• Tidak ada hasil yang ditemukan

S JKR 1100624 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S JKR 1100624 Chapter1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 M. Farhan Maulana R, 2016

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS BERLARI SPRINT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan hidup yang sangat penting bagi kehidupan

manusia, demikian pula halnya pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani sebagai

salah satu mata pelajaran di sekolah memiliki peranan penting terhadap

perkembangan perilaku siswa baik dalam dimensi kognitif, afektif maupun

psikomotor. Mengenai hal ini Lutan (2000, hlm. 15) menjelaskan bahwa:

“Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup domain kognitif, afektif, dan

psikomotor”. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang

mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan

kemampuan gerak menuju kebulatan pribadi yang seutuhnya.

Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah investasi

jangka panjang dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia indonesia,

hasil yang diharapkan itu akan dapat dicapai dalam waktu cukup lama. Oleh

karena itu jasmani dan olahraga terus ditingkatkan dan dilakukan dengan

kesabaran dan keikhlasan. Hal ini tentu diperlukan suatu tindakan yang

mendukung terciptanya pembelajaran yang kondusif.

Dalam dunia pendidikan kita banyak mengenal konsep-konsep pembelajaran

yang mendukung terciptanya pembelajaran yang baik. Banyak cara yang dipilih

untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu,

yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan

pengalaman belajar kepada siswa.

Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan,

melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pengajarannya.

Di lingkungan persekolahan, pendidikan jasmani dilaksanakan dalam bentuk

kegiatan belajar mengajar, yaitu kegiatan intrakulikuler, kokulikuler, dan kegiatan

(2)

M. Farhan Maulana R, 2016

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS BERLARI SPRINT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2010/03/perbedaan-kegiatan-ekstrakurikuler-dan.html yaitu sebagai berikut:

Kegiatan Intrakurikuler adalah segala kegiatan proses belajar mengajar yang

dilakukan di sekolah sesuai dengan struktur program kurikulum yang berlaku

untuk menggapai tujuan minimal tiap pelajaran. Kegiatan Kokurikuler adalah

kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran intrakurikuler dan pada dasarnya

bertujuan agar peserta didik lebih mendalami dan menghayati materi pelajaran

yang dipelajari dalam kegiatan intrakulikuler dapat berupa: mempelajari

buku-buku pendidikan jasmani, mencoba melakukan apa yang telah dipelajari dalam

buku pendidikan jasmani dan memperaktikannya melalui aktivitas atau kegiatan

pendidikan jasmani. Sedangkan kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan

pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu

pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat

mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan

atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di

sekolah/madrasah. Contoh dari kegiatan ekstrakurikuler olahraga seperti futsal,

bolabasket, bolavoli, karate, bulutangkis, dll.

Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dilingkungan persekolahan secara

normatif telah dituangkan di dalam kurikulum KTSP 2006 di setiap jenjang

pendidikan dalam bentuk rumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Dalam website http://www.dhanay.com; dirumuskan bahwa Standar Kompetensi

merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan

penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada

setiap kelas dan / atau semester pada suatu mata pelajaran. Sedangkan

Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta

didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator

kompetensi dalam suatu pelajaran.

Atletik di ambil dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang artinya bertanding atau

berlomba, menurut Syarifuddin (1992, hlm. 2) berasal dari bahasa Yunani, yaitu

Athlon yang artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan,

(3)

M. Farhan Maulana R, 2016

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS BERLARI SPRINT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

salah satu cabang olahraga yang tertua, yang dilakukan oleh manusia sejak zaman

Yunani Kuno sampai saat ini. Gerakan-gerakan yang terdapat dalam cabang

olahraga atletik adalah gerakan-gerakan yang dilakukan manusia di dalam hidup

dan kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, berdasarkan atas sejarah, atletik

adalah sebagai ibu dari semua cabang olahraga. Menurut Hendrayana (2007, hlm.

3) Atletik adalah cabang olahraga yang meliputi jalan, lari, lompat dan lempar.

Atletik juga dapat diartikan bentuk olahraga yang menjadi dasar dari setiap gerak

olahraga lain, olahraga ini bergantung pada kelincahan dan kekuatan otot, yang

merupakan kunci setiap gerak olahraga lainnya. Olahraga atletik merupakan

kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan yang dinamis dan harmonis

seperti: jalan, lari, lompat dan lempar (Djumidar, 2001, hlm 1-3).

Dengan demikian dapat dikemukakan, bahwa atletik adalah gabungan dari

beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi

lari, lempar dan lompat.

Dalam olahraga atletik lari merupakan olahraga yang terbagi ke dalam tiga

cabang olahraga yaitu lari jarak pendek, lari gawang, dan lari estafet. Lari jarak

pendek dapat diartikan juga lari sprint, yang menurut Djafar Sidik (2009, hlm. 1)

lari sprint adalah salah satu nomor dalam cabang atletik yang terdiri dari jarak lari

100 m sampai 400 m di tambah dengan lari gawang. Lari jarak pendek dinilai dari

kecepatan lari dimulai dari gerakan start sampai finish.

Dari ketiga cabang olahraga atletik lari di atas, penulis akan membahas

cabang olahraga lari jarak pendek (sprint). Dilihat dari pengertian sprint adalah

berlari dengan kecepatan yang tinggi atau berlari secepat-cepatnya dari satu

tempat ketempat lain. Sprint tidak hanya dilakukan dalam nomor lari jarak pendek

saja, tetatpi dalam nomor jarak menengah atau jarak jauh bahkan dalam

perlombaan marathon.

Salah satu nomor dalam atletik mendapat perhatian lebih dari mata dunia

adalah nomor lari, terutama lari sprint atau lari jarak pendek. Dikatakan demikian

karena sejak jaman Athena sebelum Masehi, adu lari cepat khususnya jarak

(4)

M. Farhan Maulana R, 2016

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS BERLARI SPRINT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendek adalah lari 100 m, menurut Yuwono et al. (2010, hlm. 22) tentang lari

jarak pendek (sprint) adalah:

Nomor-nomor lari yang tergolong kedalam lari jarak pendek adalah 100 m

sampai 400 m, namun di ruang tertutup lari jarak pendek dapat dimulai dari jarak

50 m atau 60 m, bergantung pada kapasitas ruang perlombaan itu sendiri. Para

ahli olahraga mengkalsifikasikan nomor lari jarak pendek / sprint sampai dengan

jarak 400 m, namun ada pula beberapa ahli yang mengelompokkan sampai dengan

jarak 800 m.

Lari jarak pendek dalam pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah

Menengah Pertama (SMP), merupakan aktifitas olahraga yang termasuk kedalam

pembelajaran inti atau pokok dalam penjas. Pada pendekatan pembelajaran penjas,

tentunya banyak berbagai permasalahan yang terjadi saat pembelajaran

berlangsung, yaitu: a). Penyampaian materi monoton, b). Membosankan dalam

penyampaian materi, c). Guru kurang termotivasi dalam menyampaikan materi

sehingga siswa pun kurang termotivasi, d). Dalam pembelajarannya materi yang

disampaikan tidak sesuai dengan tingkat pertumbuhan perkembangan siswa,

sehingga siswa kurang memahami dalam mengikuti belajar.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan keteramplan pada lari sprint,

diantaranya sarana dan prasarana, SDM dan pendekatan pembelajaran. Perlunya

sarana dan prasarana dalam atletik adalah untuk memfasilitasi pelari dalam

melaksanakan latihan, contohnya adalah: gedung, lapang, dan alat.

Selain sarana dan prasarana, faktor lain yang mempengaruhi keterampilan

siswa pada lari sprint adalah SDM, SDM ini adalah sumber daya manusia,

maksudnya , dalam dunia pendidikan dimana seorang guru harus memiliki sifat

yang baik, menguasai materi dalam suatu pembelajaran, agar siswa mengerti

bagaimana guru tersebut memberikan materi, sama halnya dengan guru siswanya

pun harus memliki fisik yang baik, dan juga mental yang baik, serta keterampilan

yang baik, karena pada saat pembelajaran berlangsung, siswa dapat langsung

merespon apa yang guru jelaskan tentang pembelajarannya.

Selain harus memiliki karakter yang baik, menguasai materi ajar, guru pun

(5)

M. Farhan Maulana R, 2016

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS BERLARI SPRINT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa dapat merespon apa yang guru jelaskan dalam pembelajaran atletik agar

siswa tidak bosan. Yang banyak digunakan dalam pembelajaran penjas

sekarang-sekarang ini adalah menggunakan metode GAME-DRILL-GAME, karena metoda

ini dapat cepat merangsang kerja otak siswa, karena menggunakan beberapa alat

atau media dan juga tidak membuat siswa bosan mengikuti pembelajaran penjas,

karena menggunakan banyak permaianan yang memacu pada materi pembelajaran

atletik (sprint).

Permasalahan yang sering muncul atau terjadi dalam pembelajaran aktivitas

lari sprint dalam konteks penjas adalah penerapan model pembelajaran yang

menekankan kepada penguasaan teknik dasar lari sprint untuk seluruh siswa.

Melalui model pembelajaran ini, seolah-olah seluruh siswa harus menguasai

teknik dasar lari sprint dengan standar gerak teknik yang benar (secara mekanika

gerak atau yang sebenarnya seperti atlet).

Padahal dalam konsep penjas, pembelajaran aktivitas lari sprint tidak

menekankan kepada prestasi. Tidak semua siswa memiliki bakat dan talenta untuk

melakukan lari sprint, yang terpenting dalam aktivitas lari sprint dalam konteks

penjas adalah optimalisasi waktu aktif belajar dalam pembelajaran aktivitas lari

sprint. Melalui optimalisasi waktu aktivitas belajar lari sprint inilah siswa belajar

tentang berbagai hal yang terkait dengan nilai-nilai pendidikan yang terkandung

dalam pembelajaran aktivitas lari sprint, seperti semangat juang, kejujuran,

ketekunan, kompetisi, menunjukan prestasi terbaiknya, disiplin terhadap

ketentuan-ketentuan yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar.

Permasalahan lain yang dapat mempengaruhi siswa tidak mau melakukan

pembelajaran atletik terutama lari jarak pendek, karena kurangnya sarana dan

prasarana disekolah, kurangnya pengetahuan siswa tentang atletik, dilihat dari

sikap dan gerakan siswa pada saat melakukan gerak dasar lari. Adapun faktor lain

yang dapat mempengaruhi siswa tidak mau atau kurang termotivasi dalam

pembelajaran lari jarak pendek adalah kurangnya pengetahuan guru dalam metode

(6)

M. Farhan Maulana R, 2016

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS BERLARI SPRINT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun permaslahan dalam pelaksanaan pembelajaran aktivitas lari sprint

dapat di identifikasikan dari permasalahan yang terjadi pada diri siswa yaitu

ketekunan, kreativitas siswa, sikap, motivasi serta semangat juang.

Ketekunan. Yang dimaksud ketekunan dalam penelitian ini adalah ketekunan

dalam berlatih, dimana siswa dalam proses pembelajarannya ketekunannya masih

rendah yang artinya kurang melatih diri untuk belajar lebih giat. Bisa terlihat dari

siswa pada saat belajar kurang rajin dan selalu menunggu disuruh-suruh oleh guru

sedangkan yang tekun biasanya dalam belajarnya sungguh-sungguh dan tanpa

menunggu di suruh-suruh guru.

Kreatifitas siswa. Yang dimaksud kreatifitas dalam penelitian ini adalah siswa

dalam belajarnya selalu menunggu disuruh-suruh guru, itu artinya bahwa siswa

belum mempunyai kesadaran sendiri dalam belajarnya bisa dikatakan siswa

kurang kreatif pada saat pembelajaran penjas berlangsung serta tidak adanya

inisiatif dari masing-masing siswa untuk melakukan aktifitas pembelajaran.

Sikap. Dalam sikap sering terjadi masalah pada saat pembelajaran

berlangsung, karena kemampuan atau keterampilan siswa yang berbeda-beda.

Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap cara melakukan aktifitas

pembelajaran lari sprint, bisa terlihat pada siswa yang menyukai dan siswa yang

tidak menyukai dalam belajar lari sprint. Siswa yang menyukai biasanya lebih

kreatif, mereka merasa senang dalam belajarnya dan bersungguh-sungguh,

sedangkan siswa yang tidak menyukai mereka terlihat bermain-main dan kurang

serius.

Motivasi. Permasalahan yang terjadi dalam motivasi dalam penelitian ini

maksudnya adalah siswa masih mempunyai motivasi yang rendah sehingga bisa

menyebabkan pemebelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tanpa

motivasi tinggi, tentunya siswa dalam belajarnya tidak akan maksimal.

Semangat juang. Dalam belajar tentunya harus mempunyai daya semangat

juang tinggi. Permasalahan dalam belajar seringkali ditemukan karena semangat

juang pada siswa masih kurang, bisa kita lihat pada siswa yang mempunyai

(7)

M. Farhan Maulana R, 2016

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS BERLARI SPRINT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bersungguh-sungguh. Siswa yang semangat juangnya kurang mereka terlihat

dalam belajarnya bermalas-malasan.

Dalam suatu proses pembelajaran, biasanya seorang guru pendidikan jasmani

akan menggunakan berbagai cara agar materi pembelajaran dapat di pahami dan

dikuasai oleh siswa dengan mudah, untuk itu diperlukan suatu pola atau metode

penerapan pembelajaran yang dapat memotifasi siswa untuk dapat aktif dalam

melaksanakan tugas gerak. Pembelajaran atletik khususnya lari sprint sering kali

menggunakan pendekatan teknis, tetapi dengan menggunakan pendekatan teknis

dapat memberikan dampak ketidak tertarikan siswa.

Bermain adalah dorongan langsung dari dalam diri setiap individu yang bagi

anak-anak merupakan pekerjaan, sedangkan bagi orang dewasa dirasakan sebagai

rasa kegemaran (Soemitro, 1992, hlm. 3). Bermain merupakan suatu kegiatan

menyenangkan, dilakukan secara tertata, memberikan pengalaman belajar yang

berharga untuk siswa dan memberikan manfaat untuk siswa, pengalaman itu bisa

membina hubungan bersama teman.

Pendekatan bermain merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan

dalam pendidikan jasmani, pendekatan tersebut menenkankan pada keterlibatan

siswa dalam cabang olahraga. Pendekatan bermain yang dimaksud yaitu

pendekatan yang menempatkan belajar keterampilan teknik dalam kontek

bermain, dalam hal lain siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau

kelompok dalam memecahkan permasalahan dengan bimbingan dari guru.

Proses pembelajaran melalui pendekatan bermain siswa harus mendapatkan

bimbingan dan arahan agar kegiatan yang dilakukan siswa dapat menumbuhkan

dan meningkatkan motivasi yang ada dalam diri siswa. Pembelajarsan sprint

sudah menjadi tanggung jawab seorang guru untuk memberikan dorongan dan

motivasi kepada siswa dengan baik sehingga siswa dapat mengkuti kegiatan

pembelajaran pendidikan jasmani cabang olahraga Atletik khususnya nomor

sprint.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

(8)

M. Farhan Maulana R, 2016

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS BERLARI SPRINT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Bermain

Terhadap Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Aktivitas Berlari Sprint”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas menegenai “Pengaruh Pendekatan

Bermain Terhadap Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Aktivitas Berlari Sprint

pada siswa kelas VII MTs Al-hidayah” seperti yang telah dikemukakan, maka

terdapat identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran penjas

dalam materi atletik khususnya lari jarak pendek/sprint.

2. Kurangnya kreatifitas yang dimiliki oleh guru penjas dalam proses

pembelajaran lari jarak pendek/sprint.

C. Batasan Masalah

Agar tidak terjadi penyimpangan dalam proses penelitian dan sesuai dengan

tujuan penelitian, maka fokus penelitian berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan di atas:

1. Aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh pendekatan bermain

terhadap motivasi siswa dalam pembelajaran lari sprint.

2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII MTs Al-hidayah, dan

sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs. Al-hidayah sebanyak 1

kelas dengan total siswa 38 siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian penjelasan latar belakang di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah “ Apakah pendekatan bermain dapat meningkatkan motivasi

siswa dalam pembelajaran aktivitas berlari sprint pada siswa kelas VII MTs.

Al-Hidayah” ?

(9)

M. Farhan Maulana R, 2016

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS BERLARI SPRINT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

“Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran aktivitas berlari sprint melalui pendekatan bermain pada kelas VII MTs. Al-Hidayah”.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan suatu harapan yang berkaitan dengan hasil

penelitian, baik secara teoritis maupun secara praktis. Dari informasi yang ada,

diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat secara:

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

terhadap dunia pendidikan, terutama sumbangan pengetahuan mengenai

peningkatan motivasi siswa melalui model pendekatan bermain dalam

meningkatkan hasil belajar pembelajaran sprint.

2. Praktis

Adapun secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk:

a. Siswa

1) Siswa menjadi lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran sprint

2) Memberikan pengalaman belajar terhadap siswa tentang aktivitas

pembelajaran sprint melalui aktivitas bermain

b. Guru

1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatn model pendekatan bermain

2) Sebagai gambaran bagi para pendidik khususnya guru pendidikan jasmani

tentang pendekatan bermain dalam proses pembelajaran sprint dan

meningkatkan hasil belajar pembelajaran sprint.

3) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih

bervariasi, sehingga materi pembelajaran akan lebih menarik.

c. Sekolah

Sebagai masukan untuk bahan pertimbangan bagi peningkatan kualitas

(10)

Al-M. Farhan Maulana R, 2016

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS BERLARI SPRINT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hiadayah kelas VII, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Contoh terjemahan ayat Alquran dalam bentuk doa berbahasa Indonesia (3) dan bahasa Jawa (4) tersebut, menunjukkan bahwa Allah menuntun kepada manusia dengan

Kecenderungan mendominasi pembicaraan, ketika baru diskusi di kelas tentu sikap tersebut tidak santun, berbincang-bincang dengan teman sebelah ketika guru sedang menjelaskan

digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis.. siswa, (2) angket untuk mengetahui sikap siswa terhadap model

dan Pemerintah Republik El Salvador .tentang Pembebasan Visa bagi Pemegang Paspor Diplomatik atau Paspor Dinas (Agreement between the Gouemment of tte Republic

Tangani dengan penyembuhan luka basah jika luka terbuka atau ulkus. —   Obati Candida jika gejala sesuai, nyeri diantara

Rumus-rumus dasar dalam fisika dijadikan sebagai lagu atau nyanyian untuk kemudian diajarkan kepada siswa, dengan cara ini siswa akan mudah untuk menghapal dan mengingat

Jigsaw terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam rangka peningkatan keterampilan membaca ( reading skill ) pada pembelajaran Bahasa Inggris materi Descriptive Text

Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan, didapatkan p>0,05 (p =0,928) dengan nilai korelasi Pearson two-tailed sebesar 0,14 yang berarti tidak terdapat