Departemen Kebijakan dan Manjemen Kesehatan FK UGM Menyelenggarakan seminar dengan topik:
Apa posisi dan peran Dinas
Kesehatan Propinsi dan Kabupaten di
era JKN?
Kamis 14 Desember 2017, pukul 10.00 – 12.00 WIB Disiarkan melalui webinar:
https://attendee.gotowebinar.com/register/4624548492677866243
Webinar ID: 676-854-459 Pengantar
Saat ini terjadi perubahan besar dalam Sistem Kesehatan di Indonesia. Disamping perubahan epidemiologis, demografis dan teknologi kedokteran, system pembiayaan juga berubah. Dengan adanya BPJS Kesehatan, terjadi pembagian peran baru dimana upaya preventif dan promotif terutama dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, sedangkan upaya kuratif di pelayanan primer dan sekunder dibiayai oleh BPJS Kesehatan. Dari aspek regulasi, muncul dua regulator di daerah yaitu Dinas Kesehatan dengan BPJS yang juga diberi peran sebagai regulator penyelenggaraan JKN sesuai kewenangan yang diberikan UU No. 24 Tahun 2011 Pasal 11. Yang menarik, dalam peraturan perundang-undangan terkait dengan UU SJSN dan UU BPJS justru kewenangan dinas kesehatan tidak jelas atau bahkan tidak ada. Hal ini menyebabkan pertanyaan besar mengenai peran DinKes dalam JKN. Apakah sebagai regulator system kesehatan ataukah sebagai kontraktor BPJS? Pertanyaan ini mendorong dilaksanakannya seminar mengenai posisi dan peran Dinas Kesehatan di era JKN saat ini dan di masa mendatang.
Tujuan:
1. Membahas posisi Dinas Kesehatan Propinsi -Kabupaten /Kota di system kesehatan;
2. Membahas hubungan DInas Kesehatan dengan BPJS setempat;
3. Membahas harapan Kepala Dinas Kesehatan mengenai posisi Dinkes sebagai steward system kesehatan.
4. Membahas berbagai penelitian mendatang sebagai follow-up kegiatan seminar ini.
Pembicara: Prof. Laksono Trisnantoro
Pendaftaran Sdri Henny Romi: 0815-7936-822
Metode:
Setelah mengikuti seminar, para Kepala Dinas Kesehatan dan staf diminta untuk menuliskan secara pengisian terbuka berbagai harapan untuk penguatan peran Dinas Kesehatan sebagai Steward.
Hasil:
Harapan Dinas Kesehatan Untuk Memantapkan Posisi Sebagai Steward
Harapan Dinas Kesehatan dalam memantapkan posisi sebagai steward dibagi menjadi 4 kategori yaitu: 1) pembiayaan; 2) regulasi; 3) SDM, sarana dan prasarana; dan 4) pelatihan. Pengelompokkan ini didasarkan pada hasil jawaban Dinas Kesehatan ketika mengikuti seminar stewardship yang telah diselenggarakan atas kerjasama Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK UGM dengan BPJS Kesehatan tanggal 7 November 2017.
Sebanyak 102 Dinas Kesehatan yang memberikan harapan untuk memantapkan posisi sebagai steward. Harapan terbanyak diusulkan 16 dinas kesehatan tentang “Pemerataan Tenaga Kesehatan di semua Fasilitas Kesehatan di seluruh wilayah Indonesia”. Hasil selengkapnya adalah sebagai berikut:
Regulasi: Ada 52 harapan yang tergolong pada perbakan regulasi untuk meningkatkan peran Stewardship di Dinas Kesehatan. Terlihat bahwa sebagian besar menyatakan ingin adanya perubahan kebijakan tentang fungsi DInas Kesehatan dalam hubungannya dengan BPJS.
SDM, Sarana, dan Prasarana: Rangking ke 2 dalam memberikan pendapat. Kegiatan pelatihan yang terbanyak (7) mengenai peningkatan kompetensi medic dan manajerial yang memang relevan dengan era JKN.
Rinciannya adalah sebagai berikut:
1.Regulasi
Ada 52 harapan yang tergolong pada perbaikan regulasi untuk meningkatkan peran Stewardship di Dinas Kesehatan. Terlihat bahwa sebagian besar menyatakan ingin adanya perubahan kebijakan tentang fungsi DInas Kesehatan dalam terhadap pelaksanaan program JKN.
5
2. Adanya Monitoring dan
Evaluasi Pemerintah Pusat terkait Dukungan Pemerintah informasi dari BPJS Kesehatan
untuk perencanaan
Kesehatan.
6. Keterlibatan kementrian lain dalam hal ini Kemendagri dalam pemberian petunjuk langsung kepada Pemda terkait JKN.
2 1,96%
7. Terkait redistribusi peserta JKN /pemerataan peserta diharapkan standar rasio dokter berbanding peserta bisa lebih besar dari standar 1 : 5000, khususnya bagi Puskesmas.
2 1,96%
8. Evaluasi program JKN agar
dilaksanakan segera secara reguler setiap minimal 1
berperforma baik maupun yang ada indikasi kecurangan performa kurang baik.
2 1,96%
10. Regulasi terkait dengan UHC 2019 lebih dispesifikkan lintas sektor.
2 1,96%
11. Terlibat dalam merumuskan regulasi yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan.
1 0,98 %
12. Ada standar rasio retribusi
untuk Puskesmas. 1 0,98 %
13. Ada regulasi untuk
memperjelas tugas Dinas Kesehatan dalam stewardship.
1 0,98 %
pengadaan obat.
15. Sinergitas program jaminan kesehatan nasional pada tingkat nasional.
1 0,98 %
16. Ada Peraturan Pemerintah untuk mensingkronkan berbagai kepala SKPD yang ada di daerah terkait dengan program BPJS Kesehatan agar peran masing-masing SKPD jelas.
1 0,98 %
17. Perubahan Regulasi tentang pengadaan obat karena kurangnya Apoteker di PKM.
1 0,98 %
18. Obat-obatan yang telah masuk dalam fornas agar dapat ditambahkan.
1 0,98 %
19. Adanya perbedaan perlakuan dalam hal daerah terpencil dan daerah tidak terpencil. program dan lintas sektor di FKTL dam FKTP.
1 0,98 %
22. Dinas kesehatan tidak hanya sebagai pemberi izin saja, tetapi diberikan kewenangan penuh dalam memonitor agar pelayanan kesehatan sesuai dengan standard Mutu.
1 0,98 %
23. Ada perbedaan kapitasi JKN
Madya, Utama, Paripurna, dan kategori wilayah,
sehinga menimbulkan
motivasi bagi puskesmas dalam proses Akreditasi FKTP/FKTL.
24. Adanya regulasi yang sama antara pelayanan kesehatan milik pemerintah dengan pelayanan kesehatan milik swasta tentang program-agar dapat memperhatikan keadaan kondisi di setiap
wilayah terutama
ketersedian sdm dan fasilitas
agar dapat
diimplementasikan dengan baik.
1 0,98 %
26. Perlu adanya
penyederhanaan regulasi terkait dengan system pengelolaan keuangan dana kapitasi berbasis komitmen.
1 0,98 %
rujukan seluruh Indonesia dan tidak mungkin menolak rujukan dari daerah.
29. Khusus peserta PBI APBN dan APBD sepenuhnya terdaftar di Faskes Primer milik Pemerintah.
1 0,98 %
30. Peserta diberi kesempatan memilih Faskes sesuai domisili terdekat terutama untuk daerah perbatasan.
1 0,98 %
31. BPJS Kesehatan tetap terlibat aktif dan berkelanjutan
sebagai mitra untuk
pelaksanaan & monitoring, bukan hanya pada posisi sebagai purchaser.
1 0,98 %
32. Membentuk Tim
Pertimbangan Klinis tingkat Kab/Kota dengan melibatkan pihak terkait.
1 0,98 %
33. Regulasi dari pusat terutama mendukung Universal Health Coverage 2019 harus dipertegas dengan regulasi PERMENDAGRI dan PERMKEU.
1 0,98 %
34. Kepesertaan untuk BPJS Kesehatan menuju Universal Health Coverage 2019 harus melibatkan KEMENSOS dan
DINSOS Kabupaten/Kota
untuk mempercepat validasi dan pendataan masyarakat yang berhak menerimanya.
35. Dalam hal pelaksanaan kre/rekredensialing sebagai dasar kerja sama fasilitas kesehatan dengan BPJS kesehatan sepenuhnya dapat melibatkan Dinas Kesehatan.
2.SDM, Sarana, dan Prasarana
Rangking ke 2 dalam memberikan pendapat adalah mengenai SDM, Sarana dan Prasarana. Ada 23 pendapat yang mengharapkan perbaikan di aspek ini. Yang menarik sebagian besar berharap adanya pemerataan yang lebih baik di Indonesia.
Usulan Jumla
h Persentase
1. Pemerataan Tenaga Kesehatan di semua Fasilitas Kesehatan di seluruh wilayah Indonesia.
16 15,69
3. Dukungan untuk menyediakan
aplikasi Pcare secara Offline. 1 0,98 %
4. Moratorium tenaga kesehatan dicabut karena kekurangan tenaga kesehatan khususnya dokter di Puskesmas.
1 0,98 %
5. Penempatan tenaga khusus JKN untuk penanganan administrasi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
1 0,98 %
6. Masyarakat umum dapat mengakses data kepesertaan JKN melalui tools yang disediakan BPJS.
3.Pelatihan
Kegiatan pelatihan berada di urutan ketiga dengan 17 pendapat. Kegiatan pelatihan yang terbanyak (7) mengenai peningkatan kompetensi medic dan manajerial yang memang relevan dengan era JKN.
Usulan Jumla
h Persentase
1. Peningkatan kompetensi
medis dan manajerial bagi staf Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Jejaringnya.
7 6,86%
2. Workshop pemahaman dan
implementasi Ina CBGs. 3 2,94%
3. Sosialisasi regulasi sebelum
diimplementasikan. 1 0,98 %
4. Pelatihan dan sosialisasi regulasi terbaru tentang Fraud. tentang pengelola JKN baik di Dinkes atau Puskesmas terkait dengan pengelolaan dana kapitasi.
1 0,98 %
7. Kegiatan sosialisasi
stewardship mengundang Pejabat di lingkungan Pemda seperti Sekda, Biro terkait sehingga sosialisasi dapat
optimal dna menyeluruh.
8. Pelatihan kapasitas tenaga medis / tenaga paramedis dengan sumber pembiayaan dari APBN dan terstandar.
1 0,98 %
9. Pelatihan terpadu untuk
penyamaan persepsi
terhadap fungsi masing-masing dalam JKN.
4.Pembiayaan
terutama masyarakat miskin dan tidak mampu mencapai
UHC sehingga beban
5. Jasa Pelayanan Medis tidak
hanya diberikan kepada ASN 1 0,98 %
6. Adanya alokasi dana kapitasi yang diperuntukkan untuk Dinas Kesehatan dalam rangka pembinaan dan pengawasan
1 0,98 %
7. Pengenaan tarif INA CBG agar tidak berdasarkan kelas (tipe) RS, melainkan ketersediaan pelayanannya
1 0,98 %
8. Penambahan alokasi anggaran untuk persiapan akreditasi Puskesmas
1 0,98 %
9. Memperbesar porsi promotif preventif Puskesmas dalam pelaksanaan JKN
1 0,98 %
10. Ada keluasaan bagi PKM dalam mengelola keuangan melalui BLUD