• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindakan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Pemukiman Di Kota Purwodadi Yakub Prihatiningsih 1, Imam Buchori 2, Hadiyanto 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tindakan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Pemukiman Di Kota Purwodadi Yakub Prihatiningsih 1, Imam Buchori 2, Hadiyanto 3"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 Tindakan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Pemukiman

Di Kota Purwodadi

Yakub Prihatiningsih1, Imam Buchori2, Hadiyanto3

1

Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan UNDIP 2

Staf Edukatif Magister Perencanaan Wilayah dan Kota UNDIP 3

Staf Edukatif Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNDIP email: yakub.prihatiningsih@yahoo.co.id

ABSTRACT

Keteduhan merupakan salah satu pendukung kenyamanan aktivitas penghuni suatu pemukiman. Untuk memperoleh ruang terbuka hijau yang berkualitas dan sesuai keinginan penghuni pemukiman perlu dilakukan pengelolaan yang tepat. Di Kota Purwodadi terdapat satu pemukiman, yaitu Kampung Brambangan, yang memiliki ruang terbuka hijau lebih baik dari pemukiman lainnya. Ini ditunjukkan dengan perolehan nilai aspek keteduhan yang lebih tinggi dalam setiap perlombaan K3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa ruang terbuka hijau pemukiman di Kampung Brambangan lebih baik dari pemukiman lainnya. Dalam studi ini sebagai lokasi pembanding adalah Perumahan Sambak Indah. Untuk membandingkan dipakai variabel tindakan pengelolaan ruang terbuka hijau dengan indikator perencanaan, pembuatan, pemeliharaan, pemanfaatan dan pengawasan ruang terbuka hijau pemukiman. Data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner secara random dengan 117 sampel dan wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat setempat. Hasil penelitian menunjukkan Kampung Brambangan memiliki pengelolaan ruang terbuka hijau yang lebih baik daripada Perumahan Sambak Indah. Hal ini ditunjukkan oleh rasa memiliki warga terhadap lingkungan yang lebih tinggi. Rasa memiliki terhadap lingkungan ditunjukkan oleh kesediaan seluruh warga untuk ikut kerja bakti dan berperan aktif saat ada lomba penghijauan.

Kata kunci: pemukiman, pengelolaan ruang terbuka hijau, Purwodadi

1. PENDAHULUAN

Kota dengan berbagai aktivitasnya memerlukan udara sejuk, yang dapat terpenuhi jika tersedia areal untuk hutan kota, ruang terbuka dan taman kota serta dilakukan penghijauan di pekarangan permukiman dan perkantoran. Menurut Jansson dan Lindgren (2012), pengelolaan tata ruang perkotaan yang baik diutamakan pada keberadaan ruang terbuka publik seperti taman umum, taman bermain dan ruang terbuka hijau pemukiman. Penyediaan ruang terbuka hijau di suatu kota tidak hanya selalu dari pemerintah, seperti penyediaan taman kota, jalur hijau, dan lainnya. Namun, penyediaan ruang terbuka hijau

(2)

2

juga dapat dilakukan di lahan privat milik masyarakat atau swasta. Salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyediaan ruang terbuka hijau kota adalah keberadaan ruang terbuka hijau pemukiman. Baik dalam bentuk taman lingkungan maupun penghijauan pekarangan. Penyelenggaraan ruang terbuka hijau di pemukiman, terutama di perkotaan, dapat berfungsi secara estetis, hidrologis, klimatologis, protektif maupun sosial budaya (Hastuti, 2011). Bahkan menurut Van Dillen et al. (2011), kualitas suatu ruang terbuka hijau pemukiman berhubungan dengan kesehatan penghuni pemukiman tersebut.

Tidak sedikit program pemerintah untuk meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau pemukiman. Kementerian Lingkungan Hidup menjadikan pemukiman sebagai salah satu titik pantau Penilaian Adipura. Ruang terbuka hijau pemukiman merupakan salah satu parameter untuk keteduhan suatu kota. Pemerintah Kabupaten Grobogan, diwakili oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan, menyelenggarakan lomba K3 (Kebersihan, Keteduhan dan Keindahan) antar pemukiman secara rutin. Lomba K3 ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Program pemerintah ini sesuai dengan yang diutarakan Sumarmi (2010) bahwa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ruang terbuka hijau perkotaan perlu ada insentif/hadiah berupa lomba penghijauan.

Kampung Brambangan merupakan salah satu pemukiman yang ada di Kota Purwodadi dan rutin menjadi pemenang lomba K3. Hal ini membuat Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan memutuskan untuk menjadikan Kampung Brambangan sebagai salah satu titik pantau tambahan pada Penilaian Adipura Tahun 2011. Penambahan titik pantau ini terbukti mampu menaikkan nilai aspek ruang terbuka hijau yang diperoleh Kota Purwodadi pada tahun tersebut. Sementara itu, Perumahan Sambak Indah merupakan salah satu permukiman yang telah menjadi titik pantau Adipura sejak Tahun 2008. Namun, perolehan nilai aspek ruang terbuka hijau Perumahan Sambak Indah lebih rendah dari

(3)

3

Kampung Brambangan. Demikian pula yang terlihat pada hasil penilaian Lomba K3 yang rutin diselenggarakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Grobogan.

Perbedaan perolehan nilai menunjukkan perbedaan kualitas ruang terbuka hijau di kedua pemukiman, yaitu Kampung Brambangan dan Perumahan Sambak Indah. Kualitas dan bentuk fisik ruang terbuka hijau pemukiman yang baik diperoleh dari pengelolaan secara tepat. Pengelolaan secara tepat juga mampu menjaga keberlangsungan ruang terbuka hijau sehingga dapat memberikan manfaat bagi penghuni pemukiman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan ruang terbuka hijau di kedua pemukiman yang menyebabkan Kampung Brambangan memperoleh nilai lebih tinggi dari Perumahan Sambak Indah.

2. METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2013 dengan pengumpulan data melalui metode survey. Adapun yang dimaksud dengan metode survey yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data dengan memberikan seperangkat pertanyaan pada responden untuk dijawab (Singarimbun dan Effendi, 1989). Selain dengan penyebaran kuesioner, wawancara juga dilakukan untuk menggali informasi lebih mendalam dari narasumber melalui komunikasi langsung. Jenis data yang diperlukan adalah data primer berupa tindakan pengelolaan ruang terbuka hijau di pemukiman baik taman lingkungan maupun penghijauan pekarangan. Indikator yang dipakai dalam penelitian ini adalah perencanaan, pembuatan, pemeliharaan, pemanfaatan dan pengawasan ruang terbuka hijau.

Data primer diambil dengan penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam. Penyebaran kuesioner dilakukan secara random kepada kedua warga pemukiman untuk

(4)

4

mengetahui pengelolaan ruang terbuka hijau pekarangan rumah tinggal milik warga. Jumlah populasi sebesar 182 unit rumah untuk Perumahan Sambak Indah dan 108 unit rumah untuk Kampung Brambangan. Berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10% diperoleh sampel sebesar 65 unit rumah tinggal untuk Perumahan Sambak Indah dan 52 unit rumah tinggal untuk Kampung Brambangan. Untuk mengetahui pengelolaan ruang terbuka hijau milik publik seperti taman lingkungan dan turus jalan dilakukan wawancara mendalam kepada tokoh masyarakat setempat. Wawancara juga dilakukan kepada instansi pemerintah seperti Badan Lingkungan Hidup, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dan Bappeda Kabupaten Grobogan. Informasi yang diperlukan adalah kebijakan dan program yang terkait dengan pengelolaan ruang terbuka hijau pemukiman.

Data yang diperoleh dari kuesioner dianalisa berdasar prosentase pilihan jawaban warga pada pertanyaan yang diajukan. Prosentase hasil kuesioner dijabarkan secara deskriptif untuk menggambarkan pengelolaan penghijauan pekarangan milik warga. Hasil wawancara kepada tokoh masyarakat dan instansi terkait dideskripsikan untuk menggambarkan pengelolaan penghijauan lingkungan di masing-masing pemukiman.

3. HASIL DAN DISKUSI 3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kampung Brambangan (RW IX) merupakan wilayah dari Kelurahan Purwodadi dan terdiri dari 4 (empat) RT dengan jumlah warga sebanyak 108 KK. Lokasi pemukiman terletak sangat dekat dengan pusat pemerintahan Kabupaten Grobogan, dalam radius kurang dari 200 m. Kampung Brambangan merupakan perumahan tidak tertata (informal) yang terbentuk secara berangsur-angsur. Sebagai konsekuensinya pemukiman ini tumbuh tanpa pola yang jelas dan tidak ada pemetakan lahan yang teratur (Kuswartojo, 2005). Hal ini nampak dari luas lahan dan bentuk bangunan rumah warga yang sangat beragam. Luas

(5)

5

lahan milik warga berkisar dari 100 – 1000 m2, dimana sebagian besar memiliki luas > 200 m2. Kepemilikan lahan yang cukup besar memungkinkan sebagian besar warga menyisakan lahan untuk penghijauan pekarangannya. Pemukiman ini juga berbatasan langsung dengan Sungai Glugu sehingga memiliki Garis Sempadan Sungai. Sebagian besar penghuni berusia lebih dari 50 tahun dan telah tinggal di pemukiman ini lebih dari 20 tahun. Ruang terbuka hijau yang ada di pemukiman ini berupa pulau-pulau taman yang ada di bahu jalan berukuran 1m x 3 m. Pulau taman ini tersebar merata di sepanjang jalan Trikora sebagai jalan utama pemukiman. Keberadaan taman lingkungan ini juga berfungsi sekaligus sebagai turus jalan dan peneduh lingkungan. Pulau taman yang ada ditanami tiga kelompok tanaman berupa pohon, perdu dan semak. Jenis pohon yang banyak ditanam adalah glodokan dan angsana.

Perumahan Sambak Indah (RW VI) merupakan wilayah dari Kelurahan Danyang dan terdiri dari 182 KK yang terbagi dalam 6 (enam) RT. Lokasi pemukiman terletak dekat dengan Simpang Lima Purwodadi dan Stadion Krida Bakti. Perumahan Sambak Indah merupakan perumahan formal dimana lahan dan bangunan rumah disediakan oleh pengembang. Pola rumah dan jalan yang teratur muncul sebagai konsekuensi atas pemukiman ini. Perumahan ini dibangun pada tahun 1994 dan disediakan untuk PNS. Pada awalnya, luas lahan yang disediakan untuk satu unit rumah di pemukiman ini adalah 100 m2 dengan luas bangunan 27 m2. Pada perkembangannya telah terjadi banyak perubahan, baik kepemilikan maupun bentuk bangunan. Hampir seluruh penghuni telah memperluas bangunan hingga KDB sama dengan 100%. Di perumahan ini terdapat empat lokasi ruang terbuka publik yang terdiri dari 3 taman lingkungan dan 1 lokasi sarana olahraga. Taman lingkungan yang ada adalah taman RT 3 yang berada di tengah pemukiman, taman RT 5 dan RT 6 yang berada di tepi pemukiman berbatasan dengan sungai kecil.

(6)

6 3.2. Tindakan Pengelolaan RTH pemukiman

a. Perencanaan RTH pemukiman

Perencanaan ruang terbuka hijau yang matang, dapat menjaga keseimbangan dan keharmonisan antara ruang terbangun dan ruang terbuka dalam suatu pemukiman (Hastuti, 2011). Berdasarkan informasi dari tokoh masyarakat di kedua pemukiman, warga terlibat dalam perencanaan RTH di pemukiman mereka. Warga berkeinginan memiliki RTH di pemukiman mereka seperti taman lingkungan dan sarana olahraga. Kemudian warga bersama-sama merencanakannya dalam pertemuan rutin lingkungan. Kesadaran warga kedua pemukiman juga cukup tinggi untuk merencanakan penghijauan pekarangan rumah tinggal. Dari hasil penyebaran kuesioner terlihat lebih dari 85% responden di kedua pemukiman menyatakan bahwa keinginan untuk penghijauan pekarangan rumah tinggal berasal dari diri sendiri atau anggota keluarga. Hanya sebagian kecil yang menyatakan bahwa mereka terpengaruh oleh ajakan pengurus RT/RW, yaitu kurang dari 15%. Bahkan tidak ada warga yang terpaksa melakukan penghijauan dikarenakan kewajiban dari pemerintah/pengembang. Sebagian besar alasan warga melakukan penghijauan pekarangan adalah untuk fungsi peneduh dan keindahan. Kemudian alasan selanjutnya adalah untuk penyaring debu dan polusi yang dihasilkan oleh kendaraan yang melewati jalan pemukiman.

Perbedaan terletak pada alokasi ketersediaan lahan baik untuk taman lingkungan maupun penghijauan pekarangan. Kampung Brambangan tidak memiliki lahan khusus untuk ruang terbuka publik. Ketidaktersediaan lahan membuat warga sepakat untuk memanfaatkan bahu jalan selebar 1 m untuk taman lingkungan. Taman ini direncanakan selain untuk keindahan juga berfungsi sebagai turus jalan dan peneduh. Warga juga merencanakan untuk memanfaatkan lahan kosong di sempadan sungai sebagai lapangan volly. Perumahan Sambak Indah sebagai perumahan formal telah disediakan beberapa

(7)

7

lahan kosong oleh pengembang perumahan yang dengan sengaja tidak didirikan bangunan rumah. Lahan kosong inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh warga sebagai ruang terbuka publik. Tindakan yang dilakukan pengembang dengan menyediakan lahan kosong ini sejalan dengan yang diutarakan oleh MacDonalds et al., (2010), yaitu bahwa pemerintah dan pengembang perumahan dapat memberikan bantuan kepada warga permukiman dengan menyediakan dan mempertahankan ruang publik, taman-taman kecil dan taman bermain.

Demikian pula perencanaan alokasi lahan untuk penghijauan pekarangan rumah tinggal di kedua pemukiman, diperoleh hasil yang berbeda sebagaimana disajikan dalam Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Perencanaan Alokasi Lahan untuk penghijauan pekarangan

Deskripsi Brambangan (%) Sambak Indah (%)

Alokasi lahan untuk penghijauan pekarangan dilaksanakan pada saat

a. Perencanaan pembuatan rumah b. Setelah pembuatan rumah selesai c. Tidak direncanakan 82 6 12 41 41 18 Sumber : analisis kuesioner

Perbedaan perencanaan alokasi lahan penghijauan seperti yang terlihat pada Tabel 1 berkaitan dengan tipe pemukiman yang berbeda diantara Kampung Brambangan dan Perumahan Sambak Indah. Untuk Kampung Brambangan yang merupakan perumahan informal, sebagian besar warga membeli lokasi tempat tinggal dalam bentuk lahan kosong sehingga memungkinkan perencanaan alokasi lahan penghijauan pekarangan dilaksanakan sebelum pembuatan rumah atau bersamaan dengan perencanaaan pembuatan rumah tinggal. Untuk kedua jawaban yang lain berlaku bagi sebagian kecil warga yang merupakan pendatang baru. Mereka tinggal di pemukiman ini dengan membeli lokasi dalam keadaan sudah berbentuk rumah tinggal. Sehingga mereka merencanakan

(8)

8

penghijauan pekarangan setelah pembuatan rumah selesai. Bahkan 12% diantaranya tidak merencanakan alokasi lahan untuk penghijauan pekarangan. Mereka tidak mengubah keadaan rumah tinggal yang telah dibeli dengan berbagai pertimbangan diantaranya keterbatasan biaya dan waktu.

Untuk Perumahan Sambak Indah yang merupakan perumahan formal, warga membeli lokasi tempat tinggal dalam keadaan rumah siap huni. Sehingga sebagian warga yaitu sebesar 41% menyatakan jika perencanaan alokasi lahan untuk penghijauan pekarangan dilaksanakan setelah pembuatan rumah selesai. Pernyataan ini berlaku bagi warga yang tidak melakukan perubahan berarti terhadap bentuk bangunan rumah tinggal. Untuk pernyataan perencanaan alokasi lahan untuk penghijauan pekarangan dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan rumah berlaku bagi warga yang melakukan perubahan bentuk bangunan rumah baik total maupun sebagian. Perubahan bentuk bangunan rumah tinggal ini memungkinkan warga melakukan perencanaan alokasi lahan untuk penghijauan pekarangan. Untuk pernyataan dari warga sebesar 18% yang tidak merencanakan alokasi lahan, hal ini berlaku bagi warga yang membeli unit rumah bukan dari pengembang melainkan dari pemilik sebelumnya dan tidak melakukan perubahan terhadap bentuk bangunan rumah tinggal yang dibeli.

b. Pembuatan RTH pemukiman

Ruang terbuka hijau di kedua pemukiman dibangun oleh prakarsa warga pemukiman masing-masing tanpa ada peran pemerintah, swasta maupun pengembang. Mayoritas responden yaitu sebesar 65% responden Perumahan Sambak Indah dan 76% responden menyatakan bahwa pembuatan taman lingkungan dilaksanakan oleh warga sendiri. Di kedua pemukiman tidak ada responden yang menyatakan bahwa pembuatan ruang terbuka hijau pemukiman dilaksanakan oleh pemerintah atau pengembang perumahan. Hasil ini

(9)

9

tidak senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2010). Pihak pengembang Perumahan Kemang Pratama telah mengalokasikan 17,5 Ha dari luas keseluruhan perumahan 225,3 Ha untuk ruang terbuka hijau publik pada awal perencanaan dan pembangunan perumahan. Ruang terbuka hijau yang dibangun ini terdiri dari taman yang dilengkapi dengan fasilitas olahraga, jalur hijau jalan, dan sempadan sungai Bekasi yang dimanfaatkan oleh pengembang sebagai daerah penghijauan berbentuk taman dan untuk menanam pohon buah-buahan.

Ruang terbuka hijau yang dibangun oleh warga Kampung Brambangan adalah pulau taman yang berada disepanjang bahu Jalan Trikora dan lapangan volly di sempadan sungai Glugu. Pulau taman yang ada ditanami tiga kelompok tanaman berupa pohon, perdu dan semak. Luas lahan yang cukup membuat sebagian besar warga memanfaatkan halaman depan untuk penghijauan pekarangan. Mereka menanaminya dengan berbagai jenis tanaman bunga dan pohon yang menghasilkan buah. Warga Perumahan Sambak Indah membangun ruang terbuka hijau lebih beragam diantaranya taman lingkungan, taman bermain, kolam retensi, lapangan volly dan lapangan bulutangkis. Hampir seluruh warga memanfaatkan pot untuk media penghijauan pekarangan. Ini dikarenakan keterbatasan luas lahan dan hampir secara keseluruhan rumah tinggal memiliki KDB 100%. Warga meletakkan pot-pot tanaman diatas drainase lingkungan. Pohon yang dimiliki pribadi oleh warga juga tidak ditanam di lahan milik melainkan ditanam di bahu jalan pemukiman.

c. Pemeliharaan RTH pemukiman

Menurut Nugroho (2010), kualitas suatu ruang terbuka hijau bergantung kepada kegiatan pemeliharaan. Pemeliharaan yang baik dan rutin dilakukan akan menjaga keberlanjutan ruang terbuka hijau yang ada. Pemeliharaan ruang terbuka hijau meliputi penyiangan, pemotongan, merapikan pagar dll (Randrup dan Persson, 2009). Hasil survey di kedua

(10)

10

pemukiman untuk pelaksana pemeliharaan ruang terbuka hijau yang ada menunjukkan hasil yang sama. Sejumlah 88% responden di kedua pemukiman menyatakan bahwa pelaksana pemeliharaan adalah warga penghuni pemukiman. Pernyataan ini selaras dengan pernyataan dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Grobogan yang menyebutkan bahwa pemerintah tidak melakukan tindakan pengelolaan, terutama pemeliharaan, pada ruang terbuka hijau pemukiman. Instansi pemerintah hanya menangani pemeliharaan bagi ruang terbuka publik seperti taman umum, median jalan dan turus jalan.

Untuk metode yang digunakan dalam pemeliharaan ruang terbuka hijau lingkungan, terdapat sedikit perbedaan pernyataan oleh responden di kedua pemukiman. Perbedaan ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Metode pemeliharaan taman lingkungan

Deskripsi Brambangan (%) Sambak Indah (%)

Metode pemeliharaan taman lingkungan a. Kerja bakti warga

b. Dikerjakan warga dan tukang

53 47

44 56 Sumber : analisis kuesioner

Pernyataan 53% responden Kampung Brambangan bahwa pemeliharaan taman lingkungan dilaksanakan dengan kerja bakti warga seperti pada Tabel 2 juga didukung oleh informasi dari Ketua PKK RW IX. Di Kampung Brambangan rutin setiap bulan pada minggu ke 2 di hari Minggu pagi warga melakukan kerja bakti bersama. Kerja bakti biasanya dikhususkan untuk pemeliharaan lingkungan seperti taman lingkungan dan drainase pemukiman. Setiap warga bertanggung jawab terhadap pemeliharaan pulau taman yang berada di depan rumah masing-masing, seperti penyiraman, pendangiran dan perapian tanaman. Pada musim kemarau, warga tetap rutin melakukan penyiraman taman lingkungan yang berada di depan rumah masing-masing.

(11)

11

Di Perumahan Sambak Indah, pilihan terbanyak yaitu sebesar 56% ada pada pernyataan pemeliharaan dilakukan secara kerja bakti oleh warga dibantu dengan tukang. Pernyataan responden ini didukung pula hasil wawancara dengan Ketua RW VI, dimana dikatakan bahwa untuk pemeliharaan taman lingkungan RW seperti taman bermain dan sarana olahraga dilakukan oleh tenaga kebersihan yang diberikan honor bulanan. Jika dilaksanakan secara kerja bakti oleh warga tanpa melibatkan tukang atau tenaga kebersihan, pemeliharaan tidak optimal. Kerja bakti inipun tidak dilaksanakan secara rutin namun secara insidental saat ada kegiatan tertentu seperti lomba K3, bulan Agustus atau menjelang penilaian Adipura.

Rasa memiliki dan kepedulian warga pemukiman terhadap lingkungannya di kedua pemukiman terdapat sedikit perbedaan. Perbedaan ini terlihat dari pernyataan responden untuk kesediaan ikut kerja bakti dan berperan aktif saat ada lomba penghijauan. Keikutsertaan warga dalam kerja bakti menunjukkan rasa memiliki dan kepedulian warga terhadap lingkungan. Seluruh warga Kampung Brambangan menyatakan kesediaannya untuk ikut kerja bakti dan berperan aktif saat lomba penghijauan. Mereka ingin ruang terbuka hijau di pemukiman mereka tetap terjaga kualitasnya. Selain itu mereka juga bangga jika pemukiman yang mereka tinggali menjadi pemenang lomba penghijauan (K3) yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah. Rasa bangga terhadap lingkungan akan memunculkan rasa memiliki sehingga warga akan berperan aktif untuk menjaga kualitas lingkungan mereka.

Sementara itu untuk Perumahan Sambak Indah, tidak seluruh warga bersedia ikut kerja bakti dan berperan aktif saat ada lomba penghijauan. Terdapat 6% responden yang menyatakan mungkin ikut kerja bakti dan 21% responden yang menyatakan mungkin ikut berperan aktif saat ada lomba penghijauan. Kelompok responden ini adalah kelompok warga yang memiliki waktu kerja tidak tetap seperti karyawan minimarket, wiraswasta dan

(12)

12

lainnya. Mereka tidak dapat memastikan pada saat kegiatan kerja bakti berlangsung mereka berada di rumah dan tidak di tempat kerja.

d. Pemanfaatan RTH pemukiman

Kenyamanan suatu perumahan sebagai tempat tinggal sangat tergantung pada keberadaan ruang terbuka hijaunya. Keberadaan taman di lingkungan perumahan dan permukiman selain memiliki nilai estetis juga memiliki fungsi ekologis yang sangat bermanfaat bagi semua warga penghuni perumahan dan pemukiman tersebut. Taman lingkungan yang ada pada awalnya dimanfaatkan untuk menambah keindahan lingkungan. Bunga yang beraneka warna dapat memberikan keindahan tersendiri bagi pemukiman. Pohon yang berada di pinggir jalan juga berfungsi sebagai peneduh dan penahan terik matahari di kedua pemukiman. Seperti yang diutarakan Wahab (2009), ruang terbuka hijau privat di Kelurahan Betokan dan Tempuran Kabupaten Demak mampu menurunkan suhu lingkungan dibandingkan bagian yang tidak memiliki penghijauan.

Keberadaan ruang terbuka hijau di kedua pemukiman juga dimanfaatkan sebagai sarana interaksi sosial antar warga. Taman bermain dan lapangan olahraga yang ada di Perumahan Sambak Indah selalu dimanfaatkan warga untuk berkumpul dan beraktivitas bersama setiap sore hari. Demikian pula lapangan volly yang ada di Kampung Brambangan juga dimanfaatkan warga dan karang taruna untuk berlatih bersama setiap sore. Di Australia, ruang terbuka hijau di pekarangan merupakan tempat utama untuk rekreasi outdoor warga (Grose, 2009). Di Kelurahan Betokan dan Tempuran Kabupaten Demak, ruang terbuka hijau privat yang berupa pohon jambu air citra mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dibandingkan sebelum mempunyai penghijauan pekarangan (Wahab, 2009). Ini merupakan contoh fungsi ekonomi dari RTH pemukiman. Akan tetapi fungsi ekonomi RTH tidak terjadi di kedua pemukiman lokasi penelitian.

(13)

13

Penghijauan di Perumahan Sambak Indah didominasi oleh pohon mangga, tetapi buah yang dihasilkan tidak dimanfaatkan oleh warga secara ekonomi. Buah yang dihasilkan hanya untuk dikonsumsi sendiri atau dibagikan kepada tetangga. Dalam hal ini, ruang terbuka hijau sebagai fungsi sosial lebih berperan daripada fungsi ekonomi.

e. Pengawasan RTH pemukiman

Pengawasan ruang terbuka hijau yang dimaksud merupakan upaya mempertahankan kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau agar tidak beralih fungsi dan terlindungi dari kerusakan. Pengawasan untuk ruang terbuka hijau pemukiman merupakan tanggungjawab penghuni pemukiman masing-masing. Pemerintah daerah tidak memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap ruang terbuka hijau pemukiman. Warga kedua pemukiman pada lokasi penelitian memiliki kesadaran dan kepedulian yang cukup tinggi terhadap kondisi lingkungannya. Ini terlihat dari keterangan narasumber bahwa jarang terjadi perusakan ruang terbuka hijau yang ada di pemukiman. Warga sadar bahwa salah satu tindakan untuk menjaga keberlanjutan ruang terbuka hijau pemukiman selain dengan memelihara adalah dengan tidak merusaknya.

Mekanisme pengawasan yang dilakukan di kedua pemukiman cukup sederhana. Tidak terdapat peraturan tertulis mengenai larangan atau sanksi yang akan dikenakan kepada perusak ruang terbuka hijau pemukiman. Tidak ditemukan pula keberadaan papan informasi berupa himabauan menjaga lingkungan atau larangan merusak ruang terbuka hijau yang ada. Tindakan yang dilakukan oleh warga apabila terdapat perusakan ruang terbuka hijau pemukiman oleh oknum yang tidak bertanggungjawab adalah teguran. Pernyataan ini disampaikan oleh lebih dari 70% responden di kedua pemukiman. Teguran yang dimaksud dapat berupa seruan larangan oleh warga yang melihat pada saat terjadi

(14)

14

tindakan perusakan. Dapat pula berupa himbauan kepada pelaku untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya.

4. KESIMPULAN

Kampung Brambangan memiliki tindakan pengelolaan ruang terbuka hijau yang lebih baik daripada Perumahan Sambak Indah. Ini dapat dilihat dari kepedulian dan rasa memiliki warga Kampung Brambangan terhadap lingkungan yang lebih tinggi sehingga keberlanjutan ruang terbuka hijau pemukiman lebih terjaga. Bentuk kepedulian dan rasa memiliki ini ditunjukkan dengan kesediaan seluruh warga untuk ikut kerja bakti memelihara lingkungan dan berperan aktif saat ada lomba penghijauan.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Pusat Pembinaan, Pendidikan, Pelatihan dan Perencanaan Bappenas dan Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan atas beasiswa dan dukungan yang diberikan sehingga penulis mampu menjalankan studi dan penelitian ini.

6. REFERENSI

Grose, M.J., 2009. Changing relationships in public open space and private open space in suburbs in south-western Australia. Landscape and Urban Planning. Vol. 92. hal 53–63

Hastuti, E. 2011. Kajian Perencanaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perumahan Sebagai Bahan Revisi SNI 03-1733-2004. Jurnal Standarisasi Vol. 13 No.1 Tahun 2011: 35-44.

Jansson, M. and Lindgren, T. 2012. A review of the concept ‘management’ in relation to urban landscapes and green spaces: Toward a holistic understanding. Urban Forestry & Urban Greening. Vol 11. hal 139– 145.

Kuswartojo, T. 2005. Perumahan dan Permukiman di Indonesia. Institut Teknologi Bandung.

(15)

15

MacDonald, D.H., Crossman, N.D., Mahmoudi, P., Taylor, L.O., Summers, D.M. dan Boxall, P.C. 2010. The Value of Public and private Green Open Spaces Under Water Restrictions. Landscape and Urban Planning. Vol. 95, hal. 192-200.

Nugroho,GHN. 2010. Peran Pengembang Perumahan dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Perum Kemang Pratama Kota Bekasi. Tesis. Universitas Diponegoro. Randrup, T.B. dan Persson, B. 2009. Public Green Spaces in The Nordic Countries:

Development of A New Strategic Management Regime. Urban Forestry and Urban Greening. Vol. 8, hal. 31-40.

Singarimbun, M. dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta. 336p. Sumarmi. 2010. Upaya peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ruang

Terbuka Hijau (RTH). Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Geografi Lingkungan Universitas Negeri Malang.

Van Dillen, S. M. E., de Vries, S., Groenewegen, P. P., & Spreeuwenberg, P. 2011. Greenspace in urban neighbourhoods and residents’ health: Adding quality to quantity. Journal of Epidemiology and Community Health,

Wahab, DE. 2009. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Permukiman (Studi Kasus di Kecamatan Demak Kabupaten Demak). Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode spektrofotometri ultraviolet dengan panjang gelombang berganda dapat digunakan untuk melakukan

Dari sisi pengeluaran, pada Triwulan II-2017, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen konsumsi LNPRT yang tumbuh sebesar 7,41 persen, kemudian diikuti oleh

Dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa pegawai yang bekerja keras akan mendapatkan sebuah kesuksesan terkait dengan etos kerja pegawai negeri sipil di Kantor Kecamatan

Bab ini membahas data hasil arus gangguan hubung singkat pada bus yang disimulasikan kemudian menentukan koordinasi setelah pemasangan hybrid resistive Superconducting

Etelä-Karjalan ja Kymenlaakson liikenteen päästöt ilmaan on kirjattu taulukkoon 5 liikennemuodoittain sekä kuntakohtaiset päästöt liitteeseen 5.. Tietransito sisältää

Cinta, welas asih dan turut berbahagia terus mengalir dari batin dan bertindak pada dunia, namun karena terjaga oleh keseimbangan batin, mereka tidak menggantungkan diri

b) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh undang-undang dasar. Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam memutus sengketa lembaga

Dengan demikian, selain makhluq rasional, manusia adalah makhluq spritual, yang mengapresiasikan “titah” Tuhan sebagai khalifah fil ardl, yang