• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak Pidana Aborsi yang Dilakukan oleh Dukun Beranak Dalam Putusan Mahkamah Agung No.2189 K Pid 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tindak Pidana Aborsi yang Dilakukan oleh Dukun Beranak Dalam Putusan Mahkamah Agung No.2189 K Pid 2010"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN TINDAK PIDANA ABORSI

A. Aborsi dari Sudut Pandang Hukum

1. Aborsi dan kejahatan

Kejahatan adalah perbuatan yang melanggar atau bertentangan dengan hukum, yang terhadap perbuatan ini bisa dikenakan pidana. Hukum pidana Indonesia memandang tindakan aborsi tidak selalu merupakan perbuatan jahat atau merupakan tindak pidana, hanya abortus provocatus criminalis saja yang dikategorikan sebagai suatu perbuatan tindak pidana, adapun aborsi yang lainnya terutama yang bersifat spontan dan medicalis, bukan merupakan suatu tindak pidana. 23

Aborsi juga disebut terminasi kehamilan, yang mempunyai dua macam yaitu :

a. Bersifat Legal

Aborsi legal dilakukan oleh tenaga kesehatan atau tenaga medis yang berkompeten berdasarkan indikasi medis, dengan persetujuan ibu yang hamil dan suami.

Aborsi legal sering juga disebut aborsi buatan atau pengguguran dengan indikasi medis. Meskipun demikian, tidak setiap tindakan aborsi yang sudah mempunyai indikasi medis ini dapat dilakukan aborsi buatan.

23

Rukmini, M, Penelitian tentang aspek hukum pelaksanaan aborsi akibat perkosaan.

(2)

Persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam tindakan aborsi adalah : 1. Aborsi hanya dilakukan sebagai tindakan terapeutik.

2. Disetujui secara tertulis oleh dua orang dokter yang berkompetensi. 3. Dilakukan ditempat pelayanan kesehatan

b. Bersifat Ilegal

Aborsi illegal oleh tenaga kesehatan atau tenaga medis yang tidak berkompeten, melalui cara-cara diluar medis (pijat, jamu, atau ramuan-ramuan), dengan atau tanpa persetujuan ibu hamil dan suami. Aborsi illegal sering juga dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten, tetapi tidak mempunyai indikasi medis.24

2. Aborsi Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia

Indonesia terdapat 2 (dua) aturan hukum yang mengatur tentang aborsi, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, sebagaimana diatur dalam pasal –pasal sebagai berikut :

a. Pasal 299 KUHP menyatakan :

1. Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh seorang wanita supaya diobati dengan memberitahu atau menerbitkan pengharapan bahwa oleh karena pengobatan itu dapat gugur kandungannya, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak empat puluh lima ribu rupiah.

24

(3)

2. Kalau yang bersalah berbuat karena mencari keuntungan , atau melakukan kejahatan itu sebagai mata pencaharian atau kebiasaan atau kalau ia seorang Dokter, Bidan, atau Juru obat, pidana dapat ditambah sepertiganya.

3. Kalau yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam pekerjaannya, maka dapat dicabut haknya melakukan pekerjaan itu.25

b. Pasal 346 KUHP menyatakan :

Seorang perempuan yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyeluruh orang lain untuk itu maka diancam dengan paling lama 6 (enam) tahun.

c. Pasal 347 KUHP menyatakan :

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya diancam dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut maka diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.

d. Pasal 348 KUHP menyatakan :

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan dengan persetujuannya diancam dengan pidana penjara paling 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut maka diancam dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun.

25

(4)

e. Pasal 349 KUHP menyatakan :

Jika seorang dokter, bidan, atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan Pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterapkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambahkan dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa yang dapat dihukum, menurut KUHP dalam kasus Tindak Pidana Aborsi ini adalah :

a. Pelaksana Aborsi, yakni tenaga medis atau dukun atau orang lain dengan hukuman maksimal 4 tahun ditambah sepertiganya dan dicabut hak untuk berpraktik.

a. Wanita yang menggugurkan kandungannya , dengan hukuman maksimal 4 tahun.

b. Orang-orang yang terlibat secara langsung dan menjadi penyebab terjadinya aborsi itu dihukum dengan hukuman yang bervariasi.26

4.Aborsi Menurut Undang-Undang Keshatan ( UU No. 23 Tahun 1992)

Pasal 15 UU No. 23 tahun 1992

Undang- undang kesehatan mengatur masalah aborsi yang secara substansial berbeda dengan KUHP, menurut undang-undang ini aborsi dapat dilakukan apabila ada indikasi medis.

26

Rukmini, M, Penelitian tentang aspek hukum pelaksanaan aborsi akibat perkosaan.

(5)

Pasal 15 UU No. 23 tahun 1992

(1)Dalam Keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

(2)Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat dilakukan :

a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut.

b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya

d. Pada sarana kesehatan tertentu.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah

Dalam penjelasan resmi dari ayat 1 itu dikatakan :

(6)

upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya, dapat diambil tindakan medis tertentu. 27

B. Unsur-Unsur Dalam Tindak Pidana

Menurut Adam Chazami, unsur-unsur tindak pidana terdiri dari :

1. Unsur formal meliputi

a. Perbuatan manusia, yaitu perbuatan dalam arti luas, artinya tidak berbuat yang termasuk perbuatan dan dilakukan oleh manusia.

b. Melanggar peraturan pidana. Dalam artian bahwa sesuatu akan dihukum apabila sudah ada peraturan pidana sebelum yang telah mengatur peraturan tersebut, jadi hakim tidak dapat menuduh suatu kejahatan yang telah dilakukan dengan suatu peraturan pidana, maka tidak ada tindak pidana.

c. Diancam dengan hukuman, hal yang ini bermaksud bahwa KUHP mengatur tentang hukuman yang berbeda berdasarkan tindak pidana yang telah dilakukan.

d. Dilakukan oleh orang yang bersalah, dimana unsure-unsur kesalahan yaitu harus ada kehendak, keinginan atau kemauan dari orang yang melakukan tindak pidana serta orang tersebut berbuat sesuatu dengan sengaja, mengetahui dan sadar sebelumnya terhadap akibat perbuatannya. Kesalahan dalam arti sempit dapat diartikan kesalahan

27

(7)

yang disebabkan karena si pembuat kurang memperhatikan akibat yang tidak dikehendaki oleh ndang-undang.

e. Pertanggung jawaban yang menentukan bahwa orang yang tidak sehat ingatannya tidak dapat diminta pertanggungjawabannya. Dasar dari pertanggungjawaban seseorang terletah dalam keadaan jiwanya.

2. Unsur materil

Tindak pidana bersifat bertentangan dengan hukum, yaitu harus benar-benar dirasakan oleh masyarakat sehingga perbuatan yang patut dilakukan. Jadi meskipun perbuatan itu memenuhi rumusan undang-undang, tetapi apabila tidak bersifat melawan hukum, maka perbuatan itu bukan merupakan suatu tindak pidana. Unsur-unsur tindak pidana dalam ilmu hukum pidana dibedakan dalam dua macam, yaitu unsur objektif dan unsur subjektif. Unsur objektif dan unsur subjektif. Unsur objektif adalah unsur yang terdapat diluar diri pelaku tindak pidana.

Unsur objektif ini meliputi :

a. Perbuatan atau kelakuan manusia, dimana perbuatan atau kelakuan manusia itu ada yang aktif (berbuat sesuatu), missal membunuh (Pasal 338 KUHP), menganiaya (Pasal 351 KUHP).

(8)

c. Ada unsur melawan hukum. Setiap perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh peraturan perundang-undangan hukum pidana itu harus bersifat melawan hukum, meskipun unsur ini tidak dinyatakan dengan tegas dalam perumusan.

Beberapa tindak pidana memerlukan hal-hal objektif yang menyertainya untuk mendapat sifat tindak pidananya. Salah satu tindak pidana tersebut harus dilakukan didepan umum seperti : penghasutan (Pasal 160 KUHP), melanggar kesusilaan (Pasal 281 KUHP).

Dalam hal ini terdapat dua unsur yang mempunyai sifat tindak pidananya, yaitu :

a. Unsur yang memberatkan tindak pidana. Hal ini terdapat dalam delik-delik yang dikualifikasikan oleh akibanya, yaitu karena timbulnya akibat tertentu, maka ancaman pidana diperberat.

b. Unsur tambahan yang menentukan tindak pidana.

3. Unsur subjektif

Tindak pidana juga mengenal adanya unsur subjektif, unsur ini meliputi : a. Kesengajaan

b. Kealpaan c. Niat

d. Dengan rencana lebih dahulu

(9)

merupakan perbuatan melawan karena ada alasan pembenar, pasal 50 dan pasal 51 KUHP. Sifat melawan hukum itu sendiri meliputi :

a. Sifat formil yaitu bahwa perbuatan tersebut diatur oleh undang-undang. b. Sifat materil yaitu bahwa perbuatan tersebut tidak selalu harus diatur

dalam undang-undang tetapi juga dengan perasaan keadilan dalam masyarakat.

Perbuatan melawan hukum dapat dibedakan atas dua bagian sesuai fungsinya antara lain :

a. Fungsi negatif

Mengakui kemungkinan adanya hal-hal diluar undang-undang dapat menghapus sifat melawan hukum suatu perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang.

b. Fungsi positif

Mengakui bahwa suatu perbuatan itu tetap merupakan tindak pidana meskipun tidak dinyatakan diancam pidana dalam undang-undang, apabila bertentangan dengan hukum atau aturan-aturan yang ada diluar undang-undang.

Sifat melawan hukum untuk yang tercantum dalam undang-undang secara tegas haruslah dapat dibuktikan. Jika unsur melawan hukum dianggap memiliki fungsi negatif maka hal itu tidak perlu dibuktikan.28

28

(10)

C. Kelalaian (culpa) dan Kesengajaan dalam Tindak pidana

Undang-undang tidak memberi definisi apakah kelalaian itu. Menurut memori (Memorie van toelichichting) mengatakan, bahwa kelalaian (culpa) terletah antara sengaja dan kebetulan, oleh Karena itu Hazewinkel-suringa mengatakan bahwa delik culpa itu merupakan delik semu (quasdelict) sehingga diadakan pengurangan pidana bahwa culpa terletah sengaja dan kebetulan.

Memori jawaban pemerintah (MvA) mengatakan bahwa siapa yang melakukan kejahatan dengan sengaja berarti mempergunakan salah kemampuannya sedangkan siapa karena salahnya (culpa) melakukan kejahatan berarti tidak mempergunakan kemampuannya yang ia harus mempergunakan. Van Hamel membagi curpa atas dua jenis :

1. Kurang melihat ke depan yang perlu 2. Kurang hati-hati yang perlu

Menurut Vos mengeritik pembagian Van Hamel mengenai culpa ini dengan mengatakan bahwa tidak ada batas yang tegas antara kedua bagian tersebut. Ketidakhati-hatian itu sering timbul karena kurang melihat kedepan.

Van membedakan dua jenis culpa sedangkan Vos membedakan dua unsur (element) adalah

1. Terdakwa dapat melihat kedepan yang akan terjadi.

(11)

Menurut Vos selanjutnya “dapat melihat kedepan suatu akibat” menurut syarat subjektif (pembuat harus dapat melihat kedepan), misalnya seorang anak kecil memindakan wisel rel kereta api sehingga rel kereta api keluar dari rel, tidaklah ia bersalah (culpa) jika ia tidak tahu apakah wisel kereta api itu, tetapi culpa itu ada pula segi objektifnya, yaitu sesudah dilakukan perbuatan, dikatakan pembuat dapat melihat kedepan akibatnya jika seharusnya ia telah diperkirakan. Ia sebagai orang normal dari sekelompok orang yang dapat melihat kedepan aibat itu, jadi seorang profesional dipandang lebih dapat melihat kedepan dibanding orang awam.

Mengenai kekuranghatian-hatian, Vos mengatakan ada beberapa perbuatan yang dapat melihat kedepan akibat tetapi bukan culpa. Contoh dokter yang melakukan operasi berbahaya yang dilakukan menurut keahliannya yang dapat melihat kedepan adanya kemungkinan kematian, tetapi bukanlah culpa, disini perbuatan tersebut masih dapat dipertanggungjawabkan, jadi untuk dipandang sebagai culpa, masih harus ada unsur kedua, yaitu pembuat membuat sesuatu yang lain daripada yang seharusnya ia lakukan, menurut vos ialah masih harus ada unsur kedua yaitu kurang kehati-hatian.

Pengecualian terhadap larangan melakukan aborsi diberikan hanya dalam dua kondisi berikut:

(12)

b) kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. (lihat Pasal 75 ayat [2] UU Kesehatan).

Tindakan aborsi yang diatur dalam Pasal 75 ayat (2) UU Kesehatan itu pun hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang (lihat Pasal 75 ayat [3] UU Kesehatan).29

D. Kesengajaan

Menurut Memorie Van Toelichting (MvT), kata “dengan sengaja” (opzettelijk) adalah sama dengan ”Willens en weten” dikehendaki dan diketahui). Hal ini berarti, pada waktu melakukan perbuatan, perlu menghendaki (willen) perbuatan dan atau akibat perbuatannya, juga mengetahui atau mengerti (weten) hal-hal tersebut. Pasal 338 KUHPid tentang merampas nyawa orang lain, pelaku dikatakan sengaja jika ia menghendaki perbuatan dan akibat berupa terampasnya nyawa orang lain, juga ia mengerti bahwa perbuatan seperti itu dapat membawa akibat terampasnya nyawa orang lain.30

KUHP tidak menjelaskan apa arti kesengajaan tersebut, dalam Memorie van Toelichting (MvT), kesengajaan diartikan yaitu melakukan perbuatan yang

dilarang dengan dikehendaki dan diketahui.

Seorang dokter terkadang harus dengan sengaja menyakiti atau menimbulkan luka pada tubuh pasien, misalnya : seorang ahli dokter kandungan

29

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl840/ancaman-pidana-terhadap-pelaku-aborsi-ilegal, Diana, Jawaban Aborsi.

30

(13)

yang melakukan pembedahan Sectio Caesaria untuk menyelamatkan ibu dan janin. Ilmu pengetahuan (doktrin) mengartikan tindakan dokter tersebut sebagai penganiayaan karena arti dan penganiayaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada orang lain. Didalam semua jenis pembedahan sebagaimana sectio caesare tersebut, dokter operator selalu menyakiti penderita dengan menimbulkan luka pada pasien yang jika tidak karena perintah Undang-Undang “si pembuat luka” dapat dikenakan sanksi pidana penganiayaan. Oleh karena itu, didalam setiap pembedahan, dokter operator haruslah berhati-hati agar luka yang diakibatkannya tersebut tidak menimbulkan masalah kelak di kemudian hari. Misalnya terjadi infeksi nosokomial (infeksi yang terjadi akibat dilakukannya pembedahan) sehingga luka operasi tidak bisa menutup. Bila ini terjadi dokter dianggap melakukan kelalaian atau kealpaan.

Kealpaan merupakan bentuk kesalahan yang tidak berupa kesengajaan, akan tetapi juga bukan sesuatu yang terjadi karena kebetulan. Dalam kealpaan sikap batin seseorang menghendaki melakukan perbuatan akan tetapi sama sekali tidak menghendaki ada niatan jahat dari petindak. Walaupun demikian, kealpaan yang membahayakan keamanan dan keselamatan orang lain tetap harus dipidanakan.

(14)

merupakan keadaan yang dilarang, sehingga kesalahan yang berbentuk kealpaan pada hakekatnya sama dengan kesengajaan hanya berbeda gradasi saja.31

E. Pembuktian Tindak Pidana

Ruang lingkup hukum pidana, suatu perbuatan dikatakan perbuatan pidana apabila memenuhi semua unsur yang telah ditentukan secara dalam suatu aturan perundang-undangan pidana. Sesuai pasal 1 ayat (1) KUHP yang menyebutkan bahwa tiada suatu perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam peraturan perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan itu dilakukan. Nullum delictum noela poena sine previa lege (tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu). Pasal 1 ayat (1) KUHP ini dikenal dengan atas legalitas. Kata kecuali dalam pasal 1 ayat (1) KUHP ini mengandung pembatasan terhadap perbuatan pidana. Tidak setiap perbuatan dapat dikriminalkan walaupun secara etik mungkin bertentangan dengan moral kemasyarakatan atau bertentangan dengan hukum kebiasaan suatu masyarakat.

Criminal malpractice, pembuktian didasarkan pada terpenuhi tidaknya semua unsure pidana karena tergantung dari jenis criminal merupakan malpractice yang didakwakan. Criminal malpractice delik umum, pembuktiannya pun tunduk pada hukum acara pidana yang berlaku, yaitu kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal 184 KUHAP disebutkan sebagai alat bukti yang dapat digunakan untuk membuktikan peraturan pidana, yaitu keterangan saksi,

31 http://wonkdermayu.wordpress.com/artikel/malpraktek-dan-pertanggu

(15)

keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Perbuatan dikatakan terbukti sebagai perbuatan pidana apabila berdasarkan minimal dua alat bukti tersebut hakim memperoleh kenyakinan bahwa perbuatan merupakan perbuatan pidana.

Ilmu hukum pidana, perbuatan dikatakan perbuatan hukum pidana apabila semua unsur pidananya terpenuhi. Malpraktek medic dapat ke ranah hukum pidana apabila memenuhi syarat – syarat dalam 3 aspek yaitu :

1. Syarat sikap batin dokter. 2. Syarat dalam perlakuan medis. 3. Syarat mengenai hal akibat.

(16)

(hasil pemeriksaan sesuai standart) dari sudut kepatutan dibenarkan untuk menarik kesimpulan diagnosis.32

Indonesia terdapat 2 (dua) aturan hukum yang mengatur tentang aborsi, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, sebagaimana diatur dalam pasal –pasal sebagai berikut :

1. Pasal 299 KUHP menyatakan :

a. Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh seorang wanita supaya diobati dengan memberitahu atau menerbitkan pengharapan bahwa oleh karena pengobatan itu dapat gugur kandungannya, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak empat puluh lima ribu rupiah.

b. Kalau yang bersalah berbuat karena mencari keuntungan , atau melakukan kejahatan itu sebagai mata pencaharian atau kebiasaan atau kalau ia seorang Dokter, Bidan, atau Juru obat, pidana dapat ditambah sepertiganya.

c. Kalau yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam pekerjaannya, maka dapat dicabut haknya melakukan pekerjaan itu.

32

(17)

2. Pasal 346 KUHP menyatakan :

Seorang perempuan yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyeluruh orang lain untuk itu maka diancam dengan paling lama 6 (enam) tahun.

3. Pasal 347 KUHP menyatakan :

a. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya diancam dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun.

b. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut maka diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.

4. Pasal 348 KUHP menyatakan :

a. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan dengan persetujuannya diancam dengan pidana penjara paling 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan.

b. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut maka diancam dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun.

5. Pasal 349 KUHP menyatakan :

(18)

dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa yang dapat dihukum , menurut KUHP dalam kasus Tindak Pidana Aborsi ini adalah :

a. Pelaksana Aborsi, yakni tenaga medis atau dukun atau orang lain dengan hukuman maksimal 4 tahun ditambah sepertiganya dan dicabut hak untuk berpraktik.

b. Wanita yang menggugurkan kandungannya , dengan hukuman maksimal 4 tahun.

c. Orang-orang yang terlibat secara langsung dan menjadi penyebab terjadinya aborsi itu dihukum dengan hukuman yang bervariasi.33 Pada 347 dan 348 KUHP mengatur keterlibatan orang lain tindak pidana aborsi. Apabila seseorang melakukan aborsi tanpa persetujuan dari perempuan yang kandungannya diaborsi, maka pertanggungjawaban pidana pelaku didasarkan pada Pasal 348 KUHP, adapun Pasal 349 KUHP mengatur tentang pemberatan dan pemberian pidana tambahan, yaitu dapat ditambah 1/3 dari ancaman pidana dalam pasal yang dijadikan dasar tuntutan dan pencabutan hak untuk menjalankan pekerjaan (profesi), apabila aborsi dilakukan oleh dokter atau bidan atau apoteker. Tindak pidana aborsi dalam perpektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 diatur dalam pasal 80 ayat (1).34

33

Rukmini, M, Penelitian tentang aspek hukum pelaksanaan aborsi akibat perkosaan.

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan Ham RI, 2004, Hal. 32-33.

34

(19)

F. Kebijakan hukum pidana

Menurut Ilmu hukum pidana bahwa “Modern criminal science” terdiri

dari tiga komponen “Criminologi”, “Criminal law”, dan “penal policy”.

Selanjutnya menjelaskan bahwa “penal policy” suatu ilmu sekaligus seni yang

pada akhirnya mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara baik dan untuk memberikan pedoman tidak hanya kepada pembuat undang-undang dan juga kepada pengadilan yang menerapkan undang-undang dan juga kepada penyelenggara atau pelaksana putusan pengadilan.35.

Studi mengenai faktor-faktor kriminologi disatu pihak dan studi mengenai teknik perundang-undangan di ain pihak, ada tempat bagi suatu ilmu pengetahuan yang mengamati dan menyelidiki fenomena regislatif dan bagi suatu seni yang rasional, dimana para sarjana dan praktisi, ahli kriminologi dan sarjana hukum dapat bekerjasama tidak sebagai pihak yang berlawanan atau saling berselisih, tetapi sebagai kawan sekerja yang terikat didalam tugas bersama yaitu terutama untuk menghasilkan suatu kebijakan pidana yang realities, humanis, dan berpikir maju (progresif) yang sehat.36

Menurut A. Mulder ialah kebijakan untuk menentukan :

1. Seberapa jauh ketentuan-ketentuan hukum pidana yang berlaku ` perlu diubah atau diperbaharui.

2. Apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana.

35

Nawawi B. Kebijakan Hukum Pidana, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2008, Halaman 22.

36

(20)

3. Cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan dan pelaksanaan pidana harus dilaksanakan.37

Dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 dan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang nomor 3 tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan.

Aborsi, Indonesia termasuk salah satu negara yang menentang pelegalan aborsi. Hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran

janin dikategorikan sebagai kejahatan yang dikenal dengan istilah „Abortus

Provocatus Criminalis‟, dalam KUHP misalnya, larangan aborsi ditegaskan

dengan ancaman pidana bagi ibu yang melakukan aborsi, dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi serta orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi. Sementara itu, dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 pasal 15 (1), ditegaskan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu, namun tidak ada penjelasan lebih jauh tentang apa yang dimaksud tindakan medis tertentu. Sementara dalam penjelasannya dinyatakan bahwa tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Dari sini terlihat bahwa undang-undang ini masih memberi pengertian yang

37

(21)

membingungkan soal aborsi, tidak ada penjelasan tegas bahwa yang dimaksud tindakan medis tertentu itu adalah aborsi. Kedua Undang-undang ini dapat disimpulkan bahwa aborsi tak berpeluang diperbolehkan sedikitpun dalam hukum Indonesia.

Perempuan dari segala segi kehidupan di Indonesia kemungkinan besar telah menggunakan pelayanan aborsi, informasi tentang karakteristik perempuan-perempuan yang melakukan aborsi umumnya didapat dari penelitian penelitian yang dilakukan di klinik-klinik dan rumah sakit.

1. Pencegahan dalam melakukan kebijakan aborsi

a. Berkembangnya penelitian tentang aborsi, aborsi yang tidak aman akan

terus menjadi hal yang mengancam kesehatan perempuan Indonesia dan kesejahteraannya, dan menambah misteri bertambahnya angka kematian maternal dan perawatan di rumah sakit karena aborsi yang tidak aman tersebut, terkecuali bila langkah-langkah yang sesuai segera diambil untuk mengatasi masalahini. Saran-saran berikut bertujuan untuk membantu pemerintah Indonesia untuk menghindari terjadinya aborsi yang tidak aman. b. Menghindari terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan adalah langkah

pertama yang perlu diambil untuk dapat menurunkan angka aborsi yang tidak aman.

c. Tersedianya informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas

(22)

dan tersedianya pengetahuan tentang cara-cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dapat mengurangi terjadinya aborsi.

d. Perempuan yang memerlukan aborsi karena kehamilannya membahayakan

jiwanya dan hal ini sejalan dengan hukum yang berlaku di Indonesia seharusnya dapat mendapatkan prosedur aborsi yang aman. Badan Kesehatan Dunia merekomendasikan tersedianya aborsi yang aman yang terjamin ketersediannya dan diperbolehkan oleh hukum yang berlaku, dalam hal ini termasuk untuk melakukan training bagi pemberi layanan tentang praktek aborsi yang aman dan aborsi yang dilakukan dalam keadaan steril, menjamin tersedianya alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan, dan mempromosikan digunakannya metode metode yang aman untuk aborsi pada trimester pertama, termasuk aborsi yang dilakukan secara medis dan dengan aspirasi.

e. Ada baiknya untuk mempertimbangkan dirumuskannya kebijakan yang

dapat menurunkan insiden aborsi yang tidak aman. Hal ini termasuk dipertimbangkannya kondisi dimana perempuan dapat mendapatkan aborsi yang aman dan langkah-langkah yang diperlukan untuk dapat mendapatkan persetujuan untuk melakukan aborsi yang aman tersebut.

f. Perawatan pasca aborsi seharusnya dapat dengan mudah tersedia sehingga

(23)

menjamin agar setiap tempat pelayanan kesehatan yang melayani perawatan pasca aborsi memakai teknik yang aman, maka disarankan agar kurikulum untuk sekolah kedokteran memasukkan training cara pemakainan aspirasi vakum manual, agar semua fasilitas mempunyai akses untuk mendapatkan kelangsungan bantuan teknis dan penambahan alat yang dibutuhkan untuk dapat melakukan teknik ini.

2. Analisis Resiko Medis

Para saksi ahli dalam putusan audit medik MKEK IDI (Majelis Kode Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia) banyak faktor penyebabnya, merupakan resiko medis. Hal ini disimpulkan tindakan dokter terhadap pasien tersebut merupakan resiko medic bukan kelalaian dokter memenuhi syarat–syarat :

1. Tindakan medik yang dilakukan Dokter telah sesuai dengan standat profesi dan melakukan dengan menghormati hak pasien.

(24)

dipersalahkan (verwijbaarheid), tidak dapat dicegah (vermijbaarheid) dan terjadinya tidak dapat diduga sebelumnya (verzienbaarheid).38

G. Kebijakan Non Penal

Upaya penanggulangan suatu tindak pidana dengan menggunakan semua non penal adalah upaya untuk mencegah terjadinya suatu tindak pidana diluar hukum pidana yang bersifat preventive yaitu pencegahan dalam mencegah terjadinya aborsi serta pengendalian sebelum terjadinya suatu kejahatan atau pelanggaran, dengan kata lain sasaran utamanya adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tindak pidana secara langsung maupun tidak langsung.

Penulisan skripsi ini ada kasus terhadap tindak pidana malpraktek yang dilakukan dukun beranak.

Faktor penyebab Aborsi adalah

1. Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses terjadinya kehamilan, dan metode-metode pencegahan kehamilan. Hal ini bisa terjadi pada remaja yang belum menikah maupun yang sudah menikah. Aborsi akan semakin memberatkan remaja perempuan jika pasangannya tidak bertanggung jawab atas kehamilan yang terjadi.

2. Kehamilan yang tidak diinginkan bisa terjadi akibat tindak perkosaan. Dalam hal ini meskipun remaja putri memiliki

38

(25)

pengetahuan yang cukup, tetapi ia tidak bisa menghindarkan diri dari tindakan seksual yang dipaksakan terhadapnya, sehingga bisa dipahami jika ia tidak menginginkan kehamilannya.

3. Kehamilan yang tidak diinginkan bisa terjadi pada remaja yang telah menikah dan telah menggunakan cara pencegahan kehamilan tetapi tidak berhasil (kegagalan alat kontrasepsi).

4. Kurangnya pendidikan tentang kesehatan reproduksi 5. Pengaruh media informasi.

6. Tidak memakai alat kontrasepsi saat berhubungan intim Semakin longgarnya norma-norma dan nilai-nilai budaya agama serta kurangnya pengawasan orang tua baik di rumah maupun di sekolah.

Aborsi dapat dicegah dengan beberapa langkah, yaitu: 1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah

2. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kediatan positif seperti berolahraga, seni dan keagamaan.

3. Hindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan menonton video porno.

Penanganan Aborsi, sebagai petugas kesehatan harus: 1. Bersikap bersahabat dengan remaja.

(26)

3. Apabila ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang terbaik dan apabila belum bisa terselesaikan supaya dikonsultasikan kepada dokter ahli.

4. Memberikan alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi kehamilan pada remaja itu:

a) Diselesaikan secara kekeluargaan b) Segera menikah

c) Konseling kehamilan, persalinan dan keluarga berencana d) Pemeriksaan kehamilan sesuai standar

e) Bila ada gangguan kejiwaan, rujuk ke psikiater

f) Bila ada risiko tinggi kehamilan, rujuk ke SpOG (Spesialis kebidanan dan kandungan).

g) Bila tidak terselesaikan dengan menikah, anjurkan pada keluarga supaya menerima dengan baik

h) Bila ingin melakukan aborsi, berikan konseling.

Semua tindakan tersebut membawa dampak baik fisik, psikis, sosial dan ekonomi. Bila kehamilan dipertahankan:

1. Risiko fisik Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti perdarahan, bahkan bisa sampai pada kematian.

(27)

karena sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Selain itu pasangan muda terutama pihak perempuan akan dibebani oleh berbagai perasaan tidak nyaman seperti dihantui rasa malu terus menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa depresi atau tertakan, pesimis dan lain-lain. Bila tidak ditangani dengan baik, maka perasaan tersebut bisa menjadi gangguan kejiwaan yang lebih parah. 3. Risiko sosial : Salah satu risiko sosial adalah berhenti/putus sekolah atau

kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain dikeluarkan dari sekolah, hingga saat ini masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi yang hamil. Risiko sosial lain adalah menjadi objek pembicaraan, kehilangan masa remaja yang seharusnya dinikmati dan dianggap buruk karena melahirkan anak diluar nikah. Di Indonesia, melahirkan anak diluar nikah masih sering menjadi beban orang tua.

4. Risiko ekonomi: Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya besar. Bila kehamilan diakhiri (aborsi) Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan (aborsi) bila hamil.

Tindakan Dukun melakukan aborsi bisa mengakibatkan dampak negatif secara fisik, psikis dan sosial terutama bila dilakukan secara tidak aman.

(28)

komplikasi juga bisa menyebabkan kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian. 2. Risiko psikis Pelaku aborsi seringkali mengalami

perasaan-perasaan takut, panik, tertekan atau stres, terutama mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah, atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi juga sering kehilangan kepercayaan diri.

3. Risiko sosial Ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi lebih besar karena perempuan merasa tidak perawan, pernah mengalami aborsi. Selanjutnya remaja perempuan lebih sulit menolak ajakan seksual pasangannya. 39 Risiko lain adalah pendidikan menjadi terputus atau masa depan terganggu.

4. Risiko ekonomi Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya akan semakin tinggi.

39

Referensi

Dokumen terkait

In this research, a modified method is presented to solve the triangulation problem using inclined angles derived from the measured image coordinates and based on spherical

FOR CORPORATE PERMITTED TO MAINTAIN BOOKS OF ACCOUNT IN ENGLISH LANGUAGE AND US DOLLAR CURRENCY. DETAILS OF COST OF GOOD SOLD, OTHER BUSINESS EXPENSE AND COMMERCIAL

Domestic commercial net income is the net income according to Indonesian accounting principles, namely all incomes received and obtained from business activities and from

The objective of this study is to assess and generate a coseismic landslide susceptibility map in Baturagung area, 8 km southeast Yogyakarta City, Indonesia..

Although many countries in the Region report relatively high national vaccination coverage, in 2016 an estimated 4.2 million infants in the SEA Region do not receive routine

berdasarkan pada faktor resiko umum yang ada pada diri pasien itu sendiri dan faktor. resiko spesifik seperti tipe tumor dan

The objective of the research was to examine the effect of education level, income, land tenure, knowledge, and information input on the society’s behaviour in managing the

pasien kanker paru bukan sel kecil dengan kemoterapi. Untuk mengetahui perbedaan nilai faal Hemostasis darah pada pasien kanker. paru bukan sel kecil sebelum dan