• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri (Apd) Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Penderes Di Ptpn Iii Kebun Sei Silau Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri (Apd) Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Penderes Di Ptpn Iii Kebun Sei Silau Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitin ini bersifat survey analitik yaitu penelitian untuk mencari hubungan antara pemakaian APD terhadap kejadian kecelakaan kerja. Dengan menggunakan desain studi cross-sectional yaitu mencari hubungan dengan variabel dependen (informasi dan gambaran analisis mengenai situasi yang ada) dalam waktu yang bersamaan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PTPN III Kebun Sei Silau afdeling 1. Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan. Peneliti mengambil lokasi di Afdeling 1 karena jarak yang dekat dengan pasar sehingga mudah dijangkau dan memudahkan peneliti untuk meneliti. Waktu penelitian dilaksanakan pada Januari 2017 sampai dengan selesai.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi yang diambil dari penelitian ini adalah karyawan penderes Afdeling 1 Kebun Sei Silau PTPN III yang berjumlah 49 orang.

3.3.2 Sampel

(2)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan sumber data primer dan sekunder, yaitu:

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada karyawan penderes afdeling 1 PTPN III Kebun Sei Silau yang menjadi responden. Kuesioner untuk penilaian pemakaian APD dan kejadian kecelakaan kerja menggunakan kuesioner dari penelitian Inna Nesyi Barizqi (2015) yang dimodifikasi.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang cara pengumpulannya diperoleh dari orang lain atau instansi dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data-data yang berkaitan dengan penelitian ini yang berhubungan dengan data primer pada pekerja. Data-data sekunder tersebut yang berasal dari perusahaan berupa data responden, kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja PTPN III Kebun Sei Silau, Struktur Organisasi P2K3 Kebun Sei Silau dan data kecelakaan kerja.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

(3)

Variabel dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Variabel Indenpenden (Variabel Bebas)

Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah Pemakaian APD kacamata, Pemakaian APD sepatu boot. 2. Variabel Dependen (Variabel Terkait)

Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kejadian kecelakaan kerja.

3. Variabel Confounding (Variabel Perancu)

Variabel yang tidak termasuk dalam penelitain, namun dapat mempengaruhi variabel dependen. Variabel ini perlu dikendalikan dan diukur secara langsung (Soekidjo Notoatmodjo, 2010). Variabel perancu dalam penelitian ini, yaitu umur, masa kerja, dan pendidikan.

3.5.2 Defenisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Pemakaian APD berupa Kacamata dan Sepatu bood yang dipakai sacara disiplin selama jam kerja dengan kondisi APD yang masih bagus, agar terlindung dari kecelakaan kerja.

2. Kejadian Kecelakaan Kerja adalah ada atau tidak adanya kecelakaan (mata) pada pekerja penderes selama bekerja.

(4)

4. Masa Kerja adalah lama responden bekerja sebagai pekerja penderes sampai dilakukannya penelitian.

5. Pendidikan data diri responden yang diukur dari jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuhnya.

3.6 Metode Pengukuran

1. Pemakaian Alat Pelindung Diri

Untuk mengetahui pemakaian alat pelindung diri kacamata dan sepatu bood pekerja penderes, maka diukur dengan kuesioner bagian II yang berisi 3 pertanyaan, menggunakan skala Guttman dengan skor untuk pertanyaan :

1 : Pakai 2 : Tidak Pakai

Pekerja dikatakan menggunakan APD secara lengkap apabila pekerja

menjawab “Ya” pada pertanyaan nomor 1 & 2 tentang pemakaian alat pelindung

diri.

2. Umur

Umur diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagian I yang bersifat terbuka. Jawaban responden selanjutnya akan dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori berdasarkan median yang didapat.

3. Masa Kerja

(5)

4. Pendidikan

Pendidikan diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagaian I yang bersifat terbuka. Jawaban responden selanjutnya akan dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu “Rendah” jika responden menjawab

SD, “Sedang” jika responden menjawab SMP, dan “Tinggi” jika responden

menjawab SMA.

5. Kejadian Kecelakaan Kerja

Untuk mengetahui kecelakaan kerja pada pekerja penderes, maka diukur dengan kuesioner bagian III yang berisi 3 pertanyaan, menggunakan skala Guttman dengan skor untuk pertanyaan :

1 : Pernah 2 : Tidak Pernah

Pekerja dikatakan pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja apabila pekerja menjawab “Ya” pada pertanyaan nomor 1 bagian III tentang kejadian kecelakan

kerja.

3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:

1. Editing, memeriksa kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data. 2. Coding, menyederhanakan data dengan memberikan kode-kode tertentu. 3. Processing, setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga

(6)

cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer.

4. Cleaning (pembersihan data), merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat meng-entry ke komputer.

3.7.2 Teknik Analisi Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa analisa data, yaitu :

1. Analisa Univariat dilakukan untuk mengetahui secara deskriptif variabel yang diteliti, dihitung skor rata-rata dan persentasenya lalu ditampilkan berupa tabel distribusi frekuensi.

2. Analisa Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi dengan pengujian statistik (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, Uji statistik dalam penelitian ini adalah uji chi-square. Analisis bivariat menggunakan uji chi-

Square dengan derajat kepercayaan 95%. Jika P-value 0,05, maka perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna antara variabel bebas dengan terikat. Jika P-value > 0,05 maka perhitungan

(7)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Gambaran Umum PTPN III Kebun Sei Silau

PTPN III Kebun Sei Silau yang menjadi lokasi penelitian berada di kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Jarak dengan Kota Kisaran ± 15 km dan ± 174 km dari Kota Medan. Kebun Sei Silau merupakan perusahaan munafuktur yang bergerak dalam bidang perkebunan dan industri khususunya perkebunan karet dan kelapa sawit. Perusahaan ini memiliki 8 (delapan) afdeling dan 1 (satu) Pabrik Pengolahan Karet (PPK) yang mengolah lateks dari seluruh afdeling menjadi ribbed smoked sheet.

Manajemen team Kebun Sei Silau terdiri dari 16 orang Karyawan Pimpinan yaitu 1 orang Manager, 2 Asisten Kepala, 8 orang Asisten Tanaman, 1 orang Asisten Teknik, 1 orang Asisten Pengolahan Karet, 1 orang Asisten Tata Usaha, 1 orang Asisten Personalia Kebun dan 1 orang Perwira Keamanan. Managemen Kebun Sei Silau didukung oleh 894 orang karyawan pelaksana.

(8)

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi

dan persentase dari tiap variabel confounding (umur, masa kerja, dan pendidikan), variabel bebas (pemakaian alat pelindung diri) dan variabel terikat (kejadian kecelakaan kerja) yang telah diperoleh dari hasil penelitian.

4.2.1.1 Umur

Umur responden diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤ 34 tahun dan > 34 tahun. Dari data

hasil penelitian, umur responden yang terendah adalah 23 tahun dan yang tertinggi adalah 54 tahun. Berdasarkan tebel diatas, diketahui bahwa umur pekerja penderes ≤ 34 tahun yaitu 28 orang (57,1%), dan > 34 tahun yaitu 21

orang (42,9%). 4.2.1.2 Masa Kerja

Masa kerja pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017 dapat dilihat pada tebel berikut:

(9)

III Kebun Sei Silau tahun 2017

Masa kerja responden diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤ 6 tahun dan > 6 tahun. Dari data hasil

penelitian, masa kerja responden yang terendah adalah 4 tahun dan yang tertinggi

adalah 35 tahun. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa masa kerja pekerja

Tabel 4.3 Distribusi pendidikan responden pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017

Pendidikan (Tahun) n %

Pendidikan responden diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan

dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu rendah (SD), sedang (SMP), dan tinggi (SMA). Dari data hasil penelitian, pendidikan responden terendah adalah SD dan yang tertinggi adalah SMA. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa

(10)

sedang (SMP) yaitu 9 orang (18,4%), dan pendidikan tinggi (SMA) yaitu 20

orang (40,8%).

4.2.1.4 Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Pemakaian alat pelindung diri pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) responden pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017

Pemakaian Alat

Pemakaian alat pelindung diri pada pekerja penderes diukur dengan menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu pakai dan tidak pakai. Tabel diatas menunjukkan dari 49 pekerja, pekerja

yang pakai APD yaitu 22 orang (44,9%), dan pekerja yang tidak pakai APD yaitu 27 orang (55,1%).

4.2.1.5Kejadian Kecelakaan Kerja pada Mata

Kejadian kecelakaan kerja pada mata pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Distribusi kejadian kecelakaan kerja responden pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017

Kejadian Kecelakaan

(11)

yaitu pernah dan tidak pernah. Tabel diatas menunjukkan dari 49 pekerja, pekerja yang pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja yaitu 10 orang (20,4%), dan pekerja yang tidak pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja yaitu 39 orang (79,%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square. Jika P value ≤ 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukkan

bahwa adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jika P-value > 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan bermakna antara variabel bebas dengan. Syarat uji Chi-Square adalah tidak ada sel yang mempunyai nilai expected (E) kurang dari 5. Apabila syarat uji tidak terpenuhi, maka uji alternatif yang digunakan adalah uji Fisher Exact Test.

4.2.2.1Hubungan Umur dengan Kejadian Kecelakaan Kerja

Untuk menguji variabel umur dengan kejadian kecelakaan kerja digunakan uji statistik Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Hubungan Umur dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017

Umur

(12)

dan umur > 34 tahun sebanyak 8 orang (16,3%), sedangkan pekerja yang tidak pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja dengan umur ≤ 34 tahun sebanyak 26 orang (53,1%) dan umur > 34 tahun sebanyak 13 tahun (26,5%).

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,012 < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel umur dengan kejadian kecelakaan kerja.

4.2.2.2Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian Kecelakaan Kerja

Untuk menguji hubungan variabel masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja digunakan uji statistik Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017

Masa Kerja (Tahun)

Kejadian Kecelakaan Kerja

Jumlah P value Pernah Tidak Pernah

n % N % n %

≤ 6 2 4,1 23 46,9 25 51,0 0,037

> 6 8 16,3 16 32,7 24 49,0 Jumlah 10 20,4 39 79,6 49 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kajadian kecelakaan kerja yang pernah dialami oleh pekerja dengan masa kerja ≤ 6 tahun sebanyak 2 orang

(13)

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,037 < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja.

4.2.2.3Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Kecelakaan Kerja

Untuk menguji hubungan variabel pendidikan dengan kejadian kecelakaan kerja digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel beriku ini:

Tabel 4.8 Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017

Pendidikan

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kejadian kecelakaan kerja yang pernah dialami oleh pekerja dengan pendidikan rendah sebanyak 8 orang (16,3%), pendidikan sedang sebanyak 2 orang (4,1%), dan pendidikan tinggi tidak ada. Pekerja yang tidak pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja dengan pendidikan rendah sebanyak 12 orang (24,5%), pendidikan sedang sebanyak 7 orang (14,3%), dan pendidikan tinggi sebanyak 20 orang (40,8%).

(14)

4.2.2.4Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Kejadian Kecelakaan Kerja

Untuk menguji hubungan variabel pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan kejadian kecelakaan kerja digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji

Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9 Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Kejadian Kecelakaan Kerja

Jumlah P value Pernah Tidak Pernah

n % N % n %

Pakai 1 2,0 21 42,9 22 44,9 0,015

Tidak Pakai 9 18,4 18 36,7 27 55,1 Jumlah 10 20,4 39 79,6 49 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kejadian kecelakaan kerja dialami oleh pekerja yang memakai alat pelindung diri sebanyak 1 orang (2,0%) dan pekerja yang tidak pakai alat pelindung diri sebanyak 9 orang (18,4%), sedangkan pekerja yang tidak mengalami kejadian kecelakaan kerja oleh pekerja yang memakai alat pelindung diri sebanyak 21 orang (42,9%) dan pekerja yang tidak pakai alat pelindung diri sebanyak 18 orang (36,7%).

(15)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Pemakain Alat Pelindung Diri pada Pekerja Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017

Pemakaian alat pelindung diri berpengaruh dengan kejadian kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,015 < 0,05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pemakaian alat pelindung diri dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aswar (2016) dengan p value < α sehingga terdapat hubungan antara penggunaan APD

dengan kecelakaan kerja, dimana nilai kedua hubungan variabel bernilai sedang (phi = 0,418).

Pemakaian alat pelindung diri merupakan alternatif terakhir sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja. Penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja disesuaikan dengan pajanan bahaya yang dihadapi di area kerja. Untuk itu pemakain alat pelindung diri sangat penting nilainya sebagai pencegahan terjadinya kecelakaan kerja.

(16)

Kejadian kecelakaan kerja pada tahun 2016 di PTPN III Kebun Sei Silau mengalami peningkatan di tahun 2017. Menurut jawaban dari responden kecelakaan yang sering terjadi yaitu mata terkena percikan getah saat menderes. Hal ini disebabkan karena pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri kacamata saat bekerja. Peningkatan kejadian kecelakaan kerja disebabkan karena pekerja yang terkena percikan getah tersebut tidak melapor ke petugas kesehatan, sehingga kecelakaan tersebut tidak terdaftar dibuku kecelakaan kerja. Alasan pekerja tidak melapor karena pekerja menganggap bahwa kecelakaan tersebut tidak berbahaya. Apabila pekerja terkena percikan getah, pekerja biasanya hanya mengucek mata atau memejam-mejamkan mata beberapa saat saja.

Berdasarkan jawaban dari responden, waktu kejadian kecelakaan kerja sangat beragam. Kejadian kecelakaan kerja yang terjadi paling lama waktu terjadinya lebih kurang yaitu 6 bulan terakhir, dan waktu yang paling cepat yaitu sekitar satu minggu sebelum diwawancarai dengan kuesioner. Kecelakaan tersebut terjadi pada mata, yaitu mata terkena percikan getah saat bekerja.

Pekerja yang menggunakan alat pelindung diri kacamata juga pernah mengalami kecelakaan kerja. Hal ini dikarenakan pekerja sering membuka dan menutup kacamata saat bekerja. Menurut beberapa pekerja kacamata yang digunakan mudah berembun, sehingga sebagian pekerja menganggap bahwa mengunakan alat pelindung diri kacamata pada saat bekerja tidak nyamanan. Pekerja menganggap mengganggu produktivitas pekerjaan.

(17)

dan penyediaan alat pelindung diri didapat dari kantor pusat PTPN III, dan untuk dua tahun terakhir ini perusahaan belum memberikan alat pelindung diri yang baru. Jadi pekerja masih sering tidak menggunakan alat pelindung diri kacamata saat bekerja, sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.

Suasana kerja dengan kenyamanan tempat kerja dan kenyamanan fasilitas (kondisi APD) akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja, sehingga dengan demikian diharapkan setiap fasilitas atau perlengkapan kerja yang menimbulkan kenyamanan dalam pemakaianannya akan dapat digunakan oleh pekerja secara optimal. Tindakan penggunaan alat pelindung diri sangat penting karena dapat mencegah timbulnya penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat suatu pekerjaan.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.08/MEN/VII/2010 menyatakan bahwa Alat Pelindung Diri adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi sesorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. Pengusaha wajib menyediakan APD bagi karyawan/pekerja secara cuma-cuma dan wajib digunakan di tempat kerja selama bekerja untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

5.2 Hubungan Umur dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pakerja Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017

(18)

pekerja. Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,012 < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel umur dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aryantiningsih (2016) menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian kecelakaan kerja (p value = 0,002) dengan umur yang berisiko mengalami kecelakaan kerja yaitu > 31 tahun berisiko 15 kali mengalami kecelakaan kerja.

Hasil penelitian umur dengan kecelakaan kerja di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017 menunjukkan bahwa umur berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Pekerjaan menderes dilakukan pukul 05.30 mulai menderes sekitar 750 pohon. Kemudian mengutip hasil dalam bentuk cup lump dan terakhir menimbang hasil ke TPH (Tempat Pemungutan Hasil). Kegiatan tersebut terus menerus dilakukan setiap hari. Pekerjaan menderes memerlukan fisik yang kuat serta kegesitan, karena hasil penderesan akan segera dipungut dan ditimbang untuk diproduksi.

(19)

semakin bertambahnya umur mempunyai kecenderungan lebih besar untuk mengalami kecelakaan kerja. Kapasitas fisik menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih. Pekerja penderes yang berumur < 34 tahun juga pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan tersebut karena pekerja yang berumur muda biasanya bekerja dengan cepat, terburu-buru dan tidak hati-hati.

Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan golongan umur muda, karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi (Hunter, 2000).

5.3 Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian Keceakaan Kerja pada Pekerja Penders di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017

Masa kerja dalam penelitian ini merupakan kurun waktu atau lamanya pekerja bekerja sebagai pekerja penderes sejak awal bekerja sampai penelitian berlangsung dalam hitungan tahun. Masa kerja dilihat dari pertama kali pekerja bekerja sebagai penderes di PTPN III Kebun Sei Silau yang saat penelitian berlangsung.

(20)

Hasil penelitian masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja di PTPN III Kebun Sei Silau menunjukkan bahwa masa kerja berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang banyak dialami oleh pekerja penderes dengan masa kerja > 6 tahun. Hal ini dikarenakan pekerja yang memiliki masa kerja yang lebih lama merasa lebih berpengalaman dan pekerja lebih sering tidak menggunakan alat pelindung diri (kacamata) saat bekerja, sehingga terjadi kecelakaan kerja. Pekerja yang sudah lama bekerja seharusnya memberikan contoh yang baik dengan memakai alat pelindung diri secara lenglap dan berbagi pengalamannya kepada pekerja yang masih bekerja ≤ 6 tahun untuk selalu memakai alat pelindung diri saat bekerja. Pekerja dengan masa kerja ≤ 6 tahun

juga pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja, hal ini dikarenakan pekerja tersebut tidak memakai alat pelindung diri dan belum memiliki pengalaman yang bekerja yang lebih lama.

Munurut Suma’mur yang mengungkapkan bahwa pengalaman untuk

waspada terhadap kecelakaan bertambah baik sesuai dengan pertumbuhan masa kerja dan lama kerja di tempat kerja yang bersangkutan. Pekerja yang belum berpengalaman adalah salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja yang bekerja > 3 tahun.

(21)

kemampuan kerja sesorang bertambah dan berkembang melalui dua jalur utama yaitu pengalaman kerja yang didapat mendewasakan sesorang dari pelatihan dan pendidikan.

5.4 Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017

Pendidikan dalam penelitian ini diukur dari jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuhnya. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh niai p value = 0,004 < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan dengan kejadian kecelakaan kerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dornadia (2016) dengan (p value = 0,003) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kejadian kecelakaan kerja.

(22)

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi sesorang dalam berperilaku. Latar belakang pendidikan seseorang akan mempengaruhi persepsi, cara pandang, dan sikap dalam melihat suatu pekerjaan atau masalah yang dihadapinya di tempat kerja, dengan semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan akan manfaat alat pelindung diri akan tinggi pula dan akan mempengaruhi sikapnya sehingga apabila mengetahui manfaat dan bagaimana sikap yang harus ditentukan maka akan mengetahui pula tentang bahaya yang timbul jika tidak memakai alat pelindung diri di tempat kerja (Soekidjo Notoatmodjo, 2013).

(23)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pekerja penderes yang mengalami kejadian kecelakaan kerja sebanyak 10 orang (20,4%).

2. Ada hubungan yang bermakna antara pemakaian alat pelindung diri (p

value 0,015), umur (p value 0,012), masa kerja (p value 0,037), dan pendidikan (p value 0,004) dengan kejadian kecelakaan kerja.

6.2 Saran

1. Pekerja sebaiknya memakai alat pelindung diri kacamata yang diameter dan lebarnya sesuai dengan mata, sehingga pinggiran mata tertutup dengan rapat.

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi umur responden pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017
Tabel 4.3 Distribusi pendidikan responden pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017
Tabel 4.5 Distribusi kejadian kecelakaan kerja responden pada pekerja  penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017
Tabel 4.6 Hubungan Umur dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang didapat sebagai berikut: (1) kemampuan berbicara siswa di kelas V sudah baik; (2) upaya yang di lakukan guru untuk meningkatkan kemampuan berbicara di kelas

[r]

pengaruh positif terhadap nilai perusahaan dalam model regresi yang mempertimbangkan variabel praktek corporate governance, 2) variabel corporate governance yang mempunyai

T{ant}a&gt;wi&gt; melihat teks ayat ini, tidak seperti al-’Asma&gt;wi&gt; yang ‘meng abaikan’ penafsiran teks sebelum dan sesudahnya, sejatinya ter fokus ( mah all al-sha } &gt;

Access to medical services Access to education Awareness raising of people Adequate, hygienic and safe housing. Access to medical services Access to education Awareness

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan Oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng

Sedangkan ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini yaitu hanya terbatas pada audit kepatuhan keamanan informasi untuk memberikan rekomendasi kebijakan dan

Uraian Keliling sebuah taman bunga melati yang berbentuk persegi adalah 280 m.. 3) Menggunakan rumus luas daerah persegi panjang dan persegi untuk menyelesaikan masalah yang