• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA BISNIS UNTUK AKUNTAN PROFESIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ETIKA BISNIS UNTUK AKUNTAN PROFESIONAL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ETIKA BISNIS UNTUK AKUNTAN PROFESIONAL

(Disusun untuk Memenuhi Tugas Keuangan Korporasi dengan Dosen Pengampu Prof. Drs. Tjiptohadi Sawarjuwono,M.Ec.,Ph.D.,CPA.,CA)

Oleh:

Riski Nurida Rahmawati 041714253035

Nindira Sekarsari 041714253040

Deifa Arshanti Pratiwi 041714253042

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Akuntansi di Indonesia megalami perkembangan yang pesat. Tanpa disadari, hampir semua kegiatan manusia berkaitan dengan akuntansi. Akuntansi telah mengembangkan konsep-konsep baru untuk mengimbangi kebutuhan akan informasi keuangan yang terus meningkat guna melaksanakan pembangunan ekonomi negara. Semakin terbukanya pasar di dunia saat ini membuat saling terintegrasinya antara negara satu dengan negara lainnya. Hal tersebut akan mempengaruhi dalam hal perekonomian, maupun budaya. Dalam kegiatan berbisnis, salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah memperoleh laba.

Hakikatnya manusia pasti memiliki sebuah etika atau hal-hal yang harus di patuhi. Dengan adanya etika setiap tindakan atau perbuatan yang akan dilakukan harus dipikirkan terlebih dahulu agar dalam bertindak tidak semena-mena. Seperti halnya setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip moral yang mengatur tentang perilaku profesional. Tidak terkecuali profesi akuntan. Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis.

Laporan keuangan merupakan akhir dari proses akuntansi yang dirancang untuk memberikan informasi kepada calon investor, calon kreditor, pengguna laporan untuk pengambilan keputusan. Pentingnya laporan keuangan suatu perusahaan, menyebabkan laporan keuangan harus disusun sebaik mungkin sesuai dengan data yang akurat sesuai aturan akuntansi yang berlaku. Sehingga dibutuhkan suatu aturan untuk menjaga keandalan informasi tersebut dan menghindari tindakan yang menyimpang yang dapat merugikan perusahaan atau organisasi. Aturan akuntansi mengatur tentang pelaporan keuangan yang berpedoman pada PSAK yang dikeluarkan oleh IAI.

(3)

maka hal tersebut merupakan kecurangan. Kecurangan ini biasanya terjadi ketika sebuah perusahaan melaporkan lebih tinggi dari yang sebenarnya terhadap aset atau pendapatan, atau ketika perusahaan melaporkan lebih rendah dari yang sebenarnya terhadap kewajiban dan beban.

Salah satu contoh bentuk kecurangan yang terjadi di Indonesia adalah korupsi. Dikutip dari detik news, Transparency International merilis indeks persepsi korupsi negara-negara di dunia untuk tahun 2017. Indonesia berada di peringkat ke-96. Indeks persepsi korupsi dari Transparency International menggunakan skala 0-100. Nilai 0 artinya paling korupsi, sedangkan nilai 100 berarti paling bersih dari korupsi. Indonesia ada di peringkat ke-96 dengan nilai 37. Selain Indonesia, ada Brasil, Kolombia, Panama, Peru, Thailand, dan Zambia di peringkat dan nilai yang sama. Indeks persepsi korupsi Indonesia dari 2016 ke 2017 sama, yaitu 37, tapi peringkatnya turun. Pada 2016, Indonesia berada di peringkat ke-90.

Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran masyarakat dan juga buruknya moralitas individu. Berdasarkan latarbelakag tersebut, penelitian yang akan dilakukan ini berjudul “ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KECURANGAN AKUNTANSI DENGAN PERILAKU TIDAK ETIS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Apakah keefektifan pengendalian internal berpengaruh terhadap perilaku tidak etis?

2. Apakah kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap perilaku tidak etis?

3. Apakah ketaatan aturan akuntansi berpengaruh terhadap perilaku tidak etis?

4. Apakah asimetri informasi berpengaruh terhadap perilaku tidak etis?

5. Apakah perilaku tidak etis berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi? 6. Apakah perilaku tidak etis dapat memediasi pengaruh keefektifan pengendalian internal

terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?

(4)

8. Apakah perilaku tidak etis dapat memediasi pengaruh ketaatan aturan akuntansi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?

9. Apakah perilaku tidak etis dapat memediasi pengaruh asimetri informasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Memberikan bukti empiris pengaruh keefektifan pengendalian internal terhadap perilaku tidak etis.

2. Memberikan bukti empiris pengaruh kesesuaian kompensasi terhadap perilaku tidak etis.

3. Memberikan bukti empiris pengaruh ketaatan aturan akuntansi terhadap perilaku tidak etis.

4. Memberikan bukti empiris pengaruh asimetri informasi terhadap perilaku tidak etis.

5. Memberikan bukti empiris pengaruh perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

6. Memberikan bukti empiris perilaku tidak etis sebagai mediator dapat mempengaruhi keefektifan pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

7. Memberikan bukti empiris perilaku tidak etis sebagai mediator dapat mempengaruhi kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

8. Memberikan bukti empiris perilaku tidak etis sebagai mediator dapat mempengaruhi ketaatan aturan akuntansi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

9. Memberikan bukti empiris perilaku tidak etis sebagai mediator dapat mempengaruhi asimetri informasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

(5)

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Manfaaat Teoritis

Penelitian ini membantu mahasiswa yang ingin berkarier di bidang akuntansi untuk dapat mengetahui lebih jauh akan berbagai skandal akuntansi yang terjadi. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membuat mahasiswa menjadi lebih sadar terhadap berbagai masalah yang terjadi di bidang akuntansi dan apabila mereka terjun ke dalam profesi akuntansi, dapat meghindari terjadinya penyimpangan etika profesional.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pendidik di bidang akuntansi. Pendidik diharapkan dapat mengembangkan konsep pendidikan etika dengan lebih memperhatikan perkembangan moral ataupun perkembangan pertimbangan etis mahasiswa. Dengan demikian, akuntan pendidik dapat membentuk perilaku etis mahasiswa sebagai calon akuntan sejak dini.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan proposal ini disusun secara sistematis dengan tujuan agar memperoleh gambaran yang jelas dan terstruktur mengenai isi dari proposal ini. Sistematika penulisan proposal meliputi:

BAB I: Pendahuluan

Bab pertama ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan proposal.

BAB II: Tinjauan Pustaka

Pada bab kedua berisi tentang penelitian terdahulu dengan membahas topik yang sejenis, pengaruh antar variabel, landasan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian yang dilakukan, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian ini.

BAB III: Metode Penelitian

(6)
(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan

Menurut Jensen dan Meckling (1976), agency theory adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dan pemilik (principal). Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan lancar, pemilik akan mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada manajer. Perencanaan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan manajer dalam pemilik dalam hal konflik kepentingan inilah yang merupakan inti dari agency theory. Namun untuk menciptakan kontrak yang tepat merupakan hal yang sulit diwujudkan. Dalam hal ini, agent ingin memaksimalkan utilitas yang didapatkan daripada kepentingan pemilik /pemegang saham.

Teori keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi (Eisenhardt, 1989). Asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian dan asumsi informasi.

1. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self-interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia dijelaskan bahwa masing-masing individu lebih mengutamakan kepentingan dirinya sendiri. Pihak pemilik (principal) termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterahkan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Sedangkan manajer (agent) termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan ekonomi dan psikologinya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan yang masing-masing ingin mempertahankan dan mencapai kemakmuran atau keuntungan yang dikehendaki.

2. Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas dan adanya asimetri informasi antara principal dan agent.

(8)

Teori keagenan sering digunakan untuk menjelaskan kecurangan akuntansi (Jensen and Meckling, 1976). Permasalahan yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen disebut dengan agency problems. Salah satu penyebab agency problems adalah adanya asimetri informasi. Asimetri informasi adalah ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen, sebaliknya agen memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan (Widyaningdyah, 2001).

Dalam keadaan seperti ini prinsipal membutuhkan informasi yang dimiliki oleh agen mengenai keadaan perusahaan dan kinerja agen itu sendiri. Sehingga asimetri membuat manajemen bertindak tidak etis dan cenderung berlaku curang dengan memberikan informasi yang bermanfaat bagi prinsipal demi motivasi untuk memperoleh kompensasi bonus yang tinggi. Jensen and Meckling (1976) menjelaskan bahwa prinsipal dapat memecahkan permasalahan ini dengan memberi kompensasi yang sesuai kepada agen. Individu diharapkan telah mendapatkan kepuasan dari kompensasi tersebut dan tidak melakukan perilaku ridak etis serta belaku curang dalam akuntansi untuk memaksimalkan keuntungan pribadi.

2.1.2 Teori Atribusi

Teori atribusi dikembangkan oleh Kelley (1967), kemudian Green serta Mitchell (1979). Teori ini tidak terlepas dari perilaku orang dalam organisasi, yaitu perilaku pimpinan dan perilaku bawahan. Jadi, kepemimpinan tidak terlepas dari cara berpikir, berperasaan, bertindak, bersikap, dan berperilaku dalam kerja di sebuah organisasi dengan bawahannya atau orang lain (Waworuntu, 2003). Tindakan atau keputusan yang diambil oleh pemimpin ataupun orang yang diberikan wewenang disebabkan oleh atribut penyebab. Termasuk tindakan tidak etis maupun kecurangan yang terjadi.

Faktor-faktor seperti pengendalian internal dan kompensasi merupakan beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecurangan. Sistem pengendalian internal merupakan proses yang dijalankan untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian keandalan laporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum, dan efektivitas dan efisiensi operasi (Mulyadi dan Puradiredja, 1998 dalam Fauwzi, 2011). Dengan adanya sistem pengendalian yang efektif diharapkan dapat mengurangi adanya perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi.

(9)

Dari perspektif kriminal, kecurangan akuntansi dikategorikan sebagai kejahatan kerah putih (white-collar crime). Sutherland, sebagaimana dikutip oleh Geis dan Meier (1977) dalam Wilopo (2006), menjelaskan bahwa kejahatan kerah putih dalam dunia usaha diantaranya berbentuk salah saji atas laporan keuangan, manipulasi di pasar modal, penyuapan dan penerimaan suap oleh pejabat publik secara langsung atau tidak langsung dan kecurangan atas pajak.

Dalam akuntansi, dikenal ada dua jenis kesalahan yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Perbedaan antara kedua jenis kesalahan ini yaitu ada atau tidak adanya unsur kesengajaan. Jika kesalahan dilakukan dengan sengaja, maka hal tersebut merupakan kecurangan. Kecurangan ini biasanya terjadi ketika sebuah perusahaan melaporkan lebih tinggi dari yang sebenarnya terhadap aset atau pendapatan, atau ketika perusahaan melaporkan lebih rendah dari yang sebenarnya terhadap kewajiban dan beban.

2.1.4 Perilaku Etis

Buckley et al., (1998) dalam Wilopo (2006) menjelaskan bahwa perilaku tidak etis merupakan sesuatu yang sulit untuk dimengerti, yang jawabannya tergantung pada interaksi yang kompleks antara situasi serta karakteristik pribadi pelakunya. Perusahaan memiliki tanggung jawab moral dan sosial, yang pada tingkat operasional diwakili secara formal oleh manajemen. Perilaku tidak etis terdiri dari perilaku yang menyalahgunakan kedudukan/ posisi (abuse position), perilaku yang menyalahgunakan kekuasaan (abuse power), perilaku yang menyalahgunakan sumber daya organisasi (abuse resources), serta perilaku yang tidak berbuat apa-apa (no action).

2.1.5 Keefektifan Pengendalian Internal

Pengendalian merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan manajemen untuk memastikan tercapainya tujuan dan sasaran organisasi. Tindakan/ aktivitas pengendalian yang ada dalam organisasi dikelompokkan dalam:

a. Pengendalian Pencegahan (preventive controls) bertujuan untuk mencegah errors atau peristiwa yang tidak diinginkan terjadi.

(10)

c. Pengendalian Pemulihan (corrective controls) biasanya digunakan bersama dengan pendeteksian, bertujuan untuk memperbaiki kembali dari akibat terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.

Pengendalian internal dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian internal dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.

2.1.6 Kesesuaian Kompensasi

Pada dasarnya manusia bekerja juga ingin memeroleh uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itulah seorang karyawan mulai menghargai kerja keras dan semakin menunjukkan loyalitas terhadap perusahaan dan karena itulah perusahaan memberikan penghargaan terhadap prestasi kerja karyawan yaitu dengan jalan memberikan kompensasi. Salah satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja, memotivasi dan meningkatkan kinerja para karyawan adalah melalui kompensasi (Mathis dan Jackson, 2000).

Kompensasi penting bagi karyawan sebagai individu karena besarnya kompensasi mencerminkan ukuran karya mereka diantara para karyawan itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Kompensasi seringkali juga disebut penghargaan dan dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada organisasi.

2.1.7 Ketaatan Aturan Akuntansi

Dalam suatu perusahaan terdapat aturan yang menjadi dasar perilaku manajemen yang dibuat untuk mencegah terjadinya aktivitas menyimpang yang dapat merugikan perusahaan. Salah satu aturan dalam suatu perusahaan atau organisasi adalah aturan akutansi. Aturan akuntansi mengatur tentang pelaporan keuangan yang berpedoman pada PSAK yang dikeluarkan oleh IAI. Informasi yang tersedia dalam laporan keuangan sangat penting bagi investor dan manajemen sehingga harus dapat diandalkan. Sehingga dibutuhkan suatu aturan untuk menjaga keandalan informasi tersebut dan menghindari tindakan yang menyimpang yang dapat merugikan perusahaan.

2.1.8 Asimetri Informasi

(11)

memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan.

Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen). Para pengguna internal (para manajemen) memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar pengguna eksternal.

Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Yaitu suatu kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user).

Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu:

1. Manusia pada umunya mementingkan diri sendiri (self interest)

2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality)

3. Manusia selalu menghindari resiko (risk adverse) 2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang melandasi penelitian ini. Penelitian tersebut diringkas ke dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Wilopo (2006) Meneliti faktor faktor

(12)

pengendalian Thoyibatun (2009) Memberikan bukti

empiris pengaruh

(13)

akuntansi.

2.3 Kerangka Konseptual

Keefektifan Pengendalian Internal

Ketaatan Aturan Akuntansi

Kecenderungan kecurangan akuntansi

Perilaku Tidak Etis Kesesuaian Kompensasi

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Eisenhardt, K. M. (1989). Agency theory: An assessment and review. Academy of management review, 14(1), 57-74.

Fauwzi, M., & YUYETTA, E. N. A. (2011). Analisis Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Persepsi Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Manajemen Terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).

https://news.detik.com/berita/d-3879592/indeks-persepsi-korupsi-2017-indonesia-peringkat-ke-96

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of financial economics, 3(4), 305-360.

Mathis, R.L, dan J.H, Jackson. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba Empat: Jakarta.

Waworuntu, B. (2010). Determinan Kepemimpinan. Hubs-Asia, 9(2).

Widyaningdyah, A. U. (2004). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap earnings management pada perusahaan go public di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 3(2), pp-89.

Referensi

Dokumen terkait

1) Setiap tabel terdiri dari kata tabel, nomor urut, judul/nama, tabel (kotak tabel) yang bersangkutan, serta keterangan dan sumber tabel (jika ada). Masing-masing

Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah bimbingan dan pelatihan sosialisasi inovasi teknologi pengembangan demplot budidaya pangan lokal ubi

Seperti disampaikan oleh kepala sekolah MI Nurul Huda Candisari bapak SP dalam wawancara:“Supervisi akademik yang ada di sekolahan kami, penerapanya adalah pada awal

Menurut dosen Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan Universitas Muhammadiyah Surakarta ini, Pakoe Boewana IV adalah raja dan pujangga yang memiliki banyak karya sastra, salah

Tulisan ini membahas tentang Analisis survival (survival analysis) untuk menentukan probabilitas kelangsungan hidup, kekambuhan, kematian, dan peristiwa-peritiwa

Hasil: Hasil penelitian menunjukan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p sebesar 0,000 yang lebih kecl dari  = 0,05, artinya Ho ditolak dan Ha diterima sehingga

[r]

Dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hal-hal yang menyebabkan menjamurnya fenomena pemberian dispensasi nikah di Pengadilan