• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS GAMBAR ANAK-ANAK DI TK AISHIYAH BUSTANUL ATHFAL SINGARAJA. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS GAMBAR ANAK-ANAK DI TK AISHIYAH BUSTANUL ATHFAL SINGARAJA. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GAMBAR ANAK-ANAK DI TK AISHIYAH BUSTANUL ATHFAL SINGARAJA

Nyoman Tri Widiani.1, Luh Suartini. 1, Nala Hari Wardana. 2 Jurusan Pendidikan Seni Rupa

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

E-mail: nyomantri_widiani@yahoo.co.id, Luhocasuartini@yahoo.com, ngurahnala@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang (1) elemen gambar yang di buat anak di Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja (2) tema yang terdapat pada gambar anak-anak di Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja (3) Analisis gambar anak-anak-anak-anak di Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja.

Penelitian ini menggunakan metode: (1) observasi (2) wawancara (3) dokumentasi (4) Fokus Grup Diskusi (FGD) dan (5) kepustakaan. Data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini adalah (1) Pada penelitian ini elemen gambar yang sering ditemukan pada gambar anak yaitu, garis bergelombang, garis melingkar, garis melengkung, garis lurus vertikal dan horizontal. Walaupun anak bercerita bebas melalui gambar, pada beberapa anak pola-pola gambar yang diberikan guru masih menjadi bagian cerita dari gambar anak. Anak belum fokus kewarna karena pikiran anak lebih didominasi oleh bentuk, sedangkan masalah ruang masih belum bisa dipecahkan/dikuasai anak dengan baik; (2) tema yang paling banyak digunakan anak-anak adalah tema “diriku”, karena pada masa ini anak-anak cenderung egois dan mengutamakan dirinya sendiri. Sedangkan tema yang jarang digambar anak-anak adalah “negaraku” dan “alam semesta”, karena pada masa prabagan ini anak lebih banyak menggambarkan hal-hal yang secara langsung berhubungan dengan dirinya; (3) pada analisis gambar, jika dilihat dari segi positif terlihat anak sudah cukup mampu menggambar dengan bebas, bercerita dan mengekspresikan diri melalui gambar, dan beberapa anak sudah mampu memenuhi ruang gambar. Sedangkah dari sisi negatif dapat dilihat ada sebagian anak masih memakai pola tertentu untuk mewakili objek, ada beberapa anak yang kurang percaya diri dalam menggambar dirinya.

(2)

ABSTRACT

This study aims to describe (1) picture elements that made by the children at Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja (2) the theme which is exist in children‟s picture at Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja (3) children‟s picture in Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja. This study used: (1) Observation (2) interviews (3) documentation (4) Focus Group Discussion (FGD) and (5) literature. The data were analyzed by using descriptive qualitative method.

The results of this study are (1) the picture elements which are often found in children‟s picture are wavy lines, circular line, curved line, vertical line and horizontal. Even though children do free storytelling through pictures, for some children patterns of the pictures given by the teacher is still part of picture story of the child. Child do not focus on color because the child‟s mind is dominated by form; (2) the theme most widely used by the children is the theme of "myself", because at this age children tend to be selfish and put themselves in the first place. The theme which rarely use by the children is the theme about "my country" and "the universe". because the children tend to draw thing that are derectly related to ther; (3) the analysis of the pictures, seen already enough for the children to draw freely, tell stories and express their feeling through picture, although there are some children still wear certain patterns to represent an object, and some children lack confidence in drawing ther self.

(3)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Cita-cita bangsa Indonesia adalah terbentuknya manusia Pancasila bagi seluruh warga negaranya. Tujuan pendidikannya telah disejajarkan dengan cita-cita tersebut. Semua institusi atau lembaga pendidikan harus mengarahkan segala kegiatan di sekolahnya bagi pencapaian tujuan itu. Inilah yang disebut dengan tujuan umum pendidikan.

Pengembangan dibidang pendidikan didasarkan atas falsafah Negara Pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggungjawab, dapat menyuburkan kreativitas yang tinggi serta budi yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan UUD 1995.

Penerapan pendidikan seni di sekolah merupakan suatu bentuk perwujudan tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan seni adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan kreatif dan ekspresif anak didik dalam mewujudkan kegiatan artistiknya berdasarkan aturan-aturan estetika tertentu. Selain itu pendidikan seni bertujuan menciptakan cita rasa keindahan dan kemampuan mengolah serta menghargai seni. Tujuan pendidikan seni meliputi kegiatan berkreasi dan berapresiasi. Hal ini sejalan dengan fungsi pendidikan seni rupa sebagai pemenuh kebutuhan berekspresi, berkreasi dan berapresiasi.

Melalui kegiatan berekspresi anak didik dapat mengungkapkan perasaan, perhatian, presepsi, fantasi, dan imajinasinya. Melalui kegiatan berkreasi anak didik dapat mengembangkan ide yang diciptakan. Anak didik juga perlu memiliki

kemampuan berapresiasi yaitu menghayati dan menghargai sesuatu yang dipandang dan memberikan respon atau tanggapan.

Pembelajaran seni rupa di sekolah-sekolah mencakup dua komponen yaitu

pembelajaran berekspresi dan

pembelajaran berapresiasi karya seni rupa. Pendidikan seni sebagai ekspresi dimaksudkan bahwa pendidikan seni sebagai alat yang digunakan untuk mengembangkan kompetensi peserta didik dalam mengungkapkan gagasan dalam bentuk karya seni. Melalui kegiatan ini, para siswa dilatih untuk berani menyatakan gagasan kreatif melalui pengalaman berkarya dalam bentuk visual. Pengalaman belajar menciptakan seni disebut sebagai pembelajaran berkarya. Sedangkan pengalaman mempersepsi, melihat serta

memahami seni disebut sebagai

pembelajaran apresiasi.

Kreativitas dan proses kreasi perlu dibina sejak usia dini, dan ini erat hubungannya dengan gambar yang merupakan dunia anak-anak. Dalam menggambar, anak berimajinasi dan berpikir, sehingga mereka mengembangkan kemampuan kreatif. Berkreasi berarti bereksperimen (anak boleh salah, tidak harus selalu benar), sekaligus berekspresi. Maka, agar anak menemukan “diri”nya, ia boleh menggambar berbeda dengan anak lain. Potensi gambar “asli” anak untuk mengembangkan proses berimajinasi dan berpikir yang akan memampukannya memperoleh proses belajar mengajar yang baik ini ternyata belum dimanfaatkan sistem pendidikan.

Kreativitas dikenal dari beberapa sub kemampuannya, antara lain kepekaan, kelancaran, keluwesan, orisinalitas, elaborasi, redefinisi. Kepekaan secara fisiologi adalah proses memadukan hubungan sejumlah susunan saraf dan indra-indra kita agar menjadi dinamis, dan cepat. Secara psikologi kita menjadi peka sehingga mampu mengangkat pesan dari suatu peristiwa yang bagi orang lain

mungkin terlewat. Kelancaran

memampukan kita untuk meluncurkan banyak ide yang seakan mengalir. Keluwesan memampukan kita untuk melihat suatu masalah dari berbagai arah dan dengan kacamata yang berbeda.

(4)

Orisinalitas adalah kemampuan untuk membuat gagasan yang asli, berbeda, dan tidak seperti biasa. Elaborasi adalah kemampuan untuk mengembangkan suatu ide sampai selesai dan mendetail. Redefinisi memampukan kita melihat sesuatu tapi tampak sesuatu yang lain (Ahmad Susanto, 2013:117).

Tak ada anak yang tidak suka menggambar, oleh sebab itu kegiatan seni rupa, terutama menggambar, hampir selalu ada disemua sanggar kegiatan anak. Kegiatan seni rupa anak terbuka bagi semua anak, bukan hanya bagi yang berbakat menggambar. Bagi anak, menggambar bukanlah membuat sesuatu yang „„indah‟‟, tetapi ia berkomunikasi dengan gambar melalui „„bahasa rupa‟‟ untuk bercerita.

Cara anak melihat dan menggambar, yang berbeda dengan kita orang dewasa,

kaitannya sangat erat dengan

pertumbuhan, perkembangan, dan

pematangan integrasi indra-indra, imaji-imaji, susunan saraf, dan cara berpikir anak, yang semuanya dulu pernah kita alami ketika kita masih kecil

.

Pendidikan seni rupa anak bertugas mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir dengan rupa, yang bersamaan dengan kemampuan berpikir dengan kata, secara terpadu akan penting untuk proses kreasi kelak, dibidang apapun anak berkiprah. Ini dipermudah karena anak masih berpikir dengan rupa dari pada dengan kata.

Anak memang belum cukup

menguasai bahasa kata, apalagi bahasa- kata tulisan. Untungnya anak memiliki bahasa rupa. Dengan seluruh kemampuan ini, antara lain perpaduan bahasa kata yang masih minim dan bahasa rupa yang sudah kaya, ia bisa mengerti apa yang dikatakan oleh ayah, ibu, dan orang lain, ini karena sang anak berdasarkan apa yang dikatakan orang tuanya, akan mengimajinasikan apa yang sebenarnya diinginkan oleh mereka.

Bagi anak gambar merupakan media komunikasi. Anak bercerita dengan gambar melalui bahasa rupa. Bagi anak yang penting adalah prosesnya, kegiatan

menggambarnya, belum hasilnya. Setiap anak unik, tidak ada dua anak yang

gambarnya persisi sama. Namun demikian garis besar perkembangan gambar dan bahasa rupa anak memiliki banyak persamaan.

Menggambar sebagai salah satu cabang seni rupa tidak bisa dilepaskan dari dunia anak-anak. Di taman kanak-kanak, menggambar dijadikan salah satu kegiatan pembelajaran maupun perencanaan. Hal ini dapat dilihat dalam kegiatan sehari-hari atau kegiatan terencana. Dalam kegiatan sehari-hari, aktivitas menggambar dapat

dilakukan dengan cara spontan

(berdasarkan keinginan anak). Tk Aisyiyah Bustanul Athfal adalah salah satu taman kanak-kanak yang berlokasi di jalan merak no. 21 Singaraja Bali. Pembelajaran menggambar di Tk ini terbilang cukup baik,

namun tergantung pada tenaga

pengajarnya (guru) karena pada kelompok B1, B2, dan B3 memiliki guru kelas yang berbeda dan mengajar dengan cara yang berbeda pula. Dalam kegiatan menggambar beberapa kelompok anak menghasilkan karya yang hampir sama baik dalam bentuk maupun tema karena sebelumnya telah mendapatkan pola gambar dari guru, sehingga ketika diberikan arahan untuk menggambar bebas anak-anak tersebut teringat oleh pola yang diberikan gurunya, tetapi ada beberapa kelompok anak lainnya yang masih bebas berekspresi dan bercerita melalui gambarnya tanpa terpengaruh oleh guru pengajar dengan

tetap mendapatkan bimbingan.

Pelaksanaan bimbingan dilaksanakan dalam nuansa bermain, karena prinsip ini merupakan esensi aktivitas anak usia dini. Proses bimbingan disesuaikan pola pikir dan pemahaman anak. Dimana anak usia dini masih memiliki pemahaman dan pola pikir sederhana, tetapi gambar yang dihasilkan sangat komunikatif.

Berdasarkan ulasan di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Gambar Anak-anak di Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja”.

Manfaat yang hendak diperoleh dari penelitian ini yaitu manfaat teoritis, akademis, dan praktis. Secara teoritis, temuan yang didapatkan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang Analisis Gambar Anak-Anak Tk, yang pada nantinya bisa bermanfaat untuk

(5)

semua kalangan yang membutuhkan hasil penelitian ini.

Manfaat akademis, penelitian ini

bermanfaat memperluas wawasan

mengenai Analisis Gambar Anak-Anak Tk, serta menjadi inspirasi bagi peneliti lain untuk mengembangkan pengetahuan-pengetahuan baru tentang dunia anak.

Dan manfaat praktis pada penelitian yang berupa Analisis Gambar Anak-Anak Tk ini dapat dijadikan salah satu acuan untuk membantu proses pembelajaran anak, serta mampu memahami anak dengan baik.

METODE PENELITIAN

Penelitian dengan judul “Analisis Gambar Anak-Anak di Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja” merupakan penelitian deskriptif kualitatif, seperti yang dijelaskan oleh (Burhan Bungin, 2009: 54) mengenai format deskriptif kualitatif, dapat juga disebut kuasi kualitatif, dimana kuasi kualitatif tersebut sifatnya yang tidak terlalu mengutamakan makna, sebaliknya,

penekanannya pada deskriptif

menyebabkan format deskriptif kualitatif lebih banyak menganalisa permukaan data, hanya memperhatikan proses-proses kejadian suatu fenomena, bukan kedalam data ataupun makna data.

Objek dalam penelitian ini adalah gambar anak-anak. Sedangkan subyek penelitian ialah anak atau peserta didik di Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, teknik wawancara, teknik pendokumentasian, FGD dan kepustakaan.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Miles and Huberman (1992) yang meliputi reduktif (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclution drawing/verification (penarikan kesimpulan).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.

Elemen Gambar Anak-Anak di Tk

Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja.

Hasil

yang

diperoleh

dalam

penelitian ini berupa elemen gambar

anak-anak di Tk Aisyiyah Bustanul Athfal

Singaraja.

Dalam penelitian ini peneliti akan

mendeskripsikan elemen gambar yang dibuat anak-anak taman kanak-kanak sesuai dengan periode perkembangan anak pada usianya. Elemen gambar tersebut meliputi: garis, warna, dan ruang/ bidang. Gambar yang dihasilkan anak disetiap periode memiliki ciri-ciri yang berbeda. Dalam penelitian ini subyek penelitiannya adalah anak-anak yang berusia (5-6 tahun) dan masuk pada masa prabagan.

1.1 Garis

Gambar 4.1 Karya Gambar Kamil, kelas B2 (Sumber : Dokumentasi Peneliti)

Pada karya gambar ini, garis-garis yang muncul seperti garis melingkar, garis bergelombang, garis melengkung, garis lurus vertikal dan horizontal sudah menjadi perwakilan dari objek yang diimajinasikan anak. Garis melingkar dimaksudkan sebagai objek kepala, karena secara sederhana anak melihat kepala seperti lingkaran. Garis vertikal sebagai kaki, garis horizontal sebagai tangan, karena pemikiran anak-anak yang masih sederhana, penggambaran yang anak-anak lakukan sebagai perwakilan objek yang ia ingikan juga sederhana sesuai dengan masa perkembangannya. Seperti yang telah dikemukakan Viktor Lowenfeld yang menyatakan, bentuk gambar anak biasanya garis melingkar untuk membentuk kepala, dua garis vertikal untuk membentuk kaki,

(6)

dan dua lingkaran untuk mata dan satu lingkaran untuk mulut. Hasilnya adalah gambar manusia. Gambar manusia adalah gambar yang paling mudah bagi anak. Bukan berarti anak sedang menyalin bentuk visual yang ia lihat di depannya (Lowenfeld, Victor / W. Lambert Brittain, 1970: 119-120). Dari apa yang dikemukakan oleh Viktor tersebut, dapat kita lihat bagaimana Kamil menggambar objek orang (manusia) secara sederhana dengan garis-garis yang diibaratkan sebagai bagian-bagian tubuh. Dan walaupun terdapat satu objek yang ia “katakan” sebagai ibu, tetapi tak ada garis yang mewakili atau menunjukkan sosok perempuan pada gambarnya. Namun ia merepresentasikan objek ibu dengan garis-garis yang disusun menjadi gambar sederhana. Garis yang melingkari ketiga objek manusia dimaksudkan sebagi rumah dengan garis bergelombang sebagai atap rumahnya. Hal serupa juga dapat kita temukan pada karya Kamil yang lainnya.

1.2 Warna

Gambar 1.2 Karya Gambar Angga, kelas B2 (Sumber : Dokumentasi Peneliti)

Pada gambar ini anak

menggunakan warna kuning, hitam dan merah. Penggunaan crayon warna hitam sepertinya digunakan anak sebagai pengganti pensil, karena pada gambar ini anak sama sekali tidak menggunakan pensil. Warna merah digunakan anak untuk menggambar objek dirinya. Warna kuning digunakan untuk mewarnai objek gambar dan membuat garis yang melingkari semua objek gambar. Dari cara Angga memfungsi warna, penulis mentafsir warna-warna yang ia gunkan merupakan warna-warna

terdekatnya, karena ia tidak menggunakan warna untuk mewarnai gambar tetapi untuk membuat gambar itu sendiri. Angga sepertinya lebih fokus ke bentuk yang ia buat dari pada bepikir tentang mewarnai, seperti halnya penelitian yang dilakukan Corah (1996) yang mencoba mengajarkan pada anak untuk menyetarakan bentuk geometris dengan warna akan tetapi hasilnya anak menyetarakan bukan dengan warna, tetapi dengan bentuknya. Hal ini bukan berarti anak pada masa ini tidak menyadari dengan kehadiran warna, akan tetapi ini dikarenakan kemampuan anak dalam membuat bentuk sendiri menjadi mendominasi pikiran anak kebentuk dari pada warna ( Lowenfeld, Victor / W. Lambert Brittain, 1970:122).

1.3

Ruang/ Bidang

Gambar 1.4 Karya Gambar Desy, kelas B2 (Sumber : Dokumentasi Peneliti)

Dari gambar ini, terlihat Desy meletakkan objek gambarnya secara bebas. Terdapat tiga obyek manusia yang diletakkan di atas, pohon di atas dan ada satu objek manusia yang seperti berada di atas kulkas. Kata Hardiman, dalam diskusi “saya menduga yang gambar tengah yang berwarna itu, dia belum mengenal

(7)

pembagian ruang jauh dekat. Jadi dia ingin menggambar orang disitu digambarin, jangan ditafsir bahwa orang berdiri di atas kulkas, tidak. Dia belum mengenal ruang. Ada garis di atas maka digambar lagi, dia hanya ingin membagi ruang saja tanpa pertimbangan ruang ini ada jauh atau dekat. Itu ruang yang tidak berbicara tentang prespektif” begitu tafsir beliau.

2

Tema Gambar Anak-Anak di Tk

Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa tema gambar anak-anak di Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja. Dalam penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan tema gambar anak-anak taman kanak-kanak sesuai dengan tema yang diterapkan Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja. Tema dalam istilah kurikulum TK adalah alat untuk mengenalkan berbagai konsep, topik dan ide kepada anak didik secara utuh. Jadi tema merupakan aktualisasi konsep minat anak yang dijadikan fokus perencanaan atau titik awal perencanaan dalam proses pembelajaran. Berikut adalah paparan secara rinci tema gambar anak-anak di Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja.

1. Diriku

Penggunaan tema ini banyak ditemukan pada gambar anak-anak terutama anak pada masa prabagan, karena pada masa ini anak cenderung ingin dominan dari pada lingkungan sekitarnya, selain itu ingatan anak-anak pada masa ini lebih banyak tentang dirinya, apa yang dia sukai, apa yang dia tidak sukai, perjalanan berliburnya dan lain sebagainya. Saat proses menggambar, ingatan-ingatan tentang dirinya itu dituangkan dalam karya gambarnya. Berikut adalah karya yang menggunakan tema “Diriku”.

Gambar 2.1 Karya Gambar Rizky, kelas B2 (Sumber : Dokumentasi Peneliti)

2. Keluargaku

Keluarga merupakan orang-orang terdekat anak, tidak heran tema keluarga merupakan tema yang paling sering digambar anak, itu menunjukan ada kedekatan yang dalam antara anak dan keluarganya. Ingatan anak tentang keluarga pasti sangatlah banyak, karena anak lebih sering berinteraksi dengan keluarga, ingatan-ingatan tersebut dapat berupa ingatan positif maupun negatif. Anak-anak menggambar menggunakan pengalaman-pengalaman mereka yang disimpan dalam ingatan kemudian dituangkan kembali dalam karya, sehingga karya gambar anak lebih bercerita. Berikut adalah karya gambar yang menggunakan tema keluarga.

(8)

Gambar 2.2 Karya Gambar Kamil kelas B2 (Sumber : Dokumentasi Peneliti)

Gambar 2.3 Karya Gambar Kamil kelas B2 (Sumber : Dokumentasi Peneliti)

3. Lingkunganku

Pada masa prabagan ini, anak-ank sudah mulai merespon lingkungan disekitarnya, sehingga lingkungan muncul pada gambar anak-anak ini. Bentuk-bentuk objektif yang ada disekitarnya sudah menjadi kriteria dari hasil gambarnya. Meskipun objek-objek tersebut hanya diwakili oleh gambar-gambar sederhana namun objek-objek tersebut sudah lebih

mudah ditafsirkan. Lingkungan yang paling sering digambar anak adalah lingkungan yang paling ia senangi, berkesan untuknya dan lingkungn yang paling sering ia sentuh/ tempati., seperti rumah, tempat rekreasi, sekolah, dan lain sebagainya. Berikut adalah karya gambar yang menggunakan tema lingkungan.

Gambar 2.3 Karya Gambar Aisya, kelas B2 (Sumber : Dokumentasi Peneliti)

Gambar 2. Karya Gambar Halim, kelas B2 (Sumber : Dokumentasi Peneliti)

3

Analisis Gambar Anak-Anak di Tk

Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa analisis gambar anak-anak di Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja. Dalam penelitian ini penulis akan mendeskripsikan analisis gambar anak taman kanak-kanak dengan dukungan para ahli akademisi. Analisis adalah proses pencarian jalan keluar (pemecahan masalah) yang berangkat dari dugaan akan kebenarannya; penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya; penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan

(9)

bagian itu sendiri serta hubungan antar-bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman makna keseluruhan.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2006:42).

Analisis yang dilakukan akan dipandang dari dua sisi, yaitu sisi positif dan negatifnya dengan acuan teori Viktor Lowenfeld dalam perkembangan menggambar anak masa pabagan yang telah tercantum pada bab II (kajian pustaka) dan tafsir-tafsir yang dikemukakan oleh para ahli akademisi.

Meskipun disini penulis tidak

berusaha membedakan mana gambar yang baik dan tidak, tapi penulis akan berusaha menganalisis gambar yang memiliki kesan positif dan negatif. Berikut adalah paparan secara rinci analisis gambar anak-anak di Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja.

3.1 Gambar yang Memiliki Nilai

Positif

Gambar 3.1 Karya Gambar Nur Washifah, kelas B2 (Sumber : Dokumentasi Peneliti)

Pada gambar karya Nur Washifah ini terdapat objek gambar seorang gadis perempuan yang merupankan dirinya sendiri. Penggambaran diri sendiri ini sering terjadi pada masa prabagan. Pada karya ini terlihat ia ingin menggambarkan dirinya sebagai seorang putri yang penuh cinta, hal tersebut terlihat dari hiasan bunga-bunga pada kepalanya seperti mewakili mahkota, dan simbol cinta yang ada didekatnya. Simbol cinta tersebut sepertinya ia ketahui dari orang-orang dan lingkungan terdekatnya. Penggambaran “dirinya” disini dibuat besar dan memenuhi ruang gambar terlihat egosentris anak yang besar sesuai masa perkembangannya. Viktor Lowenfeld

(1970:125) menyatakan, anak sendiri adalah pusat dari lingkungannya, dalam apa yang bisa disebut tahap egosentrisme, pengalaman-pengalaman yang berkaitan langsung dengan dirinya menjadi yang paling bermakna.

3.2 Gambar yang Memiliki Nilai

Negatif

Gambar 3.3Karya Gambar Kamil, kelas B2 (Sumber : Dokumentasi Peneliti)

Jika melihat lebih dalam tentang gambar ini, dapat ditafsirkan Kamil merupakan anak yang memiliki kekurangan secara sosial, karena lingkungan yang ia ketahui hanyalah rumah, aku, ayah, dan ibu. Hal tersebut juga dikuatkan oleh pernyataan guru kelas Kamil, pada wawancara yang peneliti lakukan Sri Ambarawati, menyatakan, “Kamil ini kalau di rumahnya dia tertutup, tidak mau bergaul. Jadi kesehariannya tahunya ayah sama ibu. Makanya dia mangulang kembali belajar di Tk, bergaulnya kurang, disini juga baru setelah masuk kembali di kelas B dua tahun, baru dia mulai bergaul”. Kamil harus mengulang kegiatan belajarnya di Tk selama dua tahun agar ia mampu lebih terbuka. Kekurangan dari segi sosial pada anak-anak akan mempengaruhi rasa percaya dirinya kelak, setelah mengulangi tahun kedua di Tk, ia baru mencoba untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Tidak ada objek lain yang ia gambarkan selain keluarganya, penggambaran objeknya pun cenderung kecil dan tidak memenuhi ruang gambar yang ada, hal tersebut terjadi karena anak lebih banyak berinteraksi

dengan keluarganya dari pada

lingkungannya dan kenyataan anak yang pendian dan kurang bersosialisasi mungkin

(10)

mempengaruhi rasa percaya dirinya sehingga berpengaruh pada karya

gambarnya yang menyebabkan ia

menggambar objek yang cenderung kecil dan tidak mampu menguasai ruang. Penggambaran objek manusia yang dilakukan Kamil sesuai dengan hal yang dikemukakan Viktor Lowenfeld, yaitu “bentuk gambar anak biasanya garis melingkar untuk membentuk kepala, dua garis vertikal untuk membentuk kaki, dan dua lingkaran untuk mata dan satu lingkaran untuk mulut. Hasilnya adalah gambar manusia. Gambar manusia adalah gambar yang paling mudah bagi anak. Bukan berarti anak sedang menyalin bentuk visual yang ia lihat di depannya. Anak tidak akan merubah cara menggambar manusia walupun terdapat beberapa figur manusia yang berbeda di depannya (Lowenfeld, Victor / W. Lambert Brittain, 1970: 119-120).” Meskin pun terdapat objek ibu yang digambarkannya tetapi tidak ada garis yang membedakan objek ibu dengan objek aku dan ayah. Berikut adalah beberapa karya Kamil yang memiliki kecenderungan yang sama.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dapat diambil kesimpuln sebagai berikut:

1. Elemen gambar anak-anak

Pada penelitian ini elemen gambar yang sering ditemukan pada gambar anak yaitu, garis berombak yang mewakili pantai. Walupun anak bercerita bebas melalui gambar, pada beberapa anak pola-pola gambar yang diberikan guru masih menjadi bagian cerita dari gambar si anak, anak belum fokus kewarna karena pikiran anak lebih didominasi oleh bentuk, sedangkan masalah ruang masih belum bisa dipecahkan/dikuasai anak dengan baik. 2. Tema yang terdapat pada gambar anak Tema yang paling banyak digunakan anak-anak adalah tema “diriku”, karena pada masa ini anak-anak cenderung egois dan mengutamakan dirinya sendiri. Sedangkan tema yang jarang digambarkan anak-anak adalah “negaraku” dan “alam semesta”, karena pada masa prabagan ini anak lebih

banyak menggambar hal-hal yang secara langsung berhubungan dengan dirinya. 3 Pada analisis gambar anak

pada analisis gambar, jika dilihat dari segi positif terlihat anak sudah cukup mampu menggambar dengan bebas, bercerita dan mengekspresikan diri melalui gambar, dan beberapa anak sudah mampu memenuhi ruang gambar. Sedangkah dari sisi negatif dapat dilihat ada sebagian anak masih memakai pola tertentu untuk mewakili objek, ada beberapa anak yang kurang percaya diri dalam menggambar dirinya.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan uraian penutup skripsi ini antara lain:

1 Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi inspirasi dalam pembelajaran di Tk yang sangat penting demi kemajuan siswa. Selain itu hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai gambar anak masa prabagan. 2 Secara Praktis

a. Bagi Guru

Peneliti menyarankan kepada guru untuk memilih tema secara tepat sesuai dengan tahap kemampuan berpikir anak dan perkembangan anak. Selain itu guru juga diharapkan untuk tidak memberikan anak pola gambar atau contoh gambar secara langsung. Hal tersebut dapat mengurangi kreativitas dari anak karena proses meniru. Guru dapat membimbing anak melalui cerita dan komunikasi yang baik agar anak

lebih terbuka dan kemampuan

bersosialisasinya menjadi lebih baik. c. Bagi Kepala Sekolah

Peneliti menyarankan adanya penyamaan presepsi tentang pemahaman gambar anak bagi semua tenaga pendidik di sekolah dalam pembelajaran menggambar bebas maupun pembelajaran bertema di Tk.

d. Bagi Peneliti Lanjutan

Peneliti menyarankan kepada peneliti lanjutan untuk lebih jeli lagi dalam melihat dunia anak-anak sehingga mampu

(11)

membimbing anak dengan tepat. Mampu memahami lebih mendalami karakteristik anak dan menyeluruh terkait dengan kebiasaan anak, kesukaan anak serta pengalaman anak yang umum. Dalam hal ini sangat dibutuhkan pemahaman terkait masa perkembangan gambar anak pada usianya. Selain itu diharapkan peneliti

lanjutan mampu menemukan

permasalahan-permasalahan yang belum penulis teliti seperti aspek teknik dalam mendidik dan memberi bimbingan anak-anak usia dini.

DAFTAR PUSTAKA

Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV. Alvabeta.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Lowenfeld, Victor / W. Lambert Brittain. 1970. Creative and Mental Growth 5th edition” United States of America: The Macmillan Company.

Nasution S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Inkuiri. Bandung: Tarsito. Supriadi, Oding. 2010. Perkembangan

Peserta Didik. Yogyakarta: PT. Kurnia Kalam Semesta Yogyakarta.

Gambar

Gambar  yang  dihasilkan  anak  disetiap  periode  memiliki  ciri-ciri  yang  berbeda
Gambar 1.2   Karya Gambar Angga, kelas B2  (Sumber : Dokumentasi Peneliti)
Gambar 2.1 Karya Gambar Rizky, kelas B2  (Sumber : Dokumentasi Peneliti)
Gambar 2.2  Karya Gambar Kamil kelas B2  (Sumber : Dokumentasi Peneliti)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2012, dengan kami ini minta kepada Saudara Direktur untuk hadir dalam melakukan Pembuktian Kualifikasi dengan membawa berkas asli data perusahaan pada

Jadwal Pelaksanaan tidak sesuai karena jadwal pengiriman barang dilaksanakan hingga minggu ke 15, hal ini tidak mungkin dilakukan mengingat masih ada waktu penampungan

Sehubungan dengan telah selesainya Evaluasi Dokumen Kualifikasi Pekerjaan Belanja Makanan dan Minuman Kegiatan Tahap III, Kode Lelang 3967041, maka dengan ini Pokja BLPBJ

Nasional selambat-lambatnya pada tanggal 1 Juli 2015. Seleksi didasarkan atas rekomendasi yang dibuat oleh masing-masing perpustakaan pengusul, uraian tertulis,

Grafik kinetika pelepasan orde nol, orde satu dan orde √� dari pelepasan metronidazol matriks formula 1 dalam medium pH berganti..

Penetapan kadar levofloksasin dalam tablet dilakukan dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) (Shimadzu) dengan perbandingan

Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Batu Bara Nomor 2 Tahun 2012 Tentang perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Batu Bara Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Pajak

U lampiran@surat@keputusan@menteri@dalam@negari nomor@ Z@ @ tgl@