• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Risiko Terhadap Kejadian Stroke di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor Risiko Terhadap Kejadian Stroke di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Stroke

2.1.1 Defenisi Stroke

Defenisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan fungsi saraf akut

yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara

mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam)

timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang tertanggu.

Stroke merupakan masalah kesehatan mayor di dunia, menjadi penyebab

kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, serta menjadi penyebab

kecacatan utama. Belum ada data yang pasti stroke di Indonesia, namun riset

kesehatan dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan Indonesia tahun 2007

menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian utama di

rumah-rumah sakit di Indonesia. Prevalensi stroke di India diperkirakan 203 pasien

per 100.000 penduduk, sedangkan di China insidennya 219 per 100.000

penduduk.

Menurut patofisiologinya, stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik

dan stroke hemoragik. Kurang lebih 83% dari seluruh kejadian stroke berupa

stroke iskemik, dan kurang lebih 51% stroke disebabkan oleh trombosis arteri,

yaitu pembentukan bekuan darah dalam arteri serebral proses aterosklerosis.

(2)

besar (meliputi arteri karotis, serebri media dan basilaris), dan trombosis pada

arteri kecil. Tiga puluh persen stroke disebabkan trombosis arteri besar ,

sedangkan 20% stroke disebabkan trombosis cabang-cabang arteri kecil yang

masuk ke dalam korteks serebri (misalnya arteri lentikulostriata, basilaris

penetran, medularis) yang menyebabkan stroke tipe lakuner. Kurang lebih

32% stroke disebabkan oleh emboli, yaitu tertutupnya arteri oleh bekuan darah

yang lepas dari tempat lain di sirkulasi. Stroke perdarahan frekuensinya sekitar

20% dari seluruh kejadian stroke.

Berbagai penelitian menunjukkan terdapat faktor risiko yang membuat

seorang individu menjadi lebih rentan mendapat stroke. Faktor risiko stroke

dibagi menjadi faktor yang dapat di modifikasi dan tidak dapat dimofikasi.

2.1.2 Etiologi Stroke

Ada beberapa faktor yang menyebabkan stroke diantaranya sebagai berikut

(Black,2009;Smeltzer&Bare,2002) :

1. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher).

Trombus dimulai bersamaan dengan kerusakan dinding pembuluh darah

endotel. Aterosklerosis adalah pencetus utamanya. Thrombus dapat terjadi

dimana saja di sepanjang arteri karotis dan cabang-cabangnya. Thrombosis

merupakan penyebab stroke yang paling utama, kurang lebih sekitar 60%

dari kejadian stroke.

2. Embolisme Serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak

dari bagian tubuh yang lain). Mayoritas emboli berasal dari lapisan

(3)

kesirkulasi. Embolisme serebral merupakan penyebab kedua stroke,

kurang lebih sekitar 245 dari kejadian stroke.

3. Hemoragik serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan

perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Hipertensi

adalah penyebab utama perdarahan intraserebral. Prognosis pasien dengan

perdarahan intraserebral buruk, 50% kematian terjadi dalam 48 jam

pertama. Tingkat kematian akibat perdarahan intraserebral berkisar

40%-80%.

4. Penyebab lain, contohnya: spasme arteri serebral karena iritasi,

mengurangi perfusi ke area otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang

mengalami kontraksi tersebut; status hiperkoagulasi dapat mengakibatkan

terjadinya thrombosis dan stroke iskemik; kompresi pembuluh darah

serebaral yang diakibatkan dari tumor; bekuan darah yang besar

ukurannya, atau abses otak.

2.1.3 Klasifikasi stroke

Secara garis besar berdasarkan kelainan patofisiologis yang terjadi, stroke

dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik

(Wahjoepramono, 2005).

(4)

Stroke iskemik disebabkan adanya kejadian yang menyebabkan aliran

darah menjadi menurun atau bahkan terhenti sama sekali pada area

tertentu di otak, misalnya karena emboli atau trombosis (Wahjoepramono,

2005). Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya aliran darah menuju otak

yang mengakibatkan sel saraf dan sel lainnya mengalami ganngguan

karena terhentinya suplai oksigen dan glukosa yang dibawa oleh darah.

Penurunan aliran darah ini dapat menyebabkan neuron berhenti berfungsi.

Bila gangguan suplai darah tersebut berlangsung hingga melewati batas

toleransi sel, maka akan tejadi kematian sel. Akan tetapi apabila aliran

darah dapat diperbaiki segera, maka kerusakan yang terjadi dapat sangat

minimal.

Mekanisme terjadinya stroke iskemik secara garis besardibagi menjadi

dua, yaitu akibat trombosisdan akibat emboli. Trombosis merupakan

proses pembekuan darah pada jaringan. Jika trombosis ini terjadi pada

pembuluh darah yang menuju ke otak, maka bekuan darah tadi dapat

menyumbat aliran darah. Emboli dapat berupa trombus atau bekuan darah

yang terlepas, udara, dan lainnya. Emboli yang masuk ke dalam pembuluh

darah dan ikut aliran darah dapat berhenti disuatu tempat sempit yang

tidak bisa ia lewati (Junaidi, 2004). Hal ini yang biasa menimbulkan

penyumbatan aliran darah dan menjadi penyebab stroke.

2. Stroke Hemoragik

Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa stroke hemoragik

(5)

Jepang dan Cina. Sedangkan di Asia Tenggara, kasus stroke hemoragik

adalah sebesar 26 % dari semau stroke (Misbach, 1999). Stroke hemoragik

adalah stroke yang disebabkan perdarahan intrakranial non traumatik.

Perdarahan intrakranial yang sering terjadi adalah perdarahan intraserebral

(PIS) dan perdarahan subarakhnoid (PSA).

2.1.4 Manifestasi Klinis Stroke

Stroke dapat menimbulkan efek pada berbagai funsi tubuh, meliputi :

aktivitas motorik, eliminasi bowel dan urin, fungsi intelektual, kerusakan

persepsi sensori, kepribadian, afek, sensasi, menelan, dan komunikasi. Fungsi

– fungsi tubuh yang mengalami gangguan tersebut secara langsung terkait

dengan arteri yang tersumbat dan area otak yang tidak mendapatkan perfusi

adekuat dari sistem tersebut. Manifestasi klinis menurut Smeltzer dan Bare

(2002) dan Lewis (2007) yaitu :

1. Kehilangan Fungsi Motorik

Defisit motorik merupakan efek stroke yang paling jelas terlihat. Defisit

motorik meliputi kerusakan : mobilitas, fungsi respirasi, menelan, dan

berbicara, refleks gag, dan kemampuan melakukan aktifitas sehari – hari.

Gejala yang muncul diakibatkan oleh adanya kerusakan motor neuron

pada jalur piramidal (bekas saraf dari otak yang melewati spinal cord

menuju sel – sel motorik). Stroke mengakibatkan lesi pada motor neuron

atas (Upper Motor Neuron = UMN) dan mengakibatkan hilangnya kontrol

(6)

akinesia, gangguan integrasi gerakan, kerusakan tonus otot, dan kerusakan

refleks. Karena jalur piramida menyeberang pada saat di medulla,

kerusakan kontrol motorik volunter pada satu sisi tubuh merefleksikan

adanya kerusakan motor neuron atas di sisi yang berlawanan pada otak 9

kontralateral).

Disfungsi motorik yang paling sering terjadi adalah hemiplegia

(paralisis pada satu sisi tubuh). Pada fase akut stroke, gambaran klinis

yang muncul adalah paralisis flaccid dan hilang atau menurunnya refleks

tendon dalam. Saat refleks tendon ini muncul kembali (biasanya 48 jam),

peningkatan tonus otot dapat dilihat bersaan dengan spastisitas

(peningkatan tonus otot abnormal) pada ekstermitas yang terkena.

2. Kehilangan Fungsi Komunikasi

Fungsi otak lain yang dipengaruhi adalah bahasa dan komunikasi.

Stroke adalah penyebab utama terjadinya afasia. Disfungsi bahasa dan

komunikasi akibat stroke adalah : a). Disartria (kesulitan berbicara),

diakibatkan oleh paralisi otot yang bertanggung jawab menghasilkan

bicara. b). Disfasia (kesulitan terkait penggunaan bahasa) atau afasia

(kehilangan total kemampuan menggunakan menggunakan bahasa), dapat

berupa afasia ekspresif, afasia reseptif, atau afasia global (campuran antara

keduanya). c). Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang

telah dipelajari sebelumnya).

(7)

Pasien yang pernah mengalami stroke akan kesulitan mengontrol

emosinya. Respon emosinya tidak dapat ditebak. Perasaan depresi akibat

perubahan gambaran tubuh dan hilangnya berbagai fungsi tubuh dapat

membuat makin parah. Pasien dapat pula mengalami frustasi karena

masalah mobilitas dan komunikasi.

4. Kerusakan Fungsi Intelektual

Baik itu memori maupun penilaian dapat terganggu sebagai akibat

stroke. Pasien dengan stroke atak kiri sering sangat berhati – harti dalam

membuat penilaian. Pasien dengan stroke otak kanan cenderung lebih

impulsif dan bereaksi lebih cepat.

5. Gangguan Persepsi dan Sensori

Persepsi adalah kemampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke

dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan

visuospasial, dan kehilangan sensori. Disfungsi persepsi visual diakibatkan

oleh adanya gangguan jalur sensori primer antara mata dan korteks visual.

Hilangnya sensori akibat stroke dapat berupa kerusakan yang ringan

(contoh : sentuhan) atau kerusakan yang lebih berat, yaitu hilangnya

propriopsepsi (kemampuan untuk menilai posisi dan gerakan bagian –

bagian tubuh) dan kesulitan menginterpretasikan stimulus visual, taktil dan

auditori.

6. Gangguan Eliminasi

Kebanyakan masalah yang terkait dengan eliminasi urin dan bowel

(8)

terkena stroke, progonis fungsi kandung kemih baik. Awalnya, pasien

dapat mengalami urgensi dan inkontinensi. Walaupun kontrol motor bowel

biasanya tidak terganggu, pasien sering mengalami konstipasi yang

diakibatkan oleh imobilitas, otot abdomen yang melemah, dehidrasi dan

respon yang menurun terhadap refleks defekasi. Masalah eliminasi urin

dan bowel dapat juga disebabkan oleh ketidakmampuan pasien

mengekspresikan kebutuhan eliminasi.

2.2Faktor Risiko

Penggolongan faktor risiko didasarkan pada dapat atau tidaknya risiko

tersebut dapat dimodifikasi atau tidak (AHA, 2006). Faktor risiko stroke juga

dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu faktor risiko yang tidak dapat

dimodifikasi, faktor perilaku (primordial) (Depkes, 2007). Interaksi antara

ketiga faktor tersebut dapat memperberat risiko untuk terkena stroke

2.2.1 Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

2.2.1.1Usia

Kemunduran sistem pembuluh darah meningkat seiring

bertambahnya usia hingga makin bertambahnya usia makin

tinggi kemungkinan mendapat stroke. Pembuluh darah menjadi

tidak elastis terutama dibagian endotel yang mengalami

penebalan intima, sehingga mengakibatkan lumen pembuluh

darah semakin sempit dan berdampak pada penurunan aliran

(9)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut

usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59

tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old)

75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Menurut Depkes RI (2009) digolongkan menjadi : 26 – 35=

Dewasa awal, 36 – 45= Dewasa akhir, 46 – 55= Lansia awal,

55 – 65= Lansia akhir, >65 = Manula.

Dalam statistik, faktor ini menjadi 2 kali lipat setelah usia

≥55 tahun.

2.2.1.2Jenis Kelamin

Stroke diketahui lebih banyak diderita laki-laki

dibandingkan perempuan. Kecuali umur 35 – 44 dan diatas 85

tahun, lebih banyak diderita perempuan. Hal ini diperkirakan

karena pemakaian obat kontrasepsi oral dan usia harapan hidup

perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Perempuan

Indonesia mempunyai usia harapan hidup tiga sampai empat

tahun lebih tinggi dari usia harapan hidup laki-laki.

2.2.1.3Ras

Penduduk Afrika – Amerika dan Hispanic – Amerika

berpotensi stroke lebih tinggi dibanding Eropa – Amerika. Pada

penelitian ini penyakit arterosklerosis terlihat bahwa penduduk

kulit hitam terdapat serangan stroke 38% lebih tinggi dibanding

(10)

2.2.1.4Faktor Keturunan (riwayat penyakit keluarga)

Adanya riwayat stroke pada orang tua, meningkatkan faktor

risiko terjadinya stroke. Hal ini diperkirakan melalui beberapa

mekanisme antara faktor genetik; faktor kultur atau lingkungan

dan life style ; interaksi antara faktor genetik dan lingkungan.

2.2.2 Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

Stroke pada prinsipnya dapat dicegah. Sebuah penelitian

menunjukkan bahwa 50% kematian akibat stroke pada pasien yang

berusia di bawah 70 tahun dapat dicegah dengan menerapakan

pengetahuan yang ada (Hudak & Gallo,1996)

Faktor risiko yang dapat diubah antara lain:

2.2.2.1Hipertensi

Penyakit hiperytensi adalah suatu keadaan dimana

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal

yang ditunjukkan oleh angka sistolik dan diastolik ada

pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat ukur tekanan

darah.

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukran tinggi

(11)

secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam aktifitas sehari –

hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka

kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan

darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas

atau berolahraga.

Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak

mendapat pengobatan dn pengontrolan secara teratur maka hal

ini dapat membawa sipenderita kedalam kasus serius bahkan

bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus

menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja ekstra,

akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada

pembuluh darah jantung, ginjal, otak, dan mata. Penyakit

hipertensi merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan

serangan jantung.

Penyakit hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh

darah dan jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan

nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan

tubuh yang membutuhkannya.

Hipertensi berarti tekanan tinggi di dalam arteri. Arteri

dalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari jantung

yang memompa keseluruh jaringan dan organ – organ tubuh.

Hipertensi juga sering disebut silent killer karena termasuk

(12)

bisa menyerang siapa saja, baik muda maupun tua, entah orang

kaya maupun orang miskin. Hipertensi adalah salah satu

penyakit mematikan didunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia

atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan

diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat

menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025.

Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh

penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit

lain yang tergolong kelas berat alias mematikan. Laporan

komite nasional pencegahan, deteksi, evaliasi, dan penanganan

hipertensi menyatakan bahwa tekanan darah yang tinggi dapat

meningkatkan risiko serangan jantung, gagal ginjal dan stroke.

Suatu peningkatan tekanan darah meningkatkan risiko

penyakit jantung , penyakit ginjal, pengerasan dari arteri dan

stroke.

Makin tingginya tekanan darah, makin tinggi kemungkinan

terjadinya stroke, baik perdarahan maupun iskemik. Faktor

risiko stroke terbanyak adalah hipertensi dengan 71% dari 3723

kasus (Misback, 1999). Pengendalian tekanan darah dapat

mengurangi 38% insiden stroke (Black & Hawks, 2005)

2.2.2.2Penyakit Diabetes Melitus (DM)

DM merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik

(13)

kerja insulin atau keduanya. Faktor risiko stroke akibat DM

sebanyak 17,3% (Misback,1999). Pasien DM cenderung

menderita arterosklerosis dan meningkatkan terjadinya

hipertensi, kegemukan dan kenaikan kadar kolesterol.

Kombinasi hipertensi dan diabetes sangat menaikkan

komplikasi diabetes termasuk stroke (AHA/ASA, 2006).

Selain dikenal sebagai penyakit, diabetes melitus juga

merupakan faktor risiko untuk terjadinya stroke. Hal ini

disebabkan karena DM dapat meningkatkan prevalensi

aterosklerosis dan juga meningkatkan prevalensi faktor risiko

lain seperti hipertensi, obesitas, dan hiperlipidemia.

2.2.2.3Penyakit jantung

Penyakit atau kelainan jantung merupakan sumber emboli

untuk terjadinya stroke. Yang tersering adalah atrium fibrilasi.

Setiap tahun, 4% dari pasien atrium fibrilasi mengalami stroke

(AHA/ASA, 2006).

Penyakit atau kelainan jantung dapat mengakibatkan

iskemik otak. Hal ini disebabkan oleh denyut jantung yang

tidak teratur dan tidak efesien dapat menurunkan total curah

(14)

(iskemia). Selain itu juga dengan adanya penyakit atau kelainan

jantung dapat terjadi pelepasan embolus (keping darah) yang

kemudian dapat menyumbat pembuluh darah otak. Hal ini yang

disebut dengan stroke iskemik akibat trombosis. Seseorang

dengan penyakit atau kelainan pada jantung mendapat risiko

untuk terkena stroke lebih tinggi 3 kali lipat dari orang yang

tidak memiliki penyakit atau kelainan jantung (Hull, 1993).

2.2.2.4Kolesterol Total

Meningkatnya kadar kolesterol total dan Low Density

Lipoprotein (LDL) berkaitan erat dengan terjadinya aterosklerosis. Kolesterol LDL yang tinggi merupaka risiko

terjadinya stroke iskemik. Kejadian stroke meningkat pada

pasien dengan kadar kolesterol total 38,7 mg/dL meningkatkan

risiko stroke sebanyak 25% (AHA, 2006).

Pemeriksan kadar kolesterol darah sangat penting untuk

dilakukan, karena tingginya kadar kolesterol dalam darah

merupakan faktor risiko untuk terjadinya stroke. Hal ini

disebabkan oleh kolesterol darah yang ikut berperan dalam

penumpukan lemak di lumen pembuluh darah yang dapat

menyebabkan aterosklerosis (Hull, 1993). Kadar kolesterol

yang tinggi dalam dalam darah adalah pemicu terjadinya

stroke. Hal ini terjadi karena kolesterol yang tertimbun dalam

(15)

mengganggu suplai darah ke otak yang disebut dengan stroke

iskemik. Berikut ini merupakan hubungan antara kolesterol

dengan risiko aterosklerosis:

2.2.2.5Kadar gula darah

Kadar gula darah yang normal adalah dibawah 200 mg/dl.

Jika kadar gula darah melebihi dari itu disebut hiperglikemia,

maka orang tersebut dicurigai memiliki penyakit diabetes

melitus. Kadar gula darah yang tadinya normal cenderung

meningkat setelah usia 50 tahun secara perlahan tapi pasti,

terutama pada orang-orang yang tidak aktif (Depkes, 2008).

Keadaan hiperglikemi atau kadar gula dalam darah yang

tinggi dan berlangsung kronis memberikan dampak yang tidak

baik pada jaringan tubuh, salah satunya adalah dapat

mempercepat terjadinya aterosklerosis baik pada pembuluh

darah kecil maupun besar termasuk pembuluh darah yang

mensuplai darah ke otak (Hull, 1993).

2.2.3 Faktor risiko perilaku (Primordial)

2.2.3.1Merokok

Rokok merupakan salah satu faktor yang signifikan untuk

meningkatkan risiko stroke. Orang yang memiliki kebiasaan

merokok cenderung lebih berisiko untuk terkena penyakit

(16)

(Stroke Association, 2010). Hal ini disebabkan oleh zat-zat

kimia yang beracun dalam rokok., seperti nikotin dan karbon

monoksida yang dapat merusak lapisan endotel pembuluh

darah arteri, meningkatkan tekanan darah, dan menyebabkan

kerusakan pada sistem kardiovaskuler melalui berbagai macam

mekanisme tubuh. Nikotin dalam rokok menyebabkan

vasokontriksi pembuluh darah yang dapat mengakibatkan

naiknya tekanan darah. Arteri juga mengalami penyempitan

dan dinding pembuluh darah menjadi mudah robek, yang

mengakibatkan produksi trombosit meningkat sehingga darah

mudah membeku. Selain itu, merokok dapat mengakibatkan hal

buruk bagi lemak darah. Semua efek nikotin dari rokok dapat

mempercepat proses aterosklerosis dan penyumbatan pada

pembuluh darah. Karbon monoksida dari rokok juga dapat

mengurangi jumlah oksigen yang dibawa oleh darah, sehigga

menyebabkan ketidakseimbangan antara oksigen yang

dibutuhkan dengan oksigen yang dibawa oleh darah (Stroke

Association, 2010).

2.2.3.2Kebiasaan mengkonsumsi alkohol

Peran alkohol dalam sumbangannya sebagai faktor risiko

stroke memang masih kontroversial dan disuga tergantung pada

dosis yang dikomsumsi. Alkohol dapat meningkatkan risiko

(17)

dalam jumlah sedikit dapat mengurangi risiko stroke (Pearson,

1994). Akan tetapi, kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam

jumlah banyak dapat menjadi salah satu pemicu untuk

terjadinya hipertensi, yang memberikan sumbangan faktor

risiko untuk terjadinya penyakit stroke. Dalam sebuah

pengamatan, diperoleh data bahwa mengkonsumsi 3 gelas

alkohol per hari akan meningkatkan risiko stroke hemoragik,

yaitu perdarahan intraserebral hingga 7 kali lipat (

Wahjoepramono, 2005).

2.2.3.3Aktivitas fisik

Aktivitas fisik atau olahraga merupakan bentuk pemberian

rangsangan berulang pada tubuh. Tubuh akan beradapatasi jika

diberi rangsangan secara teratur dengan takaran dan waktu

yang tepat. Aktivitas fisik sangat berhubungan dengan faktor

risiko stroke, yaitu hipertensi dan aterosklerosis. Seseorang

yang sering melakukan aktivitas fisik, minimal 3 – 5 kali dalam

seminggu dengan lama waktu minimal 30 – 60 menit dapat

menurunkan risiko untuk terkena penyakit yang berhubungan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan ilmiah ini, aplikasi yang dibuat mempunyai beberapa kekurangan yaitu belum bisa mengirim gambar ke tempat pengetikan teks dalam program dan kotak dialog yang

penulisan artikel, hanya sumber--sumber yang sumber yang digunakan yang dimuat dalam daftar pustaka?. digunakan yang dimuat dalam

Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Klaten Tahun Anggaran

 Mengaitkan budaya sekolah/madrasah dengan pembelajaran yang interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.  Mengarahkan tumbuhnya

Kegiatan Pemeliharaan Saluran Irigasi Pekerjaan Pemeliharaan Saluran Irigasi Dk.. Pandanan Desa Soropaten

There are at least three types of kinodynamic motion planning problems where TOPP is useful or even indispensable. First, some applications such as painting or welding require

[r]

Van Hiele (Daitan Tarigan, 2006: 62), menyatakan bahwa “Terdapat lima tahap belajar bangun datar pada anak, di antaranya adalah tahap pengenalan, tahap analisis,