• Tidak ada hasil yang ditemukan

S IND 1203072 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S IND 1203072 Chapter5"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Diana Anggraeni, 2016

PENGGUNAAN ABREVIASI DI PESANTREN DAARUT TAUHIID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

130 BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, simpulan dari hasil penelitian

ini sesuai rumusan masalah adalah sebagai berikut.

1. Dari data yang diperoleh yaitu berjumlah 65 data abreviasi meliputi 27

Metode dakwah (kiat-kiat manajemen qolbu) dan 38 lembaga-lembaga yang

terdapat di Pesantren Daarut Tauhiid ditemukan bentuk singkatan dengan

jumlah 41 data atau 63, 08%. Bentuk akronim dengan jumlah 20 data atau

30,8%. Bantuk gabungan singkatan dan akronim dengan jumah 4 atau 6,2%.

2. Hasil Persentase pola pembentukan abreviasi yang menunjukkan bahwa pola

pembentukan baru mendominasi dalam bentuk singkatan, gabungan singkatan

dan akronim. Pola pembentukan baru dalam bentuk singkatan berjumlah 9

pola pembentukan atau 30%, sedangkan pola menurut Kridalaksana berjumlah

3 pola pembentukan atau 10%. Pola pembentukan baru dalam bentuk akronim

berjumlah 7 pola pembentukan atau 23,3%, jumlah ini setara dengan pola

pembentukan menurut Kridalaksana yaitu berjumlah 7 pola pembentukan atau

23,3%. sementara itu, pola pembentukan baru dalam bentuk gabungan

singkatan dan akronim yaitu berjumlah 3 pola pembentukan atau 10%,

sedangkan pola pembentukan menurut Kridalaksana berjumlah 1 data atau

3,3%.

3. Jenis-jenis makna yang terdapat dalam data-data di Pesantren Daarut Tauhiid

adalah makna ideasional, makna referensial, dan makna emotif. Hasil

persentase makna abreviasi yang diperoleh, menunjukkan bahwa makna

referensial merupakan jenis abreviasi yang paling mendominasi dalam

penggunaan abreviasi di pesantren Daarut Tauhiid berupa metode dakwah dan

lembaga-lembaga yaitu dengan jumlah 33 data atau 50,8%. Makna ideasional

dengan jumlah 27 data atau 41,5%. Makna emotif dengan jumlah 5 data atau

(2)

131

Diana Anggraeni, 2016

PENGGUNAAN ABREVIASI DI PESANTREN DAARUT TAUHIID

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Hasil persentase komponen makna abreviasi yang diperoleh, menunjukkan bahwa

komponen makna budaya Daarut Tauhiid yang paling mendominasi dalam

penggunaan abreviasi di Pesantren Daarut Tauhiid yaitu dengan jumlah 25 data atau

23,6%. Komponen makna sikap dengan jumlah 24 data atau 22,7%. Komponen

makna pendidikan dengan jumlah 11 data atau 10,3%. Komponen makna ekonomi

dengan jumlah yang sama yaitu 11 data atau 10,3%. Komponen makna sosial

dengan jumlah 9 data atau 8,4%. Komponen makna akhlak dengan jumlah 8 data

atau 7,6%. Komponen makna lembaga dengan jumlah yang sama yaitu 8 data atau

7,6%. Komponen makna ibadah dengan jumlah 6 data atau 5,7%. Komponen makna

materi dengan jumlah 2 data atau 1,9%. Komponen makna lingkungan dengan

jumlah 1 data atau 0,10%. Komponen makna SDM dengan jumlah yang sama yaitu

1 data atau 0,10%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai

sumbangan pemikiran yang dipaparkan sebagai berikut.

1. Abreviasi di Pesantren Daarut Tauhiid merupakan penelitian yang menarik untuk

dikaji, tidak hanya dari segi bahasa tetapi juga dalam ranah keagamaannya. Oleh

karena itu, abreviasi di Pesantren Daarut Tauhiid tampaknya menarik untuk dikaji

lebih lanjut dengan objek atau pun kajian yang berbeda seperti sosiolinguistik yaitu

untuk mengkaji keberagaman bahasa yang digunakan atau pun semantik kognitif

agar makna yang terkandung dapat diteliti lebih dalam lagi.

2. Bagi Pesantren Daarut Tauhiid, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan bagi pengembangan sarana dakwah melalui terbentuknya abreviasi yang

tidak hanya dipahami oleh santri atau pun masyarakat yang aktif di Daarut Tauhiid,

tetapi juga dapat dipahami masyarakat luas karena tidak semua orang mengetahui

pemendekan-pemendekan tersebut, salah satunya yaitu dengan pengenalan dan

penyebarluasan abreviasi sebagai metode dakwah kepada masyarakat di luar

(3)

132

Diana Anggraeni, 2016

PENGGUNAAN ABREVIASI DI PESANTREN DAARUT TAUHIID

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tindakan kelas ini telah dikatakan tuntas melalui pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada kelas X.1 SMA Negeri 2 Babat Supat telah meningkatkan

Namun, kondisi yang sebaliknya terjadi, bahwa pasar modern (supermarket) di wilayah propinsi, dalam hal ini perkotaan, mempunyai kontribusi yang lebih besar terhadap

Mendeskrikpsikan penerapan teknik pembelajaran Brainstorming untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok bilangan bulat. SMPN 2

menghadiri Klarifikasi hasil evaluasi ini dianggap menerima seluruh hasil keputusan Pokja ULP perihal hasil penawaran yang ingin diperjelas oleh Pokja ULP dalam

Kandungan minyak atsiri pada bawang putih menjadikan insektisida dari bawang putih memiliki potensi untuk mengusir serangga pada tanaman yang menjadi inang serangga objek karena

Akibat perubahan metode penilaian sediaan terhadap perhitungan rugi laba tahun yang diaudit harus dijelaskan dalam laporan keuangan dan auditor harus menyatakan pengecualian

• Frekuensi kumulatif untuk suatu kelas dapat diperoleh dengan menambahkan frekuensi kelas tersebut ke dalam frekuensi

Meski seluruh informan ini tidak termasuk dalam penerima KJP, para informan tetap memberikan sikap positif terkait program pemprov DKI Jakarta yang memberikan bantuan