BAB II
DASAR TEORI
2.1
Dasar Perencanaan
2.1.1 Jenis Pembebanan
Perencanakan struktur pada suatu bangunan bertingkat berdasarkan pada
gaya gaya yang akan bekerja pada bangunan tersebut. struktur yang didisain harus
mampu mendukung berat bangunan, beban hidup akibat fungsi bangunan, tekanan
angin, maupun beban khusus berupa gempa dll. Beban-beban yang bekerja pada
struktur dihitung menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
2.1.1.1
Beban Mati (q
DL)
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian–penyelesaian, mesin mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung itu.Untuk
merencanakan gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan
bangunan dan komponen gedung adalah :
Tabel 2.1. Berat jenis bahan bangunan
No.
Material
Berat
Keterangan
1. Baja
7850 kg/m3
2. Batu
alam
2600 kg/m3
3. Batu belah, batu bulat,batu gunung
1500 kg/m3 berat tumpuk
4. Batu
karang
700 kg/m3 berat tumpuk
5. Batu
pecah
1450 kg/m3
6. Besi
tuang
7250 kg/m3
Tabel 2.1. Berat jenis bahan bangunan (lanjutan)
No.
Material
Berat
Keterangan
8. Beton
bertulang
2400 kg/m3
9. Kayu
1000 kg/m3 kelas I
10. Kerikil,
koral
1650 kg/m3
kering udara sampai
11. Pasangan bata merah
1700 kg/m3
12. Pasangan batu belah, batu bulat,
2200 kg/m3
13. Pasangan batu cetak
2200 kg/m3
14. Pasangan
batu
karang
1450 kg/m3
15. Pasir
1600 kg/m3 kering udara sampai
16. Pasir
1800 kg/m3 jenuh air
17. Pasir
kerikil,
koral
1850 kg/m3 kering udara sampai
18. Tanah,
lempung
dan
lanau
1700 kg/m3 kering udara sampai
19. Tanah,
lempung
dan
lanau
2000 kg/m3 basah
20. Timah hitam / timbel)
11400 kg/m3
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
.
)
Tabel 2.2. Beban Mati Tambahan (komponen gedung)
No.
Material
Berat
Keterangan
1.
Adukan, per cm tebal :
21
kg/m2
- dari semen
- dari kapur, semen merah/tras
17 kg/m2
2. Aspal, per cm tebal :
14 kg/m2
3.
Dinding pasangan bata merah :
450
kg/m2
- satu batu
- setengah batu
250 kg/m2
4.
Dinding pasangan batako :
- berlubang :
tebal dinding 15 cm tebal
dinding 10 cm
300
200
kg/m2
Tabel 2.2. Beban mati tambahan (komponen gedung) (lanjutan)
No.
Material
Berat
Keterangan
5.
Langit-langit & dinding, terdiri :
-
semen asbes (eternit), tebal
maks. 4 mm
6. Lantai kayu sederhana dengan
40 kg/m2
tanpa langit-langit, bentang
7. Penggantung langit-langit (kayu)
7
kg/m2
bentang maks. 5 m, jarak
8. Penutup atap genteng
50 kg/m2
dengan reng dan usuk / kaso
9. Penutup atap sirap
40 kg/m2
dengan reng dan usuk / kaso
10. Penutup atap seng gelombang
10 kg/m2
tanpa usuk
11. Penutup lantai ubin, /cm tebal
24 kg/m2
ubin semen portland, teraso
12. Semen asbes gelombang (5 mm)
11 kg/m2
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
.
)
2.1.1.2
Beban Hidup (q
LL)
Beban hidup merupakan baban-beban gravitasi yang bekerja pada saat struktur
telah berfungsi, namun bervariasi dalam besar dan lokasinya. Contohnya adalah
beban orang, furnitur, perkakas yang dapat bergerak, kendaraan dan barang-barang
yang dapat disimpan. Secara praktis beban hidup bersifat tidak permanen
sedangkan, yang lainnya sering berpindah-pindah tempatnya. Karena tidak
diketahui besar, lokasi dan kepadatannya, besar dan posisi sebenarnya dari
beban-beban semacam itu sulit sekali ditentukan
(Salmon dan Johnson, 1992).
Beban hidup untuk bangunan terdiri dari beban hidup lantai dan beban hidup atap
yang bervariasi bergantung pada fungsi bangunan tersebut
Tabel 2.3. Beban Hidup Pada Lantai Bangunan
No.
Fungsi
Beban Hidup
a.
Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali disebut no b
200 kg/m
2b.
Lantai & tangga rumah tinggal sederhana dan gudang
gudang tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau
bengkel
125 kg/m
2c.
Lantai sekolah ruang kuliah, Kantor, Toko, toserba,
Restoran, Hotel, asrama, Rumah Sakit
250 kg/m
2d.
Lantai ruang olahraga
400 kg/m
2e.
Lantai ruang dansa
500 kg/m
2f.
Lantai dan balkon dalam dari ruang pertemuan yang lain
dari pada yang disebut dalam a s/d e seperti masjid, gereja,
ruang pagelaran/rapat, bioskop dengan tempat duduk tetap
400 kg/m
2g.
Lantai panggung dengan tempat duduk tidak tetap atau
untuk penonton yang berdiri
500 kg/m
2
h.
Lantai Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
dalam c
300 kg/m
2
i.
Lantai Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
dalam d, e, f, dan g
500 kg/m
2
j.
Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f,
dan g
250 kg/m
2
k.
Lantai Pabrik, bengkel, gudang Perpustakaan, ruang
arsip,toko buku, toko besi, ruang alat alat dan ruang mesin
harus direncanakan terhadap beban hidup ditentukan
tersendiri, dengan minimum
Tabel 2.3. Beban Hidup Pada Lantai Bangunan (lanjutan)
No.
Fungsi
Beban Hidup
l.
Lantai gedung parkir bertingkat :
-
Lantai bawah
-
Lantai tingkat lainnya
800 kg/m
2400 kg/m
2m.
Lantai balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus
direncanakan terhadap beban hidupdari lantai ruang
berbatasan, dengan minimum
300 kg/m
2(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
.
)
Tabel 2.4. Beban Hidup Pada Atap
No.
Fungsi
Beban
Hidup
a.
Atap / bagiannya dapat dicapai orang, termasuk kanopi
dan atap dak
100 kg/m
2
b.
Atap / bagiannya tidak dapat dicapai orang (diambil min.) :
-
beban hujan
-beban terpusat
20 kg/m
2100 kg
c.
Balok/gording tepi kantilever
200 kg/m
2(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
.
)
Tabel 2.5. Koefisien reduksi beban hidup
Penggunaan gedung
Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah
sakit
0,75 0,30
PENDIDIKAN :
Sekolah, Ruang kuliah
0,90
0,50
PERTEMUAN UMUM :
Mesjid, gereja, bioskop, restoran, ruang
dansa, ruang pagelaran
0,90 0,50
KANTOR :
Kantor, Bank
0,60 0,30
PERDAGANGAN :
Toko, toserba, pasar
0,80 0,80
PENYIMPANAN :
Gudang, perpustakaan, ruang arsip
0,80 0,80
INDUSTRI :
Pabrik, bengkel
1,00 0,90
TEMPAT KENDARAAN :
Garasi, gedung parkir
0,90 0,50
GANG & TANGGA :
-
Perumahan/penghunian
-
Pendidikan, kantor
-
Pertemuan umum, perdagangan,
-
Penyimpanan, industri, tempat
kendaraan
2.1.1.3
Beban Angin (q
WL)
Besarnya beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tergantung dari
kecepatan angin, rapat massa udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian
bangunan, serta kekakuan struktur. Bangunan yang berada pada lintasan angin,
akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi
kinetik dari angin akan berubah menjadi energi potensial, yang berupa tekanan atau
hisapan pada bangunan. Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung
Tabel 2.6. Koefisien Beban Angin
No. Jenis Gedung / Struktur
Posisi Tinjauan
Koefisien
1. Gedung
tertutup
:
a. Dinding vertikal
b. Atap segitiga
c. Atap segitiga majemuk
-
di pihak angin
-di belakang angin
-sejajar arah angin
-
di pihak angin (
α
< 65o)
-di pihak angin (65o <
α
<90o)
-di belakang angin (semua sudut)
-
bidang atap di pihak angin (
α
< 65o )
-bidang atap di pihak angin
(65o<
α
<90o)
-
bidang atap di belakang angin
(semua sudut)
-
bidang atap vertikal di belakang
angin (semua sudut)
2. Gedung terbuka sebelah
Sama dengan No.1, dengan tambahan :
-
bid. dinding dalam di pihak angin
-bid. dinding dalam di belakang angin
+ 0,6
- 0,3
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
.
)
2.1.1.4.
Beban Gempa
Sumber :
http://ekspedisi.kompas.com/cincinapi/index.php/infografis/39
Gambar 2.1. Jalur Cincin Api dan Gunung Berapi Sebagai Pusat Gempa
Gambar 2.2. Peta Gempa Pada SNI 1726 2012
dengan suatu faktor keutamaan
I
emenurut Tabel 2. Khusus untuk struktur
bangunan dengan kategori risiko IV, bila dibutuhkan pintu masuk untuk
operasional dari struktur bangunan yang bersebelahan, maka struktur bangunan
yang bersebelahan tersebut harus didesain sesuai dengan kategori risiko IV.
Tabel 2.7. Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban
gempa
Jenis pemanfaatan
Kategori risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
-
Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan
-
Fasilitas sementara
-
Gudang penyimpanan
-
Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
I
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko
I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
-
Perumahan
-
Rumah toko dan rumah kantor
-
Pasar
-
Gedung perkantoran
-
Gedung apartemen/ rumah susun
-
Pusat perbelanjaan/ mall
-
Bangunan industri
-
Fasilitas manufaktur
-
Pabrik
Tabel 2.7. Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban
gempa (lanjutan)
Jenis pemanfaatan
Kategori risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia pada
saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
-
Bioskop
-
Gedung pertemuan
-
Stadion
-
Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
-
Fasilitas penitipan anak
-
Penjara
-
Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
-
Pusat pembangkit listrik biasa
-
Fasilitas penanganan air
-
Fasilitas penanganan limbah
-
Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV,
(termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan,
penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya,
bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak)
yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan
bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan
cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
III
G
edung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
-
Bangunan-bangunan monumental
-
Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
-
Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah
dan unit gawat darurat
-
Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi
kendaraan darurat
-
Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya
-
Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya
untuk tanggap darurat
-
Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada
saat keadaan darurat
-
Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan
bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam
kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material
atau peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi
pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur
bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
Tabel 2.8. Faktor keutamaan gempa
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
.
)
lokasi proyek berada pada daerah wilayah medan (0.45g = 4.41 m/s
2) sehingga
di digunakan spectrum rencana sebagai berikut :
Sumber : http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
Gambar 2.3. Respon Spektrum Gempa Rencana Wilayah Medan
(SNI-03-1726-2012)
Kategori risiko
Faktor keutamaan gempa,
Ie
I atau II
1,0
Batasan sistem struktur dan batasan
tinggi struktur, h (m) c 8. Dinding geser batu bata bertulang
h
13.Dinding geser batu bata ringan (AAC) bertulang biasa
2 2½ 2 TB 10 TI TI TI
14.Dinding geser batu bata ringan (AAC) polos biasa
1½ 2½ 1½ TB TI TI TI TI
15.Dinding rangka ringan (kayu) dilapisi dengan panel struktur kayu yang ditujukan untuk tahanan geser, atau dengan lembaran baja
6½ 3 4 TB TB 20 20 20
16.Dinding rangka ringan (baja canai dingin) yang dilapisi dengan panel struktur kayu yang ditujukan untuk tahanan geser, atau dengan lembaran baja
6½ 3 4 TB TB 20 20 20
17. Dinding rangka ringan dengan panel geser dari semua material lainnya
2 2½ 2 TB TB 10 TI TI
18.Sistem dinding rangka ringan (baja canai dingin) menggunakan bresing strip datar
Tabel 2.9.
FaktorR
,Cd
, dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa (lanjutan)Batasan sistem struktur dan batasan
tinggi struktur, h (m) c Kategori desain seismik
B C D d E d F e
B. Sistem rangka bangunan
1. Rangka baja dengan bresing eksentris 8 2 4 TB TB 48 48 30 dengan bresing konsentris khusus
5 2 4
22.Dinding rangka ringan (kayu) yang dilapisi dengan panel struktur kayu yang dimaksudkan untuk tahanan geser
7 2½ 4½ TB TB 22 22 22
23.Dinding rangka ringan (baja canai dingin) yang dilapisi dengan panel struktur kayu yang dimaksudkan untuk tahanan geser, atau dengan lembaran baja
7 2½ 4½ TB TB 22 22 22
24.Dinding rangka ringan dengan panel geser dari semua material lainnya
2½ 2½ 2½ TB TB 10 TB TB
25.Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk
8 2½ 5 TB TB 48 48 30
26.Dinding geser pelat baja khusus 7 2 6 TB TB 4 48 30
C. Sistem rangka pemikul momen
1. Rangka baja pemikul momen khusus 8 3 5½ TB TB T TB TB
Batasan sistem struktur dan batasan
tinggi struktur, h (m) c
10.Rangka baja dan beton komposit terkekang parsial pemikul momen
D. Sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus yang mampu menahan paling sedikit 25 persen gaya gempa yang ditetapkan
E. Sistem ganda dengan rangka pemikul momen menengah mampu menahan paling sedikit 25 persen gaya gempayang ditetapkan
1. Rangka baja dengan bresing konsentris khususf
6 2½ 5 TB TB 10 TI TIh,k
Tabel 2.9.
FaktorR
,Cd
, dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa (lanjutan)Batasan sistem struktur dan batasan
tinggi struktur, h (m) c F. Sistem interaktif dinding
geser-rangka dengan geser-rangka pemikul momen beton bertulang biasa dan dinding geser beton bertulang biasa
4½ 2½ 4 TB TI TI TI TI
G. Sistem kolom kantilever didetail untuk memenuhi persyaratan 1. Sistem kolom baja dengan kantilever khusus
2½ 1¼ 2½ 10 10 10 10 10
2. Sistem kolom baja dengan kantilever biasa 1¼ 1¼ 1¼ 10 10 TI TIh,i TIh, i
3. Rangka beton bertulang pemikul momen khusus
2½ 1¼ 2½ 10 10 10 10 10
4. Rangka beton bertulang pemikul momen menengah
1½ 1¼ 1½ 10 10 TI TI TI
5. Rangka beton bertulang pemikul momen biasa
1 1¼ 1 10 TI TI TI TI
6. Rangka kayu 1½ 1½ 1½ 10 10 10 TI TI
H. Sistem baja tidak didetail secara khusus untuk ketahanan seismik, tidak termasuk sistem kolom kantilever
3 3 3 TB TB TI TI TI
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung
SNI 1726:2012
.
)
Dengan demikian sistem bekerjanya beban untuk elemen – elemen struktur
gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut : beban pelat
lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban balok portal
didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar
melalui pondasi.
Tabel 2.10 Klasifikasi situs
Kelas situs
v
s (m/detik) N atau N ch su (kPa)SA (batuan keras) >1500 N/A N/A
SB (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
SC (tanah keras, sangat padat dan batuan lunak)
350 sampai 750 >50
2
100SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15sampai 50 50 sampai100
< 175 <15 < 50
SE (tanah lunak) Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dengan karateristik sebagai berikut :
1. Indeks plastisitas,
PI
>
2 0 ,
- Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah tersementasi lemah
- Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan
H
>
3
m)(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
gedung dan non gedung SNI 1726:2012
.
)
-
Kecepatan rata-rata gelombang geser, V
sDimana :
d
i= tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter
V
si= kecepatan gelombang geser lapisan
i
dinyatakan dalam meter per
detik
(m/detik)
Dimana :
d
i= tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter
N
i= tahanan penetrasi standar 60 persen energy (
N
60) yang terukur
langsung di lapangan tanpa koreksi, dengan nilai tidak lebih dari
305 pukulan/m
-
Kuat geser niralir rata-rata, Su
Dimana :
d
c= jumlah ketebalan total dari lapisan - lapisan tanah kohesif di
dalam lapisan 30 meter paling atas
S
ui= kuat geser niralir (kPa), dengan nilai tidak lebih dari 250 kPa
pengaruh klasifikasi situs (SNI 1726:2012), harus ditentukan dengan perumusan
berikut ini:
S
MS= F
a. S
sS
M1= F
v. S
1Dimana :
S
s= parameter respons spektral percepatan gempa
MCER
terpetakan untuk
perioda pendek
S
1= parameter respons spektral percepatan gempa
MCER
terpetakan untuk
perioda 1,0 detik.
dan koefisien situs
F
adanF
vmengikuti Tabel 2.11 dan Tabel 2.12Tabel 2.11
Koefisien situs,F
aKelas situs
Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER) terpetakan pada
perioda pendek, T=0,2 detik,
S
s
S
s:s
0 , 2 5
S
s=
0 , 5
S
s=
0 , 7 5
S
s=
1 , 0
S
s2
1 , 2 5
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
gedung dan non gedung SNI 1726:2012
.
)
CATATAN:
-
Untuk nilai-nilai antara
Ss
dapat dilakukan interpolasi linier
- SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
situs spesifik,
Tabel 2.12
Koefisien situs,F
vKelas situs
Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan pada
perioda 1 detik,
S
1(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
gedung dan non gedung SNI 1726:2012
.
)
CATATAN:
-
Untuk nilai-nilai antara
Ss
dapat dilakukan interpolasi linier
- SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
situs spesifik,
Tabel 2.13 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda pendek
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung
dan non gedung SNI 1726:2012
.
)
Tabel 2.14 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda 1 detik
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung
dan non gedung SNI 1726:2012
.
)
Geser dasar seismik,
V
, dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai
dengan persamaan berikut:
V =
C
s. W
Keterangan:
C
s= koefisien respons seismik
W
= berat seismik efektif
Berat seismik efektif struktur,
W
menurut
SNI 1726:2012
, harus menyertakan
seluruh beban mati dan beban lainnya yang terdaftar di bawah ini:
Nilai
S
DS Kategori risiko
1.
Dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan: minimum sebesar 25
persen beban hidup lantai (beban hidup lantai di garasi publik dan struktur
parkiran terbuka, serta beban penyimpanan yang tidak melebihi 5 persen
dari berat seismik efektif pada suatu lantai, tidak perlu disertakan);
2.
Jika ketentuan untuk partisi disyaratkan dalam desain beban lantai: diambil
sebagai yang terbesar di antara berat partisi aktual atau berat daerah lantai
minimum sebesar 0,48 kN/m2;
3.
Berat operasional total dari peralatan yang permanen;
4.
Berat lansekap dan beban lainnya pada taman atap dan luasan sejenis
lainnya.
Koefisien respons seismik,
C
s, harus ditentukan sesuai dengan
C
s=
Dimana :
S
DS= parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda
pendek
R
= faktor modifikasi respons dalam Tabel 2.9
I
e= faktor keutamaan gempa yang ditentukan sesuai Tabel 2.8
Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan Persamaan diatas tidak perlu melebihi Cs
dari
persamaan di bawah :
C
syang di dapatkan harus tidak kurang dari :
C
min= 0,044 . S
DS. I
e> 0,01
Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah di mana 1
S
sama
dengan atau lebih besar dari 0,6
g
, maka C
sharus tidak kurang dari:
C
s=
,Dimana :
S
DS= parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda
pendek
S
D1= parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang sebesar
1,0 detik,
R
= faktor modifikasi respons dalam Tabel 2.9
I
e= faktor keutamaan gempa yang ditentukan sesuai Tabel 2,8
T =
perioda fundamental struktur (detik)Perioda fundamental pendekatan T
a
, dalam detik, harus ditentukan dari :
T
a=
C
tDimana :
h
n= ketinggian struktur, dalam (m)
Tabel 2.15 Nilai parameter perioda pendekatan
C
tdan
x
Tipe struktur
C
t xSistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa:
Rangka baja pemikul momen 0,0724 a 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466 a 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 a 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 a 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 a 0,75
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung
dan non gedung SNI 1726:2012
.
)
Sebagai alternatif, menurut SNI 1726:2012 untuk menentukan perioda fundamental
pendekatan T
a, dalam detik, dari persamaan berikut untuk struktur dengan
ketinggian tidak melebihi 12 tingkat di mana sistem penahan gaya gempa terdiri
dari rangka penahan momen beton atau baja secara keseluruhan dan tinggi tingkat
paling sedikit 3 m:
T
a=
0,1N
Dimana :
N
= jumlah, tingkat (m)
Perioda fundamental struktur harus dibatasi dengan :
T
max=
C
uT
aDimana :
T
a= waktu getar struktur, dalam (m)
Tabel 2.16 Koefisien untuk batas perioda struktur
Parameter percepatan respons spektral desain pada 1 detik,
S
D1Koefisien
C
u> 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
< 0,1 1,7
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
gedung dan non gedung SNI 1726:2012
.
)
2.1.2 Kombinasi Pembebanan
komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi menurut SNI
1726:2012 harus dirancang sedemikian hingga kuat rencananya sama atau melebihi
pengaruh beban-beban terfaktor dengan kombinasi-kombinasi sebagai berikut:
1.
1,4
D
2.
1,2D + 1,6L + 0,5(L
ratau R)
3.
1,2D + 1,6(L
ratau R) + (L atau 0.5W)
4.
1,2D + 1,0 W + L + 0,5(L
ratau R)
5.
1,2D + 1,0 E + L
6.
0,9D + 1,0 W
7.
0,9D + 1,0 E
8.
Pengaruh beban gempa,
E
, harus ditentukan sesuai dengan berikut ini:
1. Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 5 dalam
2. Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 7
E =
E
h- E
vKeterangan:
E
= pengaruh beban gempa;
E
h= pengaruh beban gempa horisontal
E
v= pengaruh beban gempa vertikal
Pengaruh beban gempa horisontal,
E
h, harus ditentukan sesuai dengan Persamaan
sebagai berikut:
E
h=
ρ
Q
hKeterangan:
Q
= pengaruh gaya gempa horisontal dari
V
atau
F p
ρ
=
faktor redundansi
Untuk struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F,m
SNI 1726:2012 mengatur
ρ
harus sama dengan 1,3 kecuali jika satu dari dua
kondisi berikut dipenuhi, di mana p diijinkan diambil sebesar 1,0:
a.
Masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35 persen geser dasar dalam
arah yang ditinjau harus sesuai dengan Tabel 2.12;
Jumlah bentang untuk dinding geser harus dihitung sebagai panjang dinding
geser dibagi dengan tinggi tingkat atau dua kali panjang dinding geser dibagi
dengan tinggi tingkat,
hsx
, untuk konstruksi rangka ringan.
Tabel 2.17 Persyaratan untuk masing-masing tingkat yang menahan lebih
dari 35 persen gaya geser dasar
Elemen penahan
gaya lateral Persyaratan
Rangka dengan bresing
Pelepasan bresing individu, atau sambungan yang terhubung, tidak akan mengakibatkan reduksi kuat tingkat sebesar lebih dari 33 persen, atau sistem yang dihasilkan tidak mempunyai ketidakteraturan torsi yang berlebihan (ketidakteraturan struktur horisontal Tipe 1b).
Rangka pemikul momen
Kehilangan tahanan momen di sambungan balok ke kolom di kedua ujung balok tunggal tidak akan mengakibatkan lebih dari reduksi kuat tingkat sebesar 33 persen, atau sistem yang dihasilkan tidak mempunyai ketidakteraturan torsi yang berlebihan (ketidakteraturan struktur horisontal Tipe 1b).
Dinding geser atau pilar dinding dengan rasio tinggi terhadap panjang lebih besar dari 1,0
Pelepasan dinding geser atau pier dinding dengan rasio tinggi terhadap panjang lebih besar dari 1,0 di semua tingkat, atau sambungan kolektor yang terhubung, tidak akan mengakibatkan lebih dari reduksi kuat tingkat sebesar 33 persen, atau sistem yang dihasilkan mempunyai ketidakteraturan torsi yang berlebihan (ketidakteraturan struktur horisontal Tipe 1b).
Kolom kantilever Kehilangan tahanan momen di sambungan dasar semua kolom kantilever tunggal tidak akan mengakibatkan lebih dari reduksi kuat tingkat sebesar 33 persen, atau sistem yang dihasilkan mempunyai ketidakteraturan torsi yang berlebihan (ketidakteraturan struktur horisontal Tipe 1b).
Lainnya Tidak ada persyaratan
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
gedung dan non gedung SNI 1726:2012
.
)
2.2
Kinerja Struktur Gedung
2.2.1 Kinerja Batas Layan
dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut akibat pengaruh gempa nominal
yang telah dibagi Faktor Skala..
Faktor Skala =
,> 1
Dimana :
V
1= Gaya geser dasar nominal sebagai respons dinamik ragam yang
pertama saja
Vt
= Gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil analisis ragam
spektrum respons yang telah dilakukan.
dekat mempunyai korelasi silang yang signifikan di antara respons translasi dan
torsi.
Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat
maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam kondisi struktur
gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya
keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan
untuk mencegah benturan berbahaya antar-gedung atau antar bagian struktur
gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela delatasi). simpangan antar-tingkat
ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa
nominal (SNI 1726:2002) Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain (
∆
)
harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan
terbawah yang ditinjau. Lihat Gambar 2.4, Apabila pusat massa tidak terletak
segaris dalam arah vertikal, diijinkan untuk menghitung defleksi di dasar tingkat
berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa tingkat di atasnya (SNI 1726:2012)
Defleksi pusat massa di tingkat
x
(
δ
x
) (mm) harus ditentukan sesuai dengan
persamaan berikut:
δ
x = .Dimana :
C
d= faktor amplifikasi defleksi dalam Tabel 2,9
δ
xe= defleksi pada lokasi yang disyaratkan pada pasal ini yang ditentukan
dengan analisis elastis
I
e= faktor keutamaan gempa yang ditentukan sesuai dengan tabel 2,8
Simpangan antar lantai tingkat desain
∆
tidak boleh melebihi simpangan antar
lantai tingkat ijin
∆
aseperti didapatkan dari Tabel 2.13 untuk semua tingkat.
Tabel 2.18 Simpangan antar lantai ijin
Struktur Kategori risiko
I atau II III IV
Struktur, selain dari struktur dinding geser batu bata, 4 tingkat atau kurang dengan dinding interior, partisi, langit-langit dan sistem dinding eksterior yang telah didesain untuk mengakomodasi simpangan antar lantai tingkat.
0 , 0 2 5
gedung pada taraf itu. Dalam segala hal lebar sela pemisah tidak boleh ditetapkan
kurang dari 75 mm (SNI 1726:2012).
2.2.2 Kinerja Batas kekuatan
2.2.2.1 Perencanaan Pelat Floor Deck
Floor deck pada pelat menggantikan fungsi tulangan Tarik pada daerah
lapangan. Analisis pelat floor deck meggunakan metode pelat satu arah. Bila pelat
mengalami rotasi bebas pada tumpuan, pelat dan tumpuan sangat kaku terhadap
momen puntir, maka pelat itu dikatakan jepit penuh. Bila balok tepi tidak cukup
kuat untuk mencegah rotasi, maka dikatakan terjepit sebagian. Tebal minimum
yang ditentukan dalam Tabel 2.14 berlaku untuk konstruksi satu arah yang tidak
menumpu atau tidak disatukan dengan partisi atau konstruksi lain yang mungkin
akan rusak akibat lendutan yang besar, kecuali bila erhitungan lendutan
menunjukkan bahwa ketebalan yang lebih kecil dapat digunakan tanpa
menimbulkan pengaruh yang merugikan.
Tabel 2.19. Tebal Minimum Balok Non-Prategang Atau Pelat Satu Arah Bila
Lendutan Tidak Dihitung
Tebal minimum, h
Komponen struktur
Tertumpu Satu ujung Kedua ujung Kantilever
Komponen struktur tidak menumpu atau tidak dihubungkan dengan partisi atau konstruksi lainnya yang mungkin rusak oleh lendutan yang besar
Pelat masif satu-arah
Balok atau pelat rusuk
satu-arah ,
CATATAN:
Panjang bentang dalam mm.
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan beton normal dan tulangan tulangan Mutu 420 MPa. Untuk kondisi lain, nilai di atas harus dimodifikasikan sebagai berikut:
a. Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis (equilibrium density), w , di antara 1440 sampai
1840 kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan (1,65 – 0,0003wc) tetapi tidak kurang dari 1,09.
b.
Untuk fy selain 420 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).a.
Disain pada Momen Positif
Disain pada momen positif gaya Tarik disumbangkan oleh metal deck dan
gaya tekan disumbangkan oleh beton. Dalam hal ini penampang beton
berbentuk persegi panjang
Gambar 2.5. Diagram tegangan momen positif floor deck
Penulangan lentur dihitung analisa tulangan tunggal dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
Mn =
Dimana
ϕ
= 0.8
R
n=
m =
.A
sPERLU=
ρ
b d
rasio tulangan minimum menggunakan syarat tulangan susut dan tulangan
suhu sebagai acuan dan di tabelkan sebagai berikut :
Tabel 2.20 Rasio Tulangan Minimum Pada Pelat
Jenis Pelat
ρ
minPelat yang menggunakan batang tulangan ulir mutu 300
0,0020
Pelat yang menggunakan batang tulangan ulir atau jaring kawat las
0,0018
Pelat yang menggunakan tulangan dengan tegangan leleh melebihi
0,0018 x 400/
fy
(Sumber : Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
SNI 2847:2002)
Persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam mendisain pelat satu arah adalah
jarak tulangan maximum. Pasal 12 SNI 03-2847-2002 butir 6.4 jarak tulangan
adalah :
S =
– 2.5 C
cDimana :
f
s= 60% f
yC
c= Selimut Beton
b.
Disain pada Momen Negatif
Gambar 2.6. Diagram tegangan momen negatif floor deck
2.2.2.2
Perencanaan Pelat Chekered
Pelat metal didisain menggunakan metode pelat satu arah . syarat batas yang
harus di penuhi pelat metal adalah
ϕ
M
n> M
udimana :
ϕ
M
n= momen nominal = Z
xf
yM
u=
momen
ultimate
2.2.2.3
Perencanaan Batang Tekan
Kekuatan tekan disain harus nilai terendah yang diperoleh berdasarkan
keadaan batas dari tekuk lentur, tekuk torsi, dan tekuk torsi lentur. Profil dengan
dominan keruntuhan tekuk lentur kekuatan nominal nya adalah :
ϕ
P
n= 0,9 . f
cr. A
tegangan kritis, f
crditentukan sebagai berikut :
a.
Bila
.< 4,71
( atau < 2,25 )
b.
Bila
.> 4,71
( atau > 2,25 )
f
cr=
,
.
f
ef
e=
Dimana :
K
= faktor panjang efektir
L
= panjang profil
r
= jari jari inersia
f
cr= tegangan kritis
f
e= tegangan euler
λ
= kelangsingan =
.2.2.2.4
Perencanaan Batang Lentur
Pembebanan balok disesuaikan dengan peraturan pembebanan Indonesia
untuk gedung (PPIUG) 1983, sedangkan pemakaian profil dihitung sesuai dengan
SNI 03-1729-2015 .
Tabel 2.21. Nilai kekuatan lentur berdasarkan SNI 1729 2015
PROFIL
q
L
rL
pM
PM
r Vnkg/m m m KN m KN m KN
WF 150 x 75 x 5 x 7 14.00 3.16 0.84 23.54 15.09 108.00
WF 150 x 100 x 6 x 9 21.10 5.30 1.20 36.09 23.46 127.87
WF 200 x 100 x 4.5 x 7 18.20 3.46 1.12 40.89 27.20 128.30
WF 200 x 100 x 5.5 x 8 21.30 3.78 1.12 48.02 31.28 158.40
WF 200 x 150 x 6 x 9 30.60 6.37 1.82 71.08 46.88 167.62
Tabel 2.21. Nilai kekuatan lentur berdasarkan SNI 1729 2015 (lanjutan)
Apabila L > L
rM
n= M
cr=
√=
,,
< 2,3
=
= 4
2=
= 1,76
Untuk profil I konstanta torsi dan konstanta warping adalah
J = [ 2b + h
]
C
w=
Untuk profil kanal konstanta torsi dan konstanta warping adalah
J = [ 2b + h
]
Gambar 2.7. Kuat Momen Lentur Nominal Akibat Tekuk Torsi Lateral
b.
Kontrol Geser
Untuk profil I
= 0,60 f
ywA
w< V
uPersamaan diatas dapat dipenuhi bila syarat kelangsingan untuk tebal pelat web
sebagai berikut :
<
c. Kontrol Lendutan
Tabel 2.22. Batas Lendutan Maksimum
Komponen struktur dengan beban tidak
Beban tetap
Beban
Balok pemikul dinding atau finishing yang getas
L
/360 -
Balok biasa
L
/240 -
Kolom dengan analisis orde pertama saja
h
/500
h
/200
Kolom dengan analisis orde kedua
h
/300
h
/200
(Sumber : Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung,
SNI 1729:2002)
- Profil Siku
a. Kontrol Momen
ϕ
M
n= 0.9 M
n- Momen Leleh
M
n= 1,5 M
yDimana :
M
y= momen leleh di sumbu lentur
- Momen dengan tekuk torsi lateral
1. Bila M
e< M
yM
n= [ 0,92 -
,] M
e2. Bila M
e> M
yM
n= [ 1,92 – 1,17
] M
e< 1,5 M
yLentur di sumbu utama major dari baja siku kaki sama :
M
e=
,Dimana
:
b
= lebar siku
E
= elastisitas profil siku
t
= tebal profil siku
M
e= momen tekuk lateral-torsi elastis
b. kontrol geser
ϕ
V
n= 0,9 . 0,6 . A
w. f
y. c
vDimana :
V
n= kekuatan geser penampang
A
w= luas badan = b x t
f
y= tegangan leleh profil siku
Nilai cv dari persamaan diatas ditentukan dengan :
-
Bila
< 1,1
c
v=
1
-
Bila
1,1
<
< 1,37
c
v=
1,1
x
-
Bila
> 1,37
2.2.2.5
Perencanaan Balok Kolom
Komponen struktur yang mengalami momen lentur dan gaya aksial harus
direncanakan memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Untuk
> 0,2
+ (
+
) < 1
Untuk
< 0,2
+ (
+
) < 1
Dimana :
P
u= Gaya aksial (tarik atau tekan) terfaktor, N
P
n= Kuat nominal penampang, N
ϕ
= Faktor reduksi kekuatan
= 0.9 untuk aksial tarik
= 0,9 untuk aksial tekan
M
ux= Momen lentur terfaktor terhadap sumbu-
x
M
uy= Momen lentur terfaktor terhadap sumbu-
y
M
nx= Kuat nominal lentur penampang terhadap sumbu-
x
M
ny= Kuat nominal lentur penampang terhadap sumbu-
y
ϕ
b= Faktor reduksi kekuatan lentur = 0,9
2.2.2.6
Perencanaan Balok Komposit
Menurut SNI 1729:2015 lebar efektif balok komposit adalah :
-
seperdelapan dari bentang balok, pusat-ke-pusat tumpuan
-
jarak ke tepi dari pelat
Kekuatan Lentur Positif balok komposit bisa di disain secara plastis jika memenuhi
< 3,76
. Jika > 3,76
maka momen harus di tentukan dengan
superposisi tegangan elastis. (SNI 1729:2015). Nilai ultimate dari momen lentur
dapat di tinjau dari 2 kondisi yaitu :
1.
Sumbu netral jatuh pada pelat beton
Besar nya gaya tekan pada kondisi ultimate adalah :
C
= 0,85 . . a . b
eGaya tarik pada profil baja adalah :
T
= A
s. fy
Gaya tarik floor deck adalah
T
=
A
fd. f
uJika
ẏ
> (t
f- h
fd)
keseimbangan gaya C = T , maka diperoleh
a =
. . , . .Lengan kopel terhadap gaya tekan
d
1= t
s– -
d
2=
+ t
s-
Kuat momen lentur nominal positif balok komposit adalah :
Gambar 2.8. Diagram tegangan balok komposit momen positif dengan
ẏ
< (t
s- h
fd)
Gambar 2.9. Diagram tegangan balok komposit momen positif dengan
ẏ
> (t
s- h
fd)
Jika
ẏ
< (t
f- h
fd)
gaya tarik floor deck adalah
T
=
A
efd. f
ukeseimbangan gaya C = T , maka diperoleh
a =
. ., . .
Lengan kopel terhadap gaya tekan
d
1= t
s– -
d
2=
+ t
s-
Kuat momen lentur nominal positif balok komposit adalah :
2.
Sumbu netral jatuh pada baja profil
Besar nya gaya tekan pada kondisi ultimate adalah :
C
c= 0,85 . . a . b
eGaya tarik pada profil baja adalah :
T
= A
s. fy
Keseimbangan gaya diperoleh
T’
= C
c+ C
sBesarnya T’ sekarang lebih kecil daripada A
s.f
yyaitu :
T’
=
A
s. f
y- C
sSehingga gaya tekan profil baja
C
c+ C
s= A
s. f
y- C
s2C
s= C
c+ A
s. f
yC
s=
.Jika
ẏ
< (t
s+ t
f)
Pusat tarik profil
ӯ
=
ẏ ẏ ẏlengan kopel terhadap pusat tarik
d
1= d –
ӯ
- (
ẏ
- t
s)
d
2= d –
ӯ
+ pusat tekan beton
kapasitas lentur positif nominal
Gambar 2.10. Diagram tegangan balok komposit momen positif dengan
ẏ
< (t
s+ t
f)
Jika (t
s+ d) >
ẏ
> (t
s+ t
f)
Pusat tarik profil adalah
ӯ
– ẏ ẏ
ẏ
Lengan kopel terhadap gaya tarik
d
1= d –
ӯ
- t
fd
2= d –
ӯ
– t
f- (
ẏ
- t
f)
d
3= d –
ӯ
+ pusat tekan beton
kapasitas lentur positif nominal
Gambar 2.11. Diagram tegangan balok komposit momen positif dengan
ẏ
> (t
s+ t
f)
Dimana :
A
s= Luas baja profil, mm
2A
fd= Luas floor deck, mm
2A
efd= Luas efektif floor deck, mm
2a
Tinggi dari luasan tekan beton, mm
b
ELebar efektif beton
C
= Gaya tekan, KN
= Titik berat floor deck, mm
d
= Tinggi baja profil, mm
= Tegangan leleh baja profil
= Tegangan ultimate floor deck
h
fd= Tinggi floor deck
Kapasitas momen lentur negative menurut SNI 1729:2015 dapat di tentukan dari
kapasitas momen nominal dari profil baja itu sendiri, sebagai alternatif dapat
ditentukan kapasitas momen negatif dari distribusi plastis penampang komposit
untuk keadaan leleh asalkan menenuhi :
-
Balok baja adalah penampang kompak dan dibreising secara cukup
-
Steel headed stud atau angkur kanal baja yang menyambungkan pelat ke
balok baja pada daerah momen negatif
-
Tulangan pelat yang paralel pada balok baja, di lebar efektif pelat,
diperhitungkan dengan tepat.
Nilai ultimate dari momen lentur negatif komposit adalah :
Gaya tarik tulangan
T
sr=
A
sr. f
yrGaya tarik floor deck
T
fd=
A
fd. f
uGaya
tarik
total
T =
T
sr+ T
fdGaya tekan maximum profil baja
C
max=
A
s. f
yJika
C
max> T maka titik berat berada pada profil baja
T + T
s= C
max– T
s2T
s=
C
max– T
T
s=
(C
max– T)
Gambar 2.12. Diagram tegangan balok komposit momen negatif dengan t
s>
ẏ
> (t
s+ t
f)
t
c=
Pusat gaya tekan
ӯ
=
ẏ ẏ ẏLengan kopel terhadap gaya tekan
d
1= d –
ӯ
– t
cd
2= d –
ӯ
+
d
3= d –
ӯ
+ t
s– selimut pelat -
∅
Momen
nominal
ϕ
M
n= 0.9 [M
n1+ M
n2+ M
n3]
=
T
sr. d
3+ T
fd. d
2+ t . f
y.d
1Jika sumbu netral jatuh di web maka
h' . .t
w. f
y=
T
s- T
fh’
=
Gambar 2.13. Diagram tegangan balok komposit momen negatif dengan
ẏ
> (t
s+ t
f)
Pusat gaya tekan
ӯ
–Lengan kopel terhadap gaya tekan
d
1= d –
ӯ
– t
f- h’
d
2= d –
ӯ
– t
fd
3= d –
ӯ
+
d
4= d –
ӯ
+ t
s– selimut pelat -
∅
Momen nominal
ϕ
M
n= 0.9 [M
n1+ M
n2+ M
n3+ M
n4]
= T
sr. d
4+ T
fd. d
3+ t
f. f
y.d
2+ h’. t
w. f
y. d
1
suatu pelat beton solid atau pada suatu pelat komposit dengan dek harus ditentukan
sebagai berikut:
Q
n= 0,5 A
sc< R
gR
pA
scf
uDimana
Asc
= Luas penampang shear conector
f
c’
= Kuat tekan beton
E
c= Modulus elastisitas beton
f
u= kuat putus shear conektor
R
g= 1,0 untuk :
a.
Satu angkur
steel headed stud
yang di las pada suatu rusuk
dek baja dengan dek yang diorientasikan tegak lurus terhadap
profil baja
b.
Sejumlah dari angkur
steel headed stud
di suatu lajur/baris
secara langsung terhadap profil baja
c.
Sejumlah dari angkur
steel headed stud
yang di las pada
suatu lajur sampai dek baja dengan dek diorientasikan paralel
terhadap profil baja dan rasio dari
lebar rusuk rata-rata
terhadap kedalaman rusuk
≥
1,5
0,85 untuk :
b.
Satu angkur
steel headed stud
yang di las melewati dek baja
dengan dek diorientasikan paralel terhadap profil baja dan
rasio dari lebar rusuk rata-rata terhadap kedalaman rusuk <
1,5
0,7 untuk tiga atau lebih angkur
steel headed stud
yang dilas pada
suatu rusuk dek baja dengan dek yang diorientasikan tegak lurus
terhadap profil baja
R
p= 0,75 untuk :
a.
Angkur
steel headed stud
yang dilas secara langsung pada
profil baja;
b.
Angkur
steel headed stud
yang dilas pada suatu pelat komposit
dengan dek yang diorientasikan tegak lurus terhadap
balok
dan
e
mid-ht≥
2 in. (50 mm) Angkur
steel headed stud
yang dilas
melewati dek baja, atau lembaran baja yang digunakan sebagai
material
pengisi gelagar
, dan ditanam pada suatu pelat
komposit dengan dek diorientasikan paralel terhadap balok
tersebut.
e
mid-ht= jarak dari tepi kaki angkur
steel headed stud
terhadap
badan dek baja, diukur di tengahtinggi dari rusuk dek,
dan pada arah
tumpuan beban
dari angkur
steel headed
stud
(dengan kata lain, pada arah dari momen maksimum
untuk suatu balok yang ditumpu sederhana),
Tabel 2.23. Nilai untuk Rg dan Rp untuk setiap kasus. Kapasitas untuk
angkur
steel headed stud
Kondisi
R
gR
pTanpa dek
1,0
1,0
Dek diorientasi paralel terhadap profil baja
> 1,5
Dek diorientaskan tegak lurus terhadap profil
1,0
0,6*
baja
Jumlah dari angkur
steel headed stud
yang
memiliki rusuk dek yang sama
1
2 0,85
0,6*
+
3 atau lebih 0,7
0,6
+
(Sumber : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural,
SNI 1729:2015)
Catatan :
W
r= lebar rata-rata dari rusuk atau voute beton
h
r= tinggi rusuk nominal,
**
untuk suatu angkur
steel headed stud
tunggal
*
nilai ini dapat ditingkatkan sampai 0,75 bila e
mid-ht> 51 mm
2.2.2.7
Perencanaan Sambungan Las
Luas efektif dari suatu las sudut adalah panjang efektif dikalikan dengan throat
efektif. Throat efektif dari suatu las sudut merupakan jarak terpendek (garis tinggi)
dari perpotongan kaki las ke muka las diagrammatik. Suatu penambahan dalam
dari perpotongan kaki las ke muka las diagrammatik yang dibuktikan melalui
pengujian dengan menggunakan proses produksi dan variabel prosedur. Untuk las
sudut dalam lubang dan slot, panjang efektif harus panjang dari sumbu las
sepanjang pusat bidang yang melalui throat. Pada kasus las sudut yang
beroverlap, luas efektif tidak boleh melebihi luas penampang nominal dari lubang
atau slot, dalam bidang permukaan lekatan
. (SNI 1729:2015)
.Sumber : http://www.twi-global.com/technical-knowledge/job-knowledge/design-part-2-091/
Gambar 2.14. Tebal efektif las sudut
Ukuran minimum las sudut menurut SNI 1729:2015 harus tidak kurang dari ukuran
yang diperlukan untuk menyalurkan gaya yang dihitung, atau ukuran seperti yang
tertera dalam Tabel 2.23 Ukuran maksimum dari
las sudut
dari bagian-bagian yang
tersambung harus:
a.
Sepanjang tepi material dengan ketebalan kurang dari ¼ in. (6 mm); tidak
lebih besar dari ketebalan material.
jarak antara tepi logam dasar dan ujung kaki las boleh kurang dari 1/16 in.
(2 mm) bila ukuran las secara jelas dapat diverifikasi.
Tabel 2.24. Tebal minimum las sudut
Ketebalan Material dari Bagian Paling Tipis yang Tersambung, in. (mm)
Ukuran Minimum Las Sudut,[a] in. (mm)
Sampai dengan ¼ (6) 1/8 (3) Lebih besar dari ¼ (6) sampai dengan ½ (13) 3/16 (5) Lebih besar dari ½ (13) sampai dengan ¾ (19) ¼ (6)
Lebih besar dari ¾ (19) 5/16 (8) [a]
Dimensi kaki las sudut. Las pas tunggal harus digunakan. Catatan: Lihat Pasal J2.2b untuk ukuran maksimum las sudut.
(Sumber : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural, SNI 1729:2015)
Panjang minimum dari las sudut yang dirancang berdasarkan kekuatan tidak boleh
kurang dari empat kali ukuran las nominal, atau ukuran lain dari las harus
diperhitungkan tidak melebihi ¼ dari panjangnya. Jika las sudut longitudinal saja
digunakan pada sambungan ujung dari komponen struktur tarik tulangan-rata,
panjang dari setiap las sudut tidak boleh kurang dari jarak tegak lurus antaranya.
Kekuatan desain,
ϕ
R
nyang dilas harus merupakan nilai terendah dari kekuatan
material dasar yang ditentukan menurut keadaan batas dari keruntuhan tarik dan
keruntuhan geser dan kekuatan logam las yang ditentukan menurut keadaan batas
dari keruntuhan berikut ini:
Untuk logam dasar
ϕ
R
n= 0,75 . f
n BM. A
BMUntuk logam las
ϕ
R
n= 0,75 . f
ne. A
WEDimana :
f
n BM= tegangan nominal dari logam dasar, ksi (MPa)
f
ne= tegangan nominal dari logam las, ksi (MPa)
A
BM= luas penampang logam dasar, in
2. (mm
2)
A
WE= luas efektif las, in
2. (mm
2)
kelompok las linear dengan suatu ukuran kaki yang seragam, dibebani
melalui titik berat
ϕ
R
n= 0,75 . f
ne. A
WEdan
f
ne= 0,60 f
EXX( 1 + 0,5sin
1,5θ
)
dimana :
f
EXX= kekuatan klasifikasi logam pengisi, ksi (MPa)
Kekuatan sambungan las pada sambungan pemikul momen adalah
ϕ
M
n=
∑
ϕ
P
las. d
Dimana :
ϕ
M
n= Kekuatan nominal sambungan las terhadap momen
ϕ
P
las= Gaya las terkoreksi
d
= Lengan kopel terhadap garis netral
Gambar 2.16. Momen plastis siklik pada sambungan pemikul momen
2.2.2.8.
Perencanaan Sambungan Baut
dari 2 2/3 kali diameter nominal,
d
, dari
pengencang
; suatu jarak 3
d
yang lebih
disukai. Jarak dari pusat lubang standar ke suatu tepi dari suatu bagian yang
disambung pada setiap arah tidak boleh kurang dari nilai yang berlaku dari Tabel
2.27. Jarak maksimum dari pusat setiap baut ke tepi terdekat dari bagian-bagian
dalam kontak harus 12 kali ketebalan dari bagian yang disambung akibat
perhitungan, tetapi tidak boleh melebihi 6 in. (150 mm) (SNI 1729:2015). Spasi
longitudinal
pengencang
antara elemen-elemen yang terdiri dari suatu pelat dan
suatu profil atau dua pelat pada kontak menerus harus sebagai berkut:
1.
Untuk komponen struktur dicat atau komponen struktur tidak dicat yang
tidak menahan korosi, spasi tersebut tidak boleh melebihi 24 kali ketebalan
dari bagian tertipis atau 12 in. (305 mm).
2.
Untuk komponen struktur tidak dicat dari
baja
yang berhubungan dengan
cuaca yang menahan korosi atmospheric, spasi tidak boleh melebihi 14 kali
ketebalan dari bagian tertipis atau 7 in. (180 mm)
Catatan:
Dimensi pada (a) dan (b) tidak berlaku untuk elemen-elemen yang terdiri
dari dua profil dalam kontak menerus.
Tabel 2.25. Pratarik baut minimum, kN*
(Sumber : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural, SNI 1729:2015)
Ukuran Baut, mm Baut A325M Baut A490M
M16 91 114
M20 142 179
M22 176 221
M24 205 257
M27 267 334
M30 326 408
M36 475 595
Kekuatan tarik atau geser desain, dari suatu baut snug-tightened atau baut
kekuatan-tinggi pra-tarik atau bagian berulir harus ditentukan sesuai dengan keadaan batas
dari keruntuhan tarik dan keruntuhan geser sebagai berikut:
ϕ
R
n= 0,75 . f
n. A
BDimana
A
B= Luas penampang baut
f
n= kuat nominal baut terhadap tarik (f
nt) atau geser (f
nv) (tabel 2.25)
Kekuatan tarik yang tersedia dari baut yang menahan kombinasi gaya tarik dan
geser harus ditentukan sesuai dengan keadaan batas dari keruntuhan geser sebagai
berikut:
ϕ
R
n= 0,75 . f
n’. A
Bdan
f
n’= 1,3 f
nt-
,