• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simulasi Getaran Sistem Diskrit Satu Derajat Kebebasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Simulasi Getaran Sistem Diskrit Satu Derajat Kebebasan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Simulasi Getaran Sistem Diskrit Satu Derajat Kebebasan

Vega Amalia Eka Rizky, Muhammad Ganesha, Tono Sukarnoto dan Soeharsono*)

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti, Jakarta

*)Corresponding Author. Email: soeharsono@trisakti.ac.id

ABSTRACT. Equipment has been made to simulate a discrete system vibration of one degree of freedom. The aim is to obtain equipment for learning for students in the field of mechanical vibration. Vibration simulation includes free vibration and forced vibration of discrete system in one degree of freedom. The main parts of this equipment are rigid rods with mass of 2.6 kg, vibrators with mass of 3.385 kg, spring with stiffness of 3738 N/m and loading masses. A rigid rod of 0.775 m in length is supported by a hinge on one end and hung on a spring in another position. The vibrator is rotated by an electric motor and the rotation can be adjusted from 90-1600 rpm. The vibrator is mounted on a rigid object at the position of 0.285 m, 0.385 m, 0.485 m and 0.585 m from the hinge. A spring with stiffness of 3738 N/m is placed on a rigid object at the position of the hinge. The loading masses of 1.08 kg and 2.08 kg are mounted on a rigid beam in a row at the position of 0.685 m from the hinge. For the free vibration experiments, the natural frequency for each position of vibrator is searched experimentally and theoretically. It is found that the results of the two are similar. For the forced vibration experiments, graphs of vibrational responses are constructed in the frequency domain, then the resonance frequencies are compared to the natural frequency results from the free vibration experiment. Apparently the results are very close. This shows that the research equipment made is reliable and can be used as a student learning tool.

Keywords: simulation; free vibration; forced vibration; discrete vibration system; resonance

1. PENDAHULUAN

Potensi getar dari struktur dinyatakan dengan kekakuan dan inersia Semua peralatan dan mesin selalu mempunyai kekakuan dan inersia. Oleh karena itu semua peralatan dan mesin mempunyai potensi untuk bergetar [1,2]. Pada kondisi tertentu getaran struktur yang berlebihan harus dihindari namun pada kondisi yang lain getaran struktur harus dimanfaatkan sedangkan pada kondisi yang lain lagi getaran struktur tidak berpengaruh sama sekali terhadap kinerja mesin.

Dalam getaran bebas, sistem getar akan bergetar pada frekuensi naturalnya sedangkan pada getaran paksa sistem getar akan bergetar sesuai dengan frekuensi gangguannya. Yang menarik adalah bila frekuensi gangguannya berdekatan dengan frekuensi naturalnya maka sistem getar akan beresonansi. Dalam kondisi ini, walaupun level energi dari gangguannya sangat rendah namun sistem getar akan bergetar hebat dengan amplitudo getar yang besar pada level energi getar yang tinggi. Oleh karena itu getaran yang demikian adalah menarik untuk diteliti.

Sesuai dengan persamaannya, getaran struktur dibedakan menjadi getaran dengan satu derajat kebebasan atau single degree of freedom system (SDOF) dan getaran dengan banyak derajat kebebasan atau multi degree of freedom system (MDOF). Jika untuk menyatakan persamaan geraknya hanya diperlukan satu koordinat saja, maka getaran tersebut dinamakan getaran dengan satu derajat kebebasan. Jika untuk menyatakan persamaan geraknya diperlukan N jumlah koordinat, maka sistem getarnya dinamakan getaran dengan N derajat kebebasan. Untuk menyatakan persamaan gerak getaran sistem kontinyu diperlukan jumlah koordinat yang tidak berhingga karena itu sistem getarnya digolongkan pada

pada kebutuhannya, getaran dengan banyak derajat kebebasan dapat dimodelkan menjadi getaran dengan satu derajat kebebasan [3].

Pada penelitian ini akan dibuat peralatan guna simulasi getaran bebas dan getaran paksa sistem diskrit dengan satu derajat kebebasan. Selanjutnya dilakukan simulasi getaran. Massa dan kekakuan pegas divarasikan sehingga karakteristik sistem getar dapat dideteksi.

Tujuannya adalah agar didapat peralatan guna

pembelajaran mahasiswa dalam memahami karakteristik getaran bebas dan getaran paksa sistem diskrit dengan satu derajat kebebasan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Getaran dengan satu derajat kebebasan, akan beresonansi pada satu frekuensi gangguan yang sama dengan frekuensi fundamentalnya. Pada getaran dengan banyak derajat kebebasan, sistem akan beresonansi pada

sejumlah frekuensi gangguan sebanyak derajat

kebebasannya. Walaupun demikian, sistem getar dengan banyak derajat kebebasan dapat dimodelkan hanya dengan satu derajat kebebasan saja [3] serta akan beresonansi pada frekuensi gangguan yang sama dengan frekuensi fundamentalnya [1,2].

Sebagai gambaran adalah wall jib crane pada Gambar 1a. Karena girder merupakan sistem kontinyu, maka jumlah derajat kebebasannya menjadi tak berhingga. Namun sistem dapat dimodelkan sebagai sistem getar satu derajat kebebasan seperti terlihat pada Gambar 1b. Tali penguat dimodelkan sebagai pegas dengan kekakuan 𝑘 dan motor listrik dimodelkan sebagai penggetar.

Jika 𝜃 adalah simpangan sudut dari girder, maka persamaan gerak dari sistem getar dinyatakan sebagai:

(2)

Gambar 1. (a). Wall jib crane, (b). Model getar wall jib crane.

𝑀𝑒𝜃̈+ 𝐾𝑒𝜃 = 𝐹𝑒(𝑡) (1)

di mana 𝑀𝑒 adalah massa ekuivalen, 𝑘𝑒 adalah kekakuan ekuivalen sedangkan 𝐹𝑒(𝑡) adalah gaya ekuivalen. Jika 𝜔

adalah frekuensi gangguan dari 𝐹𝑒(𝑡), maka solusi umum persamaan (1) dalam kondisi steady dinyatakan sebagai:

𝜃 = 𝐹𝑒 𝐾𝑒(1−(𝜔𝑛𝜔) 2 ) cos 𝜔𝑡 (2) di mana 𝜔𝑛= √𝑘𝑒

𝑚𝑒 adalah frekuensi fundamental dari

sistem getar.

Persamaan 2 menunjukkan bahwa simpangan sudut 𝜃 akan tak berhingga bila 𝜔 = 𝜔𝑛 dan kondisi ini dinamakan kondisi resonansi. Dalam banyak hal, kondisi ini selalu dihindari karena dapat merusak peralatan mesin serta mengganggu lingkungan [4,5]. Namun dalam kebutuhan lainnya kondisi ini justru dapat dimanfaatkan [6].

3. BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti selama Januari-Juli 2018. Peralatan penelitian dimaksudkan untuk mensimulasi getaran wall jib crane ditunjukkan pada Gambar 2. Balok kaku diengselkan di A dan dipasang motor penggetar, pegas dan massa beban. Posisi pegas, massa beban dan motor penggetar pada balok divariasikan sehingga didapat banyak variasi kekakuan ekuivalen, massa ekuivalen dan gaya

ekuivalent. Putaran motor penggetar dikontrol oleh sebuah speed controller sehingga putaran motor penggetar dapat divariasikan dari 90 − 1600 𝑝𝑝𝑚. Untuk setiap variasi posisi motor penggetar, posisi pegas dan besar massa pembobot dilakukan simulasi getaran bebas dan getaran paksa.

Getaran pada pegas diteruskan ke Load Cell jenis Octagonal Ring (OR). Dengan menggunakan teknologi sensor regangan, maka sinyal getar dari OR (dalam bentuk tegangan listrik) deteruskan ke precision amplifier dengan pembesaran 1000 𝑉. 𝑉−1. Selanjutnya sinyal

getar ditampilkan di osiloskop digital untuk diolah lebih lanjut

Beberapa besaran yang penting pada peralatan penelitian ditampilkan pada Tabel 1 dan model getar dari peralatan penelitian ditunjukkan pada Gambar 3. Model matematis dari sistem getar beserta respon getarnya berturut turut dirumuskan dalam persamaan (1) dan persamaan (2) di mana massa ekuivalent 𝑀𝑒 dan kekakuan ekuivelen 𝐾𝑒 dinyatakan sebagai:

𝑀𝑒= 𝑚𝑙2 3 + 𝑚𝑀(𝑙𝑀) 2+ 𝑚 𝐵(𝑙𝑠)2 (3) 𝐾𝑒 = 𝑘

(

𝑙𝑠

)

2 (4)

Gaya yang ditransmisikan pegas ke Octagonal Ring Transducer adalah 𝐹𝑠 dan dinyatakan sebagai [7]:

𝐹𝑠= 𝑘𝑙𝑠𝜃 (5)

Table 1. Besaran penting pada peralatan penelitian.

Item Balok m (kg) Massa Panjang balok 𝑙 (m) Massa motor penggetar 𝑚𝑀 (kg) Kekakuan pegas 𝑘 (N. m−1 ) besaran 2,6 0,775 3,385 3738

(3)

Gambar 2. Peralatan penelitian.

Gambar 3. Model getar dari peralatan penelitian.

4. HASIL dan DISKUSI

Hasil penelitian untuk Getaran Bebas ditunjukkan

pada Tabel 2 (massa beban tambahan 𝑚𝐵= 1,08 𝑘𝑔) dan

pada Tabel 3 (massa beban tambahan 𝑚𝐵= 2,08 𝑘𝑔).

Penelitian dimaksudkan untuk mencari frekuensi natural dalam rotasi/menit (ppm) untuk setiap variasi massa ekuivalent. Hasil dari ke duanya juga dibandingkan

dengan hasil yang didapat dari perhitungan teoritis. Ke dua Tabel menunjukkan bahwa frekuensi natural semakin menurun dengan semakin meningkatnya besar massa ekuivalent. Dari ke dua Tabel terlihat bahwa frekuensi natural hasil eksperimen tidak jauh berbeda dengan frekuensi natural hasil teoritis. Ini menunjukkan bahwa keandalan dari peralatan penelitian.

1. Balok kaku

2. Massa beban

3. Pegas

4. Load cell

5. Motor penggetar

6. Motor speed

controller

7. Percission

amplifier

8. Digital

osciloscope

1

2

3

4

5

6

7

8

A

(4)

Table 2. Frekuensi hasil teoritis dan hasil eksperimen untuk 𝑚𝐵 = 1.08 kg dan 𝑙𝑠= 0.685 m. Posisi Penggetar 𝑙𝑀 (m) Massa Ekuivalent 𝑀𝑒 (kg) Kekakuan Ekuivalent 𝐾𝐸 (N/m) Frekuensi Teoritis (ppm) Frekuensi eksperimen (ppm) 0,285 1,342864 1783,5 345 342 0,385 1,603159 1783,5 319 326 0,485 1,941154 1783,5 287 300 0,585 2,356849 1783,5 260 269

Table 3. Frekuensi hasil teoritis dan hasil eksperimen untuk 𝑚𝐵 = 2.08 kg dan 𝑙𝑠= 0.685 m. Posisi Penggetar 𝑙𝑀 (m) Massa Ekuivalent 𝑀𝑒 (kg) Kekakuan Ekuivalent 𝐾𝐸 (N/m) Frekuensi

Teoritis (ppm) eksperimen (ppm) Frekuensi

0,285 1,812089 1783,5 297 301

0,385 2,072384 1783,5 278 289

0,485 2,410379 1783,5 258 269

0,585 2,826074 1783,5 238 250

Hasil eksperimen getaran paksa ditampilkan dalam bentuk grafik (dalam domain frekuensi) pada Gambar 4 untuk kondisi 𝑙𝑠= 0,685 𝑚, 𝑚𝑏= 1,08 𝑘𝑔 dan pada

Gambar 5 untuk kondisi 𝑙𝑠= 0,685 𝑚, 𝑚𝑏= 2,108 𝑘𝑔. Amplitude getar dinyatakan dalam mV. Sedangkan frekuensinya dinyatakan dalam putaran penggetar (ppm). Untuk semua kondisi, amplitude getar mencapai puncaknya pada frekuensi resonansi. Diluar itu amplitude getarnya akan menurun bahkan drastis. Ke dua grafik juga menunjukkan bahwa sistem selalu beresonansi berturut turut dari jarak 𝑙𝑀 yang paling pendek. Hal ini karena pada 𝑙𝑀 yang paling pendek, besar massa massa ekuivalentnya

semakin besar.

Besar frekuensi resonasi getaran paksa dibandingkan dengan besar frekuensi natural hasil penelitian pada getaran bebas dan ditunjukkan pada Tabel 4 (dalam ppm). Table tersebut menunjukkan bahwa dalam getaran paksa, sistem beresonansi di sekitar frekuensi pribadinya.

Kondisi yang ditunjukkan pada Gambar 4 dan Gambar 5 serta kondisi yang ditunjukkan pada Tabel 4 telah sesuai dengan kajian teoritis [1,2]. Hasil ini juga menunjukkan bahwa peralatan penelitian yang dibuat dapat diandalkan dan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran Getaran Mekanis bagi mahasiswa.

Table 4. Frekuensi hasil penelitian untuk getaran bebas dan getaran paksa.

Bobot massa beban 𝑚𝐵 Posisi Penggetar 𝑙𝑀 (m) Massa Ekuivalen 𝑀𝑒 (kg) Frekuensi natural

getaran bebas (ppm) getaran paksa (ppm) Frekuensi resonansi

1,08 kg 0,285 1,342864 342 350 0,385 1,603159 326 325 0,485 1,941154 300 295 0,585 2,356849 269 270 2,08 kg 0,285 1,812089 301 300 0,385 2,072384 289 285 0,485 2,410379 269 265 0,585 2,826074 250 250

(5)

Gambar 4. Grafik simulasi getaran paksa dalam domain frekuensi pada 𝑙𝑠 = 0,685 𝑚, 𝑚𝑏= 1,08 𝑘𝑔 dengan posisi penggetar: 1. 𝑙𝑀 = 0,585 𝑚, 2. 𝑙𝑀 = 0,485 𝑚, 3. 𝑙𝑀= 0,385 𝑚, dan 4. 𝑙𝑀 = 0,285 𝑚.

Gambar 5. Grafik simulasi getaran paksa dalam domain frekuensi pada 𝑙𝑠 = 0,685 𝑚, 𝑚𝑏= 2,108 𝑘𝑔 dengan posisi penggetar: 1. 𝑙𝑀 = 0,585 𝑚, 2. 𝑙𝑀 = 0,485 𝑚, 3. 𝑙𝑀= 0,385 𝑘𝑔, dan 4. 𝑙𝑀 = 0,285 𝑚.

4. KESIMPULAN

Telah berhasil dibuat peralatan guna menyimulasilan getaran sistem diskrit satu derajat kebebasan. Keandalan dari peralatan telah diuji sehingga dapat digunakan untuk pembelajara getaran mekanis bagi mahasiswa.

Dalam getaran bebas, frekuensi natural hasil eksperimen sangat berdekatan dengan hasil teoritis sedangkan dalam getaran paksa, frekuensi resonansi hasil getaran paksa sangat berdekatan dengan frekuensi natural

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini sebagian didanai oleh Laboratorium Fenomena Dasar Mesin, Jurusan Teknik Mesin, FTI, Universitas Trisakti.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Rao S.S., Yap Fook Fah, 2004, Mechanical Vibration, Prentice Hall, Singapura.

[2] Thompson T.W., Dahleh D.M., 1993, Theory of Vibration, Prentice Hall, Singapura.

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 175 200 225 250 275 300 325 350 375 400 425 450

A

m

pl

itudo

Geta

r

[m

V

]

Putaran Pnggetar [ppm]

1

2

3

4

-500 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 175 200 225 250 275 300 325 350 375 400

A

m

pl

itudo

Geta

r

[m

V

]

Putaran Penggetar [ppm]

1

2

3

4

(6)

[3] Soeharsono dan Radite P.A. Setiawan, 2010, “Analytical Study of Self-Excited Vibration on Single Degree of Freedom Vibratory-Tillage,” ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences, 5(6), hal. 61-66.

[4] Venkata Siva Kumar Naik dan Sunil Kumar, 2017, “Cracked Cantilever Beam Analysis in Forced Vibration by Using Mat Lab,” International Journal of Advances in Mechanical and Civil Engineering, 4(2), hal. 26-30. [5] Paweł Rygiel, Wojciech Obrocki, dan Jan Sieniawski,

“Numerical Vibration Analysis of Turbine Engine Compressor Blades Depending on Geometry and Position

of the Damage,” 2017, Advances in Manufacturing Science and Technology, 41(1), hal. 43-55.

[6] Soeharsono, Radite P.A.S., Tineke M., Wawan H., Asep S., 2011, “Analytical study of self-excited vibration On single degree of freedom vibratory-tillage,” ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences, 6(5), hal. 56-60. [7] Lage Y.E., Neves M.M., Maia N.M.M. dan Tcherniak D.,

2014, “Force Transmissibility Versus Displacement Transmissibility,” Journal of Sound and Vibration, hal. 1-14.

Gambar

Table 1. Besaran penting pada peralatan penelitian.
Gambar 3. Model getar dari peralatan penelitian.
Table tersebut menunjukkan bahwa dalam getaran paksa,  sistem beresonansi di sekitar frekuensi pribadinya
Gambar 5.  Grafik simulasi getaran paksa dalam domain frekuensi pada

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit ini disebabkan oleh penimbunan debu-debu silika (bebas SiO2) dalam paru- paru, biasanya silikosis ini terdapat pada pekerja-pekerja di perusahaan pertambangan timah,

Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa terjadi perubahan senyawa dari (FeO)OH menjadi Fe 2 O 3 , Fe 3 O 4 , dan FeNi pada sampel setelah proses reduksi

67 HAIRUN NISA SDN 2 KARANGBAWANG 68 PRISLIANA DEVI SD NEGERI KARANGTALUN 02 69 Fery Dwiyanti SD PLUS AL-IRSYAD 02 70 IKA OKTAVIA ERWANTI SN SD NEGERI KARANGTALUN 01 71 NINA

Berdasarkan hasil analisis factor dapat disimpulkan bahwa mahasiswa dalam memilih program studi rekam medic dan informatika kesehatan di APIKES Citra Medika Surakarta

Memahami tujuan, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari jenis teks deskriptif

Kepada Jemaat yang baru pertama kali mengikuti ibadah dalam Persekutuan GPIB Jemaat “Immanuel” Depok dan memerlukan pelayanan khusus, dapat menghubungi Presbiter yang

Beberapa artikel berikut dan sebelumnya adalah tips dan ide-ide yang saya rangkum dari berbagai sumber buku-buku self-help, para motivator, dan pengalaman saya sendiri, yang

menunjukkan adanya perbedaan bermakna terhadap kadar sulfametoksazol dalam darah yang ditunjukkan dengan AUC pada pemberian pagi dan malam hari yaitu lebih kecil pada pagi