• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kateinai Boryouku dalam Rumah Tangga Jepang Dewasa ini Chapter III IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kateinai Boryouku dalam Rumah Tangga Jepang Dewasa ini Chapter III IV"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

USAHA-USAHA YANG DILAKUKAN UNTUK MENGATASI

KATEINAI BORYOUKU

3.1 Usaha yang Dilakukan Pemerintah

Adapun usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam penanganan

dan pencegahan kateinai boryouku adalah sebagai berikut:

3.1.1 Program Reformasi Pendidikan - Manbusho

Berdasarkan program reformasi pendidikan yang di keluarkan oleh

manbusho (departemen pendidikan jepang) pada tanggal 24 januari 1997, yang

kemudian direvisi pada tanggal 5 agustus tahun yang sama, manbusho

menekankan pentingnya pendidikan bagi perkembangan mental setiap individu.

Pendidikan merupakan pondasi dari segala macam sistem social. Oleh karena itu,

manbusho menganggap pelaksanaan reformasifundamental dalam pendidikan

sangat penting dan esensial untuk membangun sebuah masyarakat yang mampu

menunjukkan secara penuh kreativitas dan semangat yang mereka miliki.

Reformasi pendidikan ini tidak terpisah dari reformasi fundamental di dalam lima

bidang yang lain yakni admisnistrasi pemerintahan, struktur ekonomi, sistem

keuangan, sistem kesejahteraan sosial, dan struktur fiscal yang kesemuaannya ini

(2)

Untuk mewujudkan reformasi pendidikan, manbusho memusatkan

perhatiannya kepada dua elemen. Yang pertama adalah untuk mendidik

masyarakat sebaik-baiknya demi masa depan jepang. Yang kedua untuk

memberikan penghormatan yang tinggi terhadap individualitas tiap anak dalam

rangka menumbuhkan penghormatan yang tulus pada hidup dan orang lain,

simpati, rasa keadilan dan kesamaan, moral, kemasyarakatan, kreativitas dan

internasionalitas dalam upaya merangsang karya yang penuh dari kemampuan

seorang anak selama hidupnya.

Di dalam penjelasan yang lebih terperinci mengenai tujuan program

ini untuk menanggulangi kateinai boryouku, dan mendukung pengendalian

masalah kateinai boryouku dalam masyarakat. Walaupun memang tidak secara

tegas dikemukakan bahwa hal ini dapat di tunjuk sebagai sebuah cara dalam

menangulangi kateinai boryou, namun jika dilihat secara jangka panjang,

sesungguhnya tujuan program ini dapat mendukung pengendalian masalah

kateinai boryouku. Adapun tujuan-tujuan yang di maksud adalah sebagai berikut:

3.1.1.1 Pengembanga Disiplin di Dalam Rumah

Manbusho sangat membantu dalam mempertebal disiplin di dalam

rumah yang dapat mendorong anak-anak mendapatkan sifat dan kemampuan atau

“semangat untuk hidup” melalui interaksi yang intim dengan anggota keluarga

yang berasal dari ikatan bayi dan orang tuanya. Sifat dan kemampuan di sini

(3)

rasa simpati pada sesama anggota keluarga. Pengertian dasar tentang moral, tata

krama sosial, pengendalian diri dan kemandirian.

Manbusho akan bekerja sama dengan departemen kesehatan dan

kesejahteraan juga departemen dan dewan-dewan lainya. Manbusho akan

menekankan kembali pentingnya disiplin di dalam rumah juga kesempatan yang

lebih bagi keluarga dan masyarakat untuk interaksi dan berkomunikasi dengan

anak. Untuk menciptakan opini public bahwa para orang dewasa harus saling

membantu dalam mengasuh anak yang berhati kaya.

3.1.1.2 Dorongan untuk Mencari Kegiatan Diluar Sekolah

Dalam rangka mendorong anak-anak untuk berpartisipasi meneruskan

kegiatan belajar di luar sekolah, manbusho akan mengambil langkah-langkah

untuk memperdalam pengertian anak tentang kegiatan kelompok sukarelawan,

organisasi budaya, organisasi olah raga, organisasi kepemudaan lainnya seperti

pramuka, pertemuan anak dan kelompok olah raga anak. Manbusho akan

mendorong anak-anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Seperti hal nya pada tahun fiscal 1997 manbusho akan melonggarkan

batas kualifikasi untuk mengikuti ujian persamaan sekolah dasar yang dapat

menjadi syarat masuk sekolah menengah bagi mereka yang lulus. Memberikan

jalan keluar bagi anak-anak yang punya masalah took kyohi apabila mereka

(4)

3.1.1.3 Menanggulangi Masalah Kenakalan Remaja, Ijime dan Penyalah Gunaan Obat Terlarang

Dalam rangka mengatsi kenakalan remaja yang dewasa ini makin

serius dengan tepat, dalam kerjasamanya dengan departemen dan agen-agen

terkait. Manbusho akan secepatnya mendiskusikan langkah-langkah untuk

mencegah masalah-masalah yang berhubungan dengan perilaku remaja.

Di setiap komunitas manbusho, akan mempercepat ikatan sekolah

dengan institusi dan organisasi terkait termasuk fasilitas kesejahteraan anak

seperti klinik bimbingan anak dan polisi, dengan PTA (parent teacher association)

dan organisasi kepemudaan dengan warga setempat. Dengan demikian manbusho

akan memperkuat langkah-langkah untuk pengembangan kesehatan remaja juga

pencegahan masalah-masalah kelankalan remaja.

Selanjutnya di sekolah manbusho akan menyebarkan pendirian asas

yang menentang tindakan ijime terhadap orang lain seperti “tidak aka nada

toleransi terhadap orang yang melakukan ijime terhadap orang lain” manbusho

juga mempertimbangkan pelaksanaan sistem konseling yang efektif dan perbaikan

sistem konseling dengan cara mempekerjakan penasihat sekolah.

3.1.1.4 Perbaikan Kegiatan Komunitas dan Mewujudkan Lingkungan Sosial yang Bersih

Berkenaan dengan pembersih lingkungan sosial untuk remaja,

(5)

kepemudaan untuk membentuk jaringan kerja sama dengan sekolah-sekolah dan

organisasi-organisasi terkait yang bertujuan untuk membersihkan lingkungan

yang berbahaya juga untuk meminta bantuan pada komunitas terkait. Untuk tujuan

ini, di samping meningkatkan kerja samadengan departemen dan agen-agen

terkait. Manbusho juga mendorong lifelong learning council untuk mendiskusikan

langkah-langkah yang tepat.

Walaupun usaha dan cara dari manbusho ini tidak terlihat tegas namun

jika dilihat dari jangka waktu yang panjang akan berpengaruh besar terhadap

penanganan kateinai boryouku yang dimana sebagai salah satu penyebab

umumnya dalah depresi terhadap lingkungan hidup

.

3.1.2 Penyedian Kantor pengaduan

Penyediaan kantor pengaduan merupakan salah satu cara yang di

lakukan pemerintah dalam penangulangan kateinai boryouku, di mana fungsi dari

kantor pengaduan ini adalah sebagai tempat mengadunya korban kekerasan

ataupun pihak lain yang melaporkan adanya kekerasan di dalam sebuah kelurga.

Kantor pengaduan ini bukan hanya sebuah tempat pengaduan, di katakan bukan

hanya tempat pengadua dikarenakan pihak pengaduan tersebut langsung turun

ketempat kejadian dan langsung turun tangan dalam penangan korban maupun

pelaku kekerasan, dan pihak pengaduan ini juga bekerja sama dengan pihak

kepolisian terdekat sehingga memungkinkan penanganan yang cepat turn

(6)

Setiap pengaduan ataupun laporan yang di adukan ke kantor ini respon

dan aksinya sangat cepat dan bahkan para pegawai kantor ini juga turun

kelapangan tempat terjadinya kekerasan demi mendapatkan info dan kebenaran

dari laporan yang di laporkan, selain menyelidiki kebenaran dari laporan, kantor

pengaduan ini juga melakukan konseing terhadap korban dan pelaku dari

kekerasan yang di laporkan demi mencari penyebab dan motif-motif kekerasan

yang bekerja sama dengan pihak kepolisian.

Dengan adanya kantor pengaduan ini, segala bentuk kekerasan dapat

langsung di ketahui bahkan di antisipasi secara langsung. Dan dengan adanya

kantor pengaduan ini jelas dapat menjadi pemantau bagi setiap masyarakat.

3.1.3 Fasilitas Tombol Darurat di Dalam Rumah

Salah satu usaha dari pemerintah demi menanggulangi dan mengatasi

kateinai boryouku berikut ini adalah sebuah tombol darurat yang di sarankan bagi

setiap keluarga menggunakannya. Adapun fungsi dari tombol darurat ini adalah

sebagai alat pengaduan darurat, yang dimaksud darurat di sini adalah dimana

korban tak dapat lagi berjalan ataupun keluar dari rumah sehingga hanya dengan

menekan tombol ini, pihak yang bersangkutan dalam penanganan kekerasan

dalam rumah tangga langsung merespon dan turun kelapangan ke tempat kejadian,

adapun pihak bersangkutan yang di maksud di sini adalah pihak kepolisian dan

pihak kantor pengaduan terdekat. Seperti yang telah di jelaskan di atas

bahwasanya kantor pengaduan merupakan tempat pengaduan segala kekerasan

(7)

pihak yang berwajib, tombol darurat ini juga dapat menjadi sebuah tanda

permintaan pertolongan kepada maysrakat sekitar, di katakan tanda permintaan

pertolongan dikarenakan setelah tambol ini di tekan akan mengeluarkan sebuah

bunyi pertanda adanya sebuah kejadian ataupun kemalangan, di Indonesia bunyi

ini biasa dkatakan bunyi sirene. Adapun maanfaat dari tombol ini adalah:

1. Korban dapat di selamatkan dengan cepat

2. Pelaku dapat segera di hentikan

3. Sebuah permintaan pertolongan yang instan

4. Dapat menjadi penghalang bagi pelaku kekerasan

5. Menjadi senjata bagi korban yang tidak berdaya atau

lemah.

6. Dan sebagainya.

Selain di dalam rumah, tombol ini juga di gunakan untuk anak sekolah

dasar. Biasanya tombol ini di bagikan melalui pihak sekolah kepada setiap

murid-muridnya, tombol ini biasanya di tempelkan di tas anak. Adapun tujuan tombol

keamanan pada anak adalah juga sebagai alat untuk meminta pertolongan kepada

pihak berwajib dan masyarakat sekitar. Penggunaan tombol keamanan pada

anak-anak sekolah di dasari oleh status mereka yang sebagai anak-anak-anak-anak yang di anggap

tidak berdaya jika di bandingkan dengan orang dewasa, juga dikarenakn saat ini di

jepang banyak terjadi kekerasan kepada anak-anak di bawah umur, salah satu

(8)

3.2 Usaha Masyarakat dan Norma Agama

Selain usaha dari pemerintah, masyarakat dan agama juga telah

menjadi salah satu sarana penanggulangan kateinai boryouku.

3.2.1 Usaha dari Masyarakat

Adapun usaha masyarakat dalam mengatasi kateinai boryouku adalah

usaha yang tidak terlihat secara langsung, yang di maksud tidak secara langsung

di sini adalah usaha yang beransur-ansur yang perlahan-lahan dalam jangka waktu

yang lama di mana hasilnya tidak dapat langsung di lihat. Penanganan kateinai

boryouku oleh masyarakat jepang tidak langsung tertuju kepada kasus kateinai

boryouku ini tetapi melalui penanganan yang tertuju kepada norma-norma yang

menjadi penghalang munculnya kenakalan-kenakalan remaja yang

memungkinkan menjadi dasar dari segala kekerasan yang dilakukan seorang anak

terhadap orang tua.

Masyarakat yang dimaksud dalam penanganan kasus kateinai

boryouku ini adalah setiap lapisan masyarakat jepang. Sehingga terhubung dengan

segala upaya-upaya yang di lakukan pemerintah maupun upaya-upaya yang di

lakukan di dalam keluarga. Penangan yang di maksud adalah pencegahan ataupun

menghambat bahkan mengurangi setiap kenakalan-kenakalan remaja, seperti yang

kita ketahui selain gangguan kejiwaan, kondisi keluarga dan pergaulan anak dapat

menjadi penyebab dasar dari kausus kateinai boryouku. Adapun yang dapat di

lakukan masyarakat umum dalam penanganan kateinai boryouku ini adalah

berupa:

(9)

Omoiyari (empati) merupakan peringkat tertinggi

dalam kerangka moral bangsa jepang, dan sekaligus

merupakan norma yang paling mendasar yang harus

dimiliki oleh orang jepang. Omoiyari merupakan

kemampuan dan kemauan untuk merasakan apa yang

orang lain rasakan, merasakan suka dan dukayang

mereka alami, dan membantu mereka untuk

mewujudkan keinginan mereka yang kesusahan.

Omiyari dapat berbentuk kesiapan seseorang dalam

mengantisipasi keperluan orang lain. Dan dia berusaha

meningkatkan kesenangan orang lain dengan

memberikan apa yang di butuhkan dan disukainya,

serta berusaha mencegah apa yang mungkin

membuatnya tidak suka.

Sebagai contohnya jika di kaitkan dengan remaja yang

sedang menghadapi masalah dan frustasi, sebagaimana

kita ketahui rasa frustasi dapat menjadi pemicu kateinai

boryouku, maka seseorang yang menghadapi masalah

tersebut tidak akan di biarkan terlantar, melainkan di

perhatikan oleh teman-temanya dan keluarganya

ataupun anggota keluarga yang lain.seorang teman

ataupun keluarga dapat dengan segera mengetahui

(10)

yang dirasakan sehingga dapat segera membantgu

ataupun menghiburnya. Dengan demikian seseorang

yang sedang kesusahan tidak lagi menghadapi

permasalahan sendirian.

Omoiyari berkaitan dengan ketulusan.seseorang yang

memberiempatinya kepada seseorang tidak mempunyai

maksud meminta balasan. Balas budi hanya timbul dari

pihak penerima empati.

2. Amae (ketergantungan)

Bila konsep omoiyari berlaku, maka konsep Amae

manjadi konsep yang penting dalamkerangka moral

masyarakat jepang karena si pelaku omoiyari

memerlukan orang yang bergantung padanya dan

sebaliknya.

Amae pada awalnya lahir di dalam lingkungan ilmu

psikologi. Menurut Takeo Doi, seorang psikoanalis dan

penulis jepang, amae memiliki makna hubungan

kejiwaan antara bayi dan ibu yang sedang menyusuinya.

Takeo Doi mengatakan bahwa jika seseorang ataupun

seorang anak mengalami perkembangan. Setelah si

(11)

dengan dirinya, ia memberi pengakuan terhadap

eksistensi ibunya tersebut dengan amae. Kata amae

sendiri mengandung makna manja. Tetapi istilah manja

ini tidak bisa disamakan dengan makna manja dalam

arti Indonesia, yang berkesan negatife. Manja dalam

konsep amae adalah perwujudan pengakuan eksistensi

orang tua dalam bentuk ekinginan akan kedekatan

hubungan orang tua.

Konsep amae yang berlaku sebagai tata nilai norma

bangsa jepang hingga sekarang adalah sikap diri yang

menganggap bahwa orang lain selalu memiliki niat

yang baik dan selalu siap menolong dirinya bila ia

mengalami kesulitan.

Dengan demikian konsep ini dapat menjadi pengerat

setiap hubungan batin antara orang tua anak, dan

sesame anggota kelurga yang dapat menjadi

pengurangan akan adanya gejolak pemberontakan di

dalam rumah tangga.

3. On, Gimu dan Giri (hutang balas budi)

Norma penting lainya adalah masalah hutang budi dan

(12)

Dalam masyarakat jepang hal ini dikenal dengan istilah

on,gimu,dan giri.

Konsep On ini tidak mudah dijelaskan artinya, karena

mempunyai arti yang sangat luas. On bukan hanya

sekedar mengadung arti kewajiban, keramahan bahkan

cinta kasih. Namun secara umum On mengandung arti

beban, hutang, atau sesuatuyang harus dipikul

seseorang sebaik mungkin. Seperti halnya dalam kasus

kekerasan dalam keluarga di mana seorang ibu bunuh

diri setelah mengetahui suami telah meninggal dunia,

untuk menanggapi kasus seperti ini, Edwin Reischauer

dalam Manusia Jepang(1982) menyebutkan bahwa

kisah-kisah tersebut mencerminkan moralitas bangsa

jepang yang sangat tinggi nilainya. Kesetiaan,

ketulusan dan pengabdian menjadi sesuatu yang sangat

di hormati dan di agungkan. Ruth Benedict dalam

pedang samurai dan bunga seruni (1982) menyebutkan

sebagai sifat ekstrim bangsa jepang sulit dimengertioleh

bangsa lain, sedangkan Djodjok Soepardjo (1999),

seorang ahli budaya jepang, menyebutkan sebagai pola

komunikasi intrapersonal dalam budaya jepang.

Pada masa kini contoh On masi dapat dilihat pada

hungungan antara ibu dan anak. Contohnya, seorang

(13)

bahwa ia tidak dapat melupakan On yang diterima dari

ibunya. Istilah On tersebut tidak sepenuhnya tertuju

pada cinta si anak kepada ibunya, melainkan pada

segala sesuatu yang telah dilakukan sang ibu semenjak

ia lahir. Ia merasa berhutang budi atas segala kerepotan

yang di hadapi orangtuanya selala membesarkan

dirinya, dan ia merasa harus menebusnya dengan segala

cara.

Jika dikaitkan dengan kasus kateinai boryouku, maka

nilai moral On sangat kuat dalam penanganan awal

ataupun pencegahan dasar terhadap kasus kateinai

boryouku.

Gimu dapat diartikan sebagai kewajiban membayar on

yang telah diterima seseorang.gimu harus dibayar

seseroang karena adanya ikatan-ikatan yang kuat dan

ketat pada saat di lahirkan,misalnya ikatan pada

keluarga dan ikatan pada negaranya. Pembayaran ini

tidak memiliki batas waktu dan pembayaran yang telah

dilakukan pun kadang-kadang tidak pernah cukup

walaupun di lakukan seumur hidup.

Giri merupakan jenis kwajiban pemenuhan on yang lain.

(14)

pembayaran dan hutang-hutang tersebut wajib di bayar

dalam jumblah yang tepat sama dengan yang diterima.

Giri mempunyai pembagian yang jelas. Yang pertama

adalah Giri kepada dunia, yaitu kewajiban seseorang

untuk membayar On kepada sesamanya,misalnya

karena seseorang telah menerima hadiah. Yang kedua

adalah Giri kepada nama sendiri,yaitu kewajiban untuk

tetap menjaga kebersihan nama dan reputasi

seseorang.kewajiban ini termasuk kewajiban untuk

membersihkan nama baik seseorang atas penghinaan

atau tuduhan atas kegagalan dengan cara melakukan

balas dendam,kewajiban seseorang untuk menunjukkan

atau mengakui kegagalan atau ketidaktahuannya dalam

menjalankan suatu peran dalam masyarakat, dan

kewajiban seseorang mengindahkan sopan santun

jepang dengan melaksanakan semua norma yang

berlaku serta dapat mengekang emosi dalam situasi

yang tidak tepat.

Norma mengajarkan untuk bertanggung jawab ataupun

menjaga diri dalam setiap kehidupan.

Dengan adanya norma-norma ini dalam masyarakat dapat menekan

dan mencegah adanya bibit munculnya kekerasan ataupun kenakalan remaja.

Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwasanya masyarakat melakukan

(15)

jika dilihat dalam jangka waktu yang lama dampaknya sangat baik. Selain

menekankan norma-norma ini masyarakat jepang juga bekerja sama kepada setiap

agen-agen yang berhubungan dalam penanganan kateinai boryouku ini.

3.2.2 Norma Agama (kepercayaan)

Norma agama di jepang sangat sulit dijelaskan, sebagai mana kita

ketahui bahwasanya masyarakat jepang banyak menganut bermacam-macam

agama. Namun jika membahas agama kita tahu bahwasanya sebuah agama

mengajarkan hal yang baik untuk semua umatnya. Disini penulis tidak membahas

penting tidaknya sebuah agama dalam pandangan orang jepang melainkan,

membahas nilai-nilai dan ajaran agama yang dapat mengurangi ataupun

menjegah terjadinya sebuah kekerasan yang di lakukan oleh anak-anak, remaja

dan bahkan orang tua.

Sebagai sebuah contoh keterkaitan agama (kepercayaan) dalam

penanganan kateinai bryouku adalah pada masyarakat Korea dan Taiwan yang

pengaruh ajaran konfusianismenya masi kental, masalah kateinai boryouku dan

sejenisnya hampir tidak ditemukan. Salah satu ajaran yang masi kuat dan hidup

adalah penghormatan terhadap orang yang lebih tua dan kewajiban seorang anak

untuk berbakti kepada orang tua. Jadi norma ajaran ini dapat menjadi kekuatan

penghalang, penghenti dan pengontrol untuk menghindari munculnya gejala

penganiayaan anak terhadap orang tua.

(16)

karena itu dapat disimpulkan disini bahwasanya di dalam masyarakat yang masi

menganut norma Agama (kepercayaan) yang kuat terhadap masalah

penghormatan terhadap orang tua, penganiayaan anak terhadap orang tua akan

sulit timbul dan berkembang. Seperti yang kita ketahui tidak ada agama yang

mengajarkan hal buruk kepada umatnya, apapun agamanya pastinya ajarannya itu

baik. Selanjutnya setelah refomasi pendidikan yang di lakukan di jepang, pihak

keagamaan juga ambil alih dalam pendidikan dan penyebaran ajarannya dalam

sekolah-sekolah di jepang, sehingga pihak keagamaan juga kerja sama dengan

pemerintah dalam pendidikan moral anak sehingga di adakannya mata pelajaran

keagamaan. Dengan adanya mata pelajaran ini juga dapat menekankan kepada

siswa/siswi ajaran-ajaran agama di mana kita ketahui bahwasanya ajaran agaman

mengajrakan ajaran yang baik, dan hal ini juga dapat menjadi pengontrol

siswa/siswi dalam bertingkah laku.

Selain mata pelajaran agama di sekolah, ada juga pembukaan sekolah

baru yang berdasarkan ajaran agama, sebagai contohnya di Indonesia banyak

sekolah-sekolah berdasarkan ajaran agama-agama yang ada di Indonesia, sebagai

contoh nilai normanya adalah sekolah yang berdasarkan ajaran agama islam,

dimana di sekolah ini siswa dan siswinya di ajarkan bertatakrama sesuai ajaran

agama islam, misalnya dalam berpakaian, setiap wanitanya menggunakan jilbab

kesekolah dan bertingkah laku sesuai ajaran agama, sehingga hal ini menjadi

peran penting dalam pembentukan mental dan spiritualitas seorang anak. Dan

begitu juga di jepang setiapsekolah yang berdasarkan agama akan mengajarkan

(17)

Selain berkerja sama dengan pihak pemerintah, agama juga memiliki

tempat-tempat beribadah, misalnya agama Kristen dan katolik di jepang yang

menerima umatnya untuk beribadah dalam gereja, sehingga gereja menjadi suatu

tempat tujuan bagi setiap umatnya untuk melakukan ibadah terhadap tuhannya,

dan di gereja ini juga mereka menerima ajaran-ajaran agama sebagaimana yang

kita ketahui semua ajaran norma-norma agama adalah baik. Norma yang baik

sudah jelas menjadi salah satu kekuatan dan pengontrol tingkah laku seorang anak

ataupun orangtua sehingga menjadi penghalang muncul atau berkembangnya

kasus kateinai boryouku.

3.3 Usaha dalam Keluarga (Rumah Tangga)

Penangan dan pencegahan kateinai boryouku dalam keluarga tidak

jauh berbeda dengan usaha yang di lakukan masyarakat, namun usaha dalam

kelurga lebih mengutamakan nilai-nilai penghormatan terhadap orangtua dan

nilai-nilai kasih sayang antar sesama anggota keluarga dan pengajaran ini lebih

intensif. Dalam hal ini peran orang tua sangat besar, sebagaimana kita ketahui

tugas orang tua adalah mendidik, mengajarkan kebudayaan dan norma-norma

dalam masyarakat.

Usaha yang dilakukan dalam pencegahan dan penanganan kateinai

boryouku di dalam keluarga adalah:

- Penekanan nilai norma-norma

(18)

dapat mempelajari nilai-nilai norma yang baik dalam keluarga,

sebagai mana kita ketahui tujuan dari norma ini adalah tau

diri,bertanggung jawab, menjalin hubungan kasih sayang, peduli antar

sesama. Sehingga dengan adanya peran konsep norma ini seorang

anak dapat mengerti bahwasanya dia tidak sendiri, dia tau bahwasanya

keluarga peduli terhadapnya. Maksud kata tidak sendiri disini adalah

dia dapat menghadapi masalah yang di hadapi bersama dengan

keluarganya sehingga rasa frustasi tidak di hadapi sendiri, sebagai

mana rasa frustasi dapat menjadi pemicu

penyimpangan-penyimpangan tingkah laku remaja.

- Pertanggung jawaban

Pertanggung jawaban yang di maksud disini adalah mengetahui posisi

dan fungsi dalam keluarga, hal ini lebih di tujukan kepada ayah/ibu

dimana seorang ayah atau ibu harus mempertanggung jawabkan posisi

sebagai orang tua yang fungsinya sebagai kepala keluarga yang

mendidik dan mempersatukan anggota keluarga. dengan adanya

pertanggung jawaban ayah/ibu sebagai orang tua maka sebuah

keluarga akan menjalin hubungan batin yang kuat.

- Menjalin keharmonisan

Keharmonisan dalam keluarga sangat diperlukan dalam menjalin

hubungan yang baik antar sesama anggota keluarga.

(19)

hubungan antar sesama anggota keluarga sangat dekat, tidak adanya

rasa terpendam dan bahkan tidak adanya rahasia seorang anak

terhadap orang tua, artinya seorang anak jujur dan mau bercerita

tentang keluh kesal yang di hadapai di luar rumah tangga, sehingga

mudah di atasi dan di mengerti.

- Berkerja sama

Maksud berkerja sama disini adalah melibatkan seluruh anggota

keluarga dalam kegiatan maupun usaha dalam keluarga. Melibatkan

anak dalam setiap kegiatan dengan sewajarnya di dalam rumah

sehingga tidak muncul anggapan “tidak dianggap” sebagai mana kita

ketahui kata “tidak dianggap” dapat menjadi salah satu pemicu

munculnya sifat apatis yang tidak peduli terhadap sesuatu hal. Sifat

apatis ini sangat berbahaya, sifat ini egois dan memiliki pola fikir

tersendiri dan tidak ambil peduli dengan sekitar.

- Memberikan pendidikan yang wajar tanpa adanya harapan yang

berlebihan

Pendidikan sangat penting bagi seorang anak. Terutama di Jepang

pendidikan merupakan tolak ukur umum untuk setiap anak. semakin

bagus sekolah yang ia dapatkan semakin dekat pula ia dengan

kesuksesan. Orang tua juga memandang pendidikan anak yang

menjadi gambaran masa depan seorang anak. Sebagai mana kita

(20)

hingga akhirnya muncul pengharapan yang berlebihan terhadap anak.

Dan pengharapan berlebihan ini yang dapat memicu terjadinya

pertentangan keinginan orang tua dan anak, dan hal inilah yang

memingkinkan terjadinya kateinai boryouku.

Dengan adanya pendidikan seorang anak juga mendapatkan

pembelajaran dari sekolah.sebagaimana telah dijelaskan di atas

bahwasanya di sekolah juga ada pendidikan keagamaan.selain

dirumah ,di sekolah anak juga mendapatkan pendidikan moral.

Sehingga moral ini dapat menjadi pencegah seorang anak berprilaku

menyimpang, lain halnya pada anak yang mengidap kejiwaan.

- Konseling

Seperti yang di jelaskan di atas bahwasanya keluarga yang harmonis

akan dapat mengetahui keluh kesal yang di alami seorang anak.

Begitu juga dengan seorang anak yang mengalami gangguan kejiwaan.

Dengan hubungan yang dekat, seorang ayah ataupun ibu dapat

mengetahui kelainan dalam jiwa si anak. sehingga dapat dengan

segera melakukan konseling terhadap pihak ahli, untuk mengatasinya.

Karna kateinai boryouku tidak hanya di lakukan oleh anak yang sehat,

melaikan anak yang mengidap kelainan jiwa juga sering melakukan

(21)

- Pemasangan tombol darurat

Sebagaimana guna tombol darurat ini merupakan program pemerintah,

namun tidak berarti danpa persetujuan keluarga. Seperti namanya

tombol darurat ini merupakan sebuah normor darurat untuk meminta

pertolongan kepada pihak berwajib ataupun masyarakat sekitar.

Sebagaimana telah di jelasakan di bab II bahwasanya kateinai

boryouku juga dapat terjadi dalam rumah tangga yang biasa, yang

dalam arti keluarga yang mencukupi tanpa adanya pertanda akan

terjadinya kekerasan. Seperti halnya anak yang di kenal baik ternyata

mengalami kateinai boryouku secara tiba-tiba. Untuk hal tersebutlah

tombol ini berguna. tombol ini terhubung langsung kepada kantor

polisi ataupun kantor pengaduan daerah terdekat rumah tangga yang

terjadi kateinai boryouku.

- Pengenalan terhadap agama

Memperkenalkan agama terhadap anak dan terhadap seluruh anggota

keluarga, seperti yang telah di jelaskan di atas norma agama juga

(22)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Segala bentuk kekerasan yang di lakukan anak adalah sebuah

gambaran akan ketidak puasan seorang anak atau kurangnya perhatian dan

kepedulian keluarga terhadapnya. Dapat dilihat dari perkumpulan atau pun group

anak-anak yang lebih sering berkumpul dengan teman-temannya di luar, di

bandingkan dengan keluarga sendiri. Mereka lebih merasa nyaman berada di luar

bersama teman-temannya. Dan dari sini dapat kita kita lihat bahwasanya seorang

anak tidak lagi mengutamakan keluarga dalam bersosialisasi, namun tak

selamanya juga keluarga dapat menjadi teman sosialisasi yang baik mislanya

keluarga yang orang tuanya tidak bertanggung jawab akan posisinya sebagai

kepala keluarga.

Di jepang fenomena-fenomena kenakalan remaja sangat banyak,

dimulai dari ijime, enjo kosai, kateinai boryouku, konai boryouku dan

kenakalan-kenakalan remaja lainnya. Kasus ini sudah menjadi hal yang biasa kita jumpai di

jepang. Jika dilihat dari segala penyebab dari kenekalan remaja ini dapat di

simpulkan bahwasanya kekeluargaan jepang sangat rentan mengalami kateinai

broyouku, hal ini di sebabkan dengan berbagai permasalahan-permasalahn dalam

keluarga, mulai dari kurangnya sosok ayah/ibu, pengharapan yang berlebihan dari

orang tua, sampai kedalam faktor kejiwaan anak. Selain dari dalam keluarga itu

sendiri, penyebab kateinai boryouku juga dapat di sebabkan akan tekanan-tekanan

(23)

semua penyebab-penyebab ini, yang menjadi acuan utama adalah peran orang tua

dalam keluarga.

Michiyoshi Hayashi, penulis buku best seller berjudul fusei no fukken

(1996) atau rehabilitas karakter ayah, mengemukakan secara kritis masalah peran

ayah yang memudar dalam sebuah keluraga.

Selain hayashi, ada pendapat yang senada yang di kemukakan oleh

seorang professor dari universitas Keio Gijuku bernama Keigo Okonogi, dalam

pendapatnya ini ia mengemukakan bahwasanya seorang ayah atau suami telah

hilang posisinya dalam keluarga, mereka telah kehilangan perannya dalam

keluaraga. Mereka telah menjadi manusia kantoran super sibuk dan hampir tidak

punya waktu untuk keluarga. Walaupun secara fisik mereka ada.

Dan begitu juga dengan peran seorang ibu, sang ibu juga yang telah

menjadi seorang yang paling dekat dengan anak, otomatis jalinan kasih sayang

juga lebih kuat. Namun seorang ibu juga menjadi orang yang paling rentan

mendapatkan perlakuan kateinai boryouku. Seperti yang kita ketahui semua orang

tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya, namun dengan pernyataan inilah

muncul sebuah pengharapan yang berlabihan, dimana tanpa meihat potensi si anak

terlebih dahulu, sang ibu memberikan pengharapan yang berlebihan sehingg si

anak frustasi dengan perasaan ketidak mampuan ataupun merasa terpaksa. Seperti

yang kita ketahui rasa frustasi merupakan gejala-gejala awal terjadinya kateinai

boryouku.

(24)

kekerasan yang di lakukan oleh anak terhadap orang tuanya atau anggota keluarga

yang lain, kekerasan ini dapat berupa kekerasan mencederai orang alain bahkan

sampai membunuh dan kebanyakan objek kekerasan adalah seorang ibu.

Yang menjadi penyebab utama munculnya kekerasan oleh anak

terhadap orang tua ini, masi dalam berdasarkan penelitian inamura, terdapat pada

sikap asuh orang tua sedikit bertolak belakang. Pada ibu harapan yang berlebihan

yang di bebankan kepada anak dan seorang ibu terlalu ikut campur dalam urusan

dan masalah si anak. Sementara pada si ayah, anak meniali mereka terlalu lepas

tangan dan apatis pada masalah keluarga, terutama dalam hal pengasuhan anak.

Dengan hilangnya peran seorang ayah dalam keluarga, maka seorang ibu akan

berusaha dalam menggantikan posisi itu sehingga tanpa di sadari seorang ibu

terjatuh dalam intervensi yang besar dan cukup dirasakan menggangu oleh anak.

Kedua hal ini menjadi faktor penyebab yang dominan dan menonjol dalam kasus

kateinai boryouku.

Adapun penanganan yang di lakukan adalah dari berbagai kalangan,

kalangan pemerintah telah melancarkan program reformasi pendidikan manbusho,

pemfasilitasi keamanan di daerah-daerah, dapat berupa kantor polisi dan kantor

pengaduan. Dan kemudian penangan yang di lakukan masayarakat adalah

penerapan budaya atau norma-norma yang seharusnya dimiliki orang jepang

seperti, Omoiyari, Amae, On, Gimu, Giri. Dan kemudian penanganan yang di

lakukan keluarga. Penanganan ini tidak jauh berbeda dengan penangan dari

masyarakat, namun disini lebih intensif dan penuh dengan rasa kasih sayang

(25)

4.2 Saran

Pelaku dari kekerasan ini (kateinai boryouku) adalah anak-anak yang

berumur 20 tahun kebawah. Sebagaimana anak dibawah umur 20 sangat

memerlukan perhatian dan pengendalian dalam bertingah laku, sebagai mana kita

ketahui dalam usia tersebut seorang anak mengalami masa puberitas. Biasanya di

saat-saat puber ini anak-anak sangat terlihat bertingkah laku sedikit ekstrim, hanya

mau bersenang-senang dan terlihat labih. Dan dimasa ini pula anak remaja sangat

rentan menghadapai masalah-masalah, sehingga di seharusnya di masa-masa ini

diperlukannya perhatian yang lebih namun sewajarnya tanpa terlalu ikut campur

dalam urusan mereka, sebagai mana yang di ungkapkan Inamura sebaiknya

biarkan mereka beristirahat secara fisik maupun mental, karna mereka

benar-benar membutuhkannya.

Kateinai boryouku ini terjadi dalam sebuah rumah tangga yang

kurang harmonis , sebagai mana telah di jelaskan di atas. Dengan demikian ada

baiknya permasalahan kateinai boryouku ini di selesaikan ataupun di cegah

dalam rumah tangga, karna pemicu utama dalam munculnya kateinai broyouku

ini adalah kondisi dan keadaan sebuah rumah tangga tersebut.

Dan yang menjadi peran penting dalam penanganan dan pencegahan

kateiani boryouku ini adalah kedua orang tua. Dimana orang tualah yang menjadi

Referensi

Dokumen terkait

Khususnya untuk Ameng Bin Akab, Awang Bin Kudi, Dido Bte Lanau, Harun Bin Sirak, Jelang Binti Lemon, Linggi Bin Tekoso, Moi Binti Kudi, Putu Bin Chehok, Rahim Bin Kantan, Rempuyan

membangkitkan motivasi belajar, sehingga siswa aktif dalam pembelajaran di kelas, dapat bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, mengemukakan pendapat serta

Skripsi ini berjudul “ pengaruh diferensiasi produk, harga dan lokasi terhadap keputusan pembelian sepeda motor Honda pada PT.. Tunas

Setelah berhasil menemukan model yang sesuai dengan masalah tersebut selanjutnya mencari dan menentukan algoritma untuk penyelesaiannya, dan algoritma yang digunakan adalah

bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kota Solok Nomor 16 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Solok, pelaksanaan Urusan

Selain memberikan informasi sisa memori harddisk pada drive yang dipilih, aplikasi ini juga dilengkapi dengan fasilitas untuk menghapus file/folder yang sudah tidak diperlukan

Masalah persamaan linier dapat diatasi dengan mencari solusinya melalui beberapa langkah seperti menggunakan beberapa persamaan untuk menghilangkan variabel x1 samapai dengan

Melalui studi pustaka yang dipelajari dan pembuatan program dengan menggunakan metode Quick Sort dan Merge Sort sebagai media untuk analisis kedua bahasa tersebut. Didapatkan