• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PADA MALL JATINANGOR TOWN SQUARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PADA MALL JATINANGOR TOWN SQUARE"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

PADA MALL JATINANGOR TOWN SQUARE

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Pengetahuan

Lingkungan yang di ampu oleh :

Ir.Gede H. Cahyana,MT ./Tri M,.ST.

Disusun Oleh :

 Syarif Hidayat (20141210001)

 Habbi Permana (20141210004)

 M.Adip Setiawan (20141210013)

 Nunu Aminudin (20141210009)

 Madya Dwi A. (20141210000)

 Dewi Sulastri (20141210011)

 Sarah Syafira (20141210010)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR/TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS KEBANGSAAN

BANDUNG

2015

(2)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia hidup di bumi tidak sendirian, melainkan bersama makhluk lain, yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik. Manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu. Dalam ruang tersebut terdapat juga benda tak hidup, seperti misalnya udara yang terdiri atas bermacam gas, air dalam bentuk uap, cair dan padat, tanah dan batu. Ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya disebut lingkungan hidup. Lingkungan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal itu dikarenakan dimana seseorang hidup maka akan tercipta suatu lingkungan yang berbeda dan sebaliknya. Zaman sekarang ini sering kali ditemukannya suatu pengrusakan lingkungan oleh manusia dengan alasan pemanfaatan untuk menghasilkan materi yang lebih, secara tidak langsung tindakan ini akan mengakibatkan rusaknya lingkungan dan mengancam pada kelangsungan hidup manusia.

(3)

Dalam melestarikan kualitas lingkungan, berbagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup dapat dilakukan seperti, memulai penyusunan rencana pembangunan daerah sampai setelah proyek-proyek pembangunan dijalankan, misalnya penyusunan rencana penggunaan tata ruang, rencana pembangunan ekonomi suatu daerah, penetapan proyek-proyek yang akan dibangun, sampai pada waktu proyek-proyek telah berjalan. Dengan adanya perencanaan hal-hal yang mungkin bisa mengantisipasi timbulnya dampak buruk pada lingkungan sekitar maka kerusakan lingkungan akan dapat dikurangi atau bahkan dicegah sama sekali. Berdasarkan alasan inilah maka perlu dibuat sebuah rencana pengelolaan lingkungan demi terciptanya keseimbangan antara kepentingan manusia dan kelestarian lingkungan di sekitarnya.

Analisis mengenai dampak lingkungan berkaitan erat dengan pemahaman manusia terhadap perubahan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Dalam hal kegiatan ini tentu melibatkan aspek aktivitas, baik berkaitan dengan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Setiap aktivitas seharusnya didasarkan pada perencanaan yang benar, dan diteruskan dengan implementasi sesuai peraturan yang berlaku dan diikuti dengan monitoring dan evaluasi. Aspek perencanaan terkait dengan

pemikiran manusia dalam membuat kerangka berpikir, cetak biru tentang apa yang layak dan apa yang tidak layak untuk dikembangkan. Dalam hal ini manusia dapat merancang kegiatan yang akan dilakukan dan pengaruhnya terhadap lingkungan hidup. Kegiatan analisis mengenai dampak lingkungan dilakukan sebelum

pelaksanaan proyek pembangunan atau kegiatan usaha dilakukan, dalam hal ini yaitu pada lingkungan sekitar mall.

(4)

Terdapat beberapa masalah yang dapat dirumuskan dalam analisis mengenai dampak lingkungan. Rumusan masalah yang didapat antara lain berapa lama lingkungan tersebut terkena dampak pencemaran dari adanya mall tersebut, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pencemaran lingkungan tersebut, serta bagaimanakah sistem pengelolaan lingkungan berdasarkan faktor-faktor yang saling berkaitan dalam proses pengelolaan lingkungan.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari analisis mengenai dampak lingkungan ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar dampak pencemaran lingkungan yang diberikan setelah adanya mall tersebut. Kemudian mengetahui sepeti apa sistem pengelolaan lingkungannya, dan mengidentifikasikan komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak tersebut. Mengidentifikasikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan terutama yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup. Memprakirakan dan mengevaluasi rencana usahan dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar terhadap lingkungan hidup.

(5)

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Lingkungan Hidup

Menurut Pasal 1 butir (1) Undang-undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya (Siahaan, 2004).

2.2 Unsur-Unsur Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup disebut juga dengan lingkungan hidup manusia (human environment). Istilah ini biasa dipakai dengan lingkungan hidup. Bahkan sering kali dalam bahas sehari-hari disebut sebagai lingkungan. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka pengertian lingkungan hidup itu dapat dirangkum dalam suatu rangkain unsur-unsur sebagai berikut (Siahaan, 2004):

1. Semua benda, berupa manusia, hewan, tumbuhan, organisme, tanah, air, udara, rumah, sampah, mobil, angin, dan lain-lain. Keseluruhan yang disebutkan ini digolongkan sebagai materi, sedangkan satuan-satuannya sebagai komponen. Materi menurut ilmu lingkungan hidup ialah segala sesuatu yang berada pada suatu tempat serta pada suatu waktu.

2. Daya, disebut juga dengan energi. Daya atau energi ialah sesuatu yang memberi kemampuan untuk menjalankan kerja. Energi dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu energi yang berasal dari matahari, energi dari panas bumi, dan energi yang berasal dari reaksi nuklir.

3. Keadaan, disebut juga kondisi atau situasi. Keadaan memiliki ragam-ragam yang satu sama lainnya ada yang membantu kelancaran berlangsungnya proses kehidupan lingkungan.

4. Perilaku atau tabiat.

(6)

melakukan proses lingkungan hidupnya. Dengan demikian, ruang terdiri dari unsur-unsur berbagai ekosistem seperti ekosistem hutan, ekosistem pantai, ekosistem kota, ekosistem permukiman, ekosistem daerah aliran sungai (DAS) dan seterusnya. 6. Proses interaksi disebut juga saling mempengaruhi, atau biasa pula disebut dengan

jaringan kehidupan.

2.3 Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

Mengenai Dampak Lingkunga Hidup, Pasal 1 butir (1) menyatakan: “Analisis Mengenai Dampak Lingkunga Hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan”. Dalam AMDAL terdapat dua jenis batasan tentang dampak, yaitu:

1. Dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang diprakirakan akan ada setelah ada pembangunan.

2. Dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi lingkungan yang diprakirakan akan ada tanpa adanya pembangunan dan yang diprakirakan akan ada dengan adanya pembangunan tersebut.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup atau AMDAL dirumuskan sebagai suatu analisis mengenai dampak lingkungan hidup dari suatu proyek yang meliputi pekerjaan evaluasi dan pendugaan dampak proyek dari pembangunannya (Suratmo, 2002).

2.4 Landasan Hukum Pelaksanaan AMDAL

(7)

landasan bukan saja untuk peraturan-peraturan perundangan yang akan dibuat, tetapi juga untuk perundangan yang lahir sebelumnya. Pembangunan berkelanjutan dan keberlanjutan ekologi dapat dicapai memerlukan adanya norma hukum (perundang-undangan), yaitu UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Landasan hukum pelaksanaan AMDAL di Indonesia, antara lain (Suratmo, 2002):

1. UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. 2. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL.

3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang jenis rencana usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.

4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006 tentang pedoman penyusunan AMDAL.

5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 299 Tahun 1996 tentang pedoman teknis kajian aspek sosial dalam penyusunan AMDAL.

2.5 Tujuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin. Tujuan studi AMDAL adalah mengidentifikasi rencana kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak penting, mengidentifikasi komponen atau parameter lingkungan yang akan terkena dampak penting, melakukan prakiraan dan evaluasi dampak penting sebagai dasar untuk menilai kelayakan lingkungan. Studi AMDAL diharapkan usaha dan/atau kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien, meminimumkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan hidup. Proses AMDAL kemudian menjadi wajib dilakukan bagi setiap rencana usaha dan atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak penting (Mukono, 2005).

BAB III

ASAS, TUJUAN, DAN SASARAN

(8)

mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pasal 4 Sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah:

a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup.

b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.

c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.

d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.

f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

BAB IV

HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT

(9)

1. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

2. Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup.

3. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 6

1. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

2. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan

hidup.

Pasal 7

1. Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

2. Pelaksanaan ketentuan pada ayat (1) di atas, dilakukan dengan cara:

a. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;

b. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;

c. Menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial;

d. Memberikan saran pendapat;

e. Menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan.

BAB V

WEWENANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

(10)

1. Sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh Pemerintah.

2. Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah:

a. Mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup;

b. Mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup, dan pemanfaatan kembali sumber daya alam, termasuk sumber daya genetika;

c. Mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang dan/atau subyek hukum lainnya serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber daya buatan, termasuk sumber daya genetika;

d. Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial;

e. Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 9

1. Pemerintah menetapkan kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

2. Pengelolaan lingkungan hidup, dilaksanakan secara terpadu oleh instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing, masyarakat, serta pelaku pembangunan lain dengan memperhatikan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup.

3. Pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan secara terpadu dengan penataan ruang, perlindungan sumber daya alam nonhayati, perlindungan sumber daya buatan, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.

4. Keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikoordinasi oleh Menteri.

(11)

Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah berkewajiban:

a. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup;

b. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan meningkatkan kesadaran akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup;

c. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

d. Mengembangkan dan menerapkan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup yang menjamin terpeliharanya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

e. Mengembangkan dan mengembangkan perangkat yang bersifat preemtif,

preventif, dan proaktif dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

f. Memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang akrab lingkungan hidup;

g. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang lingkungan hidup;

h. Menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada masyarakat;

i. Memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang berjasa di bidang lingkungan hidup.

Pasal 11

1. Pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat nasional dilaksanakan secara terpadu oleh perangkat kelembagaan yang dikoordinasi oleh Menteri.

2. Ketentuan mengenai tugas, fungsi, wewenang dan susunan organisasi serta tata kerja kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.

Pasal 12

(12)

a. melimpahkan wewenang tertentu pengelolaan lingkungan hidup kepada perangkat di wilayah;

b. mengikutsertakan peran Pemerintah Daerah untuk membantu Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di daerah.

2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 13

1. Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah dapat menyerahkan sebagian urusan kepada Pemerintah Daerah menjadi urusan rumah tangganya.

2. Penyerahan urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintahan.

BAB VI

PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP

(13)

1. Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang melanggar mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

2. Ketentuan mengenai baku mutu lingkungan hidup, pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta pemulihan daya tampungnya diatur dengan

Peraturan Pemerintah

3. Ketentuan mengenai kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, pencegahan dan penanggulangan kerusakan serta pemulihan daya dukungnya diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Pasal 15

1. Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis

mengenai dampak lingkungan hidup.

2. Ketentuan tentang rencana usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1), serta tata cara penyusunan dan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan

hidup ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 16

1. Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan.

2. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menyerahkan pengelolaan limbah tersebut kepada pihak lain.

3. Ketentuan pelaksanaan pasal ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 17

1. Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun.

2. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun meliputi: menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan/atau membuang.

3. Ketentuan mengenai pengelolaan bahan berbahaya dan beracun diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VII

(14)

Langkah pertama pada penelitian tentang analisis dampak lingkungan dari adalah inisialisasi. Inisialisasi merupakan langkah awal dari penelitian yang dimulai dengan pemilihan tempat yang akan diteliti yang sesuai dengan kriteria yaitu sebuah bangunan yang akan membawa dampak lingkungan bagi masyarakat yang tinggal disekitar bangunan tersebut. Tempat yang terpilih adalah bangunan baru di sekitar Jatinangor yaitu Mall Jatinangor town square. Langkah kedua adalah mencari materi-materi tentang lingkungan hidup seperti aturan hukum mengenai lingkungan hidup, Undang-undang lingkungan hidup, peraturan menteri tentang lingkungan hidup, peraturan pemerintah tentang lingkungan hidup, teori dari buku atau sumber lain tentang lingkungan hidup, peraturan gubernur tentang lingkungan hidup dan peraturan pemerintah tentang lingkungan hidup. Teori tersebut merupakan landasan dari penelitian pendirian bangunan Mall Jatinangor town square. Selain itu materi yang dicari adalah tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Setelah melakukan itu semua langkah selanjutnya adalah membuat pertanyaan untuk mewawancarai responden sekitar Mall Jatinangor town square. Langkah selanjutnya setelah membuat pertanyaan yaitu melakukan survey lapangan ke Mall Jatinangor town square dengan mencari 3 responden masyarakat sekitar dan lingkungan hidup, peraturan pemerintah tentang lingkungan hidup, teori dari buku atau sumber lain tentang lingkungan hidup, peraturan gubernur tentang lingkungan hidup, peraturan pemerintah tentang lingkungan hidup dan hasil wawancara dari keenam responden. Langkah selanjutnya adalah memberikan pendapat dan solusi terbaik atau solusi pencegahan dari dampak lingkungan yang ditimbulkan dari pembangunan Mall Jatinangor town square. Terakhir adalah membuat kesimpulan dari penelitian tentang analisis dampak lingkungan dari pembangunan Mall Jatinangor town square tersebut.

BAB VIII

(15)

4.1 Survey Lapangan Mall Jatinangor town square

Pembangunan mall akhir – akhir ini semakin meningkat, seiring dengan pertumbuhan pembangunan di kota – kota besar. Salah satunya adalah bangunan

mall Jatinangor town square yang terletak di Jatinangor, Sumedang. Beberapa dampak ditimbulkan dari pembangunan mall ini, baik dampak negatif maupun dampak positif. Untuk mengetahui dampak negatif dan dampak positif yang diperoleh dari mall ini, maka dilakukan wawancara kepada masyarakat yang tinggal di sekitar mall tersebut. Wawancara dilakukan kepada tiga narasumber dan berikut merupakan pertanyaan beserta jawaban yang diperoleh dari masing – masing narasumber.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan:

1. Siapa nama anda? 2. Umur anda berapa?

3. Anda warga Jatinangor asli atau pindahan? 4. Pekerjaan anda sehari-hari apa?

5. Berapa lama anda tinggal di daerah sekitar mall Jatinangor town square? 6. Sudah berapa lama mall Jatinangor town square ini dibangun?

7. Bagaimana perbedaan sebelum mall dibangun dan sesudah mall dibangun? 8. Apa yang anda harapkan dari pembangunan mall Jatinangor town square ini?

Narasumber pertama 1. Maman.

2. 48 tahun.

3. Warga Jatinangor asli. 4. Tukang parkir.

5. Saya dari lahir udah disini a, dari jaman daerah sini masih sawah-sawah semuanya 6. Ini bangunan baru a, ya kira-kira baru 4 thn kurang lah.

7. Perbedaannya banyak a, ada positif sama negatifnya. Kalo dampak positifnya pertama saya dapet pekerjaan baru walaupun jadi tukang parkir, tapi kan lumayan buat tambah-tambah uang jajan anak, selain itu ya buat tempat hiburan aja sih. Kalo dampak negatifnya banyak banget mbak, yaitu macet, polusi udara, kalau dirumah saya jadi susah air, karena udah kesedot sama mall nya mungkin ya, sampah berserakan dimana-mana. Waktu hujan deras kemarin, rumah saya kena banjir mbak, padahal sebelum ada pembangunan mall ini rumah saya jarang banget banjir, tapi sekarang hujan sedikit saja sudah banjir.

8. Ya saya sih berharap seharusnya dari dampak negatif yang masyarakat sini alami ya pihak perusahaan kasih kompensasilah ke masyarakat, terus kasih sosialisasi jangan main bangun-bangun aja, terus gak mikirin masyarakat kecil kaya kita.

Narasumber 2 1. Nining.

2. 52 tahun.

(16)

4. Ibu rumah tangga.

5. Saya dari lahir udah disini a.

6. Ini bangunan baru a ya kira-kira baru 4 tahun kuranglah.

7. Setelah mall ini dibangun, lapangan kerja jadi bertambah a, jadi ngurangin pengangguran deh a. Tapi setelah ada mall ini air tanah jadi sedikit keluarnya a. Banjir juga menjadi dampak negatif dari pembangunan mall ini. Udah gitu macet a, banyak polusi lagi, soalnya siang-siang semakin banyak kendaraan bermotor yang lewat sini. Padahal waktu mall ini belum dibangun, air disini banyak a, kita hampir tidak pernah kekurangan air.

8. Ya kalo saya sih maunya peninggian jalan di perumahan sekitar sini aja biar gak banjir a. itu aja sih yang saya harapkan.

Narasumber 3

7. Ya setelah ada Mall Jatinangor ini, daerah ini semakin lebih maju. semakin banyaknya pembangunan, selain itu mempercantik kota Jatinangor terutama di lingkungan sini. Selain itu juga menambah lapangan kerja bagi warga Jatinangor khususnya dan sekitarnya. Tapi setelah ada mall, disini jadi sering banjir juga kekurangan air. Soalnya kemungkinan sampah yang dihasilkan dari pengunjung

mall yang dibuang sembarangan membuat kali semakin menumpuk sampah dan resapan air semakin kurang semenjak adanya pembangunan mall ini. Apabila banjir terjadi aktivitas warga sini menjadi terhambat, aktivitas saya juga menjadi terhambat. Padahal sebelum adanya mall ini, tidak seperti itu.

8. Saya sih gak berharap banyak, ya paling tidak, banjir disini bisa dikurangilah intensitasnya supaya aktivitas warga daerah sini tidak terganggu.

.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, dilihat dari segi Arsitek juga Teknik Mesin, maka dapat disimpulkan dampak yang ditimbulkan dari pembangunan

mall tersebut, baik dampak negatif maupun dampak positif. Dampak negatif yang ditimbulkan dari bangunan mall Jatinangor town square adalah meningkatnya tingkat kemacetan di lingkungan sekitar wilayah Jatinangor. Berdasarkan letaknya, mall

(17)

Akibatnya banyak asap yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor, karena hal itulah maka menyebabkan terjadinya polusi udara. Berkurangnya drainase resapan air disekitar lingkungan mall. Maka untuk menghindari banjir, harus dilakukan pembangunan yang berwawasan lungkungan dan kapasitas selokan dengan lintasan air harus seimbang. Selain itu, perlu diadakan perencaan yang terkonsep agar selokan yang dibuat dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jika selokan beralih fungsi menjadi pembuangan sampah, maka akibatnya akan terjadi penyumbatan sehingga saluran air tidak lancar. Selokan juga perlu diadakan tinjauan, karena dalam waktu yang cukup lama akan terjadi sedimentasi dalam selokan tersebut sehingga untuk menyelesaikan masalah ini perlu diadakan pengerukan agar saluran air lancar. Timbulnya efek rumah kaca, yang dapat terjadi apabila polusi udara yang terjadi berlebihan yang ditimbulkan oleh asap kendaraan bermotor sehingga menyebabkan udara panas. Selain itu, sinar matahari tidak bisa diserap secara langsung oleh tanah karena adanya paving di mall

tersebut. Terjadinya perubahan karakteristik tanah di sekitar lingkungan mall

Jatinangor town square dan dampak negatif lainnya.

Selain dampak negatif yang ditimbulkan dari pembangunan mall Jatinangor town square, mall tersebut juga memberikan dampak yang positif bagi lingkungan sekitar dan juga masyarakat. Dampak positif yang diperoleh dari pembangunan mall

Jatinangor town square tersebut adalah menambah lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi angka pengangguran, menambah pendapatan keuangan daerah, menjadikan kota Jatinangor lebih maju dan modern, mempercantik tata letak kota Jatinangor dan dampak positif lainnya.

4.2 Peranan AMDAL Terhadap Pembangunan Mall

(18)

besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup. Dan diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan tersebut. Untu mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dalam pembangunan sebuah mall, maka harus diperhatikan syarat – syarat dalam mendirikan sebuah bangunan. Menurut Penataan Pasar Modern Pasal 12 Bagian Kedua Nomor 20 Tahun 2009, syarat – syarat dalam mendirikan bangunan adalah:

1. Lokasi pendirian pasar modern wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten, termasuk pengaturan zonasinya.

2. Penyelengaraan dan pendirian pasar modern wajib memenuhi ketentuan,sebagai berikut:

a. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar tradisional, usaha kecil, dan usaha menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan.

b. Memperhatikan jarak dengan pasar tradisional maupun pasar modern lainnya.

c. Pasar modern dapat dibangun dengan jarak radius terdekat dari pasar tradisional minimal 1000 meter.

d. Menyediakan fasilitas yang menjamin pasar modern yang bersih sehat, hygienis, aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.

e. Menyediakan fasilitas tempat usaha bagi usaha kecil dan menengah,pada posisi yang sama-sama menguntungkan.

f. Menyediakan fasilitas parkir kendaraan bermotor dan tidak bermotor yang memadai di dalam area bangunan.

g. Menyediakan sarana pemadam kebakaran dan jalur keselamatan bagi petugas maupun pengguna pasar modern dan toko modern.

h. Pemberian ijin usaha pasar modern wajib memperhatikan pertimbangan Kepala Desa/Lurah dan BPD/LPM.

i. Pendirian Pasar Modern khususnya Minimarket diutamakan untuk diberikan kepada pelaku usaha yang domisilinya sesuai dengan lokasi Minimarket tersebut.

3. Perkulakan hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder.

4. Hypermarket dan Pusat Perbelanjaan:

a. Hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor.

b. Tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan di dalam kota/perkotaan.

(19)

a. Tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan.

b. Tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan di dalam kota/perkotaan. 6. Minimarket

a. Dapat berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk pada sistem jaringan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan.

b. Jumlah minimarket untuk setiap kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan maksimal hanya ada 2 (dua) minimarket dalam jarak 2 km.

4.3 Analisis dan Solusi

(20)

di daerah yang padat kendaraan, ditambah lagi lokasi mall tersebut berdekatan dengan Pabrik, Universitas dan pasar tradisional.

Solusi yang dapat diberikan adalah pemerintah harus lebih tegas lagi dalam menyikapi pembangunan mall dan berpotensi memacetkan lalu lintas. Apalagi, banyak sekali keberadaan mall yang memberikan peluang bagi pedagang kaki lima untuk membuka lapaknya di trotoar di depan mall. Untuk pembangunan mall

selanjutnya, lebih baik lebih memperhatikan AMDAL dan syarat – syarat dalam mendirikan sebuah bangunan, guna mengurangi dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari pembangunan tersebut. Selain itu, dari pihak mall (Jatinangor Town Square) juga harus mengambil tindakan guna mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari pembangunan mall tersebut. Tindakan yang harus dilakukan misalnya adalah membenahi jalur pintu masuk atau keluar kendaraan, begitu juga dengan pengelolaan parker dan sistem penyeberangan yang tidak mengganggu arus lalu lintas di tempat tersebut.

BAB IX

KESIMPULAN

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam memberikan pelayanan terhadap tersuplainya kebutuhan listrik di Provinsi Kalimantan Selatan, terutama di Kabupaten Barito Kuala, PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik

Off farm sudah berkembang Pengembangan inovasi teknologi 2 Teknologi budidaya belum maju Kelembagaan pelayanan terkait pertanian sudah mulai dibentuk Pemasaran produk sdh

Ketiga, menciptakan dan mempromosikan produk (ide, barang, jasa, tempat) yang dapat memenuhi kebutuhan keinginan pelanggan dan tersedia pada harga dan tempat yang

Untuk dapat mendidik dengan baik, maka guru Pendidikan Agama Islam harus mempunyai sifat-sifat tertentu seperti yang dikatakan oleh ibu Noor Aminah selaku guru

Pengaruh interferensi dan interaksi tersebut perlu dikaji secara seksama melalui eksperiment agar nantinya hasil ini dapat memberikan kontribusi di dalam memprediksi

Sphygmomanometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah yang bekerja secara manual saat memompa maupun mengurangi tekanan pada manset,

Dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus, jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah metode pengembangan sistem yang