• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Terhadap Wanprestasi Dalam Perjanjian Borongan Pekerjaan Dibidang Jasa Baca Meter antara PT. PLN (Persero) Cabang Sigli dengan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Terhadap Wanprestasi Dalam Perjanjian Borongan Pekerjaan Dibidang Jasa Baca Meter antara PT. PLN (Persero) Cabang Sigli dengan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional, seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pada alinea ke-IV yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum.

Masalah pembangunan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan taraf hidupnya, dalam rangka menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.Negara Indonesia merupakan Negara yang berkembang, dan sedang giat-giatnya melakukan kegiatan pembangunan.Pembangunan fisik merupakan kegiatan pembangunan yang utama, karena hal ini mencakup pembangunan sarana dan prasarana.Pembangunan sarana misalnya, pembuatan/perbaikan jalan, pembangunan jembatan, perbaikan stasiun, terminal dan pelabuhan serta saluran-saluran air dan irigasi.Sedangkan pembangunan prasarana misalnya, pembangunan perumahan untuk rakyat, pembangunan jaringan listrik, kantor-kantor pemerintahan, gedung-gedung, dan bangunan-bangunan lainnya.

(2)

membantu supaya proyek pembangunannya cepat terselesaikan. Pihak-pihak yang terlibat tersebut antara lain adalah pihak penyedia jasa dan pihak pengguna jasa.

Menurut Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, yang dimaksud dengan Pengguna Jasa adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaan/proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi. Sedangkan, pada Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi yang dimaksud dengan “Penyedia Jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi.”1

Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat perlu didukung oleh beberapa sarana. Salah satu diantaranya adalah prasarana listrik, dimana listrik dalam kehidupan sehari-hari sangat besar pengaruhnya dan merupakan salah satu sumber tenaga yang penting bagi kegiatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Listrik merupakan sumber energi penting yang dikelola oleh Negara, untuk itu dirasa perlu adanya peraturan-peraturan yang mengatur PT. PLN (Persero) sebagai pengelola dengan tujuan utama kepentingan masyarakat yang didasarkan pada Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.”

(3)

listrik. Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi sendiri, maka PT. PLN (Persero) mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Jadi, PT. PLN (Persero) merupakan fasilitator bagi masyarakat untuk memperoleh kebutuhan akan energi listrik.

PT. PLN (Persero) diberi kuasa mengurus dan mengawasi bagian kelistrikan oleh pemerintah, melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. PT. PLN (Persero) mempunyai tugas utama untuk menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Hal ini sejalan dengan tujuan-tujuan dari Negara Indonesia seperti yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, khususnya untuk ikut memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan yang disahkan oleh Presiden Republik Indonesia Tahun 2009, serta di dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052 merupakan salah satu peraturan pokok tentang Ketenagalistrikan dan sebelum berlakunya Undang-Undang tersebut peraturan tentang ketenagalistrikan tertuang dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang ketenagalistrikan.2

Diterbitkannya Undang-Undang ini, karena hanya PT. PLN (Persero) yang ditunjuk sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang

2Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009, TentangKetenagalistrikan, Lembaran Negara RI

(4)

ketenagalistrikan. Oleh karena itu, sudah seharusnya PT. PLN (Persero) melakukan peningkatan pelayanan untuk seluruh masyarakat. Tugas PT. PLN (Persero), seharusnya tidak hanya dalam hal pelayanan terhadap masyarakat saja, tetapi harus menyediakan listrik dengan kualitas yang baik dalam segala aspek sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat Indonesia.

Tenaga listrik merupakan landasan bagi kehidupan modern, dan tersedianya dalam jumlah dan mutu yang cukup menjadi syarat bagi suatu masyarakat untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dalam perkembangan industri yang sudah maju. Keberadaan energi listrik sebagai sarana penerangan bagi masyarakat, dan berfungsi menjadi salah satu indikator untuk dapat dilaksanakannya pembangunan.

Besarnya penggunaan listrik khususnya oleh masyarakat, menunjukan bahwa betapa pentingnya energi listrik bagi mereka. Ada yang menggunakan energi listrik untuk keperluan rumah tangga, industri, dan perdagangan dalam skala lokal maupun nasional. Hal lainnya yang tak kalah penting sehubungan dengan fungsi listrik, yaitu kemajuan tekhnologi komunikasi dan informatika yang semakin berkembang serta juga bergantung dengan energi listrik, seperti handphone dan alat-alat elektronik lainnya.

(5)

1945. Tenaga listrik, sebagai salah satu hasil pemanfaatan kekayaan alam, mempunyai peranan penting bagi Negara dalam mewujudkan pencapaian tujuan pembangunan nasional.3

PT. PLN (Persero) menyadari, bahwa masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari selalu menggunakan listrik dan sangat bergantung dengan listrik. PT. PLN (Persero) berusaha semampunya untuk melayani semua masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Tetapi, tentunya pihak PT. PLN (Persero) dalam hal melayani masyarakat baik dalam Kota maupun luar Kota, khususnya di Provinsi Aceh tidak mungkin bekerja sendiri. Oleh karena itu, PT. PLN (Persero) melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang menyediakan jasa, khususnya dibidang ketenagalistrikkan. Banyaknya pihak yang terlibat dalam pembangunan suatu proyek, menyebabkan pengaturan hak, kewajiban, tanggung jawab serta hubungan hukum diantara para pihak menjadi sulit.

Oleh karena itu untuk memudahkan pengaturan hal-hal tersebut, dibuatlah suatu perjanjian kontrak kerja sama, dimana para pihak sepakat untuk mengatur sendiri hak, kewajiban serta segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek pembangunan tersebut dalam suatu kontrak kerja konstruksi yang merupakan keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Karena menurut ketentuan hukum di Indonesia siapa yang membuat kesepakatan perjanjian yang dituangkan dalam sebuah kontrak tertulis, maka isi dari kontrak itu atau segala hal

(6)

yang diatur dalam kontrak perjanjian itu adalah menjadi Undang-Undang dan kekuatan hukumnya sama dengan Undang-Undang bagi para pihak yang membuat.

Segala hal yang diatur dalam suatu kontrak/perjanjian harus dinegosiasikan terlebih dahulu pasalnya satu demi satu dan ayat dari kontrak tersebut secara cermat. Agar tidak ada kontrak yang tidak benar atau berat sebelah yang mungkin akan menimbulkan sengketa dikemudian hari. Perjanjian yang digunakan antara penyedia jasa dengan pemberi tugas tidak dibuat dihadapan Notaris dalam bentuk akta authentik, melainkan menggunakan perjanjian di bawah tangan dan hanya diberi materai.

Syarat sahnya suatu perjanjian/kontrak diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang menyebutkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian/kontrak harus memenuhi 4 (empat) syarat, yaitu kesepakatan mereka yang mengikatkan diri, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal.

(7)

Kenyataannya, hak dan kewajiban dari para pihak sering menjadi permasalahan dalam suatu perjanjian. Hal ini sama dengan yang terjadi antara PT. PLN (Persero) dengan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri. Karena PT. PLN (Persero) tidak menjalankan kewajibannya sebagaimana diatur dalam kontrak yang dibuat oleh kedua belah pihak, yaitu kontrak perjanjian pemborongan pekerjaan jasabaca meter antara PT. PLN (Persero) dan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri. Kedua belah pihak terikat kontrak kerjasama selama 4 tahun.

Namun, pada kenyataannya dalam hal pembayaran upah kerja, PT. PLN (Persero) tidak membayarnya sesuai dengan waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, sehingga menimbulkan penunggakkan upah pembayaran kepada PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri. Sementara, PT. Multi Guna Aceh Mandiri telah mengerjakan kewajibannya tepat waktu dan sesuai dengan yang diatur dalam kontrak perjanjian.

Maka, oleh karena itu berdasarkan latar belakang ini peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai “Analisis Yuridis Terhadap Wanprestasi Dalam Perjanjian Borongan Pekerjaan Dibidang Jasa Baca Meter Antara PT. PLN (Persero) Cabang Sigli Dengan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri”.

B. Perumusan Masalah

Untuk menentukan identifikasi masalah maka perlu dipertanyakan apakah yang menjadi masalah dalam penelitian yang akan dikaji lebih lanjut untuk menemukan suatu pemecahan masalah yang telah diidentifikasi tersebut.4

4Ronny Kountir, Metode Penelitian Untuk Penelitian Skripsi dan Tesis, PPM,

(8)

Berdasarkan uraian di atas, maka tertarik untuk diteliti lebih jauh lagi pemasalahan ini, dan yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pelaksanaan perjanjian borongan pekerjaan dibidang jasa baca meter antara PT. PLN (Persero)Cabang Sigli dengan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri?

2. Apa faktor penyebab terjadinya wanprestasi dalam perjanjian borongan pekerjaan dibidang jasa baca meter antara PT. PLN (Persero) Cabang Sigli dengan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri?

3. Bagaimanakah penyelesaian dan pertanggungjawaban pihak yang melakukan wanprestasi dalam perjanjian borongan pekerjaan dibidang jasa baca meter antara PT. PLN (Persero) Cabang Sigli dengan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui jawaban dari rumusan masalah yang telah dibuat. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini, adalah :

(9)

2. Untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya wanprestasi dalam perjanjian borongan pekerjaan dibidang jasa baca meter antara PT. PLN (Persero) Cabang Sigli dengan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri.

3. Untuk menjelaskan penyelesaian danpertanggungjawaban dari pihak yang melakukan wanprestasi dalam perjanjian borongan pekerjaan dibidang jasa baca meter antara PT. PLN (Persero) Cabang Sigli dengan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran, manfaat, dan kontribusi dibidang ilmu hukum baik teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi perkembangan hukum terutama dibidang perjanjian pemborongan pekerjaan dibidang jasa di Indonesia, khususnya PT. PLN (Persero) khususnya mengenai hak dan kewajiban.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para praktisi, maupun bagi pihak yang terkait mengenai perjanjian pemborongan pekerjaan dibidang jasa.

E. Keaslian Penelitian

(10)

dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Wanprestasi Dalam Perjanjian Borongan Pekerjaan Dibidang Jasa Baca Meter Antara PT. PLN (Persero) Cabang Sigli Dengan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri” terutama dalam permasalahan yang sama.

Akan tetapi ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan masalah perjanjian kerjasama yang pernah ditulis sebelumnya, antara lain:

1. Penelitian dengan judul “Perjanjian Sengketa Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Operasional Antara Perum BULOG Devisi Regional Sumatera Utara Dengan Mitra Kerja”, oleh Masitah, NIM: 087011071, Mahasiswi Magister Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara, dengan rumusan masalah sebagai berikut;

a. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum BULOG dengan mitra kerja?

b. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional tersebut?

c. Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam hal terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama antara Perum Bulog dengan mitra kerja?

(11)

a. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian jual beli tenaga listrik antara hukum dalam hal perjanjian jual beli tenaga listrik antara PT. PLN (Persero) dengan pelanggan?

b. Apakah upaya yang dilakukan dan sanksi yang diberikan PT. PLN (Persero) terhadap pelanggan yang melakukan pelanggaran perjanjian jual beli arus listrik?

c. Apakah kendala-kendala yang dihadapi PT. PLN (Persero) dalam menanggulangi pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggan?

Berdasarkan hasil penelusuran judul tesis di atas, dapat disimpulkan bahwa judul dan permasalahan dalam penelitian ini tidak memiliki kesamaan dengan judul dan permasalahan yang telah ada sebelumnya. Penelitian ini difokuskan kepada permasalahan perjanjian pekerjaan borongan jasa baca meter antara PT. PLN (Persero) Cabang Sigli dengan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri, maka penelitian ini asli baik dari segi materi maupun dari segi lokasi penelitian.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi.5 Dan suatu teori harus diuji menghadapakan pada fakta-fakta yang dapat menunjukan ketidakbenarannya.6 Teori diperlukan untuk mengembangkan suatu bidang suatu kajian hukum tertentu. Hal ini dilakukan untuk

5

J J M M. Wuisman,Penelitian Ilmu Sosial, Jilid I, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal. 203.

(12)

meningkatkan dan memperkaya pengetahuan dalam penerapan aturan hukum. Di dalam teori ini, mempunyai pandangan bahwa hukum bukan hanya merupakan kumpulan norma-norma abstrak atau suatu tata tertib hukum, tetapi juga merupakan suatu proses untuk mengadakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan dan menjamin pemuasan kebutuhan maksimal dengan pengorbanan yang minimal.7

Sebagai tolak ukur untuk menganalisa permasalahan yang akan diteliti suatu teori atau kerangka teori harus mempunyai kegunaan paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut;8

a. Teori tersebut berguna untuk lebih lanjut mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.

b. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan konsep-konsep.

c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang telah diteliti.

d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang.

(13)

Dengan kata lain, kerangka teori adalah kerangka berfikir atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis dalam penelitian.9

Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Soerjono Soekanto, menyatakan bahwa “kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.”10

Teori klasik, menyebutkan “perjanjian adalah suatu perbuatan hukum yang berisi dua (een tweezijdigde overeenkomst), yang didasarkan atas kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Maksud dari satu perbuatan hukum yang meliputi penawaran (offer, aanbod) dari pihak yang satu dan penerimaan (acceptance, aanvaarding) dari pihak yang lain. Akan tetapi, pandangan klasik itu kiranya kurang tepat, oleh karena dari pihak yang satu penawaran, dan dari pihak yang lain ada penerimaan, maka ada dua perbuatan hukum yang masing-masing bersisi satu”.11

Dalam teori sama nilai (equivalent theory) yang dikemukakan oleh Laesio Enormis, menyatakan bahwa, “suatu janji yang tidak diimbangi dengan sesuatu yang equivalent (sama nilainya) dengan isi janji itu oleh pihak kedua (lazimnya perjanjian

9M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu Hukum dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80. 10Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal. 6.

11

Erza Putri, Teori-Teori Tentang Hukum Kontrak,

(14)

sepihak eenzijdige overeenkomst atau abstract promise) tidak merupakan janji yang wajar, dan karenanya tidak pula mengikat.”12

Prinsip diatas mencerminkan telah adanya rasa keadilan didalam melakukan perjanjian. “Walaupun teori tersebut ternyata bukanlah yang tumbuh dalam hukum perjanjian kita yang bersumber dari KUH Perdata, dimana dikatakan masih berasaskan kehendak bebas perseorangan, yang merupakan falsafah hidup masyarakat Eropa abad ke-19”.13

Menurut teori kehendak suatu kontrak menghadirkan suatu ungkapan kehendak para pihak, yang diasumsikan bahwa suatu kontrak melibatkan kewajiban yang dibebankan terhadap para pihak.14 Teori kehendak ini dipertahankan oleh Gr. Van der Burght, yang dikenal dengan ajaran kehendak (wisleer). Menurutnya ajaran ini mengutarakan bahwa faktor yang menentukan terbentuk tidaknya suatu persetujuan adalah suara batin yang ada dalam kehendak subjektif para calon kontrakan.15

Para pihak dalam suatu kontrak memiliki hak untuk memenuhi kepentingan pribadinya sehingga melahirkan suatu perikatan. Pertimbangannya ialah bahwa individu harus memiliki kebebasan dalam setiap penawaran dan mempertimbangkan kemanfaatannya bagi dirinya.

12Sunarjati Hartono,Mencari Bentuk dan Sistem Hukum Perjanjian Indonesia, Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 305.

13Ibid, hal. 60. 14

(15)

Pelaksanaan perjanjian jasa borongan tentunya berhubungan erat dengan perjanjian. Bahwa dasar hubungan yang terjadi antara pihak penyedia jasa dengan pengguna jasa tentunya berhubungan erat dengan perjanjian. Bahwa dasar hubungan yang terjadi antara penyedia jasa (pemborong) dengan pengguna jasa (pemilik) adalah suatu perjanjian yang berarti para pihak dalam hal ini mempunyai hak dan kewajiban. Untuk itu dalam membahas masalah perjanjian tidak bisa lepas dari ketentuan-ketentuan sebagaimana yang diatur dalam KUH Perdata khususnya Bab II Buku III yang berjudul perikatan yang lahir dari kontrak atau perjanjian. Perjanjian dalam KUH Perdata dapat diartikan “sebagai suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lainnya atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.”16

Menurut pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih”.17

Dari pengertian perjanjian yang telah dikemukakan diatas, agar suatu perjanjian mempunyai kekuatan maka harus dipenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana yang telah ditetapkan dalam pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu :

a. Syarat Subyektif, syarat ini apabila dilanggar maka perjanjian dapat dibatalkan, yang meliputi :

(16)

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

b. Syarat Obyektif, syarat ini apabila dilanggar maka perjanjian tersebut menjadi batal demi hukum, yang meliputi :

1. Suatu hal (obyek) tertentu 2. Sebab yang halal

Kesepakatan diantara para pihak diatur dalam pasal 1321-1328 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan kecakapan dalam rangka tindakan pribadi orang perorangan diatur dalam pasal 1329-1331 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Syarat tersebut merupakan syarat subyektif yaitu syarat mengenai subyek hukum atau orangnya. Apabila syarat subyektif tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Sedangkan syarat obyektif diatur dalam pasal 1332-1334 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenai keharusan adanya suatu obyek dalam perjanjian dan pasal 1335-1337 mengatur mengenai kewajiban adanya suatu causa yang halal dalam setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Syarat tersebut merupakan syarat obyektif, apabila tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum.

Mengenai kapan suatu perjanjian dikatakan terjadi antara para pihak, dalam ilmu hukum kontrak dikenal beberapa teori, yaitu :

1. Teori Penawaran dan Penerimaan

(17)

Teori ini berusaha untuk menjelaskan jika ada kontroversi antara apa yang dikehendaki dengan apa yang dinyatakan dalam perjanjian, maka yang berlaku adalah apa yang dikehendaki, sementara apa yang dinyatakan tersebut dianggap tidak berlaku.

3. Teori Pernyataan

Menurut teori ini, apabila ada kontroversi antara apa yang dikehendaki dengan apa yang dinyatakan, maka apa yang dinyatakan tersebutlah yang berlaku. Sebab masyarakat menghendaki apa yang dinyatakan itu dapat dipegang.

4. Teori Pengiriman

Menurut teori ini suatu kata sepakat dapat terbentuk pada saat dikirimnya suatu jawaban oleh pihak yang kepadanya telah ditawarkan suatu perjanjian, karena sejak saat pengiriman tersebut, si pengirim jawaban telah kehilangan kekuasaan atas surat yang dikirimnya itu.

5. Teori Pengetahuan

(18)

6. Teori Kepercayaan

Teori ini mengajarkan bahwa suatu kata sepakat dianggap telah terjadi manakala ada pernyataan yang secara obyektif dapat dipercaya.18

Dalam penelitian ini dipakai teori Kepastian Hukum, yaitu teori yang menjelaskan bahwa perjanjian borongan yang terjadi antara PT. PLN (Persero) dengan pihak PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri haruslah memberikan kekuatan hukum kepada kedua belah pihak, yaitu jaminan atas pelaksanaan hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak, sehingga pelaksanaan perjanjian tersebut dapat dipertanggung jawabkan dengan segala akibatnya menurut hukum. Kepastian Hukum adalah tujuan utama dari hukum.19 Tugas kaedah-kaedah hukum adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum.20

Dengan adanya pemahaman kaidah-kaidah hukum tersebut, masyarakat sungguh-sungguh menyadari bahwa kehidupan bersama akan tertib apabila terwujud kepastian dalam hubungan antara sesama manusia, dalam pengertian teori kepastian hukum yang oleh Roscoe Pound dikatakan bahwa adanya kepastian hukum memungkinkan adanya ‘Predictability’.21

Dengan demikian kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian, yang pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui apa yang

18Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra AdityaBakti,

Bandung, 2001, hal. 8.

19J.B.Daliyo,Pengantar ilmu Hukum, Buku Panduan Mahasiswa, PT. Prennahlindo, Jakarta,

2001, hal.120.

20

(19)

boleh dan tidak boleh dilakukan dan kedua berupa keamanan bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.

Selanjutnya dalam hubungan kerja dapat terjadi sengketa atau konflik antara para pihak dalam perjanjian kerja tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ronny Hanitijo Soemitro, yaitu konflik adalah situasi atau keadaan dimana para pihak memperjuangkan tujuan masing-masing yang tidak dapat dipersatukan dan dimana tiap-tiap pihak mencoba meyakinkan pihak lain mengenai kebenaran tujuannya masing-masing. Sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dengan manusia lain, merupakan suatu hal yang wajar jika dalam interaksi tersebut terjadi perbedaan paham yang mengakibatkan konflik tersebut, sehingga konflik yang terjadi tidak menimbulkan dampak negatif.

Jika dalam perjanjian terjadi sengketa, maka ada beberapa sarana yang dapat menyelesaikan sengketa tersebut, yaitu secara bipartit, arbitrase, konsiliasi, mediasi dan Pengadilan Negeri Setempat.

2. Konsepsi

Konsepsi berasal dari bahasa Latin, concepto yang memiliki arti sebagai sesuatu kegiatan atau proses berfikir, daya berfikir khususnya penalaran dan pertimbangan.22Konsepsi adalah salah satu bagian yang terpenting dari teori,

22Komaruddin, dan Yooke Tjuparmah Komarrudin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, Bumi

(20)

konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut juga denganoperational definition.23

Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindari perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, atau peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dengan observasi, antara abstraksi dan realitas.24Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus.25

Pemaknaan konsep terhadap istilah yang digunakan, terutama dalam judul penelitian, bukanlah untuk pengertian mengkonsumsikannya semata-mata kepada pihak lain, sehingga tidak menimbulkan salah penafsiran, tetapi juga demi menuntun peneliti sendiri di dalam menangani rangkaian proses penelitian yang bersangkutan.26Konsepsi yang digunakan dalam judul, yaitu antara lain;

a. Wanprestasi adalah suatu keadaan di mana debitur tidak memenuhi janjinya atau tidak memenuhi sebagaimana mestinya dan kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepadanya.

23 Sultan Remy Sjahdeini, Kebebasan berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi

Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1995, hal.10.

24Soejono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1996, hal.63. 25

(21)

b. Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.27

Hukum Perjanjian diatur dalam buku III KUH Perdata sebagai bagian dari KUH PERDATA yang terdiri dari IV Buku. Buku I mengenai Hukum Perorangan/Personenrecht, Buku ke II memuat ketentuan Hukum Kebendaan/ Zakenrecht, Buku ke III mengenai Hukum Perjanjian/Verbintenissenrecht, sedangkan Buku ke IV mengatur Pembuktian dan Kadaluarsa/Bewijs en Verjaring.28

Perjanjian di dalam KUH Perdata diatur dalam Buku III, dengan judul “Tentang Perikatan.“ Perkataan perikatan mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan perjanjian, sebab dalam Buku III itu, diatur juga perihal hubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu persetujuan atau perjanjian, yaitu perihal perikatan yang timbul dari perbuatan yang melanggar hukum dan perihal perikatan yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan. Tetapi,sebagian besar dari Buku III ditujukan pada perikatan yang timbul dari persetujuan atau perjanjian.29 c. Perjanjian Pemborongan, adalah suatu perjanjian yang menyebutkan bahwa pihak

yang satu (pemesan) menugaskan kepada pihak yang lain (pemborong) untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan pembayaran tertentu (harga borongan) dan

27

Lihat Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

(22)

pihak ini sepakat dengan pihak pertama untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dengan pembayaran.30

d. Baca Meter adalah kegiatan membaca, mencatat dan merekam angka kedudukan meter, alat pengukur meter kWh, meter kVarh, meter kVa maksimal, pada setiap pelanggan meter serta pembacaan dan pencatatan penunjukan sakelar waktu.

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yang artinya suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisa hukum baik dalam bentuk teori maupun praktek pelaksanaan dari hasil penelitian di lapangan.31 Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum lainnya.32

2. Sumber Data

Pengumpulan data diperoleh dari penelitian kepustakaan yang didukung penelitian lapangan, yaitu sebagai berikut;

a. Penelitian Kepustakaan (library research), yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.33

30C. Smit.Masalah Perjanjian Pemborongan(terjemahan Hr Sugihardjo). Jogyakarta, tanpa

tahun, hal. 7.

31Soerjono Soekamto,Metode Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal. 63. 32

(23)

1) Bahan hukum primer, artinya bahan-bahan hukum yang mengikat, yaitu antara lain;

a) Norma Dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945. b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

c) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikkan. d) Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. 2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti; hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah dari kalangan hukum, yang berkaitan dengan penelitian.

3) Bahan tertier, yaitu bahan pendukung di luar bidang hukum, seperti; kamus ensiklopedia, majalah-majalah yang terkait dengan penelitian. b. Penelitian Lapangan (Field Research), untuk mendapatkan data yang terkait

dengan penelitian, maka dilakukan wawancara kepada;

1) General Manager PT. PLN (Persero) Cabang Sigli, berjumlah 1 (satu) orang.

2) Bendahara PT. PLN (Persero) Cabang Sigli, berjumlah 1 (satu) orang. 3) Direktur PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri, berjumlah 1 (satu) orang.

3. Alat Pengumpul Data

Penelitian ini menggunakan 2 (dua) alat pengumpul data, yaitu antara lain; a. Studi dokumen untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan

(24)

penelitian dokumen-dokumen, perundang-undangan yang terkait dengan penelitian ini, yang selanjutnya digunakan untuk kerangka teoritis pada penelitian lapangan.

b. Wawancara yang difokuskan kepada narasumber yang telah ditentukan untuk mendapatkan data yang akurat.

4. Analisis Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, baik dengan studi kepustakaan maupun studi lapangan maka data tersebut dianalisa secara kualitatif,34 yakni dengan mengadakan pengamatan data-data yang diperoleh dan menghubungkan tiap-tiap data yang diperoleh dengan asas-asas hukum yang terkait dengan penelitian, sehingga diperoleh kesimpulan dengan menggunakan metode pendekatan deduktif.35

34Bambang Sunggono,Metodelogi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997,

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan ini ialah perkembangan biasa dan berasaskan logik akal kerana suku kata terbina daripada sebutan (suara), perkataan terbina daripada suku kata, dan

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa konsentrasi air rebusan daun Bina- hong yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Salmo- nella typhi

Karakteristik rumah tangga miskin berdasar analisis deskriptif, diketahui bahwa kemiskinan lebih banyak terjadi pada : Rumah tangga migran, rumah tangga yang

Hal ini dapat diketahui dari hasil analisis data terbukti secara parsial bahwa ada pengaruh Green Marketing secara positif dan signifikan antara variabel keputusan pembelian mobil

4. Pada tahun keempat adalah fase komersialisasi yang didalamnya berisi kegiatan sertifikasi produk, uji coba produksi skala terbatas, uji coba pasar dan produksi

a Neraca 2016 Ka PPID Utama Tahun 2017 Hard & Soft selama berlaku http://ppid.jatengprov.go.id/catatan- pegawai dilingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.. Adalah

Model Balck Box Tyler dibagun atas dua dasar, yaitu evaluasi yang ditujukan pada tingkah laku peserta didik dan evaluasi yang harus dilakukan pada.. tingkah laku awal

Hasil ketuntasan pada siklus II telah mencapai target yang diharapkan, sehingga menjadi bukti bahwa penggunaan media permainan manipulatif dapat meningkatkan