• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRINING GALUR/VARIETAS LOKAL JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRINING GALUR/VARIETAS LOKAL JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SKRINING GALUR/VARIETAS LOKAL JAGUNG TERHADAP

PENYAKIT BULAI

Amran Muis, Nurnina Nonci, dan Marcia B. Pabendon Balai Penelitian Tanaman Serealia

ABSTRAK

Penelitian skrining galur/varietas lokal jagung terhadap penyakit bulai dilakukan di kebun percobaan Bajeng pada Mei hingga September 2012. Penelitian bertujuan untuk memperoleh materi genetik jagung yang tahan terhadap penyakit bulai untuk dikembangkan lebih lanjut. Sejumlah 93 aksesi berupa varietas lokal dan galur diuji pada penelitian ini. Materi tersebut masing-masing ditanam dalam dua baris sepanjang 5 m, jarak tanam 75 x 20 cm dengan dua ulangan. Tiap lubang ditanam dua biji dan diberi Carbofuran 3G untuk mencegah hama semut atau pemakan daun. Penjarangan tanaman dilakukan pada 7 HST. dengan menyisakan satu tanaman. Pupuk pertama diberikan pada umur 10 HST. yaitu Urea dan Ponskha masing-masing 300 kg/ha, dan 400 kg/ha. Pengamatan intensitas penyakit bulai dilakukan pada 6 MST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas penyakit bulai cukup berat dan hanya dua galur yang menunjukkan reaksi tahan dan selebihnya bereaksi peka. Namun, terdapat 82 aksesi yang memiliki individu tahan terhadap bulai. Materi tersebut akan digunakan pada pengujian berikutnya.

Kata kunci: penyakit bulai, galur/varietas tahan, peningkatan produktivitas.

PENDAHULUAN

Dalam upaya mempertahankan produktivitas jagung nasional, sejumlah hambatan ditemukan di lapangan, salah satunya adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Upaya pengembangan jagung dihadapkan pada masalah penyakit, terutama penyakit bulai. Penyakit bulai merupakan penyakit utama dan sangat penting, karena apabila menyerang pada tanaman jagung, khususnya umur muda dan varietas rentan, maka dapat menyebabkan kerusakan tanaman sampai 100% (puso) (Wakman 2004).

Penyakit bulai disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora spp. yang penularan sporanya pada tanaman jagung terbawa oleh angin dipagi hari (CABI, 2004; CIMMYT 2004). Menurut Wakman dan Djatmiko (2002) dan CIMMYT (2012), 10 spesies dari tiga genera yang meliputi P. maydis, P. phillipinensis, P. sacchari, P. sorgi, P. spontanea, P. miscanthi, Sclerospora macrospora, S. rayssiae, dan S. graminicola (Shurtleff, 1980) serta P. heteropogani (Rathore et al. 2002). Di Indonesia sudah ditemukan tiga spesies yaitu P. maydis penyebarannya di pulau Jawa dan Lampung, P. phillipinesis penyebarannya di pulau Sulawesi, P. sorghi baru dilaporkan

(2)

Penyakit bulai pada jagung di Indonesia telah dilaporkan ada di semua propinsi (Anonymous 1994) dan kebanyakan penyebabnya adalah P. maydis (Sudjono dan Sopandi 1988), hanya di Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan yang disebabkan oleh P. philippinensis (Wakman 2002). Muis et al. (2012) melaporkan bahwa di Indonesia ditemukan tiga spesies Peronosclerospora penyebab penyakit bulai yakni P. sorghi yang tersebar di Sumatera Utara dan Jawa Barat, P. maydis yang tersbar di Jawa Timur dan Kalimantan Barat, serta P. philippinensis yang tersebar di Sulawesi.

Salah satu usaha dalam memacu pengembangan jagung adalah pengendalian penyakit. Pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung yang paling efektif selama ini adalah perlakuan benih dengan fungisida metalaxyl. Namun demikian, akhir-akhir ini keefektifan fungisida tersebut dalam mengendalikan penyakit bulai sudah mulai berkurang, bahkan di beberapa daerah di Indonesia sudah tidak efektif sama sekali. Olehnya itu dibutuhkan cara lain untuk pengendalian penyakit tersebut. Salah satu upaya tersebut yaitu dengan perakitan varietas yang tahan terhadap penyakit bulai.

Selama ini, tingkat ketahanan beberapa kultivar jagung unggul nasional terhadap penyakit bulai masih bervariasi dan masih banyak diantaranya yang terinfeksi atau rentan terhadap penyakit bulai. Hasil evaluasi ketahanan varietas terhadap penyakit bulai, beberapa varietas yang memperlihatkan ketahanan bulai lebih unggul dari yang lainnya adalah Lagaligo, Surya, BISI-4, Exp. 9572, Pioneer-4, Pioneer-5, Pioneer-9, Pioneer-10, dan Pioneer-12 (Wakman 2005).

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh materi genetik jagung yang tahan terhadap penyakit bulai untuk dikembangkan lebih lanjut.

BAHAN DAN METODE

Kegiatan ini dilakukan di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Serealia yang terletak di Bajeng Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Penelitian berlangsung dari Mei hingga September 2012. Sumber inokulum (Varietas Anoman) ditanam dua baris disekeliling petak pengujian empat minggu sebelum tanam materi genetik yang akan diuji. Satu minggu setelah varietas Anoman ditanam, disemprot dengan suspensi konidia cendawan Peronosclespora philipinensis pada pagi hari. Tiga minggu setelah Anoman diinokulasi, materi genetik hasil koleksi dari berbagai lokasi yang akan diskrining terhadap penyakit bulai ditanam. Sejumlah 93 aksesi yang berupa varietas lokal dan galur diuji pada penelitian ini.

(3)

Materi tesebut masing-masing ditanam dalam dua baris sepanjang 5 m, jarak tanam 75 x 20 cm dengan dua ulangan. Tiap lubang ditanam dua biji dan diberi Carbofuran 3G untuk mencegah hama semut atau pemakan daun.

Penjarangan tanaman dilakukan pada 7 HST. dengan menyisakan satu tanaman. Pupuk pertama diberikan pada umur 10 HST. yaitu Urea dan Ponskha masing-masing 300 kg/ha, dan 400 kg/ha. Pengamatan intensitas serangan penyakit bulai dilakukan pada 6 MST. serta persentase serangan dihitung dengan rumus:

I = (A : B) x 100% I = Persentase serangan penyakit bulai A = Jumlah tanaman terserang penyajit bulai B = Populasi tanaman yang tumbuh setiap baris

Katagori ketahanan varietas/galur jagung terhadap penyakit bulai berdasarkan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Katagori ketahanan varietas/galur jagung terhadap serangan penyakit bulai berdasarkan persentase serangan.

Persentase serangan Katagori ketahanan

0,0 - 10% >10 - 20% >20 - 40% >40 - 60% >60 - 100% Sangat tahan Tahan Agak tahan Peka Sangat peka

Materi yang menunjukkan ketahanan yang tinggi akan dijadikan sebagai donor ketahanan penyakit bulai, sedangkan yang akan menjadi resepien adalah galur-galur jagung potensi hasil tinggi umur genjah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan terhadap persentase serangan penyakit bulai pada seluruh materi uji menunjukkan bahwa dari 93 materi yang terdiri dari galur dan varietas lokal, umumnya menunjukkan reaksi yang rentan (peka) terhadap penyakit bulai. Hanya dua galur yang menunjukkan reaksi tahan (Tabel 2). Namun demikian terdapat 82 materi yang bisa diselfing karena terdapat individu yang tahan terhadap penyakit bulai.

(4)

Tabel 2. Persentase serangan penyakit bulai dan reaksi materi uji terhadap penyakit bulai hasil skrining di lapangan.

No. No. Entry Varietas/Galur Bulai (%) Reaksi

1 MAL 01-2-4-1-1 0,0 Tahan

2 P12DMR-03-1-02-07-1-1 0,0 Tahan

3 155A Penliat Tanah 52,0 Peka

4 142 Binte Kiki 58,0 Peka

5 48A Jale 61,0 Peka

6 118A Lokal Wonogiri 65,0 Peka

7 Kulawi 67,0 Peka

8 154 Jagung Biasa 68,0 Peka

9 149A Dalle Busa 72,0 Peka

10 133A Pulut Sulsel (Bone) 72,0 Peka

11 48B Jale 73,0 Peka

12 71 Baralle Pute 73,3 Peka

13 139A Biralle Pute (Pulut) 75,0 Peka

14 Lokal Gorontalo 76,0 Peka

15 8B Batara Ungu 77,3 Peka

16 125A Jagung Entok 78,0 Peka

17 130A Kapuas (Pulut) 78,0 Peka

18 37A Lokal Sulut 78,0 Peka

19 36B Jole-1 80,0 Peka

20 83A Lokal Jagung Putih 80,0 Peka

21 152A Lokal Palopo 80,0 Peka

22 98A Lokal Pulut Palopo 80,0 Peka

23 97 Lokal Malili Liat (Pulut) 81,0 Peka

24 73 Batara Mutin 82,7 Peka

25 Lokal Palopo 83,0 Peka

26 76A Panone 83,0 Peka

27 153 Pulut Bone 83,0 Peka

28 Jagung Majene 84,0 Peka

29 116A Lokal Putih Tolaki 84,0 Peka

30 28A Sulut 84,0 Peka

31 129C Lokal Basean 84,7 Peka

32 Lokal Bebo 84,7 Peka

33 104 Lokal Salubarani 85,0 Peka

34 145 DalLe Polu Ummua 86,0 Peka

35 131A Kapuas (Pulut) 86,0 Peka

36 Lokal Bone 86,0 Peka

37 Lokal Majene 86,0 Peka

38 Lokal Sidondo 87,0 Peka

39 Biralle Maridi 88,0 Peka

40 Unyil Kuning 88,0 Peka

41 Unyil Merah 88,0 Peka

42 143A Lokal Tuyat 89,3 Peka

43 120 Bata Tonang 90,0 Peka

44 63A Batara Mulen 90,0 Peka

45 137A Lokal Bone 90,0 Peka

46 47B Penamtosa 90,0 Peka

47 Lokal Kandora 91,0 Peka

(5)

Lanjutan Tabel 2…..

No. No. Entry Varietas/Galur Bulai (%) Reaksi

49 148A Baralle Sepang 91,2 Peka

50 96B Batara Koasa 91,3 Peka

51 50A Kuripan 92,0 Peka

52 Lokal Tongo 92,0 Peka

53 Lokal Tuyat 92,0 Peka

54 143B Lokal Tuyat 92,0 Peka

55 49A Penmoto 92,0 Peka

56 77 Lokal Bone 93,0 Peka

57 156 Palu 93,0 Peka

58 47A Penamtosa 93,0 Peka

59 130A Pensasak Umur Genjah 93,0 Peka

60 148B Baralle Sepang 94,0 Peka

61 110A Lokal Biasa 94,0 Peka

62 99A Lokal Kuning Kalsel 94,0 Peka

63 32 Pulut 94,0 Peka

64 100 Batara Pulu Batang Mata 95,0 Peka

65 150 Biralle Punu 95,0 Peka

66 231 LPN-2 95,0 Peka

67 83A Jagung Lokal Putih 96,0 Peka

68 35B Lokal Pematang Raya 96,0 Peka

69 106 Pulu 96,0 Peka

70 30B Pulut 96,0 Peka

71 75A Ponade Le-Pendite 96,8 Peka

72 103B Dalle Saya 97,0 Peka

73 80A Jagung Lokal Mojokerto 97,0 Peka

74 157A Lokal Abang Laynu 97,0 Peka

75 45A Lokal Bodo Ketek 97,0 Peka

76 46A Penkikis 97,0 Peka

77 1 Pensaijau 97,0 Peka

78 Bata Pulu Kuning 98,0 Peka

79 96A Jagung Kuning Kalsel 98,0 Peka

80 45C Lokal Bodo Ketek 98,0 Peka

81 Lokal Toraja 98,0 Peka

82 141B Lokal Ungu Hati Putih 98,0 Peka

83 86A Sala Kadar 98,0 Peka

84 86B Sala Kadar 98,0 Peka

85 16 Bata Pulu 99,0 Peka

86 26A Lelego 99,0 Peka

87 99C Lokal Kuning Orange Kalsel 99,0 Peka

88 158 Lokal Putih Madura 99,0 Peka

89 126 Penkotok 99,0 Peka

90 13 Jagung Pulut Ketan 100,0 Peka

91 89 Lelle Kelilit 100,0 Peka

92 2 Penmoto 100,0 Peka

93 124 Penmoto Nais 100,0 Peka

Tabel 2 tersebut di atas menunjukkan bahwa pada materi yang uji terdapat sejumlah individu yang menunjukkan ketahanan terhadap serangan penyakit bulai.

(6)

dijemur hingga kadar airnya mencapai sekitar 12 persen. Hasil panen tersebut kemudian disimpan di dalam lemari pendingin untuk keperluan pengujian berikutnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Sebanyak 93 aksesi (varietas lokal dan galur) telah terkumpul dari sejumlah lokasi di Indonesia serta dari Kelompok Peneliti Pemuliaan Tanaman Balai Penelitian Tanaman Serealia dan 82 aksesi yang terdapat individu tahan terhadap bulai.

Disarankan agar materi genetik yang menunjukkan reaksi tahan terhadap penyakit bulai bisa dimanfaatkan sebagai donor tahan dalam pembentukan varietas toleran bulai pada masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1994. Evaluasi kerusakan tanaman jagung karena organisme pengganggu tahun 1993. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. Jakarta.

CABI. 2004. Crop Protection Compendium. 2004 edition.

CIMMYT. 2004. Maize Diseases: A Guide for Field Identification. 4th edition. The CIMMYT Maize Program. Mexico. 119 p.

CIMMYT. 2012. Maize Doctor. http://maizedoctor.cimmyt.org/index.php [1 Mei 2012]. Muis, A., M.B. Pabendon, N. Nonci, dan W.P.S. Waskito. 2012. Keragaman genetic

patogen penyebab bulai berbasis marka SSR. Prosiding Seminar Insentif Riset SINas 2012. Bandung, 29-30 Nopember 2012. pp. 217-222.

Rathore, R.S., A. Trivedi, and K. Mathur. 2002. Rajasthan downy mildew : The problem and management perspectives. Makalah disajikan pada 8th Asian Regional Maize Workshop. Bangkok, Thailand. Augusts 5-8 : 22 hal.

Shurtleff, M.C. 1980. Compendium of corn diseases. Second Edition. The American Phytopathological Society. P.105.

Sudjono, M.S. and Sopandi. 1988. Pendugaan penurunan hasil jagung oleh penyakit bulai (P. maydis) (Rac.) Shaw. Seminar Balittan Bogor, 1996. p.384-390. Wakman, W. dan H.A. Djatmiko. 2002. Sepuluh spesies cendawan penyebab penyakit

bulai pada tanaman jagung. Makalah disajikan pada Seminar PFI di Universitas Negeri Jenderal Sudirman Purwokerto. 7 September 2002.

Wakman, W. 2002. Sebaran dua spesies cendawan Peronosclerospora berbeda morfologi konidianya di Indonesia. Makalah disajikan pada pertemuan membahas Organisme Pengganggu Tanaman Karantina (OPTK) di Hotel Indo

(7)

Wakman, W. dan Hasanuddin. 2003. Penyakit bulai (Peronosclerospora sorghi) pada jagung di dataran tinggi Karo Sumatera Utara. Makalah disajikan pada Seminar Nasional PFI di Bandung.

Wakman, W. 2004. Penyakit bulai pada tanaman jagung di Indonesia : masalah, penelitian dan cara mengatasinya. Prosiding Seminar Tahunan PFI Komda Sulsel.

Wakman, W. 2005. Penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung, tanaman inang lain, daerah sebaran, dan pengendaliannya. Prosiding Seminar Tahunan PFI Komda Sulsel.

Referensi

Dokumen terkait

Ditandai dengan tidak dinginnya ruangan dan Terbakaranya electromotor pada Kompressor sehingga perlu diadakan desain ulang dan analisa sehingga perlu diadakan desain ulang

Oleh itu, jika diambil kira tarikh kewujudan sekolah Melayu pada tahun 1914, maka dalam jangka masa lima ke enam tahun dari tarikh tersebut, atau kira-kira sekitar tahun 1918

Penyakit Rabies atau lebih dikenal sebagai penyakit anjing gila adalah penyakit viral zoonosis yang berbahaya, jika gejala klinis telah muncul maka akan menimbulkan kematian baik

Sedangkan pengujian dua rata-rata pada data gain diperlukan untuk menjawab hipotesis penelitian apakah peningkatan hasil belajar matematik mahasiswa setelah

lalui beberapa orang guru (jumlahnya sesuai dengan ke - butuhan dan tujuan penelitian) tersebut, diperoleh pula keterangan atau informasi yang berhubungan dengan peri laku mengajar

Dalam proses penyelesaian sengketa tanah tersebut terungkap kebenaran hak atas tanah yang diterbitkan sertifikat hak pengelolaan atas nama Pemerintah Kota Tegal oleh Kantor

Penentuan struktur ukuran ikan dilakukan berdasarkan data ukuran panjang dan berat ikan, maka diperoleh 7 kelas berdasarkan ukuran panjang ikan dari keseluruhan sampel