• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan Masyarakat Okinawa Terhadap Patung Shisa Chapter II IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pandangan Masyarakat Okinawa Terhadap Patung Shisa Chapter II IV"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

SEJARAH OKINAWA DAN KEMUNCULAN PATUNG SHISA

2.1 Sejarah Okinawa

Okinawa atau 沖 縄 adalah salah satu prefektur yang ada di Jepang. Kata

“Okinawa” adalah sebutan untuk pulau dalam bahasa Jepang, pertama kali ditemukan dalam biografi Jianzhen yang ditulis pada tahun 779. Okinawa terletak di sebelah selatan Kyushu dan dikelilingi oleh laut Cina timur dan Samudera Pasifik. Okinawa juga merupakan pulau terbesar di kepulauan ryukyu, Jepang dengan luas wilayah 2,271.30 km. Manusia diyakini telah menetap di pulau ini sekitar puluhan ribu tahun yang lalu. Bukti-bukti tertua yang menyatakan keberadaan manusia di kepulauan ryukyu (bagian dari pulau Okinawa) di temukan di Naha dan Yaese berupa serpihan tulang dari zaman paleolitikum. Tetapi orang-orang yang diduga telah beberapa kali datang ke pulau ini berasal dari Cina Selatan, Asia Tenggara, Polinesia, dan terakhir dari daratan Jepang.

(2)

Okinawa sedikit berbeda dengan Jepang. Hal ini dikarenakan budaya Cina sudah mendarah daging di daerah ini. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh steve rabson yang mengatakan bahwa Okinawa cenderung lebih seperti Cina daripada Jepang (http://www.jpri.org/publications/occasionalpapers/op8.html). Sebenarnya bukan hanya budaya Cina, budaya dari Korea dan Asia Tenggara juga dapat dirasakan namun tidak terlalu mendominasi.

Sebagai gambaran, saat berkunjung ke Okinawa akan terlihat bangunan peninggalan Kerajaan yang mirip dengan arsitekur bangunan Kerajaan Cina. Contoh lainnya jika mendengar musik tradisional Okinawa maka akan terdengar nuansa musik tradisional Cina dan Asia Tenggara. Jangan lupakan pula olahraga Karate yang ternyata merupakan adaptasi dari seni beladiri Siew Liam Sie Quan Fu (Shorinji Kempo).

Masuknya kebudayaan Cina dan negara yang ada di Asia timur lainnya juga menyebabkan dialek masyarakat Okinawa agak berbeda dengan Jepang pada umumnya. Bahasa yang digunakan didaerah ini disebut ウ チ ナ ー 県 (uchinaa-ken). Untuk

memudahkan pemahaman lebih lanjut tentang sejarah berdirinya Okinawa, penulis membaginya menjadi beberapa poin sejarah.

a. Berdirinya kerajaan ryukyu

(3)

diminta oleh negara yang kuat kepada negara yang lemah, negara bawahan, atau wilayah-wilayah yang ditaklukannya seperti yang telah dilakukan sebelumnya dengan negara-negara yang ada di Asia timur lainnya. Pada abad ke-14 ketiga kerajaan ini digabung menjadi satu di bawah kekuasaan

Chuzan, dan tepatnya pada tahun 1429 didirikan kerajaan ryukyu merdeka dengan

mengirimkan utusan ke pengadilan kaisar Cina dengan tujuan menerima penobatan terhadap kerajaan ryukyu untuk misi penghormatan melegitimasi setiap penerus kerajaan.

Setelah ketiga kerajaan tersebut di gabung menjadi kerajaan ryukyu, hubungan upeti dengan negara Cina menjadi tidak terancam, justru sebaliknya semakin leluasa. Bahkan, pada abad ke-15 kerajaan ryukyu termasuk negeri upeti kekaisaran Cina. Selain itu, Kerjasama ini membawa kerajaan ryukyu kepada masa kejayaan yang disebut dengan “Golden Age”. Sebab pada periode ini sistem perdagangan kerajaan ryukyu mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ryukyu sudah melakukan perdagangan internasional dengan Cina, Jepang, Korea, dan Asia Tenggara. Beberapa kegiatan ekspor yang paling menguntungkan adalah tekstil, pewarna, lacquer ware, sutra berwarna, kertas, keramik, emas, tembaga, biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran. Walaupun ada sedikit masalah pada periode ini seperti kasus petugas bea cukai Cina yang memeras pedagang ryukyu, dan sebaliknya terkadang perilaku buruk yang ditunjukkan oleh rakyat ryukyu kepada Cina, namun secara keseluruhan hubungan perdagangan antar negara khususnya dengan Cina ini dirasakan saling menguntungkan.

(4)

ekonomi, tetapi juga mempengaruhi bidang lainnya serta memperkaya kebudayaan setempat. Sejak saat itu, arsitektur bangunan publik dan swasta seperti gedung pengadilan didasarkan pada model Cina. Selain itu aliran Konfusianisme menjadi sangat berpengaruh di Ryukyu, contohnya tradisi pemujaan leluhur yang sangat mudah diterima di daerah ini. Undang-undang Cina yang melarang senjata api dan mengatur kepemilikan tanah, diet Cina, penggunaan sumpit, serta peternakan pun juga diadopsi . Bahkan, para pemimpin kerajaan juga belajar bahasa Cina, sastra, seni, dan filsafat dari para pengrajin dan pedagang Cina yang bermukim di pulau ini.

Pada periode ini juga diperkirakan patung shisa masuk ke pulau ryukyu dan mengalami pembauran. Shisa datang dari Cina, dikarenakan negara ini juga memiliki

patung setengah singa dan setengah anjing dengan nama shishi atau獅子.

Berbeda dengan kerajaan ryukyu, hubungan antara Cina dan Jepang justru memburuk selama abad 15 dan 16. Hubungan yang tidak harmonis ini sempat mempengaruhi kerajaan ryukyu. Sebab, pada tahun 1451 keshogunan ashikaga mendeklarasikan kerajaan ryukyu sebagai negara upeti Jepang. Pada tahun 1590 Toyotomi Hideyoshi berencana ingin melakukan invasi terhadap Cina melalui Korea. Sehingga ia memerintahkan raja ryukyu, Sho Nei agar menyediakan pasukan dan perlengkapan. Setelah awalnya ragu-ragu, raja ryukyu memutuskan enggan mengirim pasokan makanan untuk pasukan Jepang yang kandas di Korea. Hal ini dikarenakan kerajaan ryukyu berusaha menghindari konflik dengan Cina.

(5)

Setelah kematian Toyotomi Hideyoshi pada tahun 1598, keshogunan digantikan oleh Tokugawa Ieyasu yang telah memenangkan pertempuran di Sekigahara pada tahun 1600. Selama Tokugawa memerintah atas Jepang, ia menempatkan kerajaan ryukyu dibawah domain Shimazu Iehisa, seorang daimyo dari provinsi Satsuma (sekarang prefektur Kagoshima) di sebelah selatan Kyushu. Shimazu diberi gelar “lord of the

southern islands.” Pada tahun 1609 ia mengirimkan tentara samurai untuk menegaskan

kekuasaannya atas kerajaan ryukyu. Lalu ia menyandera raja ryukyu dan memaksanya untuk menyetujui perjanjian yang menyatakan bahwa raja bertanggung jawab untuk menjaga kemerdekaan kerajaan ryukyu, namun menempatkannya dibawah kekuasaan Satsuma. Sejak saat itu, kerajaan ini dibawah kekuasaan shogun Tokugawa dan domain Satsuma. Kerajaan ryukyu diwajibkan untuk membayar upeti kepada Tokugawa dan Shimazu. Hal ini tentu saja memberatkan ryukyu. Belum lagi pembatasan dan pajak tinggi yang dikenakan oleh Satsuma.

Walau begitu, Shimazu tetap mempertahankan kedaulatan kerajaan ryukyu serta mengizinkan kerajaan ini untuk melakukan hubungan upeti dengan Cina. Kedaulatan

ryukyu tetap dipelihara mengingat aneksasi ryukyu oleh Jepang berarti menciptakan

pertikaian dengan Cina yang akan mempengaruhi sistem perdagangan dengan negeri bambu tersebut. Sebab, klan Satsuma memperoleh untung besar dari berdagang dengan Cina yang mana pada masa itu perdagangan dengan luar negeri sangat dibatasi terkait dengan kebijakan sakoku (kebijakan menutup diri dari dunia luar) yang dikeluarkan oleh Tokugawa. Meskipun berada di bawah pengaruh kuat domain Satsuma, kerajaan

(6)

c. Kerajaan ryukyu menjadi prefektur Okinawa

Selama 246 tahun memerintah atas Jepang, akhirnya pada tahun 1867 sistem feodal keshogunan runtuh. Hal ini dipicu oleh terjadinya kekacauan besar akibat tekanan arus sosial serta politik yang menggerogoti fondasi struktur feodal dan akhirnya kedaulatan dikembalikan sepenuhnya kepada kaisar dalam Restorasi Meiji tahun 1868.

Empat tahun setelah Restorasi Meiji, pemerintah melakukan serbuan militer ke kerajaan ryukyu. Pemerintah ingin menegaskan kewenangannya atas ryukyu. Berbeda dengan saat kerajaan ini dikuasai oleh Satsuma yang masih menjaga kedaulatan kmerdekaan kerajaan, hal ini justru sebaliknya pada masa pemerintahan Meiji. Jepang ingin menguasai kerajaan ini sepenuhnya. Sejak awal 1870-an Jepang mencoba untuk menghilangkan politik kerajaan ryukyu baik secara nyata maupun simbolis. Pemerintah Jepang melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap pelaut ryukyu dari Taiwan dengan alasan diplomatik bahwa ryukyu merupakan “subyek Jepang” yang membutuhkan perlindungan. Pada tahun 1872 pemerintah Jepang mengumumkan secara terbuka bahwa kerajaan ryukyu telah dihapuskan dan menganeksasinya menjadi domain

ryukyu. Tindakan ini tepat lima ratus tahun setelah perjanjian raja Sato tentang

kedaulatan dengan Cina yang dikenal dengan sebutan ryukyu shobun (ryukyu

disposition) tahun 1372. Namun pada saat itu dinasti Qing masih berusaha menegaskan

kekuasaannya atas pulau ryukyu. Lalu, pada tahun 1875 pemerintah Jepang memerintahkan kerajaan ryukyu untuk menghentikan hubungan upeti dengan Cina

(7)

kekhawatiran bahwa kerajaan ryukyu akan menimbukan masalah keamanan Jepang. Sebagai wilayah yg tidak dikuasai pada perbatasan Jepang bagian selatan, hal ini dapat digunakan sebagai titik perhentian bagi pasukan luar yang mengancam Jepang. Komodor Perry dengan armada “kapal hitam” nya yang pernah tiba di Naha pada tahun 1853 dalam perjalanannya ke Edo Bay merupakan salah satunya.

Namun, kebijakan ini menarik protes tidak hanya dari orang-orang bekas kerajaan ryukyu, tapi juga dari Cina yang masih diklaim sebagai negara upeti. Selain itu, bangsawan Okinawa juga pernah meminta kerajaan ch’ing dan presiden AS Ulysses S. Grant yang sedang berkunjung ke Asia Timur pada tahun 1879 untuk menengahi permasalahan ini. Negosiasi yang berlarut-larut ini berlangsung selama dua puluh tahun, sampai terjadinya perang Sino-Jepang dari tahun 1894-1895.

Setelah menjadi bagian dari negara Jepang, Pada tahun 1912 untuk pertama kalinya masyarakat Okinawa mendapat hak pilih untuk mengirimkan wakil rakyat. Sedangkan untuk bidang perekonomian, awalnya jauh dari makmur dan bukan hanya itu saja, banyak penduduk Okinawa yang pindah ke luar negeri.

d. Keadaan Okinawa saat Perang Dunia II

(8)

Kedatangan tentara militer AS ini membuat Okinawa berada di antara dua kekuasaan. Di satu sisi, Okinawa dikuasai oleh tentara Amerika, dan di sisi lain dikuasai oleh sisa kedaulatan Jepang. Namun, setelah kedatangan tentara sekutu tersebut, pulau ini dijadikan sebagai pangkalan militer Amerika Serikat untuk rencana invasi ke Jepang. Masa ini disebut periode administrasi Amerika Serikat yang berlangsung selama 27 tahun.

Pada masa administrasi AS di Okinawa, seringkali terjadi konflik antara militer AS dengan penduduk lokal. Meskipun sering terjadi konflik, di sisi lain Amerika juga memberikan pengaruh yang positif bagi kemajuan Okinawa. Sebab, Amerika memberikan beasiswa bagi pemuda Okinawa untuk belajar di Amerika, dan mendirikan Universitas Ryukyu dengan dana pemerintah AS pada tahun 1950.

Pada tanggal 8 september 1951 pemerintah Jepang dengan tentara sekutu mengadakan perjanjian perdamaian yang lebih dikenal sebagai Perjanjian San Fransisco. Perjanjian ini secara resmi ditandatangani oleh 49 negara di San Fransisco, California. Hal ini menandai berakhirnya Perang Dunia II, dan mengakhiri secara resmi kedudukan Jepang sebagai kekuatan imperialis. Pada pasal 3 dari isi perjanjian tersebut secara resmi memasukkan kepulauan ryukyu, termasuk Okinawa ke dalam perwalian Amerika Serikat.

(9)

Dari latar belakang sejarah berdirinya Okinawa ini, terlihat bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan pengaruh bagi Okinawa hingga saat ini. kepercayaan terhadap patung singa (shisa) juga mendapat pengaruh dari kebudayaan Cina yang masuk ke daerah ini pada saat keduanya melakukan hubungan kerjasama di bidang perdagangan.

2.2 Asal-usul Kemunculan Patung shisa

Kepercayaan terhadap patung shisa ini tidak muncul begitu saja di Okinawa. kepercayaan ini merupakan hasil akulturasi dengan kebudayaan negara lain yang masuk ke Okinawa. Patung ini pertama kali muncul dan berkembang di India. Pada waktu itu singa merupakan simbolis dharma (ajaran agama Buddha) untuk pelindung. Seiring dengan berjalannya waktu, simbol-simbol singa ini mulai menghiasi seni kuil-kuil yang ada di India. Jadi bisa dikatakan bahwa patung singa ini juga berkaitan dengan agama Buddha.

(10)

dengan kebudayaan setempat. Dalam waktu yang singkat, patung ini pun juga mulai mendominasi kuil-kuil yang ada di Cina.

Dalam bahasa Cina, Kata “singa” (termasuk patung) adalah shi 獅 atau shishi

子 dan ada juga yang menyebutnya xiezhi atau獬 豸. Tidak hanya sampai di Cina,

patung singa ini juga masuk negara Korea, namun dengan nama yang berbeda yaitu

haetae atau haechi. dari segi bentuk pun terdapat sedikit perbedaan. Bentuknya lebih

dominan seperti singa, memiliki tubuh yang bersisik dan tanduk di kepalanya, serta ada beberapa patung yang memiliki sayap kecil.

Pada periode Nara (710-794) patung singa dari korea ini masuk ke Jepang dan berganti nama menjadi komainu. Kata “koma-inu” sendiri mengandung arti anjing dari koma (semenanjung korea) atau asing. Bentuknya sama dengan haechi, namun bedanya pada abad ke-14 komainu menjadi tidak memiliki tanduk. Meskipun patung singa ini berkaitan erat dengan agama Buddha, namun komainu yang ada di Jepang justru berhubungan dengan agama Shinto. Hal ini terbukti dari patung komainu ini dapat dilihat pada kuil-kuil Shinto di Jepang.

(11)

pertukaran kebudayaan yang terjadi saat kerajaan ryukyu melakukan hubungan kerjasama di berbagai bidang dengan Cina. Hal inilah yang menyebabkan patung shisa

dan komainu memiliki banyak kesamaan. Sebab pada dasarnya patung singa yang ada di

Okinawa dan Jepang berasal dari sumber yang sama yaitu Cina dan India.

Sempat ada perbedaan pendapat mengenai rupa dari shisa. Hal ini dikarenakan rupa dari patung ini yang mirip dengan anjing, juga mirip dengan singa. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa shisa adalah seekor anjing bukan singa. Sebab, pada saat itu di Okinawa belum terdapat hewan singa dan tidak ada yang pernah melakukan kontak langsung dengan singa. Dalam tipologi sihir, shisa juga diklasifikasikan sebagai binatang gargoyle. Tidak hanya negara-negara tersebut, tetapi negara Myanmar dan Tibet juga memiliki kepercayaan seperti ini. namun dengan perbedaan yang terdapat pada masing-masing negara.

2.2.1 Realita Patung Shisa

(12)

Patung ini selalu diletakkan berpasangan di sebelah kiri dan kanan. Beberapa bagian dari bentuk patung mengandung simbol-simbol yang mengandung makna yang dipercaya oleh masyarakat Okinawa. simbol-simbol inilah yang membuat patung shisa terlihat istimewa. Umumnya di sebelah kanan adalah patung yang bermulut terbuka dan sebelah kiri adalah yang bermulut tertutup. Bentuk mulutnya yang seperti ini bukanlah suatu kebetulan, ini merupakan simbolisme ajaran Buddha. Patung yang bermulut terbuka membentuk suara “a” atau あ. sedangkan yang bermulut tertutup

membentuk suara “un” atauうん. Jika keduanya digabungkan akan membentuk kata

a-un. Huruf “a” merupakan huruf pertama, sedangkan “n” merupakan huruf terakhir dalam alfabet Jepang. Suara ini ini juga merupakan transliterasi Jepang dari bahasa sansekerta “AHAM” dan “AUM” yang mengandung arti awal dan akhir dari segala sesuatu. Kedua kata ini juga seperti Sebuah analogi dari negara barat yang digambarkan sebagai alpa dan omega.

Patung shisa yang bermulut terbuka juga dipercaya untuk mengusir dan menakut-nakuti roh-roh jahat yang ingin masuk ke dalam rumah si pemilik. Sedangkan yang bermulut tertutup dipercaya untuk menjaga agar roh-roh yang baik serta keberuntungan tetap berdiam di dalam rumah. Patung yang bermulut terbuka dikatakan

shisa jantan sedangkan yang bermulut tertutup merupakan shisa betina. Ada juga jenis

patung shisa yang salah satunya sambil memegang bola emas di kakinya. Objek

melingkar ini adalah Tama 玉, atau permata suci Buddha yang merupakan simbol

(13)

Patung shisa ini bisa juga dikatakan sebagai jimat pelindung rumah bagi masyarakat Okinawa. Jimat adalah benda berenergi supranatural yang diyakini dapat melindungi seseorang atau si pemilik dari suatu masalah. Jimat berasal dari bahasa portugis, fetitico dan berasal dari bahasa latin factitus berarti sesuatu yang berhubungan dengan magis atau sesuatu yang ada pengaruh dan efeknya (Soekahar, 2002:50). Sedangkan John M Gobay mengatakan bahwa jimat merupakan benda yang berkuasa atau dianggap sakti atau berjiwa dapat menolak penyakit dan menyebabkan kebal (1999:60). Jimat bisa berupa benda-benda seperti batuan alam, patung, kayu bertuah, koin, cincin, dan jenis hewan tertentu.

Namun antara jimat dengan patung shisa terdapat perbedaan. Jika jimat sebelum digunakan atau diberikan kepada si pemilik terlebih dahulu didoakan atau diberi jampi-jampi, hal ini tidak dilakukan pada patung shisa. Sejauh ini belum ada sumber yang menjelaskan bahwa sebelum pemakaian, patung shisa di doakan terlebih dahulu. Namun beberapa cerita mitos rakyat Okinawa hanya mengatakan bahwa awal mulanya patung ini diberikan oleh seseorang yang kemudian karna patung shisa ini telah menyelamatkan desa, dikeramatkan dan dijadikan sebagai pelindung desa. Seiring perkembangan zaman akhirnya patung ini banyak digunakan oleh masyarakat Okinawa dan banyak dijual di toko-toko kerajinan di daerah ini.

(14)

hampir disetiap sudut di daerah ini terdapat patung shisa. Selain itu, shisa juga diwujudkan ke dalam barang cendramata berbagai bentuk dan ukuran seperti gantungan kunci, kalung, dan lain-lain. Dari perubahan-perubahan ini, bisa dilihat bahwa realita di zaman sekarang fungsi patung shisa tidak hanya dijadikan sebagai sebuah kepercayaan atau religius tetapi juga sudah menjadi salah satu tradisi budaya dan ciri khas kebudayaan serta ikon dari daerah Okinawa.

2.2.2 Cerita- Cerita Mitos Okinawa Tentang Patung Shisa

Selain melalui sejarah, awal mula masuknya patung shisa ke Okinawa dan alasan shisa dijadikan sebagai pelindung juga diterangkan dalam cerita-cerita mitos yang disebarkan dari mulut ke mulut. Mitos biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, dan sebagainya. Sedangkan mitologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai ilmu tentang sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan mahluk halus dalam suatu kebudayaan.

Seperti cerita prosa rakyat di dunia, cerita prosa di Jepang juga mengandung tipe cerita (tale type), dan motif cerita (tale motif) yang universal (Danandjaja, 1997: 70). Jepang juga memiliki banyak cerita mitos, baik itu mengenai penciptaan dunia ini, para dewa-dewa, binatang, mahluk ajaib, dan sebagainya.

Menurut Danandjaja (1997: 70), istilah bahasa Jepang untuk mite (mitos) adalah

shinwa yang berarti “kisah mengenai para dewa”. Mitos Jepang merupakan gabungan

(15)

Jepang biasanya bersumber dari kojiki ( catatan mengenai hal-hal kuno yang ditulis pada abad 712 M), dan nihon shoki (chronicle Jepang atau juga dikenal dengan nama nihongi, ditulis pada abad 720 M).

Mitologi Jepang dahulu dikenal sebagai folklor. Isi dari folklor ini hampir seluruhnya berdasarkan pada cerita yang terdapat dalam kojiki, nihonshoki, dan fudoki dari berbagai prefektur yang ada di Jepang. Dengan kata lain, mitologi Jepang sebagian besar bercerita tentang berbagai kami (dewa) penghuni Takamonohara ( Takamahara

atau Takamagahara), dan hanya sedikit sumber literatur tertulis yang dijadikan sebagai

rujukan (Crownia, 2003:1).

Pada zaman Jepang kuno, setiap daerah diperkirakan memiliki sejenis kepercayaan dalam berbagai bentuk folklor. Kemudian pada saat kekuasaan kekaisaran Yamato semakin luas, bermacam-macam kepercayaan ini diadaptasi menjadi

kumitsugami atau “dewa yang dipuja” yang bentuknya hampir seragam, dan semuanya

dikumpulkan ke dalam mitologi takamanohara. Sementara itu, beberapa wilayah dan penduduk yang sampai di abad berikutnya tidak berada dalam kekuasaan Yamato atau pemerintahan pusat Jepang. wilayah yang tidak dikuasai oleh Yamato ini memiliki mitologi sendiri , seperti suku Ainu dan orang-orang yang berada di kepulauan ryukyu. Maka tak mengherankan jika mitologi Okinawa agak berbeda dengan mitologi Jepang.

(16)

Beberapa diantaranya berdasarkan kenyataan yang mungkin faktanya diputarbalikkan oleh kisah para pengembara seperti “Sayuran beranak dari Tartaria”.

Sebaliknya, beberapa mahluk yang keberadaaanya hanya dituturkan dari mulut ke mulut , kini dicari-cari dan ditentukan sebagai mahluk yang benar-benar ada seperti; cumi-cumi raksasa. Di afrika penduduk kongo bercerita kepada para pelancong atau turis asal Eropa tentang keberadaan binatang yang wujudnya seperti perpaduan antara zebra dan jerapah. Ketika para turis menganggap ini hanya cerita rakyat, pada tahun 1901 seorang peneliti yang bernama Sir Harry Johnston menemukan kulit sebuah binatang sebagai bukti keberadaan mahluk tersebut, yang kini disebut okapi. Di Jepang, mitologi tentang binatang banyak sekali seperti anjing, rubah, burung, kucing, dan lain-lain. Salah satunya adalah tentang patung Shisa yang ada di Okinawa. Berikut ini penulis akan menceritakan berbagai mitos dan cerita rakyat tentang patung ini.

Pada zaman dahulu, seorang utusan dari cina membawa hadiah untuk raja

Ryukyu berupa sebuah kalung yang dihiasi dengan patung shisa. Sementara itu, desa

(17)

Raungan yang begitu keras hingga mengguncangkan naga tersebut. Kemudian sebuah batu besar jatuh dari langit menghancurkan ekor naga itu. Sehingga, naga tersebut tidak dapat bergerak dan akhirnya mati.

Cerita lain datang dari desa Tomimori, yang terletak di sebelah selatan prefektur Okinawa. Saat itu sering terjadi kebakaran di desa ini. Sehingga, penduduk setempat berniat mencari master Feng Shui untuk menanyakan apa penyebab seringnya terjadi kebakaran di desa mereka. Sang master Feng Shui ini percaya bahwa hal itu terjadi karena di dekat gunung Yaese ada suatu kekuatan supranatural yang sangat besar. Lalu ia menyarankan agar para penduduk membangun shisa batu untuk menghadapi kekuatan supranatural yang ada di gunung tersebut. dengan segera mereka melakukannya. Ternyata cara ini berhasil karena sejak saat itu desa Tomimori terbebas dari kebakaran.

2.3 Tempat-tempat yang Terdapat Patung Shisa

Waktu terus-menerus berjalan tanpa bisa dihentikan. Seiring dengan waktu yang terus berjalan, zaman pun mengalami perubahan yang sangat cepat. Berbagai aspek yang senantiasa mengalami perubahan ini terjadi agar mampu memenuhi kebutuhan manusia sesuai dengan tuntutan setiap zaman. Perubahan ini juga terjadi pada fungsi patung shisa.

(18)

melindungi ruang lingkup tempat-tempat suci (kuil) dari roh-roh jahat atau seseorang yang berniat jahat.

Seiring perkembangan zaman, patung shisa ini lambat laun mulai digunakan atau diletakkan tidak hanya pada kuil, tapi juga pada rumah-rumah penduduk. Bahkan di zaman sekarang hampir semua rumah penduduk memiliki patung shisa . patung ini biasanya diletakkan sepasang di depan rumah, mengapit gerbang, juga ada yang meletakkannya di atap rumah. Walaupun setiap rumah meletakkan patung ini pada posisi yang berbeda, namun fungsinya tetap sama yaitu sebagai pelindung keluarga yang menghuni rumah tersebut. Tidak sampai disitu, bahkan patung ini juga diletakkan pada bangunan-bangunan komersial seperti toko-toko, hotel yang ada di Okinawa, tempat-tempat umum seperti taman bermain, tempat wisata, serta rumah sakit seperti rumah sakit milik militer AS di Okinawa.

(19)

BAB III

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT OKINAWA TERHADAP PATUNG SHISA

3.1 Fungsi Patung Shisa Sebagai Pelindung/ A Guardian

Masyarakat Jepang sangat menghargai dan menghormati tradisi dan kebudayaan sejak zaman dahulu, sebagai buktinya mereka tetap menjalankan dan melaksanakannya bahkan sampai Jepang telah menjadi negara yang modern. Jepang juga mengenal berbagai jenis patung yang sangat banyak. Kebanyakan patung di Jepang biasanya berkaitan dengan agama atau suatu kepercayaan. Selama periode kofun (abad ketiga), patung tanah liat yang disebut haniwa didirikan di luar makam. Di dalam kondo yang berada di Horyu-ji terdapat Trinitas Shaka, patung Budha yang berupa dua bodhisattva serta patung yang disebut dengan para raja pengawal empat arah. Patung kayu pada abad 9 menggambarkan shakyamuni, salah satu bentuk buddha, yang menghiasi bangunan sekunder di Muro-ji, adalah ciri khas dari patung awal periode Heian, dengan tubuh berat, yang dipahat dengan gaya hompa shiki (ombak bergulung), serta ekspresi wajah yang terkesan serius dan menarik diri (id.m.wikipedia.org/wiki/seni_pahat).

(20)

menyelamatkan desa. Meskipun cerita mitos sangat diragukan kebenarannya, namun cerita ini telah terpelihara dari generasi ke generasi dan kepercayaan ini telah tertanam kuat dalam diri masyarakat Okinawa .

Shisa mempunyai kekuatan yang melebihi kemampuan manusia atau bisa

dikatakan sebagai kekuatan supranatural. Namun, shisa bukanlah termasuk mahluk dewa. Sebab patung ini tidaklah disembah, diberikan sesajen, atau dipuja seperti dewa. Patung shisa ini biasanya diletakkan di depan rumah/bangunan berpasangan di sebelah kiri dan kanan. Dalam penelitian ini, fungsi patung shisa dikelompokkan menjadi 2 wilayah yaitu untuk melindungi wilayah keluarga dan wilayah umum. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pembahasan wilayah ini.

3.1.1 Wilayah Keluarga

Dalam wilayah keluarga, patung shisa ini berfungsi untuk melindungi anggota keluarga yang berada didalam rumah/bangunan tempat shisa ini diletakkan. Ia akan melindungi keluarga tersebut dari roh-roh jahat yang ingin mengganggu dan dari perbuatan jahat seperti orang-orang yang berniat untuk mencuri atau merampok rumah tersebut. Patung ini juga berfungsi untuk menjaga agar roh-roh atau pengaruh baik tetap berdiam di dalam rumah tersebut. Roh baik yang dimaksudkan adalah seperti keberuntungan, kedamaian dan kerukunan, serta hal-hal baik lainnya. Sehingga dengan adanya roh baik tersebut, keadaan didalam rumah akan terasa damai, rukun, tidak penuh dengan pertengkaran antara anggota keluarga serta nyaman.

3.1.2 Wilayah Umum

(21)

menjaga daerah kuil tersebut dari roh-roh jahat serta dari perbuatan jahat. Sehingga barang-barang yang berada didalam kuil tetap aman terjaga serta memberikan kedamaian didalam kuil tersebut. Patung ini juga berguna untuk menunjukkan simbol dharma yang terdapat pada kuil buddha. Shisa juga banyak dilihat pada bangunan-bangunan komersial seperti toko-toko dan hotel. Ketika didapati pada tempat ini, fungsinya pun tetap sama yaitu untuk mencegah terjadinya pencurian dan perampokan. Patung ini juga diharapkan agar dapat memberikan keberuntungan dalam usaha atau bisnis dimana tempat patung ini diletakkan. Selain itu, patung ini biasanya juga diletakkan di tempat-tempat umum seperti taman, tempat wisata, rumah sakit, dan lain-lain dengan fungsi yang sama seperti yang disebutkan diatas.

Secara umum, patung ini juga berfungsi untuk melindungi desa dari marabahaya dan dari roh-roh jahat yang ingin menyerang desa tersebut. Patung ini juga dijadikan simbol atau ikon keunikan daerah Okinawa untuk menarik para wisatawan luar yang ingin berkunjung ke tempat ini.

3.2 Sebagai Kearifan Lokal

Kepercayaan terhadap patung shisa ini merupakan salah satu bagian dari kearifan lokal masyarakat Okinawa. sebelum membahas mengenai kearifan lokal dari patung shisa, ada baiknya terlebih dahulu memaparkan tentang awal mula munculnya kata kearifan lokal.

Kearifan telah lama menjadi bahan kajian dalam dunia filsafat. Kaum Sofis

(sophists) sejak abad ke-5 SM telah menamai dirinya sophists yang berarti “orang-orang

(22)

kearifan atau kebijaksanaan. Pada saat itu kajian mengenai kearifan atau kebijaksanaan dirasakan sangat penting untuk mengatur tatanan kehidupan manusia. Namun makna kearifan para filosof zaman Yunani menganggap ini lebih merujuk kepada kepandaian berbicara atau berpidato.

Seiring dengan perkembangan zaman, pengertian kearifan mulai berkembang. Kearifan (wisdom) pada masyarakat Yunani pada waktu itu merujuk kepada pengetahuan asli (indigenious knowledge) masyarakat setempat. Pengetahuan asli itu bermanfaat untuk mengatur kehidupan manusia baik untuk mengatur kehidupan antarmanusia dalam suatu masyarakat, hubungan manusia dengan alam maupun hubungan manusia dengan Tuhan. Pengetahuan asli itu dahulu diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi lain. Pengetahuan asli itulah yang terus-menerus dipedomani dalam kehidupan mereka. Hal ini juga sama dengan yang diungkapkan oleh Sibarani (2012: 114) memandang bahwa kearifan lokal adalah kebijaksanaan yang berwujud pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat.

Secara derivasional, istilah kearifan lokal (local wisdom) terdiri atas dua kata, yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Kata “kearifan” (wisdom) berarti ‘kebijaksanaan’, sedangkan kata “lokal” berarti ‘setempat’. Jadi, kearifan lokal (local

wisdom) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan dan pengetahuan setempat yang

bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, dan berbudi luhur yang dimiliki, dipedomani, dan dilaksanakan oleh anggota masyarakatnya.

(23)

yang kemudian berusaha dipelihara dan diteruskan dari generasi ke generasi. Biasanya, Kearifan lokal terkandung dalam tradisi lisan atau tradisi budaya. Definisi dari tradisi budaya atau lisan adalah kegiatan budaya tradisional masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun melalui media lisan dari satu generasi ke generasi lain baik tradisi itu berupa susunan kata-kata lisan maupun tradisi lain yang bukan lisan (Sibarani, 2012 125). Kegiatan budaya tradisional terindikasi melalui wujud-wujud tradisi budaya atau lisan yang terdiri dari 7 jenis, salah satunya adalah tradisi berkesusastraan lisan seperti tradisi bercerita rakyat, puisi rakyat, dan lain-lain. Serta tradisi arsitektur tradisional seperti arsitektur rakyat, ukiran rakyat, kerajinan tangan rakyat, dan lain-lain.

Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, kebiasaan meletakkan patung shisa di setiap bangunan telah ada sejak dahulu dan diwariskan dari generasi ke generasi sehingga masih bertahan sampai sekarang. Kebiasaan ini masih bertahan dikarenakan ada cerita-cerita mitos yang dipercaya oleh masyarakat Okinawa mengatakan bahwa patung ini memiliki kekuatan supranatural. Dari penjelasan ini, bisa dikatakan bahwa kebiasaan meletakkan patung shisa ini sudah menjadi sebuah tradisi budaya. Selain itu,

shisa yang diwujudkan ke dalam bentuk patung, sekarang telah menjadi kerajinan

tangan rakyat Okinawa yang merupakan salah satu wujud dari tradisi budaya. Sejak zaman kerajaan ryukyu hingga sekarang, hampir di setiap toko-toko kerajinan didaerah ini menjual patung shisa. bahkan shisa telah dijadikan sebagai cendramata khas daerah Okinawa yang dibuat dengan berbagai macam bentuk dan bahan.

(24)

kehidupan sehari-hari. Dampaknya, banyak aspek-aspek kehidupan bermasyarakat yang tertata dengan baik. Sebaliknya, jika patung shisa ini tidak dipercaya dapat hidup dan dapat melindungi, maka kejahatan seperti pencurian atau perampokan akan mudah sekali terjadi. Oleh karena itu sejak dahulu para leluhur berusaha untuk meneruskan kepercayaan terhadap patung shisa ini kepada generasi penerusnya.

Dalam tradisi budaya atau tradisi lisan terdapat berbagai nilai dan norma budaya sebagai warisan leluhur yang menurut fungsinya dalam menata kehidupan sosial masyarakat dapat diklasifikasikan sebagai kearifan lokal. Kearifan lokal tersebut kemudian diklasifikasikan menjadi 2 jenis kearifan lokal inti (core local wisdoms) yaitu kearifan lokal untuk kesejahteraan atau kemakmuran. Serta kearifan lokal untuk kedamaian atau keadilan. Kearifan lokal untuk kesejahteraan terdiri dari kerja keras, disiplin, pendidikan, kesehatan, gotong royong, pengelolaan gender, pelestarian dan kreatifitas budaya, dan peduli lingkungan. Sedangkan kearifan lokal untuk kedamaian didukung oleh kesopansantunan, kejujuran, kesetiakawanan sosial, kerukunan dan penyelesaian konflik, komitmen, pikiran positif, dan rasa syukur (Sibarani, 2012:135).

(25)

3.2.1 Kearifan Lokal Kesejahteraan

Kearifan lokal yang berkenaan dengan kesejahteraan digali dari nilai budaya luhur yang membicarakan tentang perlunya kesejahteraan manusia. Secara morfologis, kata “kesejahteraan” berasal dari kata dasar ‘sejahtera’ yang berarti dalam keadaan aman, sentosa, makmur dan selamat. Kesejahteraan disini berarti terlepas dari segala macam gangguan dan kesukaran baik secara primer maupun sekunder (Sibarani, 2012: 139) . Kata sejahtera tidak hanya berbicara mengenai hal-hal materi seperti kekayaan, namun juga menyangkut hal-hal lain seperti kesehatan, lingkungan yang terjaga, dan masih banyak lagi.

Para leluhur sebenarnya telah memikirkan kesejahteraan untuk generasi berikutnya. Hal ini terbukti dalam pikiran-pikiran, gagasan, dan cita-cita leluhur yang tercermin dalam berbagai tradisi lisan. Daerah Okinawa terkenal sebagai daerah yang angka kehidupannya sangat tinggi dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini dikarenakan masyarakat Okinawa sangat menjaga kesehatan dan kualitas hidupnya dengan sangat baik. Maka tak heran jika usia penduduknya rata-rata sangat panjang. Faktor pendukung lainnya adalah karena masyarakat Okinawa sangat memegang teguh makna simbolik yang terdapat dalam bentuk patung shisa.

(26)

menyebabkan sakit jasmani maupun rohani (mental). Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga kesehatan. Berbuat baik kepada orang lain juga merupakan salah satu cara untuk menjaga keselarasan dengan sesama. Sedangkan untuk menjaga keselarasan dengan alam, ini diwujudkan dengan cara menjaga dan melestarikan ekosistem lingkungan.

Selain itu, bentuk mulut patung shisa yang terbuka seperti membentuk huruf “a” dan yang tertutup seperti membentuk huruf “un”. Gabungan dari kedua huruf ini membentuk huruf a-un yang merupakan simbolisme ajaran Buddha menggambarkan tentang siklus kehidupan manusia yaitu kelahiran dan kematian. Simbol ini juga sama seperti analogi dari negara barat tentang alpha dan omega yang bermakna awal dan akhir dari segala sesuatu. Hal ini mengajarkan bahwa setiap manusia yang hidup, pasti akan mati. Jadi, hendaknya manusia dapat menggunakan masa hidupnya yang singkat didunia ini untuk hal-hal yang positif.

(27)

sekitar 10.000 anjing dibunuh dengan cara yang sadis seperti merebusnya dalam keadaan hidup, atau menjepit leher anjing dan menggantungkannya hingga mati.

3.2.2 Kearifan Lokal Kedamaian

Istilah “kedamaian” berkaitan dengan tiga hal, yaitu kerukunan, keamanan, dan kenyamanan. Masyarakat dan daerah yang nyaman berarti masyarakat dan daerah yang penduduknya hidup dengan harmonis, aman dari kejahatan dan konflik, serta penduduknya dapat tinggal dengan tenang. Atas dasar itu, meskipun istilah kedamaian dengan kata dasar “damai” memiliki banyak makna, kedamaian merupakan keadaan manusia yang hidup rukun, aman dan nyaman. Kata rukun mengisyaratkan kehidupan masyarakat yang hidup berdampingan secara harmonis, kata aman mengisyaratkan tidak ada konflik dan tidak adanya kejahatan kriminal, dan kata nyaman mengisyaratkan hidup tenang dengan tidak adanya masalah-masalah yang mengganggu ketenangan jiwa (Sibarani, 2012: 229).

(28)
(29)

BAB 1V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1. Patung shisa awalnya datang ke Okinawa melalui Cina. Proses masuknya kepercayaan ini ketika kerajaan ryukyu melakukan hubungan kerjasama dengan cina pada abad ke-14 yang mana saat itu banyak kebudayaan Cina yang masuk dan mengalami akulturasi dengan kebudayaan Okinawa. Patung ini juga mendapat pengaruh dari ajaran Buddha.

2. Sejak dahulu, masyarakat Okinawa percaya bahwa patung shisa memiliki kekuatan supranatural yang dapat melindungi si pemilik dari roh jahat dan perbuatan jahat dan menjaga agar roh-roh baik tetap ada dalam rumah. Hal ini diceritakan dalam cerita mitos dan mitos ini telah diyakini kebenarannya, dan sudah tertanam dalam hati masyarakat Okinawa.

(30)

memiliki kepercayaan terhadap patung yang mirip seperti shisa, hanya meletakkannya pada tempat-tempat tertentu.

4. Patung shisa terdiri dari beberapa bentuk dan pada bagian-bagian tertentu dari bentuk patung shisa, terdapat simbol-simbol yang memiliki makna dan makna ini dipercaya oleh masyarakat Okinawa

5. Seiring perkembangan zaman, patung shisa dibuat dalam berbagai variasi seperti gantungan kunci, kalung, patung, dan lain-lain. Dalam bahan baku pembuatannya pun juga bervariasi. Jika dahulu hanya terbuat dari batu, sekarang bisa dari tanah liat, keramik, kayu, dan lain-lain

6. Dahulu, patung shisa hanya dijadikan sebagai sebuah kepercayaan (bersifat religus), namun sekarang patung shisa sudah menjadi bagian dari tradisi budaya, salah satu artefak kebudayaan, bahkan ikon daerah Okinawa.

7. Dalam kepercayaan terhadap patung shisa, terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dilestarikan dari generasi ke generasi.

4.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah:

(31)

2. Kebenaran mitos yang terdapat dalam penulisan ini tergantung dari keyakinan masing-masing. Penulis tidak memaksa untuk menyakini sepenuhnya. Penulis menyarankan agar lebih dalam untuk mencari kebenarannya.

Referensi

Dokumen terkait

benda atau objek, dengan maksud untuk membeberkan gambaran secara jelas tentang suatu benda atau objek tsb sehingga pembaca.. seolah merasakan atau melihat sendiri objek

Maka Adi memulai memencet kode wilayang Jakarta yaitu 021 kemudian melanjutkan memencet nomor Paman Odi dan Tanti Sinta secara bergantian. Terakhir Adi memencet nomor 0274 yaitu

kehilangan mulai dirasakan, sehingga sesuatu yang hilang tersebut mulai dilepaskan secara bertahap dan dialihkan kepada objek lain yang baru. Individu akan

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa OS yang di gunakan tidak begitu baru dan hampir sama dengan produk lain yang memiliki spesifikasi yang sama dengan

mendidik dan mengawasi anaknya ketika di rumah maupun lingkungan masyarakat, begitu pula ketika di sekolah guru bukan hanya mendidik namun mengarahkan memberi tauladan serta

Untuk kondisi output sendiri bernilai 12 volt merupakan suplai langsung untuk IC namun tidak terdapat arus karena tegangan yang masuk ke katoda berupa tegangan positif

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan 6 informan, pada saat mengakses internet siswa sudah dapat mengakses internet dengan baik, kendala yang biasanya

Hasil kecernaan serat kasar yang diperoleh menujukkan bahwa pemberian mikropartikel tepung cangkang telur pada ransum PK 18% dengan penambahan.. Lactobacillus