas b. penyelidikan berkas pinjaman c. wawancara I
d. on the spot e. wawancara II f. keputusan kredit
g. penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya h. realisasi kredit
i. penyaluran/penarikan dana
Menurut Suyatno (2001 : 53-55), prosedur pemberian kredit adalah sebagai berikut :
a. permohonan kredit
b. penyidikan dan analisis kredit c. keputusan atas permohonan kredit d. pencairan fasilitas kredit
e. pelunasan fasilitas kredit
Menurut Veithzal Rivai (2007:456), prosedur pemberian kredit bank pada umumnya adalah:
b. surat permohonan diteruskan ke pimpinan cabang untuk diketahui dan didisposisi dengan jelas
c. account officer meneliti surat surat permohonan dan segera menentukan apakah permohonan dapat diterima atau ditolak. Permohonan ditolak karena sebab-sebab berikut:
1) ada larangan pemerintah / Bank Indonesia
2) pengusaha / perusahaan yang bersangkutan termasuk dalam daftar kredit macet atau daftar buku waspada bank atau termasuk black list 3) berdasarkan data yang tersedia dan dari penelitian pendahuluan dapat
disimpulkan bahwa kredit dapat ditolak atau diterima. Penolakan harus segera diberitahukan kepada pemohon secara tertulis.
d. permohonan yang dapat dipertimbangkan segera diteliti kelengkapan datanya untuk kemudian dibuatkan catatan singkat menegnai data/keterangan apa saja yang masih dibutruhkan oleh bank, misalnya surat,formulir, daftar, dan sebagainya yang masih harus dilengkapi oleh nasabah pada surat permohonannya
e. nasabah segera diminta datang untuk:
1) memperoleh penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kredit yang diminta
2) data yang harus dipenuhi oleh nasabah
3) bila kelengkapan data dan sistematik penyajian kurang memenuhi syarat sesuai yang diisyaratkan, nasabah diminta untuk menyempurnakan atau melengkapi.
C. Pemeriksaan Operasional Kredit Bank
Audit operasional merupakan kegiatan perusahaan yang penting dan cara pelaksanaannya bisa mempunyai pengaruh yang besar. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memilih dengan teliti dan tepat keterangan atau laporan yang mendukung dan menjadi bagian dari pelaksanaan pekerjaan audit operasional.
1. Pengertian Audit Operasional
Menurut Boynton (2003:7), ”Report of the committee on Basic Auditing
Concepts of the American Accounting Assosiation” (Accounting Review, vol.47) auditing sebagai “suatu proses sistematis untuk memperoleh serta
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara
asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”
Menurut Mulyadi (2001: 9),
Auditing adalah suatu proses sistematik nuntuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang keadaan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Menurut Abdullah (2005:95),
Pemeriksaan kredit merupakan proses penilaian dan pemantauan kredit sejak analisis bukanlah aktivitas untuk mencari kesalahan/penyimpangan debitur khususnya dalam menggunakan kredit. Melainkan upaya menjaga agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana kredit, selain itu bahwa proses pengawasan kredit telah dimulai sejak dini (saat penilaian jaminan).
Menurut Veithzal Rivai (2007:505), “audit kredit merupakan suatu sistem dalam pengelolaan kredit atau loan management, yang dapat berfungsi sebagai penutup kekurangan / kelemahan dalam proses kegiatan perkreditan. Dengan demikian auditing kredit harus mampu memberikan feedback agar tindak lanjut perbaikan segera dapat dilaksanakan.”
Menurut Boynton (2003:7), “audit operasional (operational audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.”
Menurut Sukrisno Agoes (2004:14), “operasional audit adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi perusahaan termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen
untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, ekonomis”
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2001:7) “audit operasional adalah suatu proses sistematis untuk menilai efektifitas organisasi, efisensi, dan ekonomi operasi di bawah pengendalian manajemen dan melaporkan kepada orang tepat hasil dari penelitian bersama dengan rekomendasi untuk perbaikan.”
Menurut Henry Simamora (2002:14) “audit operasional melibatkan pencarian dan pengevaluasian bukti mengenai efisiensi dan efektifitas aktivitas-aktivitas operasi entitas berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan.”
Berdasarkan defenisi di atas dapat dikatakan bahwa audit operasional adalah:
a. merupakan suatu proses penelaahan yang sistematis atas aktivitas metode dan prosedur pengelolaan yang dijalankan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh organisasi
b. mengevaluasi efektivitas metode dan prosedur pengelolaan yang dijalankan oleh suatu organisasi
c. melaporkan secara sistematis hasil evaluasi kepada pihak yang berwenang dan memberikan rekomendasi yang berguna bagi peningkatan dan perbaikan manajemen
d. audit operasional pada prinsipnya merupakan suatu bentuk jasa nasehat kepada manajemen yang dalam pelaksanaannya berkaitan dengan suatu organisasi atau segmen tertentu dari suatu organisasi dalam hubungannya
dengan tujuan-tujuan yang terperinci, dengan maksud untuk mengetahui apakah kegiatan operasi yang dilaksanakan oleh manajemen dalam mencapai tujuan tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.
2. Ruang Lingkup Audit Operasional
Menurut Boynton (2003:7),
Lingkup audit operasional dapat meliputi seluruh kegiatan dari suatu departemen, cabang, atau devisi atau suatu fungsi yang mungkin merupakan fungsi lintas unit usaha seperti pemasaran atau pengolahan data. Kriteria atau tujuan yang digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas dapat ditentukan oleh manajemen atau lembaga yang berwenang. Laporan audit operasional tidak hanya memuat pengukuran efisiensi dan efektivitas saja, namun juga memuat rekomendasi untuk peningkatan kinerja.
Jadi dapat dikatakan bahwa ruang lingkup audit operasional adalah tinjauan kebijakan operasinya, perencanaan, praktek (kinerja) hasil dari kegiatan dalam mencapai tujuan perusahaan.
3. Tujuan Audit Operasional
Menurut Abdullah (2005:95) berdasarkan tujuannya, pemeriksaan kredit dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Preventif control; merupakan pengawasan kredit yang dilakukan sebelum pencairan kredit dengan bertujuan untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan penggunaan kredit.
b. Represif control; merupakan pengawasan kredit yang dilakukan setelah pencairan dan saat penggunaan kredit dengan tujuan untuk mengawasi setiap penyimpangan yang terjadi.
Sedangkan tujuan pemeriksaan kredit yang dirumuskan oleh Rivai dan Veihzal (2007:505) adalah:
a. sistem/prosedur dan ketentuan-ketentuan sebagai dasar kredit operation dapat dilaksanakan semaksimum mungkin
b. penjagaan dan pengamanan kredit sebagai kekayaan bank harus dikelola dengan baik
c. efektifitas dan efisiensi meningkatkan dalam setiap tahap pemberian kredit sehingga perencanaan kredit dapat dilaksanakan dengan baik d. pembinaan portofolio, baik secara individual maupun secara
keseluruhan dapat dilakukan sehingga bank mempunyai kualitas aktiva yang produktif dan mendukung menjadi bank yang sehat.
4. Kriteria Auditor yang Memadai
Menurut Arens dan Loebbeecke (2000:802), kriteria yang harus dipenuhi oleh auditor operasional adalah “the two most important qualities for an
operational auditor are independence and competence”
Independen artinya auditor dapat melaksanakan pekerjaan mereka secara bebas dan objektif. Dengan adanya independensi auditor menyampaikan pertimbangan yang tidak memihak dan tidak menyimpang yang perlu bagi pelaksanaan audit yang layak. Independensi dicapai melalui status organisasi dan objektivitas.
Status organisasi harus mencukupi untuk memastikan luas ruang lingkup audit, pertimbangan yang memadai, dan tindakan yang efektif atas temuan-temuan audit serta rekomendasi-rekomendasi.
Objektivitas mengharuskan auditor mempunyai sikap mental independen, jujur, dan bersikap objektif dalam melakukan setiap kegiatan audit. Artinya auditor tidak boleh menilai sesuatu berdasarkan hasil penelitian orang lain.
Kompeten berhubungan dengan kemampuan auditor yang diperlukan untuk menentukan penyebab timbulnya masalah operasional serta memberikan rekomendasi yang sesuai kepada pihak manajemen atau unit organisasi yang diauditnya untuk dapat melakukan tindakan selanjutnya. Auditor yang
kompeten akan mampu mencari dan menentukan masalah-masalah yang terjadi dalam perusahaan dan juga membuat rekomendasi untuk tindakan selanjutnya.
5. Tahap-tahap Audit Operasional
Arrens dan Loebbecke (2000:771), menyatakan tiga tahap dalam audit operasional yaitu:
a. perencanaan
b. pengumpulan dan evaluasi bukti c. pelaporan dan tindak lanjut
Menurut Veithzal Rivai (2007:533-543) tahap dalam audit operasional kredit yaitu, “tahap perencanaan kredit, tahap pelaksanaan kredit, dan tahap evaluasi kredit”
a. tahap perencanaan kredit
1) penelitian terhadap permohonan kredit nasabah
2) penelitian mengenai informasi / data keuangan dan usaha nasabah 3) penelitian terhadap analisis kredit yang dilakukan oleh account officer 4) penelitian terhadap rekomendasi / persetujuan kredit
b. tahap pelaksanaan kredit
1) syarat-syarat disposisi dan syarat-syarat lainnya 2) jaminan utama
3) jaminan tambahan 4) administrasi kredit 5) pendapatan kredit
7) pencadangan aktiva produktif c. tahap evaluasi kredit
Audit kredit yang dilakukan pada tahap evaluasi kredit untuk membandingkan antara tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan kredit tentang efektivitas pencapaian hasil. Tujuannya yaitu:
1) mengidentifikasikan permasalahan terhadap fasilitas kredit sedini mungkin
2) mengevaluasi dan menetapkan tingkat resiko dan fasilitas kredit
3) menetapkan langkah-langkah awal yang efektif dan efisien agar permasalahan yang ada tidak menjadi bertambah parah dan diupayakan menjadi lebih baik.
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Kesimpulan
Kornelius Harefa (2005)
Analisa Pengawasan Pemberian Kredit pada PT Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan
Prosedur pemberian kredit dan pedoman operasional perkreditan yang telah ditetapkan oleh PT Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang medan telah cukup baik, yang mana didukung oleh sejumlah sarana dan fasilitas yang canggih, mis; standardized forms yang dirancang sedemikian rupa untuk menghindarkan pemalsuan dan kebocoran administrative Monica Citra
(2005)
Analisis Prosedur pemberian Kredit pada PT Bank Buana Indonesia, Tbk, Cabang Medan
Prosedur pemberian kredit pada PT Bank Buana Indonesia, Tbk, Cabang Medan telah sesuai dengan prosedur dan kebijakan standar yang berlaku secara umum dalam dunia perbankan.