• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengerukan Kolam Pelabuhan 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengerukan Kolam Pelabuhan 1"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

METODA PELAKSANAAN

PENGERUKAN PELABUHAN

ABSTRAK

Dalam merencanakan pembangunan dan pengembangan Pelabuhan, masalah sedimentasi atau pendangkalan harus diminimalisasi terutama pada kolam Pelabuhan guna

mengamankan dan melancarkan arus pelayaran. Setiap waktu sedimen di dasar laut akan bertambah, sehubungan

dengan hal tersebut, untuk mengurangi pendangkalan yang diakibatkan oleh sedimentasi adalah dengan cara melakukan pengerukan sedimen pada kolam Pelabuhan. Sedimen didefenisikan sebagai kumpulan dari pertikel-partikel organik dan anorganik yang berbentuk tidak beraturan dan terakumulasi secara luas di daerah pantai. Berdasarkan hasil perhitungan uji sedimen yang didapat Laju sedimen rerata 2.176.071,364 m3/Th/m. Ini berarti, dalam jangka waktu 1 tahun, luasan sedimen sebesar 2.176.071,364 m2. Dan waktu pada saat tinggi maksimum sedimen yang diperbolehkan adalah 10,69 tahun, berarti setiap 10,69 tahun harus dilakukan pengerukan terhadap sedimen di dasar laut, khususnya di daerah kolam pelabuhan

I. PENDAHULUAN

Secara umum Pelabuhan adalah suatu perairan yang terlindung dari pengaruh gelombang, badai, arus agar kapal-kapal dapat dengan mudah dan aman untuk berlabuh dan berputar (turning basin), bersandar sehingga bongkar muat dan pengangkutan penumpang dapat dilaksanakan dengan lancar. Pelabuhan mengalami berbagai hambatan fisik antara lain masalah pendangkalan yang disebabkan oleh sedimentasi yang terjadi pada kolam Pelabuhan dan alur pelayaran. Masalah pendangkalan ini akan semakin besar dan kom- pleks jika Pelabuhan tersebut terletak di muara sungai (estuary). Maka dari itu, pendang- kalan harus diminimalisasi terutama pada kolam pelabuhan guna mengamankan dan melancarkan arus pelayaran. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengurangi pen- dangkalan yang diakibatkan oleh sedimentasi adalah dengan cara melakukan pengerukan sedimen pada kolam Pelabuhan.Dengan demikian pembahasan tentang masalah “Analisa Transportasi Sedimen dan Pengaruhnya Terhadap Pengerukan Kolam Pelabuhan Batubara di Kawasan Sukaraja Bandar Lampung” merupakan hal yang perlu dilakukan agar Pelabuhan dapat berfungsi dengan maksimal.

(2)

II. KEGIATAN PENGERUKAN

A. PEKERJAAN PENGERUKAN

1. Pekerjaan pengerukan meliputi dua jenis kegiatan, yaitu pekerjaan pengerukan yang hasil material keruknya tidak dimanfaatkan atau dibuang dan pekerjaan pengerukan yang hasil material keruknya dimanfaatkan.

2. Selain itu pengerukan dapat dikategorikan dalam dua pekerjaan yaitu pekerjaan pengerukan awal dan pengerukan untuk pemeliharaan alur pelayaran dan atau kolam pelabuhan.

3. Pekerjaan pengerukan terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pelaksanaan pengerukan, transportasi material keruk ke lokasi pembuangan dan kegiatan pembuangan material keruk di lokasi pembuangan material keruk (Dumping area).

B. PERENCANAAN PENGERUKAN

1. Perencanaan desain alur dan kolam pelabuhan yang berkaitan dengan pekerjaan pengerukan, pembangunan dan pemeliharaan harus sepengetahuan Direktur Jendral Perhubungan Laut yang meliputi :

2. Untuk pekerjaan pengerukan awal, harus didahului dengan penyelidikan tanah, setidak-tidaknya meliputi test Spesific gravity dan Standard Penetration Test (SPT) dan kadar garam (Salinity). Keadaan tanah dasar diperiksa untuk dua keperluan, pertama kemudahannya untuk di keruk (Excavability) dan kedua pengangkutannya (Transportability).

3. Penentuan/penetapan posisi alur pelayaran/kolam pelabuhan pada

Peta Sounding

4. Profil/potongan melintang, memanjang alur/kolam pelabuhan dengan perhitungan volume keruk.

5. Jenis dan tipe serta kapasitas kapal keruk. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan jenis alat keruk berdasarkan jenis material tanah dasar adalah sebagai berikut :

(3)

Klasifikasi Nilai N Jenis Tanah Slope Tanah lempung < 4 4 – 8 8 – 20 20 - 40 Lumpur Lunak Sedang Keras 1 : 3-5 1 : 2-3 1 : 1,5-2 1 : 1-1,5 Pasir < 10 10 – 30 30 - 50 Lunak Sedang Keras 1 : 2-3 1 : 1,5-2 1 : 1-1,5 Kerikil 1 : 1-1,5 Batu 1 : 1

C. LOKASI / AREA PEKERJAAN PENGERUKAN

1. Pekerjaan pengerukan dapat dilaksanakan di perairan yang meliputi : alur laut bebas, alur angkutan perairan, alur pelayaran, alur masuk pelabuhan,anjir atau terusan, kanal dan lokasi-lokasi lain.

2. Pekerjaan pengerukan dan atau penambangan harus memperhatikan lokasi keruk dan atau tambang dengan memperhatikan zona-zona yang ada antara lain zona keselamatan (Zafety zone), zona TSS (Trafficseparation

Scheme), zona STS (Ship to ship transfer) dan zona tempat labuh jangkar

(anchorage area), zona kabel laut, zona pipa instalasi bawah air, zona pengeboran lepas pantai (Off shore drilling), zona pengambilan barang-barang berharga, zona keamanan sarana bantu navigasi (SBNP), maupun zona-zona lainnya yang diatur oleh ketentuan Internasional maupun instalasi Pemerintah terkait.

3. Bagi pelaksana pekerjaan pengerukan/penambangan di zona trafficseparation sheme atau lokasi lainnya yang merupakan alur pelayaran yang ditentukan oleh pemerintah aupun IMO harus mematuhi segala ketentuanantara lain yang telah diatur dalam Convention on Regulation for

(4)

D. LOKASI PEMBUANGAN HASIL PENGERUKAN

1. Tempat pembuangan material keruk yang lokasinya di perairan, idealnya dibuang pada jarak 12 mil dari daratan danatau pada kedalaman lebih dari 20 m ataulokasi lainnya setelah mendapat rekomendasi atau izin dari Direktorat Jenderal perhubungan Laut,melalui ADPEL atau KAKANPEL setempat.

2. Tempat pembuangan material keruk di darat harus mendapat persetujuan dari PEMDA setempat yang berkaitan dengan penguasaan lahan yang sesuai RUTR.

E. KEGIATAN PEMERUMAN DAN PERHITUNGAN VOLUME KERUK

1. Kegiatan pemeruman yaitu pemeruman yang meliputi tiga tahap yakni pemeruman awal (predredge sounding) untuk mengetahui kondisi awal perairan yang akan dikeruk dan membuat desain atau perencanaan pekerjaan pengerukan dan untuk memperhitungkan volume keruk, pemeruman pelaksanaan pekerjaan pengerukan (progress sounding) untuk memantau pelaksanaan pekerjaan pengerukan yang pemerumannya dilaksanakan berkala dan pemeruman akhir (final sounding) untuk memperhitungkan volume keruk yang telah dikerjakan.

2. Pelaksana pekerjaan pengerukan wajib mengirimkan hasil pemeruman final pada DITJEN HUBLA untuk diteruskan/disiarkan pada Berita Maritim (Notice

to Marine)

3. Sebagai dasar pembuatan desain alur pelayaran/kolam pelabuhan dan atau pekerjaan pengerukan lainnya, perhitungan volume keruk harus menggunakan hasil pemeruman awal yang dilakukan dalam kurun waktu maksimum 2 (dua) bulan setelah pelaksanaan pemeruman.

4. Pemeruman (Sounding) menggunakan Echo Sounder dengan frekuensi antara 200 KHz sampai 210 KHz.

5. Perhitungan volume keruk didasarkan pada luas penampang dikalikan panjang pias ditambah volume pengendapan selama pekerjaan berlangsung dan atau

(5)

volume toleransi vertikal.

6. Besaran pengendapan atau tingkat pengendapan dan toleransi vertikal sebagaimana ditentukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut untuk masing-masing alur pelayaran dan atau kolam pelabuhan,

F. KEDALAMAN PERAIRAN KERUK

Pendalaman alur pelayaran atau kolam pelabuhan ditentukan berdasarkan permukaan air,draft rencana angkutan perairan, pergerakan vertikal angkutanperairan,ruang bebas lunas kapal, pasang surut dan kemudahan atau kelancaran masuknya angkutan perairan atau lebar alur dalam 1 lajur atau 2 lajur.

G. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

Dalam merencanakan biaya pengerukan, hal-hal yang perlu diperhatikan : • Pekerjaan persiapan (material yang harus dibersihkan)

• Supervisi

(6)

METODE PELAKSANAAN

2.1. UMUM

Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode – metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga, target 3T yaitu tepat mutu/kualitas, tepat biaya/kuantitas dan tepat waktu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga diperlukan suatu metode terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan lapangan. Khususnya pada saat menghadapi kendala–kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai kondisi lapangan, akan sangat membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi bersangkutan.

Konstruksi bangunan pantai memerlukan teknik khusus dalam pembuatannya. Oleh sebab itu,maka metode pelaksanaan bangunan sangat diperlukan untuk mengatasi masalah–masalah dalam pembangunan konstruksi bangunan tersebut.

2.2.1 METODE PENGERUKAN

(7)

yakni penggalian, pengangkutan dan pembuangan.

Kapal yang dipakai pada masing-masing proses ini adalah sebagai berikut :

Pengerukan Pekerjaan Pengerukandengan Alat : • Cutter suction dredger • Hopper barge

• Grab bucket dredger • Dipper dredger • Rock breaker • Lain-lain Kapal bantu Pengangkutan Pembuangan

Gambar Komponen Proses Pengerukan

Tug boat Pusher boat Hopper barger

(8)

1. Metode pekerjaan pengerukan dapat dilaksanakan dengan pengerukan sistem hidraulik (Kapal Keruk Hopper dan Kapal Keruk Cutter), pengerukan dengan cangkram, pengerukan dengan timba dan pengerukan denagn sistem lainnya.

2. Untuk material keruk yang keras, semisal karang, pekerjaan pengerukan dapat dilaksanakan dengan cara penggalian material karang dengan metode mekanikal kemudian pemindahan material keruk dengan sistem pengerukan yang normal, penggalian material karang denagan metode peledakan karanng kemudian pemindahan material keruk dengan sistem pengerukan yang normal dan sistem lainnya seperti penggalian material karang dengan metode pemecahan karang melalui gelombang pendek atau microwave, pemotongan karang dengan menggunakan peralatan tekanan tinggi atau sistem lainnya. Penggalian material keruk/karang dengan metode peledakan ini harus mendapat rekomendasi dari institusiyang berwenang.

3. Kegiatan pengerukan yang hasil material keruknya tidak dimanfaatkan, adalah kegiatan pekerjaan pengerukan untuk pendalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan atau untuk keperluan lainnya, antara lain adalah :pembangunan pelabuhan/dermaga, penahan gelombang, saluran air masuk untuk sistem pendinginan (Water intake), pendalaman galangan kapal dan lain-lain.

4. Kegiatan pengerukan yang hasil material keruknya dimanfaatkan adalah kegiatan pekerjaan pengerukan untuk pengurugan atau reklamasi dan pekerjaan pengerukan untuk penambangan.

A. PEMILIHAN JENIS ALAT KERUK

Masing-masing jenis alat keruk memiliki kinerja berbeda untuk berbagai keadaan cuaca dan material tanah dasarnya.

Secara umum, alat keruk dengan penggerak sendiri memiliki kelaikan laut yang baik dan dapat digunakan di perairan laut terbuka. Sedangkan alat keruk tanpa penngerak sendiri terutama jenis dengan jangkar tiang mudah dipengaruhi oleh angin dan gelombang.

(9)

1. Oleh karena itu jenis alat keruk selain memperhatikan keadaan tanah dasarnya ditetapkan setelah memperhatikan keadaan cuaca, sebagi berikut :

a. Gelombang, angin, arus, pasang surut dan daerah teduh b. Hari kerja dan jam kerja c. Volume kerukan dan kedalaman maksimum

d. Luas daerah keruk, tempat tambat dan volume lalu-lintas e. Tempat berlindung alat keruk dan kapal serta fasilitas perbaikan. f. Perlengkapan daya, suplai air dan fasilitas penjangkaran.

g. Gaya penjangkaran

h. Akomodasi untuk alat keruk dan kapal pendukung.

2. Pemilihan alat keruk harus disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jenis material dasar yang dikeruk sebagaimana tabel di bawah ini :

(10)

Klasifikasi Keadaan N DredgerPump DredgerHopper GredgerGrab DredgerBucket DredgerDipper BreakerRock Tanah Lempung Sangat lunak Lunak Sedang Keras Lebih keras Sangat keras < 40 4 10 10 20 20 V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V Tanah Kepasiran Lunak Sedang Keras Lebih keras Sangat keras < 10 10 20 20 30 V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V Tanah Lempung Berkerikil Lunak Keras < 30 > 30 V V V V V V V V V V V V Tanah Kepasiran Berkerikil Lunak Keras < 30 > 30 V V V V V V V V V V Batu Lebih lunak Lunak Sedang Keras Lebih 40 50 50 60 60 V V V V V V V V V V V V V V V V V V

2.2.2. Peralatan Kerja

Selain bahan bangunan, untuk pelaksanaan proyek ini juga diperlukan adanya peralatan kerja sebagai sarana untuk membantu dan memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Sebagaimana halnya pengadaan barang, maka dalam

(11)

pengadaan dan pemilihan peralatan kerja harus dilakukan kiat khusus agar pemilihan jenis peralatan kerja tersebut dapat menghasilkan efektifitas dan produktifitas alat yang optimal, antara lain :

a. Merinci mengenai peralatan yang dibutuhkan.

b. Memperhitungkan banyaknya alat yang akan dipakai sesuai dengan volume pekerjaan yang akan dilaksanaan. c. Memperhitungkan kapasitas alat.

d. Memperhitungkan biaya alat (sewa/beli, pemeliharaan, dll). e. Memperhitungkan daya tahan alat.

2.2.2. Diagram Analisa P engerukan

Analisa Pelaksanaan Pengeruk an Analisis Evaluasi Pekerjaan Pengerukan Analisis didasarkan pada jumlah volume material yang dikeruk di setiap spot selama pekerjaan pengerukan Analisis Resiko Analisis didasarkan pada pengaruh ketelitian ukuran dalam perhitungan volume material yang dikeruk Pelaksanaan Tahap Final Sounding Penyajian peta batimetri alur pelayaran yang sudah mencapai desain kedalaman sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi alur pelayaran di Pelabuhan.

Gambar 1.1 Diagram Analisis

2.2.3. Pekerjaan pengerukan dasar laut

Pekerjaan pengerukan dasar laut ini dilakukan untuk membuat alur pelayaran dan sebagai lokasi pembuatan jetty. Pekerjaan ini menggunakan

(12)

dragline. Pekerjaan pengerukan yang lain adalah pengerukan untuk kolam

pelabuhan, pekerjaan ini dilakukan di darat karena letak layout pelabuhan yang menjorok ke daratan. Pekerjaan ini menggunakan excavator.

Adapun material–material hasil pengerukan yang berupa batu karang dan pasir dibuang ketempat yang telah ditentukan dengan menggunakan dump truk

Gambar 7.2. Pengerukan dasar laut

2.2.3. Pekerjaan Galian

Pekerjaan galian dilakukan untuk memperoleh kedalaman tertentu dimana pelindung kaki dan lapis batu pelindung konstruksi

seawall akan ditempatkan. Pelaksanaan pekerjaan galian dilakukan

dengan menggunakan excavator.

II.2.4.Alat yang digunakan dalam pekerjaan Pengerukan

 GPS ( Digunakan operator untuk melihat lokasi yang akan di keruk, melihat loaksi pembuangan / Dumping material hasil kerukan )

(13)

 Clamshell / Cengkram ( Digunakan operator keruk untuk mengeruk material sedimen yang kemudian di tamping di tongkang lumpur ( Split Barge ). dan untuk diam pada lokasi pengerukan menggunakan Spud ( digunakan pada kedalaman <12m) dan Jangkar ( digunakan pada kedalaman >12)

 Bak lumpur / Split Barge ( Digunakan untuk menampung material hasil kerusakan )

(14)

 Tug Boat ( Kapal yang berfungsi untuk menarik Clamshell Untuk berpindah – pindah tempat )

 Spud ( tiang Pancang yang digunakan agar Kapal tidak bergrak pada saat pengerukan berlangsung ). Spud hanya efektif digunakan pada kedalaman <12m, jika kedalaman >12m maka harus menggunakan Jangkar.

(15)

Dumping Proses Pengerukan Proses Cengkram

(16)

BAB III.

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

 Pengerukan adalah pekerjaan Mengubah bentuk dasar perairan/ laut untuk mencapai kedalam dan lebar yang dikehendaki atau mengambil material dasar laut/ perairan yang digunakan untuk keperluan tertentu.

 Pada proyek pengerukan alur dan kolam pelabuhan dimasuksudkan untuk mengurangi sedimen pada alur dan kolam pelayaran kapal yang masuk ke pelabuhan agar tidak karam/kandas.

 Biaya Pengerukan Operasional sangat besar maka harus dilakukan perhitungan yang sangat matang.

3.2. Saran

 Penggunaan alat harus lebih di perhatikan, dalam pengerjaan pengerukan harus baik dan berfungsi secara baik dalam pengerjaannya.

 Survey sedimen yang masuk ke Pelabuhan harus di perhatikan dan di perhitungkan agar pekerjaan pengerukan tidak berjalan sia – sia.

(17)

28 NOVE

26 November 2013 PELABUHAN

MBER 2013

DAFTAR PUSTAKA

Djainal, Herry. 2005. Reklamasi dan Pengaruhnya terhadap lingkungan fisik. Universitas Gadjah Mada.

Pertiwi, Bangun Surya. 1996 Analisis dampak lingkungan ( Andal Terpadu ) reklamasi pantai dan pembangunan dalam Teluk Bintan, Pulau Bintan, Provinsi. Anonim :

http://teknikkelautan.blogspot.com/2012/01/pengertian-pelabuhan.html : Di akses tanggal 24 November 2013 Pukul : 18 : 58

Gambar

Gambar Komponen Proses Pengerukan
Gambar 1.1 Diagram Analisis
Gambar 7.2. Pengerukan  dasar laut

Referensi

Dokumen terkait

Hukum pidana di Indonesia menganut asas legalitas (legisme), oleh karena itu untuk dapat menjatuhkan sanksi pidana terhadap suatu tindak pidana, haruslah ada ketentuan dalam

penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika tergolong sedang dengan nilai rata-rata 69,52, (2) Berpikir kreatif

Demikian Ber ita Acar a Penjelasan Lelang Pengadaan Glassw ar e Balai Besar POM di Jakar ta, dibuat dengan sebenar nya untuk diper gunakan sebagaimana

Tahun Anggaran 2017, telah mengadakan rapat pemberian penjelasan secara elektronik melalui website http://www.lpse.pom.go.id untuk pekerjaan Pengadaan Baku Primer

c) Pengalaman Pekerjaan pada lokasi yang sama pada tingkat Kabupaten/Kota dengan bobot 5-15%;.. 20) Peserta yang memenuhi Persyaratan Kualifikasi dimasukkan dalam Calon

Statistical quality control (SQC) berhubungan dengan inspeksi atau pengecekan pada sample acak yang merupakan output dari sebuah proses dan kemudian menentukan apakah produk

[r]

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Kreativitas siswa dengan gaya belajar Visual-Spatial dalam menyelesaikan masalah geometri, mencakup (a) Kefasihan,