• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Kadar Gula Darah dengan Konsentrasi Berpikir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi Kadar Gula Darah dengan Konsentrasi Berpikir"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Putri Itonami Gaol Marbun Tempat / Tanggal Lahir: Jakarta/ 30 Agustus 1994

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Pembangunan no. 112, Padang Bulan, Medan. No. Telepon : 081269743311

Email : putri.marbun@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Regina Pacis Jakarta (2000-2006)

2. Sekolah Menengah Pertama Regina Pacis Jakarta (2006-2009) 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 79 Jakarta (2009-2012) Riwayat Organisasi :

(2)
(3)

Lampiran 3

(4)
(5)
(6)
(7)

Lampiran 7

Keluaran SPSS Uji Linearitas

(8)

Analisis Deskriptif

(9)

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association, 2015. Checking your Blood Glucose. Available

from:http://www.diabetes.org/living-with-diabetes/treatment-and-care/blood-glucose-control/checking-your-blood-glucose.html

Baehr, M. & Frotshcer, M. 2012. Duus’ Topical Diagnosis in Neurology Anatomy, Physiology, Signs, and Symptoms 5th edition, Thieme, New York.

Bender, David A. & Mayes, P. A. 2015, Carbohydrate and Physiological Significance. In Rodwell, V. W., Bender, D., Botham, K. M., Kennelly, Weil, P. A.. eds. Harper's Illustrated Biochemistry, 30th Edition. Singapore: Mc. Graw-Hill. 152-160.

Benton D. & Parker P. Y. 1998. Breakfast, Blood Glucose, and Cognition. American Journal Clinical Nutrition, vol 67, pp. 772-778. Diambil April

10, 2015, dari http://ajcn.nutrition.org/content/67/4/772S.full.pdf.

Botham, K. M. & Mayes, P. A. 2015. Bioenergetic. In: Rodwell, V. W., Bender, D., Botham, K. M., Kennelly, Weil, P. A., eds. Harper's Illustrated Biochemistry, 30th Edition. Singapore : Mc. Graw-Hill. 115-116 & 132.

Bromley, C. 2009. Growing up in Scotland: The Impackt of Children’s Early Activities on Cognitive Development. Scottish Centre of Social Research,

Maret, 2009. Diambil: Mei 29, 2015, dari

www.gov.scot/Publication/2009/03/16101519/11.

Cahill L. & Alkire M. T. 2003. Epinephriene enhancement of Human Memory Consolidation: Interaction with Arousal at Encoding. Neurobiology of

Learning and Memory, vol. 79, pp. 194-198. Diambil Juni 1, 2015, dari

http://www.ufrgs.br/ppgneuro/artigos/cahill_memory_epinephrine2003.p df.

Dahlan, M. S. 2010. Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan edisi 2. Jakarta: Sagung Seto.

(10)

Dharmono S. 2013. Tanda dan Gejala Klinis Psikiatrik. In: Elvira S. D. & Hadisukanto G., eds. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta: Badan Penerbit FK UI, 62-72.

Donohoe R. T & Benton D. 1999. Cognitive Functioning is Susceptible to the Level of Blood Glucose. Psychopharmacology, vol 145, pp. 378-385. Diambil April 10, 2015, dari http://ajcn.nutrition.org.

Dorland’s illustrated medical dictionary (31st ed.). 2007. PA: Saunders, Philadelphia.

Eagly, A. H., & Chaiken, S., 1992, ‘The Psychology of Attitudes. San Diego, CA: Harcourt Brace.

Elvira S. D. 2013. Psikodinamik. In: Elvira S. D. & Hadisukanto G., eds. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta: Badan Penerbit FK UI, 47-61.

Freckmann, G., et al 2007. Continuous Glucose Profiles in Healthy Subjects under Everyday Life Conditions and after Different Meals. Journal of Diabetes

Science and Technology, vol. 1, issue 5, pp. 695-703. Diambil: Maret 29,

2015. Dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2769652/ Gold, P. E. 1995. Role of Glucose in Regulating the Brain and Cognition. American

Journal Clinical Nutriotion, vol 61, pp. 987-995. Diambil April 10, 2015,

dari http://ajcn.nutrition.org/content/61/4/987S.full.pdf.

Groth-Marnat, G. 2003. Handbook of Psychological References and Indexes. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Koolman, J. & Roehm K. H. 2007.Color Atlas of Biochemistry, Stuttgart, Germany: Thieme.

Matlin, M., W., 2009, Cognitive Psychology 7th edition, John Wiley & Sons, New York.

McKee, Trudy & McKee, James., 2011. Carbohydrate Metabolism. In: Biochemistry: The Molecular Basis of Life, 5th edition. Oxford University

Press. 3-17, 19-27.

(11)

Nelson, D. L., & Cox, M. M. 2013. Lehninger’s Principles of Biochemistry 5th Edition. 239-247.

Oxford Dictionaries, (n.d.), Diambil: Mei, 29, 2015, dari http://www.oxforddictionaries.com.

Rediyani P. 2013. Wawancara dan Pemeriksaan Psikiatrik. In: Elvira S. D. & Hadisukanto G., eds. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta: Badan Penerbit FK UI, 47-61.

Rodwell, V. W., Bender, D., Botham, K. M., Kennelly, Weil, P. A., 2015. Harper's Illustrated Biochemistry, 30th Edition, Mc. Graw-Hill, Singapore.

Wang, Y. 2008. On Cognitive Properties of Human Factors and Error Models in Engineering and Socialization. International Journal of Cognitive

Informatics and Natural Intelligence, vol. 2, issue 4, pp. 70-84. Diambil Mei 10, 2015, dari http://www.ucalgary.ca/icic/files/icic/76-IJCINI-2406-HumanTraits.pdf

Yanes M. G., 2013. Glucose Meter Fundamentals and Design. Freesclae Semiconductor, vol. 1, pp. 43-64. Diambil April 10, 2015, dari

(12)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep korelasi kadar gula darah dengan konsentrasi berpikir diuraikan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan : Garis menyambung merupakan variabel yang diteliti. 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur Skala

Kadar Gula Darah

Kadar Gula Darah yang diukur setelah berpuasa selama lebih dari delapan jam dan kadar gula darah satu jam setelah makan. Sesuai prosedur pengukur an glukosa menggun akan glucose meter. Glucose meter.

Kadar gula darah dari pembuluh darah perifer (mg/dl)

Numerik

(13)

Konsentrasi Berpikir

Konsentrasi berpikir yang diukur setelah pengukuran kadar gula darah berpuasa selama lebih dari delapan jam dan kadar gula darah satu jam setelah makan. Sesuai prosedur pengukur an konsentra si berpikir menggun akan trail makin test B. Trail making test B. Waktu dalam detik yang

dibutuhkan untuk menyelesaik an tugas dengan sempurna (Skor).

Numerik

3.3 Hipotesis

(14)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik korelatif (Dahlan, 2010). Penelitian ini mengambil data langsung melalui pemeriksaan kadar gula darah perifer dengan glucose meter dan konsentrasi berpikir dengan trail making test. 4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di FK USU pada periode bulan Agustus 2015 hingga Desember 2015.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kadar gula darah dan data konsentrasi berpikir mahasiswa laki-laki di FK USU.

4.3.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi penelitian adalah semua mahasiswa laki-laki di FK USU.

4.3.2 Sampel Penelitian

Data yang digunakan adalah data primer yang diambil langsung oleh peneliti dari sampel yang telah ditentukan. Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling, dimana semua sampel yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah yang diperlukan terpenuhi (Dahlan, 2010). Sampel diambil dengan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebagai berikut:

Kriteria inklusi:  Pria.

(15)

Kriteria eksklusi:

 Melakukan olahraga berat satu minggu terakhir.  Mengkonsumsi alkohol.

 Merokok.

 Riwayat diabetes.

 Mengkonsumsi obat yang mempengaruhi regulasi glukosa.

Perhitungan sampel berdasarkan pada jenis penelitian dengan

� = { � + � ,5�� + �− �}

2

+ 3

Z : Kesalahan tipe 1, ditetapkan sebesar 5% (1,645). Z : Kesalahan tipe 2, ditetapkan sebesar 5% (1,960). r : Koefisien korelasi ditetapkan (0,5).

n = 46 orang.

Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan untuk penelitian adalah empat puluh enam orang.

4.4 Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan secara cohort prospektif, data diambil langsung dari peserta yang memenuhi kriteria yang telah berpuasa lebih dari delapan jam dengan menggunakan glucose meter dan trail making test kemudian data diambil kembali dari peserta yang sama yang satu jam setelah makan roti tawar, selai stroberi, madu, dan jus jeruk dengan total 225 kalori, 6,7g protein, 4,6g lemak, 51,4g karbohidrat, dan 1,3g serat.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1 Pengolahan Data

(16)

Editing dilakukan untuk memastikan apakah data sudah terisi dengan lengkap atau belum, serta dapat dibaca dengan relevan atau tidak.

2. Coding

Setelah data diedit langkah berikutnya adalah mengkoding data, yaitu memberi kode terhadap setiap data yang diambil. Tujuannya untuk memudahkan klasifikasi data, menghindari terjadinya pencampuran data yang bukan jenis dan kategorinya. Juga untuk memudahkan pada saat analisis data dan proses entry dengan bantuan perangkat lunak komputer.

3. Entry Data

Dilakukan dengan cara memasukan data yang telah dicoding ke dalam computer dengan menggunakan program komputer.

4. Cleaning Data

Cleaning data bertujuan untuk membersihkan data dari kemungkinan data yang tidak memenuhi syarat atau missing.

4.5.2 Analisis Data

(17)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terletak di Jalan dr. T. Mansyur no. 5 Kampus USU, Medan 20155, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Universtias ini adalah universitas negeri yang berada di bagian utara Pulau Sumatera, yang didirikan pada tahun 1952. Universitas Sumatera Utara menawarkan beberapa fakultas bidang kesehatan seperti Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedoktera Gigi, Fakultas Keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Psikologi. Jumlah mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara saat ini adalah 1400 orang.

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kohort prospektif terhadap empat puluh enam sampel mahasiswa sehat. Data diperoleh dengan mengobservasi langsung setiap mahasiswa tersebut.

5.1.2 Karakteristik Sampel

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Rentang usia pada sampel yang terlihat adalah delapan belas hingga dua

(18)

5.1.3 Gambaran Kadar Gula Darah Preprandial pada Responden

Seluruh sampel telah diperiksa dengan menggunakan glucose meter setelah berpuasa minimal delapan jam (preprandial), didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.1 Kadar Gula Darah Preprandial Kadar Gula Darah (mg/dl) Frekuensi Persentase

55-64 1 2%

65-74 3 7%

75-84 6 13%

85-94 5 11%

95-104 12 26%

105-114 13 28%

115-124 6 13%

Total 46 100%

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar gula darah preprandial pada 46 orang sampel adalah 98.2 mg/dl dengan simpangan baku 14,7 mg/dl.

5.1.4 Gambaran Kadar Gula Darah Postprandial pada Responden

Seluruh sampel telah diperiksa dengan menggunakan glucose meter setelah satu jam setelah makan 252 kalori makanan dengan penyerapan cepat (postprandial), didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.2 Kadar Gula Darah Postprandial Kadar Gula Darah (mg/dl) Frekuensi Persentase

103-112 3 7%

113-122 9 20%

123-132 11 24%

133-142 10 22%

143-152 6 13%

153-162 6 13%

163-172 1 2%

Total 46 100%

(19)

5.1.5 Gambaran Konsentrasi Berpikir Preprandial pada Responden

Seluruh sampel telah diperiksa dengan menggunakan Trail Making Test B setelah berpuasa minimal delapan jam (preprandial), didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.3 Konsentrasi Berpikir Preprandial Trail Making Test (detik) Frekuensi Persentase

28-37,95 3 7%

38-47.95 8 17%

48-57.95 17 37%

58-67.95 9 20%

68-77.95 6 13%

78-87.95 2 4%

88-97.95 1 2%

Total 46 100%

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata hasil tes preprandial pada 46 orang sampel adalah 56,42 detik dengan simpangan baku 13,94 detik.

5.1.6 Gambaran Konsentrasi Berpikir Postprandial pada Responden

Seluruh sampel telah diperiksa dengan menggunakan Trail Making Test B satu jam setelah makan 252 kalori makanan dengan penyerapan cepat (postprandial), didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.4 Konsentrasi Berpikir Postprandial Trail Making Test (detik) Frekuensi Persentase

24-31,995 3 7%

32-39,995 13 28%

40-47.995 9 20%

48-55.995 11 24%

56-63.995 5 11%

64-71.995 4 9%

72-79.995 1 2%

(20)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata hasil tes postprandial pada 46 orang sampel adalah 47.5 detik dengan simpangan baku 11,64 detik.

5.1.7 Korelasi Kadar Gula Darah Preprandial dengan Konsentrasi Berpikir Tabel 5.5 Korelasi Kadar Gula Darah Preprandial dengan Konsentrasi Berpikir

Korelasi Konsentrasi Berpikir Kadar Gula Darah Preprandial 0,089

p = 0,556

Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan, didapatkan p >0,05 (p =0,556) dengan nilai korelasi Pearson two-tailed sebesar 0,089 yang berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kadar gula darah preprandial dengan konsentrasi berpikir.

5.1.8 Korelasi Kadar Gula Darah Postprandial dengan Konsentrasi Berpikir Postprandial

Tabel 5.6 Korelasi Kadar Gula Darah Postprandial dengan Konsentrasi Berpikir Korelasi Konsentrasi Berpikir

Kadar Gula Darah Postprandial 0,094 p = 0,533

Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan, didapatkan p >0,05 (p =0,533) dengan nilai korelasi Pearson two-tailed sebesar 0,094 yang berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kadar gula darah postprandial dengan konsentrasi berpikir.

5.1.9 Korelasi Peningkatan Kadar Gula Darah dengan Konsentrasi Berpikir

Tabel 5.7 Korelasi Peningkatan Kadar Gula Darah dengan Konsentrasi Berpikir Korelasi Konsentrasi Berpikir

Peningkatan Kadar Gula Darah 0,14 p = 0,928

(21)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Kadar Gula Darah Preprandial pada Responden

Berdasarkan Deparetemen Kesehatan Republik Indonesia, kadar gula darah puasa delapan jam normal adalah 80-110 mg/dl. Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Freckmann, G., et al pada tahun 2007 didapatkan kadar gula darah puasa minimal delapan jam adalah 82,1 mg/dl dengan simpangan baku 7,9 mg/dl. Subjek dalam penelitian ini memiliki kadar gula darah preprandial 98,2 mg/dl dengan simpangan baku 14,7 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat tujuh subjek yang memiliki kadar gula darah preprandial yang tidak normal yakni lebih besar daripada 110 mg/dl.

5.2.2 Kadar Gula Darah Postprandial pada Responden

Subyek mengkonsumsi makanan 225 kalori dengan 6,7g Protein, 4,6g Lemak, 51,4g Karbohidrat, dan 1,3g Serat. Didapatkan 4% memiliki kadar gula darah <110 mg/dl, 9% >160 mg/dl, 87% 110-160 mg/dl. Rata-rata peningkatan 36,3 mg/dl dengan simpang baku 15,3 mg/dl dengan rata-rata kadar gula darah dicapai 134,5 mg/dl dengan simpang baku 15,6 mg/dl.

Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia kadar gula darah postprandial normal adalah kurang dari 110-160 mg/dl. Penelitian ini menunjukkan

bahwa rata-rata subjek memiliki kadar gula darah postprandial yang normal. Freckmann, G., et al pada tahun 2007 melakukan penelitian dengan memberi konsumsi makanan serupa dan didapati rata-rata peningkatan 55,8 mg/dl dengan simpang baku 21,7 mg/dl dengan rata-rata kadar gula darah yang dicapai adalah 137,2 mg/dl dengan simpang baku 21,1 mg.dl. Penelitiannya menggunakan Continuous Glucose Profile test. Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan

(22)

5.2.3 Konsentrasi Berpikir pada Responden

Gorht-Marnat, Gary pada tahun 2003 menunjukkan performa normal Trail Making Test B berjarak normal antara 0 dan 85 detik; kerusakan ringan, 86-120 detik; dan kerusakan berat adalah 121 detik atau lebih. Benton dan Parker, 1998, menggunakan uji Word List, Brown-Peterson, Wecshler Story, dan Abstract Reasoning untuk menguji kognisi secara umum. Evans, M. L., Pernet, A., Lomas,

J., Jones, J., & Amiel, S. A. (2000). Menggunakan uji Stroop, Trail Making Test B, 4-Choice Reaction Time. Donohoe dan Benton, 2000. Menggunakan uji Word Recall Test dan Paced Auditory Serial Test untuk menilai kognisi.

Pada penelitian yang telah dilakukan menggunakan Trail Making Test untuk menguji konsentrasi berpikir, didapatkan hasil rata-rata Trail Making Test B preprandial adalah 56,42 detik dengan simpang baku 13,94 detik. Hasil rata-rata

Trail Making Test B postprandial adalah 47,5 detik dengan simpang baku 11,64

detik Hal ini menunjukan bahwa subjek penelitian memiliki konsentrasi yang normal walaupun ada satu subjek dengan hasil uji 93 detik yang menandakan adanya kerusakan fungsi konsentrasi ringan pada uji preprandial tetapi membaik pada saat uji postprandial.

(23)

5.2.5 Korelasi Kadar Gula Darah Postprandial dengan Konsentrasi Berpikir Berdasarkan hasil uji korelasi dua arah yang telah dilakukan, didapatkan p >0,05 (p =0,533) dengan nilai korelasi Pearson 0,094. Hal ini menunjukkan tidak signifikannya korelasi kadar gula darah postprandial dengan konsentrasi berpikir. Hal ini disebabkan oleh karena banyak faktor yang mempengaruhi konsentrasi berpikir yakni faktor psikologik seperti kebiasaan, sikap, perilaku, perkataan, dan biologik yakni hormonal, keturunan, dan kebiasaan makan (Elvira, S. D., 2013) 5.2.6 Korelasi Peningkatan Kadar Gula Darah dengan Konsentrasi Berpikir

Berdasarkan hasil uji korelasi dua arah yang telah dilakukan, didapatkan p >0,05 (p =0,928) dengan nilai korelasi Pearson 0,14. Hal ini menunjukkan tidak signifikannya korelasi peningkatan kadar gula darah dengan konsentrasi berpikir. Hal ini disebabkan oleh karena otak memiliki konsumsi pasokan gula yang tetap.

Benton dan Parker, 1998, menemukan adanya korelasi kadar gula darah dengan spatial memory task ( p=0,03 dan r=5,42), sedangkan tidak ada korelasi antara kadar

(24)
(25)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah:

1. Kadar gula darah preprandial pada seluruh subjek penelitian adalah 55-119 mg/dl dengan rata-rata 98,2 mg/dl dan simpangan baku 14,7 mg/dl.

2. Kadar gula darah postprandial pada seluruh subjek penelitian adalah 103-171 mg/dl dengan rata-rata 134,5 mg/dl dan simpangan baku 15,6

mg/dl.

3. Konsentrasi berpikir preprandial pada seluruh subjek penelitian adalah 28-93 detik dengan rata-rata 56,42 detik dan simpangan baku 13,94 detik.

4. Konsentrasi berpikir postprandial pada seluruh subjek penelitian adalah 24-73 detik dengan rata-rata 47,5 detik dan simpangan baku 11,64 detik.

5. Tidak terdapat korelasi antara kadar gula darah preprandial dengan konsentrasi berpikir.

6. Tidak terdapat korelasi antara kadar gula darah postprandial dengan konsentrasi berpikir.

(26)

6.2 Saran

1. Penelitian ini menunjukkan korelasi kadar gula darah dengan fungsi kognisi terutama pada konsentrasi, oleh karena itu diperlukan penelitian yang juga menyelidiki fungsi kognisi lainnya.

2. Penelitian ini dilakukan pada orang normal yang tidak memiliki kelainan sistem metabolik, oleh karena itu masih perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk menilai fungsi kognisi pada orang dengan penyakit terutama kelainan sistem metabolik.

3. Pengukuran dan penentuan sampel hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi regulasi kadar gula darah seperti pola makan dan pola olahraga.

4. Fungsi kognisi dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, dan lingkungan, oleh karena itu disarankan juga memperhitungkan faktor lingkungan dalam melakukan pengukuran fungsi kognisi. Disarankan untuk mengukur fungsi kognisi di ruang yang nyaman dan dalam subjek dalam kondisi santai. 5. Peneliti menyarankan agar masyarakat tidak hanya memperhatikan asupan

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Otak

Gambar 2.1 Anatomi Otak

Sumber: Moore, K. L., & Agur, A. M. R. (2007).

(28)

2.2 Kognisi

Kognisi adalah kemampuan untuk mengenal/ mengetahui hal mengenai benda atau keadaan atau situasi, yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan kapasitas intelejensi seseorang. Termasuk dalam fungsi kognisi adalah memori/ daya ingat, konsentrasi/ perhatian, orientasi, kemampuan berbahasa, berhitung, visuospatial, fungsi eksekutif, abstraksi, dan taraf intelejensi. (Dharmono, 2013). 2.2.1 Konsentrasi Berpikir

Konsentrasi berpikir adalah pemusatan dari aktivitas mental yang memperbolehkan manusia mengambil sebagian terbatas informasi dari luasnya aliran informasi yang tersedia dari dunia sensorik dan memori. Manusia terkadang memusatkan aktivitas mental kita karena ingin memberi perhatian ke beberapa stimulus spesifik. (Matlin, M. W., 2009).

Sensasi Proses terkontrol

Memori Perhatian/Konsentrasi Tindakan

Proses berpikir Proses otomatis

Gambar 2.2 Konsentrasi Berpikir Sumber: Matlin, M., W. (2009)

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Berpikir

Fungsi suatu organ atau penyimpangan yang terlihat pada perilaku dan pikiran seseorang dapat disebabkan oleh berbagai faktor yakni faktor organik dan faktor psikologik. Faktor organik yang dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku seseorang antara lain kerusakan sel-sel otak, ketidakseimbangan hormon, atau terjadinya degenerasi jaringan. Faktor psikologik yang mempengaruhi pikiran dan perilaku antara lain suatu peristiwa yang menggoncangkan emosi, sikap, perilaku, dan perkataan seseorang. (Elvira, S. D., 2013).

(29)

lebih rendah ditemukan pada laki-laki), kesulitan pertumbuhan ketika anak, usia ibu ketika melahirkan (semakin tua usia ibu semakin tinggi kemampuan kognisi anak), tingkat pendidikan orang tua, jumlah anak dalam keluarga, pendapatan keluarga, tipe single parent dan jam kerja orangtua keluarga. (Bromley C., 2009).

2.2.3 Trail Making Test

Dua strategi utama dalam penilaian neuropsikologikal adalah dengan pendekatan kualitatif atau gejala pathognomonik dan penggunaan skor kuantitatif. Pendekatan gejala pathognomonik mengasusmsikan adanya perbedaan karakter indikasi kerusakan otak. Rotasi dan perservasi adalah contoh dari gejala-gejalanya. Tambahan lainya dapat berupa afasia, tremor, distorsi menggambar, kesulitan dalam berhitung pembagian serial, respon clang, menghiraukan porsi dari lapangan pandang (visual neglect), atau kesulitan membedakan apakah stimulus di kanan atau kiri ketika diberikan secara bersamaan (supresi bilateral dan stimulus simultan). (Gorth-Marnat, 2003)

Trail Making Test adalah tes yang mudah untuk dikerjakan dan digunakan

secara luas yang mengharuskan klien untuk menggambar garis yang menghubungkan secara konsekutif angka lingkaran (Part A) diikuti oleh tugas serupa yang mana mereka menggambar garis penghubung antara angka dan huruf dalam lingkaran (Part B). Skor didasarkan pada total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Part A dan total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Part B. Tes ini awalnya dikembangkan oleh U.S. Army psychologists dan

dipertimbangakan untuk umum. Jadi tes ini dapat direproduksi tanpa membutuhkan ijin. Bentuk lainnya telah dikembangkan (Trails C) yang dapat digunakan untuk tes yand diulang dengan mengurangi bias peningkatan performa karena efek latihan.

Petunjuk interpretative menunjukkan bahwa skor yang rendah menggambarkan kesulitan pasien dalam menangani lebih dari satu stimulus dalam satu waktu dan mempertahankan fleksibilitas mental dan orientasi.

(30)
[image:30.595.113.511.276.412.2]

kerusakan ringan, 40 sampai 50; dan kerusakan sedang hingga berat, 52 atau lebih. Performa normal Trails B berjarak normal antara 0 dan 85; kerusakan ringan, 86-120; dan kerusakan berat adalah 121 atau lebih. Meskipun begitu, karena Trail Making dipengaruhi oleh usia, edukasi, dan intelegensia, kebanyakan penulis merekomendakasikan penggunaan skor yang disesuaikan dengan usia dan edukasi (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Skor Trail Making sesuai Usia Sumber : Gorht-Marnat, Gary (2003) 2.3 Biomolekul

Biomolekul adalah sekumpulan atom yang terikat bersama, merepresentasikan unit dasar terkecil dari komponen kimia yang dapat mengambil bagian dalam reaksi kimia yang berperan dalam proses pengaturan dan metabolik dari organisme hidup. (http://www.oxforddictionaries.com).

2.3.1 Karbohidrat

Karbohidrat adalah kelompok senyawa karbonil yang terbentuk secara alami (aldehida atau keton) yang juga mengandung beberapa kelompok hidroksil. Karbohidrat termasuk gula tunggal (monosakarida) dan polimernya (oligosakarida dan polisakarida). (Bender & Mayes, 2015).

(31)

monosakarida dan diresorbsi dalam bentuk ini. Bentuk karbohidrat yang didistribusikan oleh vertebrata adalah glukosa (“gula darah”). Diambil oleh sel dan dipecah untuk mendapatkan energi (glikolisis) atau diubah ke dalam bentuk metabolit lain. Beberapa organ (khususnya hati dan otot) menyimpan glikogen sebagai karbohidrat simpanan polimer. Molekul glikogen terikat secara kovalen ke protein, glikogenin. Polisakarida digunakan oleh banyak organisme sebagai material pembangun.

2.3.2 Oligosakarida

Ketika kelompok hidroksil anomerik dari satu monosakarida terikat secara glikosidikal dengan salah satu kelompok OH lain, disakarida terbentuk. Tiga bentuk oligosakarida adalah maltose, laktosa, dan sukrosa. (Bender & Mayes, 2015; Nelson & Cox, 2013).

Maltosa terbentuk sebagai produk pecahan dari pati yang terkandung dalam malt (gula malt) dan sebagai perantara dalam pencernaan usus. Dalam maltose, kelompok anomerik OH dari satu molekul glukosamemiliki sebuah ikatan α -glikosidik dengan C-4 dalam residu kedua glukosa.

Laktosa (gula susu) adalah karbohidrat terpenting dalam susu mamalia. Dalam laktosa, kelompok anomerik OH dari galaktosa membentuk sebuah ikatan β-glikosidik dengan C-4 dari glukosa. Molekul laktosa berbentuk memanjang, dan kedua cincin pyran terletak dalam bidang yang sama.

(32)
[image:32.595.116.452.126.391.2]

2.3.3 Metabolisme Karbohidrat

Gambar 2.3 Metabolisme karbohidrat Sumber: McKee, T. & McKee, J. (2011).

(33)

jalur lain mengubahnya menjadi asam lemak.(Gambar 2.3) (McKee & McKee, 2011; Bender & Meyes, 2015)

2.3.4 Definisi dan Bentuk-bentuk Glukosa

Glukosa adalah bahan bakar metabolik utama pada mamalia, yang merupakan precursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di tubuh, dengan rumus bangun C6H12O6 (Bender & Mayes, 2015).

Glukosa dengan empat atom karbon asimetrik dapat membentuk enam belas isomer memiliki empat bentuk isomerasi penting, yakni isomerasi D dan L, struktur cincin piranosa dan furanosa, anomer alfa dan beta, epimer, dan isomerasi aldosa-ketosa (Gambar 2.4). (Koolman & Roehm 2007; Bender & Mayes, 2015).

Isomerasi D dan L adalah isomerasi menurut arah rotasi sinar terpolarisasi dari strukur kimia, pada mamalia bentuk terbanyak dari isomerasi glukosa adalah gula-D. Glukosa dalam larutan bersifat rotasi ke kanan atau dekstratorik sehingga disebut dekstrosa.

Struktur cincin piranosa dan furanosa menunjukkan struktur bangun glukosa dalam bentuk segi enam (piranosa) dan segi lima (furanosa). Glukosa dalam tubuh manusia terbanyak dalam bentuk piranosa.

Anomer alfa dan beta ditentukan oleh kombinasi satu gugus aldehida atau keton dengan satu gugus alkohol. Contohnya adalah glukosa kristal α -D-glukopiranosa pada larutan, struktur siklik dipertahankan, tetapi terjadi isomerase di sekitar posisi satu (atom karbon anomerik) untuk menghasilkan campuran α -glukopiranosa dan β-glukopiranosa.

(34)
[image:34.595.113.514.182.496.2]

Isomerasi aldose-ketosa adalah isomerasi dengan rumus molekul sama tetapi berbeda dalam rumus strukturnya, contohnya adalah fruktosa yang memiliki sebuah gugus keto potensial di posisi dua.

Gambar 2.4 Bentukbentuk glukosa Sumber : Muray, Robert K. (2003). 2.3.5 Metabolisme Glukosa

Metabolisme adalah interkonversi dari komoponen kimiawi dalam tubuh, jalur yang dipakai oleh molekul individual, interelasi dan mekanisme yang meregulasi aliran metabolit melalui jalur-jalur. Jalur metabolisme dibagi menjadi tiga kategori: jalur anabolik, jalur katabolik, dan jalur amfibolik. (Bender & Mayes, 2015). Terdapat dua jalur penting dalam metabolisme glukosa, yaitu glikolisis dan glukoneogenesis.

(35)
[image:35.595.133.492.236.726.2]

Untuk setiap molekul glukosa yang melalui fase preparatory, dua molekul dari gliseraldehida 3-fosfat terbentuk; keduanya melewati fase pauoff. Piruvat adalah produk akhir dari fase kedua glikolisis. Untuk setiap molekul glukosa, dua ATP dipakai dalam fase preparatory, dan empat ATP dihasilkan dalam fase payoff, memberikan hasil bersih dua ATP per molekul glukosa yang diubah menjadi piruvat. (Gambar 2.5)

(36)

2.4 Glucose Meter

Glucose meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar gula

darah. Sensor yang digunakan memiliki pendekatan enzimatik, yang berarti mengambil keuntungan dari oxidase glukosa dengan enzim glukosa oxidase. Adanya glukosa oksidase mengkatalisis reaksi kimia glukosa dengan oksigen, mengakibatkan peningkatan pH, menurunkan tekanan parsial oksigen, dan meningkatkan hydrogen peroksidase karena oksidasi dari glukosa ke asam glukonik. (Yanes, 2013).

Strip tes mengukur perubahan dalam satu atau beberapa komponen ini untuk menentukan konsentrasi glukosa. Strip yang digunakan memiliki tiga terminal atau elektroda yakni, reference electrode, working electrode, dan trigger electrode. (Gambar 2.7). (Yanes, 2013).

[image:36.595.133.498.511.632.2]

Voltase negative -0,4 V diaplikasikan ke reference electrode. Ketika darah atau cairan glukosa diletakkan dalam strip, reaksi kimia terjadi di dalamnya, menimbulkan sebuah arus listrik kecil dengan proporsi ke konsentrasi glukosa. Arus ini secara konstan dimontor ketika strip diletakkan dalam posisinya, shingga alat dapat memonitor ketika darah diletakkan. (Yanes, 2013).

Gambar 2.6 Terminal Elektroda Strip Glukosa Sumber: Yanes (2007)

(37)

proporsional dalam mg/dl. Nilai ini dikirim ke host komputer untuk menginformasikan nilai glukosa. (Yanes, 2013).

[image:37.595.116.509.159.566.2]

2.5 Kadar Glukosa Kontinu pada Subjek Nondiabetik.

Gambar 2.7 Kadar Gula Darah Kontinu Normal. Sumber : Freckmann, G., et al (2007).

(38)

2.6 Hubungan Kadar Gula Darah dengan Kognisi

Terdapat berbagai mekanisme yang menyatakan pengaruh glukosa terhadap kognisi manusia, yakni metabolisme yang terjadi di otak dan mekanisme hormon epinefrin yang diregulasi glukosa di otak.

2.6.1 Metabolisme di Otak

[image:38.595.120.504.359.542.2]

Otak dan area lainnya di sistem saraf pusa (SSP) memiliki kebutuhan ATP yang tinggi. Meskipun otak hanya 2% dari massa tubuh, ia mengkonsumsi sekitar 20% oksigen yang dimetabolisme dan 60% glukosa. Kebutuhan energi yang tinggi dari saraf adalah karena pompa ion dependen ATP (terutama Na+/K+ ATPase) dan proses transpor aktif lainnya yang membutuhkan konduksi saraf. (Koolman & Roehm, 2007).

Gambar 2.6 Pengaturan Gula Darah di Pembuluh Darah Sumber : Nelson, D. L., & Cox, M. M. (2013).

(39)

menurunkan tingkat ATP dalam otak. Ini menghasilkan kehilangan kesadaran dan penurunan neurologis yang dapat mengarah ke kematian. (Koolman & Roehm, 2007).

[image:39.595.115.511.362.565.2]

Selama periode kelaparan, otak, setelah beberapa waktu mendapatkan kemampuan untuk menggunakan badan keton untuk menggantikan glukosa membentuk ATP. Dalam minggu pertama periode kelaparan, terdapat peningkatan kuat dalam aktivitas enzim yang dibutuhkan untuk ini dalam otak. Degradasi badan keton dalam SSP menghemat glukosa dan karenanya menurunkan pemecahan protein otot yang mempertahankan glukoneogenesis dalam hati selama kelaparan. Setelah beberapa minggu, pemecahan otot yang luas menurun hingga sepertiga dari jumlah awal. (Gambar 2.7). (Koolman & Roehm, 2007).

Gambar 2.7 Metabolisme Glukosa di Otak. Sumber : Koolman, J. & Roehm K. H. (2007).

2.6.2 Mekanisme Hormon Epinefrin terhadap Memori

(40)

sehingga ia dapat mengingat dengan tepat di mana ia memarkirkan mobilnya minggu lalu. Perhatikan bahwa jumlah informasi yang diperoleh dalam dua situasi tersebut tidaklah terlalu berbeda (sama-sama memarkirkan mobil). Mengapa otak menyimpan informasi mendetail tentang pengalaman jika terjadi kecelakaan tetapi tidak jika tidak terjadi apa-apa? Jawabannya terdapat dalam pelepasan hormone terkait stress ketika melihat tabrakan, hormone yang meregulasi pembentukan sebuah memori baru. Hormon yang berpengaruh paling besar adalah epinefrin, sebuah hormone katekolamin yang dilepaskan di medulla adrenal sebagai respon pengalaman arousal. (Gold, 1995)

(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep korelasi kadar gula darah dengan konsentrasi berpikir diuraikan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan : Garis menyambung merupakan variabel yang diteliti. 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur Skala

Kadar Gula Darah

Kadar Gula Darah yang diukur setelah berpuasa selama lebih dari delapan jam dan kadar gula darah satu jam setelah makan. Sesuai prosedur pengukur an glukosa menggun akan glucose meter. Glucose meter.

Kadar gula darah dari pembuluh darah perifer (mg/dl)

Numerik

(42)

Konsentrasi Berpikir

Konsentrasi berpikir yang diukur setelah pengukuran kadar gula darah berpuasa selama lebih dari delapan jam dan kadar gula darah satu jam setelah makan. Sesuai prosedur pengukur an konsentra si berpikir menggun akan trail makin test B. Trail making test B. Waktu dalam detik yang

dibutuhkan untuk menyelesaik an tugas dengan sempurna (Skor).

Numerik

3.3 Hipotesis

(43)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah faktor yang paling mendominasi dalam semua sistem dimana manusia juga merupakan bagian dari sistem itu sendiri. Tingkah laku pikiran dan kebutuhan manusia adalah faktor utama dalam kekuatan yang mendasari hampir semua kegiatan manusia dalam performa, pengaturan mesin, dan sosialisasi. (Wang, 2008).

Dalam berbagai disiplin pengetahuan manusia, hampir semua permasalahan sulit yang harus ditangani memiliki akar yang sama yakni dalam pemahaman mekanisme intelegensia alami dan bagian kognisi dari faktor manusia. (Eagly & Chaiken, 1992). Proses berpikir merupakan cara saat seseorang menyatukan semua ide-ide dan asosiasi-asosiasi yang membentuk pemikiran seseorang. Sensorium dan kognisi ditujukan untuk penilaian fungsi otak organik, taraf intelegensi, kapasitas berpikir abstrak, tingkatan tilikan dan daya nilai (judgment). (Rediyani, 2013).

Konsentrasi atau perhatian adalah usaha untuk mengarahkan aktivitas mental pada pengalaman tertentu. Gangguan perhatian meliputi ketidakmampuan memusatkan perhatian, mempertahankan perhatian, maupun mengalihkan perhatian. (Dharmono, 2013).

Kebanyakan jaringan memiliki tingkat kebutuhan untuk glukosa. Di otak, kebutuhan ini sangat penting. Suplai glukosa dibutuhkan terutama untuk sistem saraf dan eritrosit. Kegagalan glukoneogenesis biasanya bersifat fatal. Hipoglikemia dapat menyebabkan disfungsi otak, yang dapat mengarah ke kondisi koma dan kematian (Bender & Mayes, 2015).

(44)

ketersediaan glukosa ke otak dapat mengakibatkan konsekuensi buruk untuk fungsi otak (Bender & Mayes, 2015).

Glukosa merupakan produk akhir metabolisme karbohidrat dan merupakan sumber energi utama untuk organisme hidup, yang kegunaannya dikontrol oleh insulin. (Dorland, 2007). Kadar gula darah normal setelah lebih dari delapan jam puasa pada manusia adalah 70-100 mg/dl, sewaktu adalah kurang dari 125 mg/dl, dan dua jam setelah makan adalah kurang dari 180 mg/dl (American Diabetes Association, 2014).

Berbagai studi yang dilakukan telah menunjukkan adanya hubungan glukosa dengan fungsi kognisi. (Benton, 1998) menyatakan adanya hubungan antara kadar glukosa darah dengan kognisi manusia. (Donohoe dan Benton, 1999) menyatakan fungsi kognisi suseptibel terhadap kadar glukosa darah. Gold, 1992 menyatakan kadar glukosa untuk memori optimal berkisar antara 150-175 mg/dl. Fungsi kognisi terdiri dari kesadaran, orientasi, memori, konsentrasi/ perhatian, pikiran abstrak, dan kemampuan informasi dan intelegensi (Rediyani, 2013).

Berdasarkan uraian di atas, pentingnya kemampuan berpikir manusia dalam berbagai disiplin pengetahuan dipengaruhi berbagai faktor. Salah satunya adalah nutrisi yakni glukosa. Penelitian mengenai konsentrasi berpikir manusia masih kurang, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan kadar gula darah dengan konsentrasi berpikir terutama pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah adalah, “Adakah

(45)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui korelasi kadar gula darah dengan konsentrasi berpikir. 1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kadar gula darah preprandial pada responden. b. Mengetahui gambaran kadar gula darah postprandial pada responden. c. Mengetahui gambaran konsentrasi berpikir preprandial pada responden. d. Mengetahui gambaran konsentrasi berpikir postprandial pada responden. e. Mengetahui korelasi kadar gula darah preprandial dengan konsentrasi berpikir. f. Mengetahui korelasi kadar gula darah postprandial dengan konsentrasi berpikir. g. Mengetahui korelasi peningkatan kadar gula darah dengan konsentrasi berpikir. 1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk a. Pendidikan:

Optimalisasi belajar melalui kebijakan pengaturan jam istirahat makan. b. Masyarakat umum:

Mengetahui pentingnya pengontrolan kadar gula darah dalam kehidupan sehari-hari.

c. Medis:

Edukasi pasien mengenai pengontrolan kadar gula darah. d. Ketenagakerjaan:

Optimalisasi kinerja pekerja. e. Penelitian:

(46)

ABSTRAK

Permasalahan yang harus ditangani di berbagai disiplin pengetahuan tentang manusia memiliki akar yang sama yakni pemahaman mekanisme intelegensia alami dan bagian kognisi dari faktor manusia. Kemampuan berpikir manusia dalam berbagai disiplin pengetahuan dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah nutrisi yakni glukosa. Beberapa studi telah menyelidiki hubungan glukosa dengan fungsi kognisi. Fungsi kognisi secara spesifik mengenai konsentrasi berpikir masih belum banyak diteliti.

Beberapa uji dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi berpikir. Trail Making Test telah distandarisasi untuk mengukur konsentrasi berpikir dengan melihat waktu dalam detik sebagai unit pengukurannya. Gula darah diukur dengan menggunakan glucose meter dengan satuan mg/dl. Penelitian ini dilakukan dengan metode kohort prospektif dengan menilai kadar gula darah dan konsentrasi berpikir setelah delapan jam berpuasa dan satu jam setelah makan. Subjek merupakan pria dengan proporsi tubuh normal dan tidak memiliki riwayat diabetes. Empat puluh enam subjek dipilih dengan metode konsekutif.

Semua subjek memberi persetujuan dengan penjelasan sebelum dilakukan uji. Analisis deskriptif menunjukkan kadar gula darah preprandial pada seluruh subjek adalah 55-119 mg/dl dengan rata-rata 98,2 mg/dl. Kadar gula darah postprandial pada seluruh subjek penelitian adalah 103-171 mg/dl dengan rata-rata 134,5 mg/dl. Konsentrasi berpikir preprandial pada seluruh subjek penelitian

adalah 28-93 detik dengan rata-rata 56,42 detik. Konsentrasi berpikir postprandial pada seluruh subjek penelitian adalah 24-73 detik dengan rata-rata 47,5 detik. Analisis korelatif menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kadar gula darah preprandial dengan konsentrasi berpikir (p = 0,556), kadar gula darah postprandial dengan konsentrasi berpikir (p = 0,533), dan peningkatan kadar gula darah dengan konsentrasi berpikir (p=0,928). Dapat disimpulkan tidak ada korelasi antara kadar gula darah dengan konsentrasi berpikir. Peneliti menyarankan agar masyarakat tidak hanya memperhatikan asupan makanan dalam menjaga fungsi kognisi tetapi juga faktor psikologis seperti asuhan dan kebiasaan untuk menjaga dan meningkatkan fungsi kognisi.

(47)

ABSTRACT

Many problems arised in the study of human have the same root which is the understanding of natural intelligent mechanism and human cognition factor. Human thinking ability in many study fields were influenced by many factors, one is nutrition which is glucose. Some studies has examine the connection between glucose and cognition. Cognition specifically about thinking concentration still not yet been studied.

Some tests can be used to measure thinking concentration. Trail Making Test has been standardized to measure thinking concentration by seeing time used to finish the test using second as the unit measurement. Blood glucose was measured by using glucose meter with mg/dl as the unit measurement. This study was done by prospective cohort method. Blood glucose level and thinking concentration was measured after eight hours fasting and one hour after eating. Subjects were men with normal body mass index and do not have history of diabetes. Forty six subjects has been chosen by consecutive method. All subject had given informed consent before the test was given.

Descriptive analytic shown that preprandial blood glucose level in all subject is 55-119 mg/dl with 98,2 mg/dl mean. Postprandial blood glucose level in all subject is 103-171 mg/dl with 134,5 mg/dl mean. Preprandial thinking concentration in all subject is 28-93 seconds with 56,42 seconds mean. Postprandial thinking concentration in all subject is 24-73 seconds with 47,5 seconds mean. Correlation analysis showed that no significance between preprandial blood glucose level and thinking concentration (p = 0,556), postprandial blood glucose level and thinking concentration (p = 0,533), and increase in blood glucose and thinking concentration (p= 0,928). In conclusion there is no significant correlation bettwen blood glucose level and thinking concentration. Researcher suggests people to not just pay attention to nutrition in keeping cognition function but also other factors such as psychology, for example care and habit to maintain and increase cognition function.

(48)

Korelasi Kadar Gula Darah dengan Konsentrasi Berpikir

Oleh:

Putri Itonami Gaol Marbun 120100117

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(49)

Korelasi Kadar Gula Darah dengan Konsentrasi Berpikir KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

Putri Itonami Gaol Marbun 120100117

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(50)
(51)

ABSTRAK

Permasalahan yang harus ditangani di berbagai disiplin pengetahuan tentang manusia memiliki akar yang sama yakni pemahaman mekanisme intelegensia alami dan bagian kognisi dari faktor manusia. Kemampuan berpikir manusia dalam berbagai disiplin pengetahuan dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah nutrisi yakni glukosa. Beberapa studi telah menyelidiki hubungan glukosa dengan fungsi kognisi. Fungsi kognisi secara spesifik mengenai konsentrasi berpikir masih belum banyak diteliti.

Beberapa uji dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi berpikir. Trail Making Test telah distandarisasi untuk mengukur konsentrasi berpikir dengan melihat waktu dalam detik sebagai unit pengukurannya. Gula darah diukur dengan menggunakan glucose meter dengan satuan mg/dl. Penelitian ini dilakukan dengan metode kohort prospektif dengan menilai kadar gula darah dan konsentrasi berpikir setelah delapan jam berpuasa dan satu jam setelah makan. Subjek merupakan pria dengan proporsi tubuh normal dan tidak memiliki riwayat diabetes. Empat puluh enam subjek dipilih dengan metode konsekutif.

Semua subjek memberi persetujuan dengan penjelasan sebelum dilakukan uji. Analisis deskriptif menunjukkan kadar gula darah preprandial pada seluruh subjek adalah 55-119 mg/dl dengan rata-rata 98,2 mg/dl. Kadar gula darah postprandial pada seluruh subjek penelitian adalah 103-171 mg/dl dengan rata-rata 134,5 mg/dl. Konsentrasi berpikir preprandial pada seluruh subjek penelitian adalah 28-93 detik dengan rata-rata 56,42 detik. Konsentrasi berpikir postprandial pada seluruh subjek penelitian adalah 24-73 detik dengan rata-rata 47,5 detik. Analisis korelatif menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kadar gula darah preprandial dengan konsentrasi berpikir (p = 0,556), kadar gula darah postprandial dengan konsentrasi berpikir (p = 0,533), dan peningkatan kadar gula darah dengan konsentrasi berpikir (p=0,928). Dapat disimpulkan tidak ada korelasi antara kadar gula darah dengan konsentrasi berpikir. Peneliti menyarankan agar masyarakat tidak hanya memperhatikan asupan makanan dalam menjaga fungsi kognisi tetapi juga faktor psikologis seperti asuhan dan kebiasaan untuk menjaga dan meningkatkan fungsi kognisi.

(52)

ABSTRACT

Many problems arised in the study of human have the same root which is the understanding of natural intelligent mechanism and human cognition factor. Human thinking ability in many study fields were influenced by many factors, one is nutrition which is glucose. Some studies has examine the connection between glucose and cognition. Cognition specifically about thinking concentration still not yet been studied.

Some tests can be used to measure thinking concentration. Trail Making Test has been standardized to measure thinking concentration by seeing time used to finish the test using second as the unit measurement. Blood glucose was measured by using glucose meter with mg/dl as the unit measurement. This study was done by prospective cohort method. Blood glucose level and thinking concentration was measured after eight hours fasting and one hour after eating. Subjects were men with normal body mass index and do not have history of diabetes. Forty six subjects has been chosen by consecutive method. All subject had given informed consent before the test was given.

Descriptive analytic shown that preprandial blood glucose level in all subject is 55-119 mg/dl with 98,2 mg/dl mean. Postprandial blood glucose level in all subject is 103-171 mg/dl with 134,5 mg/dl mean. Preprandial thinking concentration in all subject is 28-93 seconds with 56,42 seconds mean. Postprandial thinking concentration in all subject is 24-73 seconds with 47,5 seconds mean. Correlation analysis showed that no significance between preprandial blood glucose level and thinking concentration (p = 0,556), postprandial blood glucose level and thinking concentration (p = 0,533), and increase in blood glucose and thinking concentration (p= 0,928). In conclusion there is no significant correlation bettwen blood glucose level and thinking concentration. Researcher suggests people to not just pay attention to nutrition in keeping cognition function but also other factors such as psychology, for example care and habit to maintain and increase cognition function.

(53)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karuniaNya

saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah saya dengan judul “ Korelasi Kadar

Gula Darah dengan Konsentrasi Berpikir “ .

Dalam pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Prof.dr.Gontar A. Siregar,Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. T. Helvi Mardiani, M.Kes, selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah saya yang memberi saya banyak masukan, kritik dan saran sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.

3. dr.Syamsul Bihar Sp.P(K), selaku dosen pembimbing akademik saya , yang banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahaan di Fakultas Kedokteran USU.

4. dr.Deryne Anggia Paramita Sp. KK dan dr. M. Fauzi Siregar sp. Onk. Rad selaku dosen penguji saya yang memberikan masukan dalam perbaikan karya tulis ini.

5. Seluruh pegawai dan staf Bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memberi izin dan bantuan kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara .

7. Ayah saya yang tersayang, Drs. Posma Marbun M.Si, yang begitu sabar menghadapi dan mendoakan penulis selama ini dan Ibu saya, Ir. Marsinta Dameria Siregar yang memberi dukungan luar biasa ketika penulis hendak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri. 8. Abang saya, dr. Pitoyo Marbun, dan kedua adik saya, Gunawan Lumban

(54)

9. Semua teman dan sahabat saya mahasiswa FK USU stambuk 2012 terutama Ernest Aturani Simbolon, Indrati Asrofiana, Chandra Manurung, dan Nanda Satriayu yang membantu dan memberi dukungan dalam pengambilan data kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ini.

Saya menyadari bahwa karya tulis ini sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu. Oleh karena itu, penulis bersedia menerima kritikan dan saran yang pada akhirnya dapat membuat karya tulis ini menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga tulisan ini dapat benar-benar bermanfaat bagi para pembaca umumnya serta bagi penulis sendiri pada khususnya.

Medan, 18 Desember 2015 Penulis,

(55)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... i

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Anatomi Otak ... 4

2.2 Kognisi... 5

2.2.1 Konsentrasi Berpikir ... 5

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi Berpikir ... 5

2.2.3 Trail Making Test ... 6

2.3 Biomolekul ... 7

2.3.1 Karbohidrat ... 7

2.3.2 Oligosakarida ... 8

2.3.3 Metabolisme Karbohidrat ... 9

2.3.4 Definisi Dan Bentuk-Bentuk Glukosa ... 10

2.3.5 Metabolisme Glukosa ... 11

(56)

2.6 Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Kognisi ... 15

2.6.1 Metabolisme Di Otak... 15

2.6.2 Mekanisme Hormon Epinefrin Terhadap Memori ... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 18

3.1 Kerangka Konsep ... 18

3.2 Definisi Operasional ... 18

3.3 Hipotesis ... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 20

4.1 Jenis Penelitian ... 20

4.2 Waktu Dan Tempat Penelitian ... 20

4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 20

4.3.1 Populasi ... 20

4.3.2 Sampel Penelitian ... 20

4.5 Metode Pengolahan Dan Analisis Data ... 21

4.5.1 Pengolahan Data ... 21

4.5.2 Analisis Data... 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23

5.1 Hasil Penelitian ... 23

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23

5.1.2 Karakteristik Sampel ... 23

5.1.3 Gambaran Kadar Gula Darah Preprandial pada Responden 24 5.1.4 Gambaran Kadar Gula Darah Postprandial pada Responden 24 5.1.5 Gambaran Konsentrasi Berpikir Preprandial ... pada Responden ... 25

5.1.6 Gambaran Konsentrasi Berpikir Postprandial ... pada Responden ... 25

5.1.7 Korelasi Kadar Gula Darah Preprandial dengan Konsentrasi Berpikir ... 26

(57)

5.1.9 Korelasi Peningkatan Kadar Gula Darah Dengan Konsentrasi

Berpikir ... 26

5.2 Pembahasan ... 27

5.2.1 Kadar Gula Darah Preprandial Pada Responden ... 27

5.2.3 Konsentrasi Berpikir Pada Responden ... 28

5.2.4 Korelasi Kadar Gula Darah Preprandial Dengan Konsentrasi Berpikir ... 28

5.2.6 Korelasi Peningkatan Kadar Gula Darah Dengan Konsentrasi Berpikir ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

6.1 Kesimpulan ... 31

6.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(58)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Skor Trail Making sesuai Usia ………. 11

5.1. Kadar Gula Darah Preprandial………..24

5.2. Kadar Gula Darah Postprandial……….24

5.3. Konsentrasi Berpikir Preprandial………..25

5.4. Konsentrasi Berpikir Postprandial……….25

5.5 Korelasi Kadar Gula Darah Preprandial dengan Konsentrasi Berpikir………...26

5.6 Korelasi Kadar Gula Darah Postrandial dengan Konsentrasi Berpikir………...26

(59)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Anatomi Otak ………... 4

2.2. Konsentrasi Berpikir…… ………...………. 5

2.3 Metabolisme Karbohidrat………. 9

2.4 Bentuk-bentuk Glukosa...………. 11

2.5 Glikolisis……….……….. 12

2.6 Terminal Elektroda Strip Glukosa…...………. 13

(60)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup..………... 36

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian……….……….. 37

Lampiran 3 Ethical Clearence……….………... 38

Lampiran 4 Trail Making Test B MOCA………..……….. 39

Lampiran 5 Trail Making Test B UIOWA………...…….. 40

Lampiran 6 Data Subjek………....……….. 41

Gambar

Tabel 5.1 Kadar Gula Darah Preprandial
Tabel 5.3 Konsentrasi Berpikir Preprandial
Gambar 2.1 Anatomi Otak Sumber: Moore, K. L., & Agur, A. M. R. (2007).
Gambar 2.2 Konsentrasi Berpikir Sumber: Matlin, M., W. (2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson diperoleh (r) sebesar 0,677 dengan p&lt;0,01, yang berarti dapat disimpulkan ada

Hasil penelitian didapatkan dari uji korelasi pearson terdapat derajat hubungan yang kuat (r=0,512) dan hubungan yang bermakna (p&lt;0,0001) antara kadar

Pada penelitian ini, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat korelasi bermakna antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar gula darah puasa (r= 0,149; p= 0,414)

Hasil analisis yang diperoleh dengan menggunakan uji chi square, dengan nilai p&gt;0,05 (p=1,00) yang berarti tidak ada hubungan antara status gizi dengan kadar

Hasil uji korelasi Pearson tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara indeks massa tubuh dan lingkar pinggang dengan kadar hepcidin serum (p &gt;

Dari hasil uji Pearson Product Moment didapatkan p value sebesar 0,000 &lt; α (0, 05) yang berarti Ho ditolak artinya ada hubungan signifikan cara kerja angkat angkut

Berdasarkan uji hipotesis yang didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 maka p &lt; 0,05 yang berarti H0 ditolak, sehingga dapat dinyatakan terdapat pengaruh senam

Hasil analisis uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa RLPP mempunyai korelasi bermakna terhadap kadar gula darah puasa, dengan korelasi positif dan kekuatan