• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Premi Asuransi Pendidikan Di Kabupaten Labuhanbatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Premi Asuransi Pendidikan Di Kabupaten Labuhanbatu"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lembaga Keuangan

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang pokok-pokok perbankan, yang dimaksud Lembaga Keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatan di bidang keuangan menarik uang dari dan menyalurkan uang tersebut kembali ke masyarakat. Secara garis besar lembaga keuangan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Lembaga Keuangan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahunn 1992 tentang perbankan)

b. Lembaga Keuangan Non Bank. Sebagaimana bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKNB) ini juga berfungsi sebagai pengumpul dan penyalur dana dari dan ke masyarakat, yang bertujuan untuk menunjang pengembangan pasar uang dan modal serta membantu permodalan perusahaan-perusahaan.

(2)

bergerak. Secara garis besar, lembaga keuangan non bank dapat dikelompokkan menjadi: Asuransi, Dana Pensiun, Pegadaian, Pasar Uang, dan Reksadana.

Untuk menjadi suatu perusahaan asuransi yang layak harus memiliki 6 macam prinsip dasar, yaitu: insurable interest, utmost good faith, proximate cause, indemnity,subrogation dan contribution.

a. Insurable interest, yaitu hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari

suatu hubungan keuangan, antara anda dengan obyek yang diasuransikan dan dapat diakui secara hukum.

b. Utmost good faith, yaitu suatu tindakan untuk mengungkapkan secara

akurat dan lengkap, semua fakta yang material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak.

c. Proximate cause, yaitu suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan

rantaian kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya suatu intervensi yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru da independen.

d. Indemnity, yaitu suatu mekanisme di mana perusahaan asuransi

menyediakan kompensasi financial dalam upaya menempatkan anda dalam posisi keuangan yang anda miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD Pasal 252, 253 dan dipertegas dalam Pasal 278).

e. Subrogation, Yaitu pengalihan hak tuntut dari nasabah kepada perusahaan

asuransi setelah klaim dibayar.

f. Contribution, yaitu suatu perusahaan asuransi untuk mengajak perusahaan

(3)

2.2 Asuransi

Salah satu penanggulangan resiko melalui pembiayaan adalah dengan mengasuransikan suatu resiko kepada perusahaan asuransi. Cara ini dianggap sebagai metode yang efektif dalam upaya penanggulangan resiko yang diakibatkan oleh ketidakpastian dalam suatu perencanaan. Asuransi telah berkembang menjadi bidang usaha/bisnis yang menarik dan mempunyai peranan penting dalam kehidupan ekonomi maupun pembangunan ekonomi terutama di bidang pendanaan.

Ada beberapa definisi tentang asuransi seperti:

a. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian:”Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan nama pihak penanggung mengakibatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.

b. Asuransi adalah transaksi pertanggungan yang melibatkan dua pihak, tertanggung dan penanggung (Djojosoedarso,2003).

(4)

d. Menurut C.Arthur William Jr dan Richard M Heins (Djojosoedarso,2003); bahwa asuransi dilihat dari dua sudut pandang, yaitu:

 Asuransi adalah suatu pengamanan terhadap kerugian financial yang dilakukan oleh seorang penanggung.

 Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang atau badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian financial.

2.2.1 Jenis Usaha Asuransi

Sesuai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, maka usaha perasuransian dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Usaha asuransi yang terdiri dari:

Asuransi kerugian (non life insurance)

Asuransi jiwa (life insurance)

Reasuransi (reinsurance)

b. Usaha penunjang usaha asuransi yang terdiri dari:

 Pialang asuransi

 Pialang reasuransi

 Penilai kerugian asuransi

 Konsultan aktuaria

 Agen asuransi

Menurut jenis bidang yang ditangani asuransi dikelompokkan menjadi:

(5)

b. Asuransi kecelakaan diri yaitu usaha untuk melindungi resiko financial akibat kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau cacat/luka yang sifat dan tempatnya ditentukan oleh dokter.

c. Asuransi sosial; merupakan asuransi yang menyediakan jaminan sosial bagi anggota masyarakat baik secara lokal, regional ataupun Nasional. d. Asuransi sosial tenaga kerja yaitu perlindungan sosial bagi tenaga kerja

yang dijalankan melalui pola mekanisme asuransi yang dikelola oleh perum ASTEK.

e. Asuransi Kesehatan yaitu asuransi yang memberikan santunan kesehatan kepada seseorang (tertanggung) berupa sejumlah uang untuk biaya pengobatan dan perawatan.

f. Asuransi kesehatan penumpang yaitu asuransi yang mengelola perlindungan sosial dalam kecelakaan penumpang dan lalu lintas jalan.

g. Asuransi kebakaran yaitu pertanggungan yang menjamin kerugian/kerusakan atas harta benda yang diakibatkan kebakaran.

h. Asuransi Kredit yaitu pertanggungan yang diberikan kepada pemberi kredit (bank, Lembaga Keuangan) terhadap resiko kredit.

i. Asuransi Rekayasa (engineering insurance) adalah pertanggungan yang diterapkan pada proyek-proyek pembangunan yang berhubungan dengan rekayasa.

(6)

k. Asuransi tanggung gugat yang dijamin adalah kewajiban untuk bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pihak lain.

l. Asuransi transportasi adalah asuransi yang berkenaan dengan barang-barang dalam transit atau barang-barang-barang-barang yang sedang ditangani perusahaan pengangkutan.

2.2.2 Manfaat Asuransi

Asuransi memberikan manfaat bagi tertanggung, penanggung, dan pemerintah. Manfaat yang diterima tertanggung baik sebagai individu atau sebagai pengusaha dari jasa asuransi, yaitu:

a. Rasa aman dan perlindungan

b. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil

c. Polis asuransi dapat dijadikan memperoleh kredit dan dapat dijadikan sebagai kelengkapan memperoleh kredit

d. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan.

Asuransi dapat memberikan manfaat bagi penanggung untuk mendorong peningkatan kegiatan usaha serta memperoleh keuntungan.

Asuransi dapat memberikan manfaat kepada pemerintah, yaitu: a. Mendorong peningkatan investasi di berbagai bidang usaha b. Mendorong peningkatan kesempatan kerja

c. Meningkatkan penerimaan pajak

2.2.3 Tujuan Asuransi

(7)

Ganti rugi yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung apabila tertanggung menderita kerugian yang dijamin oleh polis, yang bertujuan untuk mengembalikan tertangung dari kebangkrutan sehingga ia masih mampu berdiri seperti sebelum menderita kerugian.

Jadi tertanggung hanya boleh memperoleh ganti rugi sebesar kerugian yang dideritanya, artinya tertanggung tidak boleh mencari keuntungan (speklasi) dari asuransi. Bagitu juga dengan penanggung, ia tidak boleh mencari keuntungan atas interst yang ditanggungnya, kecuali memperoleh balas jasa atau premi.

b. Tujuan tertanggung adalah sebagai berikut :

 Untuk memperoleh rasa tentram dan aman dari resiko yang dihadapinya atas kegiatan usahanya atas harta miliknya.

 Untuk mendorong keberanianya mengikatkan usaha yang lebih besar dengan resiko yang lebih besar pula, karena risiko yang benar itu diambil oleh penanggung.

c. Tujuan penanggung dibagi 2 (dua), yaitu :

 Tujuan Umum, yaitu : memperoleh keuntungan selain menyediakan lapangan kerja, apabila penanggung membutuhkan tenaga pembantu.

 Tujuan Khusus, adalah :

o Meringankan resiko yang yang dihadapi oleh para nasabah atau para tertanggung dengan mangambil alih risiko yang dihadapi. o Menciptakan rasa tentram dan aman dikalangan nasabahnya,

(8)

o Mengumpulkan dana melalui premi yang terkumpul sedikit demi sedikit dari para nasabahnya sehingga terhimpun dana besar yang dapat digunakan untuk membiayai pembagian Bangsa dan Negara.

Asuransi atau pertanggungan di Indonesia sebenarnya berasal dari hukum Berat, baik dalam pengertian maupun dalam bentuknya. Asuransi sebagai bentuk hukum di Indonesia yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mempunyai beberapa sifat sebagai berikut: (W irjono Projodikoro, 1994) a. Sifat Perjanjian

Semua asuransi berupa perjanjian tertentu (Boyzondere Over Komst), yaitu suatu pemufakatan antara dua pihak atau lebih dengan maksud akan mencapai suatu tujuan, dimana seorang atau lebih berjanji terhadap seorang lain atau lebih (pasal 1315 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

b. Sifat timbal balik (Weder Kerige)

Persetujuan asuransi atau pertanggungan merupakan suatu persetujuan timbal balik (Weder Kerige Overeen Komst), yang berarti bahwa masing-masing pihak berjanji akan melakukan sesuatu bagi pihak lain.

Pihak terjamin berjanji akan membayar uang premi, pihak penjamin berjanji akan membayar sejumlah uang (uang asuransi) kepada pihak terjamin, apabila suatu peristiwa tertentu terjadi.

c. Sifat Konsensual

Persetujuan asuransi atau pertangungan merupakan suatu persetujuan yang bersifat konsensual, yaitu sudah dianggap terbentuk dengan adanya kata sepakat antara kedua belah pihak (pasal 251 KURD).

(9)

Jenis asuransi yang bersifat perkumpulan (Vereeninging ) adalah asuransi saling menjamin yang terbentuk diantara para terjamin selaku anggota. Asuransi seperti ini disebutkan dalam pasal 286 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) yang menyatakan bahwa asuransi itu takluk pada persetujuannya dan peraturannya.

Perkumpulan asuransi diatur dalam Pasal 1635, 1654 dan 1655 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer), yang dapat disimpulkan bahwa perkumpulan asuransi saling menjamin merupakan “Zadelijk Lichaam” yang artinya asuransi dalam masyarakat dapat bertindak selaku orang dan dapat mengadakan segala perhubungan hukum dengan orang lain secara sah.

Perkumpulan asuransi dapat bertindak kedalam dan keluar, yaitu kedalam dapat mengadakan persetujuan asuransi dengan para anggota selaku terjamin, dan keluar dengan perbuatan hukum lainnya, persetujuan ini takluk pada ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), baik dengan anggota sendiri maupun dengan orang lain.

e. Sifat Perusahaan

Asuransi yang mengatur sifat perusahaan adalah asuransi secara premi dimana diadakan antara pihak penjamin dan pihak terjamin, tanpa ikatan hukum diantara terjamin dengan orang lain yang juga menjadi pihak terjamin terhadap si penjamin.

Dalam hal ini pihak penjamin biasanya bukan seorang individu, melainkan suatu badan yang bersifat perusahaan, yang memperhitungkan untung rugi dalam tindakannya.

(10)

Suatu perjanjian asuransi atau pertanggungan bersifat konsensual (adanya kesepakatan), harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta antara pihak yang mengadakan perjanjian. Pada akta yang dibuat secara tertulis itu dinaman “polis”. Jadi, polis adalah tanda bukti perjanjian pertanggungan yang merupakan bukti tertulis.

Pada perjanjian asuransi atau pertanggungan antara para pihak, seorang penanggung harus menyerahkan polis kepada tertanggung dalam jangka waktu sebagai berikut:

 Bila perjanjian dibuat seketika dan langsung antara penanggung dan tertanggung yang dikuasakan tertanggung, maka polis yang telah ditandatangani oleh penanggung harus duserahkan kepada tertanggung dalam tempo 24 jam (pasal 259 KUHD).

 Jika pertanggungan dilakukan mulai makelar asuransi (broker), maka polis yang telah ditandatangani oleh penanggung harus diserahkan kepada tertangung paling lama dalam tempo 8 (delapan) hari (pasal 260 KUHD). Fungsi Umum Polis, adalah :

Perjanjian pertanggungan (Contract Of Indonesia)

 Sebagai bukti jaminan diri penanggung kepada tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin dialami oleh tergugat akibat peristiwa yang tidak diduga sebelumnya dengan prinsip :

o Untuk mengembalikan tertanggung kepada kedudukannya semula sebelum mengalami kerugian; atau

(11)

 Bukti pembayaran premi asuransi oleh tertanggung kepada penanggung sebagai balas jasa atas jaminan penanggung.

Isi polis pada Umumnya dalam Asuransi

Sesuai dengan peraturan Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), dengan pengecualian terhadap asuransi atau pertanggungan jiwa, terdapat 8 (delapan) syarat diantaranya yaitu

 Hari ditutupnya perjanjian pertanggungan

 yang menutup pertanggungan, atas namanya sendiri atau atas tanggungan orang ketiga.

 Uraian yang jelas mengenai benda pertangungan atau obyek yang dijamin

 Jumlah pertanggungan, untuk mana diadakan jaminan (uang asuransi)

 Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh penanggung

 Saat mulai dan akhir tenggang waktu, dalam mana didakan jaminan oleh penjamin.

 Jumlah uang Premi yang harus dibayar oleh si terjamin

 Keterangan tambahan yang perlu diketahui oleh penjamin dan janji-janji khusus yang diadakan oleh kedua belah pihak.

b. Premi Asuransi

Pengertian premi dalam asuransi atau pertanggungan adalah kewajiban tertanggung, dimana hasil dari kewajiban tertanggung akan digunakan oleh penangung untuk mengganti kerugian yang diderita tertanggung.

(12)

terhadap resiko yang ditanggungnya, penilaian penanggung berbeda-beda, akan tetapi hal ini dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran.

Fungsi dari premi merupakan harga pembelian dari tanggungan yang wajib diberikan oleh penanggung atau sebagai imbalan resiko yang diperalihkan pertanggungan dibuat, kecuali pertanggungngan saling menanggung. Sedangkan mengenai pembayaran premi, biasanya dibayar tunai pada saat perjanjian pertanggungan ditutup. Tetapi jika premi diperjanjikan dengan anggaran maka premi dibayar pada permulaan tiap-tiap waktu angsuran.

Kriteria premi asuransi adalah: a. dalam bentuk sejumlah uang

b. dibayar lebih dahulu oleh tertanggung c. sebagai imbalan pengalihan risiko

d. dihitung berdasarkan persenase terhaddap nilai risiko yang dialihkan c. Jumlah premi yang harus dibayarkan.

(13)

Dalam jumlah premi yang harus dibayar oleh tertanggung juga termasuk biaya yang berkenaan dengan pengadaan asuransi itu. Rincian yang dapat dikalkulasikan dalam jumlah premi adalah:

a. Jumlah persentase dari jumlah yang diasuransikan

b. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh penanggung, misalnya biaya materai, biaya polis.

c. Kurtase untuk pialang jika asuransi diadakan melalui pialang. d. Keuntungan bagi penanggung dan jumlah cadangan.

Menurut ketentuan Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992, premi harus ditetapkan padda tingkat yang mencukupi, tidak berlebihan, dan tidak diterapkan secara diskriminatif. Tingkat premi dinilai tidak mencukupi apabila:

a. sedemikian rendah sehingga sangat tidak sebanding dengan manfaat yang diperjanjikan dalam polis asuransi yang bersangkutan.

b. Penerapan tingkat premi secara berkelanjutan akan membahayakan tingkat solvabilitas perusahaan.

c. Penerapan tingkat premi secara berkelanjutan akan dapat merusak iklim kompetisi yang sehat.

(14)

2.2.6. Subyek dan Obyek Asuransi a. Subyek Asuransi

Dalam tiap-tiap persetujuan selalu ada 2 (dua) macam subyek, yaitu di satu pihak seorang atau badan hukum mendapat badan kewajiban untuk sesuatu, dan dilain pihak ada seorang atau suatu badan hukum yang mendapat hak atas pelaksanaan kewajiban itu, maka dalam tiap-tiap persetujuan selalu ada pihak berkewajiban dan pihak berhak. Dengan demikian, para pihak dalam perjanjian pertanggungan yaitu penanggung dan tertanggung.

Jadi berdasarkan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. (KUHD) bisa disimpulkan bahwa ada dua pihak yang berperan sebagai subyek asuransi, yaitu :

 Pihak tertanggung, yaitu pihak yang mempunyai harta benda yang diancam bahaya. Pihak ini bermaksud untuk mengalihkan resiko atas harta bendanya, atas peralihan resiko tersebut pihak tertanggung mempunyai kewajiban untuk membayar premi.

 Pihak penanggung, yakni pihak yang mau menerima resiko atas harta benda orang lain, dengan suatu kontra prestasi berupa premi. Dengan demikian apabila terjadio peristiwa yang mengakibatkan keinginan penanggnglah yang memberi ganti rugi

b. Obyek Asuransi

(15)

Disamping itu bisa terjadi bahwa obyek pertanggungan tidak sama dengan benda pertanggungan. Contohnya asuransi kendaraan bermotor, benda pertanggungannya adalah tanggung jawab pemilik pabila kendaraan itu membuat celaka orang lain.

Jadi ada 3 (tiga) hal yang dapat didipertanggungkan (obyek asuransi), yaitu :

 Risiko pribadi, yaitu kehidupan dan kesehatan.

 Hak milik atas benda

 Tanggung jawab atau kewajiban yang harus dipikul seseorang.

Obyek pertanggungan dikenal pula dengan sebutan “Kepintangan”. kepentingan merupakan unsur utama dalam pertanggungan Pasal 250 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) menyebutkan bahwa bila pada waktu pertanggungan seorang tertanggung tidak mempunyai kepentingan atas benda yang dipertanggungkan, penanggung tidak wajib memberi ganti rugi. Mengingat pentingnya obyek pertanggungan tersebut maka tidak setiap kepentingan dapat dipertanggungkan. Agar dapat dipertanggungkan, kepentingan yang dimaksud harus memenuhi syarat tertentu.

Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) menyatakan, bahwa yang dapat menjadi obyek asuransi ialah semua kepentingan yang :

 Dapat dinilai dengan sejumlah uang

 Dapat diancam oleh macam bahaya

 Tidak dikecualikan oleh undang-undang

(16)

sebagainya. Jadi selama persetujuan asuransi berjalan, tidak ada suatu benda yang terlihat sebagai barang yang terkena suatu macam bahaya.(W irjono Prof Jodikoro,1994)

a. Benda Pertanggungan

Jika seorang pemilik rumah mempertanggungkan rumahnya terhadap bahaya kebakaran, maka disini benda pertanggungannya ialah apa yang menjadi obyek dari bahaya itu, yaitu rumahnya. Kerugian yang timbul disebabkan terbakarnya rumah. Sebagai akibat kebakaran rumah, maka pemilik menderita suatu kehilangan yang akan diganti kerugiannya oleh penanggung dan rumah itulah benda yang terkena. Dalam hal ini benda pertanggungannya jatuh bersamaan dengan pokok pertanggungannya.

b. Kepentingan Yang Tidak Jatuh Bersamaan Dengan Benda Pertanggungan Ada pertanggungan dimana benda pertanggungannya dan pokok pertanggungannya tidak jatuh bersama. Pokok pertanggungan berbeda dengan benda pertanggungan, walaupun sering dikemukakan bahwa pokok penanggungan dan benda pertanggungan itu adalah identik.

Kepentingan adalah obyek pertanggungan dan merupkan hak subyektif yang mungkin akan lenyap atau berkurang karena terjadinya suatu peristiwa tak tentu atau tidak pasti. Unsur kepentingan adalah unsur mutlak harus ada pada tiap-tiap pertanggungan, baik pada saat ditutupnya pertanggungan maupun pada saat terjadinya evenemen.

(17)

yang mungkin diserang bahaya. Definisi Molengraff ini menunjuk langsung pada benda, yakni harta kekayaan.

Namun hal ini sulit dijelaskan pada pertanggungan kendaraan bermotor dengan WA (Wettelijke Annsprakelijkeheid), yaitu pertanggungan tanggung jawab menurut hukum. Pada pertentangan jenis ini yang merupakan kepentingan ialah kewajiban tertanggung menurut hukum terhadap kerugian pada pihak ketiga. Jadi singkatnya menurut Purwosutjipto, S.H., kepentingan adalah hak dan kewajiban tertanggung yang dipertanggungkan.

2.3 Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UUD RI;6).

Pendidikan menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi atau standar kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Mulyasa, 2001). Mardhapi (2001) memberikan batasan atandar kompetenssi yaitu batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu.

(18)

berbasis kompetensi ini berimplikasi terhadap pengembangan silabus dan system pengujian berbasis kemampuan dasar. Kemampuan dasar yakni kemampuan minimal (pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang harus dimiliki siswa dalam mempelajari mata pelajaran atau bidang studi tertentu. Kompetensi standar merupakan standar atau bakuan kinerja yang harus dicapai ketika siswa harus menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu.

Setiap standar kompetensi dijabarkan menjadi beberapa kemampuan dasar yang merupakan perincian lebih lanjut dari standar kompetensi tersebut. Perumusan kemampuan dasar menurut Sutiman (2001), dapat menggunakan kata-kata kerja misalnya: menunjukkan, menghitung, menggambarkan, menentukan, menyusun, menyimpulkan, mengevaluasi, merumuskan, membuat, menganalisis, mensintesis dan sebagainya yang merupakan tingkah laku hasil belajar yang dapat diamati (observable) dan diukur (measurable).

Silabus disusun dengan mengacu kepada kompetensi standar dan kemampuan dasar. Silabus inilah yang dijadikan acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, dimana pihak sekolah dan para guru mempunyai tugas menentukan indicator pencapaian kemampuan dasar. Pengembangan kemampuan dasar menjadi sejumlah indicator dan pengembangan indicator menjadi soal ujian harus mengikuti prosedur tertentu (Azra, 2002).

(19)

bahwa tingkat pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki produktivitas perusahaan.

Konsekuensi dunia pendidikan dengan sektor ekonomi masyarakat Indonesia memiliki hubungan yang erat, di mana kedua kkomponen lembaga tersebut merupakan asset Negara yang memerlukan pengelolaan secara hati-hati dan cermat. Secara lebih khusus hubungannya menyangkut modal fisik, tenaga kerja dan kemajuan teknologi yang merupakan faktor produksi pokok sebagai masukan (input) dalam produksi pendapatan nasional. Semakin besar jumlah tenaga kerja, berarti laju pertumbuhan penduduk tinggi dan semakin besar pendapatn nasional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Perhatian terhadap faktor manusia menjadi bagian yang utama yang berkaitan dengan perkembangan dalam ilmu ekonomi pembangunan dan sosiologi. Para ahli di kedua bidang tersebut umumnya sepakat pada bahwa manusia merupakan modal utama yang berperan secara signifikan, bahkan lebih penting dari pada faktor teknologi, dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Modal manusia tersebut tidak hanya menyangkut kuantitas tetapi yang jauh lebih penting adalah dari segi kualitas.

(20)

Menurut Tobing (2001) dewasa ini berkembang paling tidak tiga perspektif secara teoritis yang menjelaskan hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi, yakni teori modal manusia, teori alokasi dan teori reproduksi strata sosial. Teori modal manusia menjelaskan proses di mana pendidikan memiliki pengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Teori ini mendominasi literature pembangunan ekonomi dan pendidikan pada pasca perang dunia kedua sampai pada tahun 70-an. Termasuk para pelopornya adalah pemenang hadiah Nobel ilmu ekonomi Gary Schultz (dalam Tobing, 2001), juga pemenang hadiah Nobel ekonomi atas penelitiannya tentang masalah ini.

Argumen yang disampaikan pendukung teori ini adalah manusia yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, yang diukur juga dengan lamanya waktu sekolah, akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik disbanding yang pendidikannya lebih rendah. Apabila upah mencerminkan produktivitas, maka semakin banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi, semakin tinggi produktivitas dan hasilnya ekonomi nasional akan tumbuh lebih tinggi

Pada tahun 70-an, teori ini mendapat kritik tajam. Argument yang disampaikan adalah tingkat pendidikan tidak selalu sesuai dengan kualitas pekerjaan, sehingga orang yang berpendidikan tinggi ataupun rendah tidak berbeda produktivitasnya dalam menangani pekerjaan yang sama. Juga ditekankan bahwa dalam ekonomi modern sekarang ini, angkatan kerja yang berkeahlian tinggi tidak begitu dibutuhkan lagi karena perkembangan teknologi yang sangat cepat dan proses produksi yang semakin dapat disederhanakan.

(21)

produktivitas relatif sama dengan orang berpendidikan tinggi dan formal. Argumen ini diformalkan dalam suatu teori yang dikenal dengan teori alokasi atau persaingan status yang mendapat dukungan dari Lester Thurow, 1974, john Meyer, 1997 dan Randall Collins, 1979 (sebagaimana dituangkan oleh Tobing, 2001).

Teori persaingan status ini memperlakukan pendidikaan sebagai suatu lembaga social yang salah satu fungsinya mengalokasikan personil secara social menurut strata pendidikan. Keinginan mencapai status lebih tinggi menggiring orang untuk mengambil pendidikan lebih tinggi. Meskipun orang-orang berpendidikan tinggi memiliki proporsi lebih tinggi dalam pendapatan nasional, tetapi peningkatan proporsi orang yang berpendidikan lebih tinggi dalam suatu bangsa tidak akan secara otomatis meningkatkan ekspansi ataupun pertumbuhan ekonomi.

Teori pertumbuhan kelas atau strata sosial berargumen bahwa fungsi utama pendidikan adalah menumbuhkan struktur kelas dan ketidakseimbangan social. Pendidikan pada kelompok elit lebih menekankan studi-hal-hal klasik, kemanusiaan dan pengetahuan lain yang tidak relevan dalam pembangunan ekonomi masyarakat.

(22)

ilmu penegatahuan dan teknologi. Karena dari pendidikan akan diperoleh pengembangan sumber daya manusia melalui penelitian dan pengembangan informasi yang ada, karena pada hakikatnya, pengetahuan yang sama sekali tidak dapat diimplementasikan dalam kehidupan manusia akan mubazir. Oleh karena itu aspek penelitiaan dan penngembangan SDM menjadi salah satu agenda utama bagi suatu bangsa karena apabila bangsa tersebut berkeinginan untuk hidup sejajar dengan bangsa-bangsa lain maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan.

Secara implisit, pendidikan sangat bermanfaat dalam menyumbang 2.4 Konsumsi dan Fungsi Konsumsi

Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. (Dumairy, 1996).

Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan :

C = a + bY

(23)

Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposibel dengan konsumsi dan pendapatan disposibel dengan tabungan yaitu konsep kecondongan mengkonsumsi dan kecondongan menabung. Kecondongan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata-rata. Kecondongan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah Inggrisnya Marginal Propensity to Consume), dapat didefenisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan

disposebel (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan

menggunakan formula : ��� = ∆C ∆Yd

Kecondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Pronpensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara

tingkat pengeluaran konsumsi (c) dengan tingkat pendapatan disposebel pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd), Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula :

��� = C

Yd

Kecondongan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan menabung marginal dan kecondongan menabung rata-rata. Kecondongan menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save) adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan pendapatan (ΔYd). Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan formula :

(24)

Kecondongan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average Propensity to Save), menunjukkan perbandingkan di antara tabungan (S) dengan

pendapatan disposebel (Yd). nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan formula (Sukirno, 2003) :

��� = S

Yd

2.4.1 Teori Konsumsi

a. Teori Konsumsi John Maynard Keynes

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analis statistic, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan intropeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecendrungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to cosume) jumlah dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiscal, untuk mempengaruhi perekonmian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiscal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.

Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang di sebut kecendrungan mengkonsumsi rata-rata (average propensity to cosume), turun ketika pendapatan naik. Keynes percaya bahwa tabungan adalah

kemewahan, sehingga ia berharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang orang miskin.

(25)

Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individual dari pendapatannya bersifat sekunder dan relative tidak penting.

Berdasarkan tiga dugaan ini, fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai (Mankiw, 2003) :

C = C + cY, C > 0, 0 < c < 1 Keterangan :

C = konsumsi

Y = pendapatan disposibel C = konstanta

c = kecendrungan mengkonsumsi marginal C

C = Y saving

E a + bY

Cg

C disaving

Yeq Y

Gambar 2.1. Kurva Konsumsi

(26)

a. Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara penadapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.

b. Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menetukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current national income.

c. Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variable pendapatan nasionalnya perlu diiterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolute, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relative, pendapatan permanen dan sebagainya.

d. Bentuk fungsi komsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung.

b. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Milton Friedman) Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah:

a. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.

b. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan).

(27)

bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negative maka tidak akan mengurangi konsumsi (Suparmoko, 1991).

c. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup

Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukakan oleh Franco Modigliani. Franco Modigliani menerapkan bahwa pola pengeleuaran konsumsi masayarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan/pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negative (dissaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah.

(28)

orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya oranng yang sudah pension saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahn-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran-pengeluaran lain (Suparmoko, 1991).

d. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif

James Dusenberry dalam Reksoprayitno (2000) mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya.

(29)

a. Selera sebuah rumah tangga atas bang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya.

b. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan (Mangkoesoebroto, 1998).

2.4.2 Fungsi Tabungan

Tabungan atau penabungan dapat didefinsikan sebagai bagian daripada pendapatan nasional per tahunnya yang tidak dikonsumsi. Dengan menggunakan singkatan dapat kita tulis:

Kalau persamaan diatas kita hubungkan dangan persamaan umum fungsi konsumsi, kita akan menemukan persamaan umum daripada fungsi tabungan.

S = Y – C

C = a + bY

Maka

S = Y – (a + bY)

= Y – a – bY

2.4.3 Marginal propensity to save dan average propensity to save

Kalau fungsi konsumsi mengenal marginal propensity to consume dan average propensity to consume, fungsi tabungan juga mengenal marginal

S = (1 – b) Y – a

(30)

propensity to save dan average propensity to save. Yang dimaksud dengan

marginal propensity to save adalah perbandingan antara bertambahnya tabungan

dengan bertambahnya pendapatan nasional yang mengakibatkan bertambahnya tabungan tersebut. Oleh karena itu perumusannya ialah:

MPS = ∆S / ∆Y

Untuk fungsi tabungan berbentuk garis lurus besarnya marginal propensity to save pada semua tingkat pendapatan nasional adalah sama. Yang dimaksud

dengan average propensity to consume adalah perbandingan antara besarnya besarnya tabungan pada suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya pendapatan nasional bersangkutan. Jadi formulanya:

APSn = Sn / Yn

Perlu diperhatikan bahwa untuk fungsi konsumsi berbentuk garis lurus fungsi tabungannya pun akan berbentuk garis lurus juga. Untuk fungsi tabungan garis lurus ini, besarnya average propensity to save berbeda-beda tergantung pada tinggi-rendahnya pendapatan nasional. Semakin tinggi tingkat pendapatan nasional, semakin besar pula average propensity to save-nya. Pada tingkat-tingkat pendapatan nasional break-even, angka average propensity to save mempunyai tanda negatif. Sebaliknya, pada tingkat-tingkat pendapatan nasional break-even, average propensity to save angkanya akan selalu positif. Sedangkan pada tingkat

(31)

pendapatan break-even besarnya tabungan sama dengan nol. 2.4.4 Hubungan antara MPC dengan MPS, APC dengan APS

Hubungan antara marginal propensity to consume dengan marginal propensity to save dapat kita nyatakan sebagai berikut.

MPC + MPS = 1

Atau dengan cara lain: MPC = 1 – MPS MPS = 1 – MPC

Pembuktian dari perumusan tersebut adalah sebagai berikut: Y = C + S

Maka:

∆Y = ∆C + ∆S

Kalau ruas kanan dan ruas kiri masing-masing dibagi dengan ∆Y, maka hasilnya:

MPS

Hubungan antara average propensity to consume dengan average propensity to save adalah mirip dengan hubungan antara marginal propensity to

consume dengan marginal propensity to save, yaitu:

APCn = APSn + 1

(32)

APSn

Seseorang dalam usaha memenuhi kebutuhannya, pertama kali yang akan dilakukan adalah pemilihan atas berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan. Selain itu juga dilihat apakah harganya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Jika harganya tidak sesuai, maka ia akan memilih barang dan jasa yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Perilaku tersebut sesuai dengan hukum permintaan (Samuelson & Nordhaus, 1992), yang mengatakan bahwa bila harga suatu barang atau jasa naik, maka jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen akan mengalami penurunan. Dan sebaliknya bila harga dari suatu barang atau jasa turun, maka jumlah barang dan jasa yang dimintai konsumen akan mengalami kenaikan (ceteris paribus).

Permintaan suatu barang di pasar akan terjadi apabila konsumen mempunyai keinginan (willing) dan kemampuan (ability) untuk membeli , pada tahap konsumen hanya memiliki keinginan atau kemampuan saja maka permintaan suatu barang belum terjadi, kedua syarat willing dan ability harus ada untuk terjadinya permintaan (Turner, 1971) dalam (Salma, 2004).

(33)

permintaan, daftar permintaan, kurva permintaan, permintaan dan jumlah barang yang diminta dan sebagainya.

Permintaan/ demand adalah sejumlah barang atau jasa yang diminta oleh konsumen pada beberapa tingkat harga pada suatu waktu tertentu dan pada tempat atau pasar tertentu (Palutturi, 2005). Menurut Lipsey (1990), demand adalah jumlah yang diminta merupakan jumlah yang diinginkan. Jumlah ini adalah berapa banyak yang akan dibeli oleh rumah tangga pada harga tertentu suatu komoditas, harga komoditas lain, pendapatan, selera, dan lain-lain.

Fungsi permintaan menunjukan hubungan antara kuantitas suatu barang yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya: harga, pendapatan, selera dan harapan-harapan untuk masa mendatang (Arsyad, 1991).

Hubungan antara harga satuan komoditas (barang dan jasa) yang mau dibayar pembeli dengan jumlah komoditas tersebut dapat disusun dalam suatu tabel yaitu daftar permintaan. Data yang diperoleh dari daftar permintaan tersebut dapat digunakan pula untuk menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu komoditas dengan jumlah komoditas tersebut yang diminta dalam suatu kurva permintaan. Perlu dibedakan antara permintaan dan jumlah barang yang diminta. Permintaan adalah keseluruhan daripada kurva permintaan sedangkan jumlah barang yang diminta adalah banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu (Sugiarto, 2005).

(34)

dalam masyarakat, cita rasa masyarakat, jumlah penduduk, dan ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang (Palutturi, 2005).

Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya terhadap perubahan permintaan suatu komoditas. Secara umum elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi elastisitas permintaan terhadap harga (price elasticity of demand), elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income

elasticity of demand), dan elastisitas permintaan silang (cross price elasticity of

demand). Elastisitas permintaan terhadap harga, mengukur seberapa besar

perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila harganya berubah. Jadi elastisitas permintaan terhadap harga adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah komoditas yang diminta terhadap perubahan harga komoditas tersebut dengan asumsi ceteris paribus. Nilai elastisitas permintaan terhadap harga merupakan hasil bagi antara persentase perubahan harga. Nilai yang diperoleh tersebut merupakan suatu besaran yang menggambarkan sampai berapa besarkah perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila dibandingkan dengan perubahan harga (Sugiarto, 2005).

2.5.2 Faktor Penentu Permintaan

Permintaan seseorang atau suatu masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Diantara faktor – faktor tersebut yang terpenting adalah:

a. Harga barang itu sendiri

(35)

suatu barang semakin mahal, maka permintaan konsumen terhadap barang itu akan menurun. (Mandala Manurung, 2004).

b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut 1. Barang pengganti (barang subtitusi) sekiranya harga barang

pengganti bertambah murah maka barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan atau penurunan dan sebaliknya.

2. Barang pelengkap (barang komplementer), kenaikan atau penurunan permintaan barang yang dilengkapinya.

3. Barang netral, perubahan terhadap permintaan salah satu barang tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya.

c. Pendapatan rata-rata masyarakat dan rumah tangga

Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan permintaan berbagai jenis barang.

d. Cita rasa masyarakat

Cita rasa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang.

e. Jumlah penduduk

(36)

f. Ramalan mengenai keadaan di masa mendatang

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang akan dating dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah tinggi pada masa depan akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada masa kini, untuk menghemat pengeluaran pada masa yang akan dating. Sebaliknya, ramalan bahwa lowongan kerja akan bertambah sukar diperoleh dan kegiatan ekonomi akan mengalami resesi, akan mendorong orang lebih berhemat dalam pengeluarannya dan mengurangi permintaan. (Sadono Sukirno, 2005)

Adalah sangat sukar untuk menganalisa sekaligus pengaruh berbagai faktor tersebut terhadap permintaan suatu barang. Oleh sebab itu dalam membicarakan teori permintaan, para ahli ekonomi membuat analisa yang lebih sederhana, dengan menganggap permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri. Sadono Sukirno menganalisa mengenai hubungan antar jumlah permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut. Adapun dalam analisa tersebut diasumsikan bahwa “faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan, ceteris paribus”.

Secara matematis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dituliskan dalam persamaan yang dikenal dengan fungsi permintaan:

QD= f(Pq, Py, Y, T, C, Ed,..,) Dimana:

QD = Kuantitas permintaan Pq = Harga barang itu sendiri Py = Harga barang lain

(37)

C = Jumlah penduduk

Ed = Ramalan mengenai keadaan di masa mendatang

Hal ini disajikan dalam tabel permintaan di bawah ini, yang menunjukkan adanya hubungan antara harga dan jumlah barang yang akan dibeli.

Tabel 2.1. Permintaan barang x

Jenis barang Harga per unit (P) Jumlah yang diminta (Q)

A 10 1

B 9 2

C 8 3

D 7 4

E 6 5

F 5 6

G 4 7

Sumber: Pengantar Teori Mikroekonomi, Sadono Sukirno.

Pada setiap harga pasar, pada suatu waktu tertentu akan terdapat sejumlah barang yang hendak dibeli para pembeli. Pada harga yang lebih rendah jumlah barang yang diminta bertambah, demikian sebaliknya pada harga yang lebih tinggi jumlah ynag akan diminta berkurang. Berdasarkan tabel tersebut kita dapat menentukan jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga.

(38)

P 12 10 D 8

6 kurva perminta an 4

2 D 0 Q 2 4 6 8 Kurva 2.2. Permintaan Barang dan Harga.

Kurva di atas memperlihatkan bahwa permintaan berbentuk garis lurus yang miring dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping to the right) atau mempunyai lereng (slope) yang negatif. Hal ini sangat erat kaitannya dengan hubungan antara jumlah dan harga yang bersifat berbanding terbalik atau mempunyai arah yang berlawanan. Q naik apabila P turun. Sifat dari permintaan ini disebut Hukum Permintaan .

Hukum Permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan: “makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang, maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut, faktor-faktor lain dianggap tetap, ceteris paribus”. (Sadono Sukirno, 2005)

2.5.3 Perubahan Permintaan

(39)

naiknya harga sesuatu barang akan menurunkan permintaan akan barang itu” pernyataan itu salah, sebab dalam hal ini bukan permintaan (demand) berubah atau turun, tetapi adalah jumlah yang diminta (quantity demanded). Ada perbedaan yang jelas antara kedua istilah ini, timbul karena adanya perbedaan pengertian masalah perubahan atau gerakan kurva permintaan. Perubahan permintaan dapat dibedakan dalam dua pengertian:

a. Gerakan sepanjang kurva permintaan (shift a long demand curve) b. Gerakan seluruh kurva permintaan (shift of the demand curve)

Hal yang pertama menyebabkan terjadinya perubahan jumlah yang diminta sedangkan hal yang kedua menyebabkan terjadinya perubahan permintaan. Kondisi ini dapat dilihat pada kurva di bawah ini berikut:

P D P’

P” D Q Q’ Q”

Kurva 2.3. Perubahan Jumlah Yang Diminta

(40)

Dt D Dn

P

Dt D Dn

0 Q Qt Q Qn

Kurva 2.4 Pergeseran Kurva Permintaan

Kurva 2.4 menunjukkan terjadinya pergeseran kurva permintaan ke kanan atau ke kiri disebabkan oleh perubahan permintaan yang ditimbulkan oleh faktor- faktor selain harga barang atau jasa tersebut. Permintaan bisa naik (kurva permintaan bergeser ke kanan menjadi Dn Dn) dan bisa juga turun (kurva permintan bergeser ke kiri Dt Dt). Pada gambar di atas jelas sekali terjadi adanya pergeseran kurva permintaan, yang disebut perubahan permintaan. (Sugiarto, dkk, 2000)

Ada banyak sebab mengapa kurva permintaan bergeser yakni: a. tingkat pendapatan masyarakat (income)

b. citarasa atau selera masyarakat (taste)

c. harga barang lain khususnya harga barang-barang perlengkapan dan harga barang pengganti (price of related comodities)

(41)

a. Permintaan dikatakan naik jika:

1. Orang atau masyarakat bersedia membeli jumlah yang lebih banyak sekalipun harga barang itu tetap tak berubah.

2. Orang atau masyarakat bersedia membeli jumlah barang yang tetap sekalipun harga barang itu sudah naik.

b. Permintaan dikatakan turun jika:

1. Orang akan membeli jumlah yang lebih sedikit walaupun harganya tidak berubah.

2. Orang akan membeli jumlah barang yang tetap sekalipun harga barang itu sudah turun.

Sehubungan dengan adanya perbedaan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan masing-masing variabel, maka pernyataan perubahan permintaan maupun jumlah permintaan di atas berada dalam keadaan cateris paribus, yang berarti semua hal lain tetap.

2.6. Penelitian Sebelumnya

(42)

Berdasarkan analisis empiris diperoleh kesimpulan bahwa variabel pendapatan berpengaruh positip terhadap permintaan asuransi kerugian, sedangkan variabel pendidikan mempunyai pengaruh negatip terhadap permintaan asuransi kerugian. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang dibuat, yang menyatakan bahwa baik variabel pendapatan maupun pendidikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap permintaan asuransi kerugian.

Selain itu, berdasarkan uji-t yang dilakukan, variabel pendidikan tidak signifikan (tidak nyata pengaruhnya) terhadap permintaan asuransi kerugian (t-hitung < t-tabel). Namun secara serentak (uji-F) keduanya secara nyata mempengaruhi permintaan asuransi kerugian pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai R2 (koefisien determinasi) yang diperoleh sebesar 0,572 yang berarti variabel-variabel independen yaitu pendapatan dan pendidikan mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 57,2 % dan sisanya 42,8 % dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.

Penelitian lainnya yaitu penelitian dari Renatha (2006) dengan judul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi Jiwa pada PT. Allianz Life Indonesia cabang Medan”. Variabel yang digunakan adalah pendapatan, pendidikan dan usia sebagai variabel independen dan permintaan polis asuransi jiwa sebagai variabel dependennya. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan metode analisa Ordinary Least Square (OLS). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random

sampling atau pengambilan sampel secara acak.

(43)

berpengaruh negatif terhadap permintaan asuransi jiwa. Dari uji parsial (uji-t) yang dilakukan, pendapatan dan pendidikan nyata pengaruhnya terhadap permintaan asuransi jiwa, sedangkan usia tidak nyata pengaruhnya terhadap permintaan asuransi jiwa (t-hitung < t-tabel).

Namun, jika dilakukan uji secara serentak (uji-F) ketiga variabel bebas nyata pengaruhnya terhadap permintaan asuransi jiwa pada tingkat kepercayaan 99%. Nilai R2 (koefisien determinasi) sebesar 0,902004 yang berarti variabel pendapatan, pendidikan, dan usia tertanggung mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 90,2 % dan sisanya 9,8 % dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.

Haro (2010) dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan asuransi pendidikan di kota Medan”. Dengan menggunakan variabel jumlah anak, pendidikan, pendapatan dan usia berpengaruh positif terhadap permintaan asuransi sedangkan premi tidak signifikan terhadap permintaan asuransi pendidikan di kota Medan.

Variabel terikat adalah permintaan asuransi pendidikan dan sebagai variabel bebas adalah jumlah anak, Lama pendidikan, Tingkat pendapatan, Besar premi dan usia nasabah. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan sampel non probabilitas (non- probability sampling method).

(44)

sedangkan variabel premi tidak signifikan mempengaruhi permintaan asuransi pendidikan di Kota Medan dengan tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan uji serempak diperoleh hasil R2 = 0,545 yang bermakna bahwa variabel jumlah anak, pendidikan, pendapatan, besar premi dan usia nasabah mampu menjelaskan variasi permintaan asuransi pendidikan di Kota Medan sebesar 55% dan sisanya sebesar 45% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi. Model analisis yang digunakan adalah model analisis regresi linier berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).

2.7 Kerangka Konseptual

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya serta hasil pengamatan di lapangan, nasabah dengan tingkat pendapatan yang tinggi cenderung memilih program asuransi yang uang pertanggungannya tinggi dengan demikian vaiabel pendapatan mempunyai hubungan yang positif dengan permintaan asuransi/uang pertanggungan, artinya jika tingkat pendapatan nasabah tinggi maka permintaan terhadap premi asuransi akan tinggi.

Nasabah dengan tingkat umur yang tinggi cenderung mengambil program asuransi yang uang pertanggungannya tinggi. Tingkat umur yang tinggi mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tingkat umurnya lebih rendah, sehingga variabel umur mempunyai hubungan yang positif dengan permintaan asuransi/uang pertanggungan, artinya semakin tinggi tingkat umur maka semakin tinggi pula permintaan terhadap premi asuransinya.

(45)

banyak, pemenuhan kebutuhan hidup akan semakin besar jika dibandingkan dengan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Dengan demikian variabel jumlah anak mempunyai hubungan yang negatif dengan variabel permintaan premi asuransi/uang pertanggungan, artinya semakin banyak jumlah anak dalam keluarga semakin kecil permintaan premi asuransinya.

Nasabah yang tingkat pendidikannya lebih tinggi cenderung memilih program asuransi yang uang pertanggungannya tinggi. Kesadaran akan pentingnya asuransi dalam menanggulangi ketidakpastian akan adanya suatu resiko. Dengan demikian variabel pendidikan mempunyai hubungan yang positif dengan variabel permintaan premi asuransi/uang pertanggungan.

Gambar 2.5. Kerangka Konseptual Analisis Permintaan Premi Asuransi Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu

Berdasarkan permasalahan pokok di atas kemudian dikemukakan tujuan dan kegunaan serta hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dikemukakan. Kemudian untuk membuktikan hipotesis, maka digunakan model analisis regresi berganda yang akan menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan premi asuransi pendidikan di Labuhan Batu

Pendapatan

Saving

Umur Permintaan Premi

Asuransi Pendidikan Jumlah Anak

(46)

2.8. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2009). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

a. Pendapatan responden berpengaruh positif terhadap permintaan premi asuransi Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu, Ceteris paribus.

b. Saving berpengaruh negatif terhadap permintaan premi asuransi Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu, Ceteris paribus.

c. Umur responden berpengaruh negatif terhadap permintaan premi asuransi Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu, Ceteris paribus.

d. Jumlah anak responden berpengaruh negatif terhadap permintaan premi asuransi Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu, Ceteris paribus.

Gambar

Gambar 2.1. Kurva Konsumsi
Gambar 2.5. Kerangka Konseptual Analisis Permintaan Premi Asuransi                        Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Alekseev (1982) also discussed a model of Lotka – Volterra type in or- der to study succession and predicated simple and complex succession series obtained from the sta-

[r]

The influence of several effectors (the cell efficiency to use sugars, the calcium content in the external medium and the probability that free cells collide each other under

[r]

Pusat Rehabilitasi Ketergantungan Obat diharapkan dapat menjadi tempat/ wadah dari serangkaian usaha yang terkoordinasi dan saling terkait yang terdiri dari upayaupaya medis,

SURAT PERNYATAAN TIDAK KEBERATAN DARI ATASAN LANGSUNG TEMPAT BEKERJA PELAKSANA HARIAN RUMAH BERSALIN SWASTA. Yang bertanda tangan di bawah

Pilihan Jakarta sebagai kota yang dianggap cocok untuk keberadaan pusat fashion dan modeling karena melihat potensi yang dimiliki kota Jakarta dan kebijakan dari Dinas Pariwisata