• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Moneter ukuran bank (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebijakan Moneter ukuran bank (2)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tujuan-tujuan dari kebijakan Moneter

Enam tujuan dasar yang secara terus menerus disebutkan oleh pejabat di Federal Reserve dan Bank sentral lain ketika mereka membahas tujuan

kebijakan moneter : (1) Penyediaan lapangan kerja yang tinggi (2) Pertumbuhan ekonomi (3) Stabilitas harga (4) Stabilitas suku bunga (5) Stabilitas pasar keuangan dan (6) Stabilitas di pasar valuta asing.

2.1.1 Penyediaan lapangan kerja yang tinggi (high employment)

Employment Act di tahun 1846 dan full employment dan Balanced Growth Act di tahun 1978 (lebih umum disebut sebagai Humphrey-Hawkins Act) menunjukkan komitemen pemerintah AS untuk mempromosikan high

employment yang konsisten dengan sebuah tingkat harga yang stabil.

Penyediaan lapangan kerja yang tinggi merupakan tujuan bernilai karena dua alasan utama : (1) situasi alternatifnya – pengangguran tinggi – menyebabkan penderitaan manusia, dengan keluarga akan mengalami stres finansial, hilangnya self-respect personal, dan peningkatan dalam tingkat

(2)

Meski sudah jelas bahwa penyediaan lapangan kerja yang tinggi sangat diinginkan. Bisa dikatakan bahwa perekonomian berada pada tingkat penyediaan lapangan kerja penuh (full employment), pertama, hal tersebut mungkin tampak bahwa tingkat penyediaan lapangan kerja penuh adalah suatu titik dimana tidak ada pekerja yang keluar dari pekerjaan-yakni, ketika

pengangguran mencapai nilai nol. Tapi definisi ini mengabaikan fakta bahwa pengangguran tertentu yang disebut pengangguran friksional yang melibatkan pencarian oleh para pekerja dan perusahaan untuk menemukan kecocokan yang sesuai, sangatlah menguntungkan bagi perekonomian. Misalnya, seorang pekerja yang memutuskan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik bisa jadi akan menganggur untuk sementara selama mencari pekerjaan baru. Para pekerja seringkali memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan mereka sementara dalam rangka mengejar aktivitas lainnya (memiliki keluarga, melakukan perjalanan, kembali ke sekolah) dan ketika mereka memutuskan untuk kembali masuk ke dalam pasar kerja, mungkin akan membutuhkan beberapa waktu bagi mereka untuk menemukan pekerjaan yang tepat. Keuntungak dari memiliki sejumlah pengangguran serupa dengan keuntungan memiliki Vacancy Rate Nonzero di dalam pasar untuk sewa apartemen. Seperti yang diketahui oleh mereka yang mencari apartemen, ketika Vacancy rate di bawah pasar sewa terlalu rendah, maka akan memiliki kesulitan menemukan apartemen yang bagus.

(3)

diinginkan. Meskipun demikian, itu merupakan sesuatu yang sedikit dapat dilakukan oleh kebijakan moneter.

Tujuan untuk penyediaan lapangan kerja yang tinggi bukan

merupakan tingkat pengangguran nol melainkan di atas nol yang konsisten dengan penyediaan lapangan kerja yang tinggi dimana permintaan untuk tenaga kerja akan sama dengan penawarannya. Tingkat ini disebut sebagai tingkat

pengangguran alamiah.

Meski definisi ini tampak rapi dan otoritatif, hal ini meninggalkan sejumlah pertanyaan sulit dan tidak terjawab, yakni berapa tingkat pengangguran yang konsisten dengan penyediaan lapangan kerja penuh? Di satu sisi, dalam beberapa kasus, sudah jelas bahwa tingkat pengangguran terlalu tinggi: tingkat pengangguran mengalami kelebihan 20 % selama depresi besar, misalnya, jelas terlalu tinggi. Di awal tahun 1960an, di sisi lain para pembuat kebijakan

menganggap bahwa sebuah tujuan yang wajar adalah sekitar 4 %, sebuah tingkat yang mungkin terlalu rendah, karena hal ini dapat mengarah pada mempercepat inflasi. Estimasi saat ini terhadap tingkat pengangguran alamiah adalah antara 4,5% dan 6%, tapi bahkan estimasi ini dibatasi oleh ketidakpastian. Selain itu, akan mungkin bahwa kebijakan pemerintah yang tepat, seperti penyediaan informasi yang lebih baik mengenai job vacancy (lowongan pekerjaan) atau program pelatihan (program job training) dapat menurunkan tingkat

pengangguran alamiah.

2.1.2 Pertumbuhan ekonomi (economic growth)

(4)

menginvestasikan pada peralatan modal untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi ketika pengangguran rendah. Sebaliknya, jika

pengangguran tinggi dan pabrik-pabrik tidak digunakan, kondisi ini tidak

mendanai suatu perusahaan untuk berinvetasi dalam pabrik-pabrik dan peralatan tambahan. Meskipun kedua tujuan ini berkaitan erat, kebijakan dapat secara khusus ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan secara langsung mendorong perusahaan untuk berinvestasi atau dengan mendorong orang-orang untuk menabung berhemat, yang akan memberikan lebih banyak dana bagi perusahaan untuk berinvestasi. Pada kenyataannya ini merupakan tujuan yang dinyatakan dari kebijakan ekonomi sisi-penawaran yang dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan insentif pajak bagi dunia usaha untuk berinvestasi dalam fasilitas dan perlengkapan dan bagi para pembayar pajak untuk menabung lebih banyak. Terdapat pula perdebatan yang aktif mengenai apa peran kebijakan moneter dalam mendorong perekonomian. 2.1.3 Stabilitas harga

Selama beberapa dekade terakhir, para pembuat kebijakan di Amerika Serikat telah semakin menyadari biaya sosial dan ekonomi dari inflasi dan lebih peduli dengan sebuah tingkat harga yang stabil sebagai sebuah tujuan dari

(5)

sluit untuk di interpretasikan, yang semakin mempersulit pengambilan keputusan bagi konsumen, bisnis dan dan pemerintah. Tidak hanya survei opini publik yang mengindikasikan bahwa publik sangatla tidak ramah terhadap inflasi tapi semakin banyak bukti yang menyatakan bahwa inflasi mengarah pada pertumbuhan

ekonomi yang lebih rendah. Contoh yang paling ekstrim dari harga-harga tidak stabil adalah ketika hiperinflasi, seperti yang dialami Argentina, Brazil dan Rusia di masa lalu. Banyak ahli ekonomi menghubungkan pertumbuhan yang lebih lambat dalam negara-negara ini dengan permasalahan hiperinflasi mereka.

Inflasi juga mempersulit perencanaan untuk masa depan. Sebagai contoh, akan lebih sulit untuk memutuskan berapa banyak dana yang harus dikesampingkan untuk biaya pendidikan anak dalam sebuah lingkungan yang mengalami inflasi. Inflasi juga dapat menghambat jaringan sosial sebuah negara : konflik dapat terjadi, karena tiap kelompok dalam masyarakan bisa berkompetisi dengan kelompok lain untuk memastikan bahwa pendapatannya sebanding dengan kenaikan tingkat harga.

2.1.4 Stabilitas Suku Bunga

Stabilitas suku bunga diinginkan karena fluktuasi dalam suku bunga dapat menciptakan ketidakpastian di dalam perekonomian dan menyulitkan untuk perencanaan di masa depan. Fluktuasi suku bunga yang memengaruhi keinginan konsumen untuk membeli rumah misalnya, membuatnya lebih sulit bagi

(6)

2.1.5 Stabilitas pasar keuangan

Dengan semakin pentingnya perdagangan internasional bagi perekonomian AS, nilai dolar relatif terhadap mata uang lain telah menjadi pertimbangan utama bagi the Fed. Sebuah kenaikan dalam nilai dolar akan membuat industri Amerika menjadi kurang kompetitif dengan perusahaan lain di luar negeri, dan penurunan nilai dollar akan menstimulasi inflasi di Amerika Serikat. Selain itu, mencegah perubahan yang besar dalam nilai dolar akan membuatnya lebih mudah bagi perusahaan dan individual yang membeli atau menjual barang-barang ke luar negeri untuk merencanakan ini sebelumnya. Menstabilkan gerakan ekstrim dalam nilai dollar di pasar foreign exchange ini karenanya dipandang sebagai sebuah tujuan kebijakan moneter yang pantas. Di negara-negara lain, yang bahkan lebih tergantung pada perdagangan asing, stabilitas dalam pasar valutas asing menjadi hal yang lebi penting lagi. 2.1.6 Stabilitas di pasar valuta asing

Dengan semakin pentingnya perdagangan internasional bagi perekonomian AS, nilai dolar relatif terhadap mata uang lain telah menjadi pertimbangan utama bagi the Fed. Kenaikan dalam nilai dolar akan membuat industri – industri Amerika menjadi kurang kompetitif dengan perusahaan lain di luar negeri, dan penurunan nilai dolar akan

menstimulasi inflasi di Amerika Serikat. Selain itu, mencegah perubahan yang besar dalam nilai dolar akan membuatnya lebih mudah bagi

(7)

karenanya dipandang sebagai sebuah tujuan kebijakan moneter yang pantas. Di negara-negara lain, yang bahkan lebih bergantung pada

perdagangan asing, stabilitas dalam pasar valuta asing mempunyai tingkat kepentingan yang lebih tinggi.

Konflik antar Tujuan

Meski kebanyakan tujuan yang disebutkan diatas konsisten dengan satu sama lain – Penyediaan lapangan kerja yang tinggi (high employment) dengan pertumbuhan ekonomi, stabilitas suku bunga dengan stabilitas pasar keuangan – hal ini tidak selalu terjadi. Tujuan stabilitas harga seringkali berkonflik dengan tujuan stabilitas suku bunga dan Penyediaan lapangan kerja yang tinggi dalam jangka pendek (tapi mungkin tidak dalam jangka panjang). Sebagai contoh, ketika

perekonomian semakin meluas dan pengangguran mengalami penurunan, baik inflasi dan suku bunga bisa jadi akan mulai mengalami kenaikan. Jika bank sentral berusaha untuk mencegah sebuah kenaikan dalam suku bunga, hal ini dapat menyebabkan perekonomian memanas dan

menstimulasi inflasi. Tapi jika bank sentral menaikkan suku bunga untuk mencegah inflasi, dalam jangka pendek, unemployment akan dapat meningkat. Konflik antar tujuan dapat memberikan pilihan-pilihan sulit bagi bank sentral seperti Federal Reserve. Kembali ke isu mengenai bagaimana bank sentral harus memilih tujuan-tujuan yang berkonflik di bab-bab selanjutnya ketika memeriksa bagaimana kebijakan moneter dapat mempengaruhi perekonomian.

(8)

2.2.1 Penggunaan Target

Permasalahan bank sentral adalah bahwa mereka ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu,seperti misalnya stabilitas harga dengan Penyediaan lapangan kerja yang tinggi (high employment), tapi mereka tidak ingin secara langsung mempengaruhi tujuan tersebut. Mereka

memiliki set alat untuk digunakan (operasi pasar terbuka, perubahan dalam suku bunga diskonto, dan perubahan dalam kebijakan cadangan) yang bisa mempengaruhi tujuan secara tidak langsung setelah beberapa waktu (biasanya setelah lebih dari setahun). Jika bank sentral menunggu untuk melihat berapa tingkat harga dan tingkat pekerja satu tahun kemudian, maka akan sudah terlambat untuk membuat koreksi apapun terhadap kebijakannya – kesalahan tidak akan dapat dibalikkan.

Semua bank sentral mengejar strategi yang berbeda untuk melakukan kebijakan moneter dengan menujukan pada variabel-variabel yang berada antara alat-alat yang dimiliki dan pencapaian

tujuannya. Strategi ini adalah sebagai berikut: Setelah memutuskan tujuan-tujuannya untuk pekerja dan tingkat harga, bank sentral memilih

(9)

(operating targets), atau juga target instrumen (instrument targets), seperti misalnya cadangan agregat (cadangan, non-dipinjam cadangan, basis moneter atau nonborrowed dasar)atau suku bunga (suku bunga federal funds atau Treasury bill rate) yang lebih responsif terhadap alat

kebijakannya. (Ingatlah bahwa cadangan nonborrowed adalah total cadangan dikurangi cadangan pinjaman, yang merupakan jumlah pinjaman diskonto; nonborrowed base adalah basis moneter dikurangi cadangan pinjaman; dan suku bunga federal funds adalah suku bunga dalam dana yang dipinjamkan overnight antar bank-bank).

Bank sentral menggunakan strategi ini karena akan lebih mudah untuk mencapai tujuan dengan mengarahkan pada target dibandingkan dengan mengarah pada tujuan secara langsung. Secara spesifik, dengan menggunakan intermediate dan operating targets, bank sentral dapat lebih cepat dalam menilai apakah kebijakan-kebijakan sudah berada di jalan yang benar, dan bukannya hanya menunggu hingga bisa melihat hasil akhir dari kebijakannya terhadap tingkat pekerja dan level harga. Sebagai analogi, NASA menggunakan strategi menggunakan target ketika mereka berusaha untuk mengirimkan sebuah pesawat ulang alik ke bulan. Mereka akan mengecek untuk melihat apakah pesawat ini

(10)

setengah jalan menuju bulan (“target antara (Intermediate target)”NASA) dan dapat memberikan koreksi lain jika memang diperlukan.

Strategi bank sentral juga bekerja dalam cara yang sama. Seandainya tujuan tingkat pekerja dan tingkat harga bank sentral ini konsisten dengan sebuah tingkat pertumbuhan GDP nominal 5%. Jika bank sentral merasa bahwa tingkat pertumbuhan GDP nominal 5% akan dapat dicapai oleh sebuah tingkat pertumbuhan 4% untuk M2

(intermediate targetnya), yang kemudian akan diacapai oleh sebuah tingkat pertumbuhan 3,5% untuk basis moneter (operating targetnya), maka bank sentral akan melaksanakan operasi pasar terbuka (alatnya) untuk mencapai pertumbuhan 3,5% dalam basis moneter. Setelah mengimplementasikan kebijakan ini, bank sentral dapat menemukan bahwa basis moneter tumbuh terlalu lambat, katakanlah pada tingkat 2%; kemudian, mereka dapat mengoreksi pertumbuhan yang lambat ini dengan meningkatkan jumlah pembelian pasar terbuka. Di suatu waktu kemudian, bank sentra akanmulai melihat bagaimana kebijakan ini mempengaruhi tingkat pertumbuhan uang beredar. Jika M2 mengalami pertumbuhan terlalu cepat, katakanlah pada tingkat 7%, maka bank sentral bisa memutuskan untuk mengurangi pembelian pasar terbuka atau membuat penjualan pasar terbuka untuk mengurangi tingkat pertumbuhan M2.

Salah satu cara memikirkan strategi ini adalah bahwa bank sentral menggunakan operating dan intermediate targetnya untuk

(11)

landas), sebuah operating target seperti misalnya basis moneter, yang dapat dikontrol oleh bank sentral secara langsung, digunakan untuk melakukan riset pada alat-alat kebijakan sehingga kebijakan moneter disalurkan untuk mencapai target antara di tingkat pertumbuhan uang beredar tertentu. Koreksi di pertengahan jalan dalam alat-alat kebijakan ini dapat dibuat sekali lagi ketika bank sentral melihat apa yang terjadi terhadap

intermediate targetnya, sehingga mengarahkan kebijakan moneter agar bisa mencapai tujuannya dalam hal Penyediaan lapangan kerja yang tinggi dan stabilitas harga (pesawat ulang alik meluncurkan satelit di orbit yang sesuai).

2.2.2 Memilih Target

Terdapat dua tipe variabel target yang berbeda: suku bunga dan agregat (agregat moneter dan agregat reserve). Dalam contoh, bank sentral memilih tingkat pertumbuhan 4% untuk M2 dalam mencapai tingkat pertumbuhan 5% untuk GDP nominal. Mereka bisa saja memilih untuk menurunkan suku bunga dalam Treasury bills tiga-bulan menjadi,

Sarana dari bank sentral dipinjam cadangan, basis moneter atau nonborrowed dasar)

(12)

katakanlah 3% untuk mencapai tujuan yang sama. Bank sentral tidak bisa memilih untuk mengejar target-target pada waktu yang bersamaan.

Aplikasi analisa penawaran dan permintaan dalam pasar uang seperti yang telah diketahui mengapa bank sentral harus memilih yang satu dibanding yang lainnya.

Pertama-tama melihat mengapa sebuah target agregat moneter melibatkan kehilangan kontrol atas suku bunga. Sebuah diagram

penawaran dan permintaan untuk pasar uang. Meskipun bank sentral mengharapkan kurva permintaan untuk uang berada di Md*, hal ini

berfluktuasi dantara Md’ dan Mdn karena adanya peningkatan atau

penurunan yang tidak diharapkan (unexpected) dalam output atau

perubahan dalam level harga. Kurva permintaan uang juga dapat bergeser karena preferensi publik mengenai menahan obligasi versus uang dapat mengalami perubahan. Jika agregat moneter bank sentral menarget pada sebuah tingkat pertumbuhan 4% dalam M2 menghasilkan sebuah uang beredar M*, hal ini mengekspektasikan suku bunga akan i*. Meski

demikian, seperti yang diindikasikan oleh angka, fluktuasi dalam kurva permintaan uang antara Md’ dan Md” akan menghasilkan sebuah suku

bunga yang berfluktuasi antara i’ dan i. Mengejar sebuah target agregat

moneter mengimplikasikan bahwa suku bunga akan berfluktuasi. Diagram penawaran dan permintaan menunjukkan

konsekuensi sebuah target yang ditentukan pada suku bunga i*. Sekali lagi,

bank sentral mengharapkan kurva permintaan uang untuk berada pada Md*,

(13)

tidak diharapkan dalam output,

tingkat harga atau preferensi publik terhadap menahan uang (holding money). Jika kurva permintaan turun drastis pada Md’, suku bunga akan mulai turun drastis

Suku bunga

Kuantitas uang

Suku bunga

Kuantitas uang

(14)

dibawah i*, dan harga obligasi akan naik. Dengan sebuah target suku bunga, bank

sentral akan mencegah suku bunga untuk mengalami penurunan dengan jalan menjual obligasi untuk menggerakkan harga mereka ke bawah dan suku bunga kembali naik ke level sebelumnya. Bank sentral akan membuat penjualan pasar terbuka (open market sales) hingga uang beredar mengalami penurunan ke Ms’,

dimana suku bunga ekuilibrium sekali lagi berada pada i*. Sebaliknya, jika kurva

permintaan mengalami kenaikan ke Md” dan mengerek naik suku bunga, bank

sentral akan menjaga agar suku bunga tidak naik lebih jauh dengan jalan membeli obligasi untuk menjaga agar harganya tidak jatuh. Bank sentral akan membuat pembelian pasar terbuka (open market purchases) hingga money supply naik ke Ms” dan suku bunga ekuilibrium adalah i*. Kelekatan bank sentral pada target suku

bunga mengarah pada penawaran uang berfluktuasi serta fluktuasi dalam cadangan agregat seperti misalnya basis moneter.

Kesimpulan dari analisa penawaran dan permintaan adalah bawha target agregat moneter dan suku bunga tidaklah kompatibel: Sebuah bank sentral bisa menembak satu target atau yang lainnya, tapi tidak keduanya. Karena sebuah pilihan antara kedua target ini harus dibuat, kita perlu memeriksa kriteria apa yang harus digunakan untuk memutuskan variabel target.

2.2.3 Kriteria untuk Memilih Target Menengah

(15)

pengaruh yang dapat diprediksikan terhadap tujuan.

Ukuran

Pengukuran yang cepat dan akurat terhadap variabel target menengah sangatlah diperlukan, karena target menengah akan sangat berguna hanya jika hal ini memberikan sinyal dengan cepat ketika

kebijakan sudah menyimpang dari jalur. Manfaat yang diberikannya bagi bank sentral yang berencana untuk menembak sebuah level pertumbuhan 4% untuk M2 jika mereka tidak memiliki cara yang cepat dan akurat dalam mengukur M2? Data dalam agregat moneter diperoleh setelah sebuah penundaan dua minggu, dan data suku bung sudah tersedia. Data dalam sebuah variabel seperti GDP yang berfungsi sebagai sebuah tujuan, sebaliknya, disusun secara kuartal dan disediakan dengan penundaan satu bulan. Selain itu, data GDP kurang akurat dibandingkan dengan data agregat moneter atau suku bunga. Dalam basis ini saja, memfokuskan pada suku bunga dan agergat moneter sebagai intermediate target dan bukannya pada sebuah tujuan seperti GDP dapat memberikan sinyal yang lebih jelas mengenai status kebijakan bank sentral.

(16)

cepat dan diukur, suku bunga nominal, biasanya merupakan sebuah perhitungan buruk terhadap real cost borrowing, yang mengindikasikan dengan lebih pasti tentang apa yang akan terjadi pada GDP. Real cost borrowing ini dihitung lebih akurat dengan suku bunga riil – suku bunga disesuaikan untuk expected inflation (ir=i-πe). Sayangnya, suku bunga riil

ini sangat sulit untuk dihitung, karena kita tidak memiliki cara yang langsung untuk mengukur expected inflation. Karena suku bunga dan agregat moneter memiliki permasalahan dalam perhitungan/measurability, masih tidak jelas apakah salah satu diantara keduanya harus dipilih sebagai intermediate target jika dibandingkan dengan yang lainnya.

Pengontrolan

Sebuah bank sentral harus dapat melaksanakan kontrol yang efektif terhadap sebuah variabel jika mereka ingin berfungsi sebagai sebuah target yang berguna. Jika bank sentral tidak dapat mengontrol sebuah

intermediate target, mengetahui bahwa target sudah menyimpang dari jalurnya tidak akan banyak berguna, karena bank sentral tidak memiliki cara untuk bisa mengembalikan target kembali ke jalurnya. Beberapa ahli ekonomi telah menyatakan bahwa GDP nominal harus digunakan sebagai sebuah intermediate target, tapi karena bank sentral hanya memiliki sedikit kontrol langsung terhadap GDP nominal, hal ini tidak akan dapat

memberikan lebih banyak panduan mengenai bagaimana the Fed harus menentukan alat kebijakannya. Sebuah bank sentral memiliki sejumlah besar kontrol terhadap agregat moneter dan suku bunga.

(17)

kebijakan bank sentral mengindikasikan bahwa sebuah bank sentral tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan sebuah efek yang kuat terhadap uang beredar, meski kontrolnya tidak sempurna. Kita juga telah melihat bahwa operasi pasar terbuka (open market operations) dapat digunakan untuk menentukan suku bunga dengan jalan secara langsung

mempengaruhi harga obligasi. Karena sebuah bank sentral dapat menentukan suku bunga secara langsung, dimana mereka tidak dapat sepenuhnya mengontrol uang beredar, akan tampak bahwa suku bunga mendominasi agregat moneter dalam hal kriteria controllability. Meski demikian, sebuah bank sentral tidak dapat menentukan suku bunga riil, karena mereka tidak memiliki kontrol atas over expectation inflasi. Jadi, sekali lagi, sebuah kasus yang jelas tidak bisa dikatakan bahwa suku bunga lebih disukai dibandingkan agregat moneter sebagai sebuah intermediate target ataupun sebaliknya.

Pengaruh yang Dapat Diprediksikan terhadap Tujuan

Karakteristik yang paling penting dan harus dimiliki oleh sebuah variabel untuk bisa menjadi sebuah intermediate yang berguna adalah bahwa variabel ini harus memiliki dampak yang dapat

diprediksikan terhadap sebuah tujuan. Jika sebuah bank sentral dapat secara akurat dan cepat menghitung harga teh di Cina dan dapat

(18)

beredar dan suku bunga dengan tujuan – output, pekerja, dan level harga – adalah masalah yang masih banyak diperdebatkan. Bukti mengenai apakah tujuan-tujuan ini memiliki hubungan yang lebih dekat (lebih dapat

diprediksikan) dengan uang beredar dibandingkan dengan suku bunga.

2.2.4 Kriteria untuk Memilih Target Operasi

Pilihan untuk mendapatkan sebuah target operasi bisa didasarkan pada kriteria yang sama yang digunakan untuk mengevaluasi intermediate targets. Baik suku bunga federal funds dan agregat reserve

dihitung secara akurat dan tersedia setiap hari hampir tanpa penundaan. Ketika kita melihat pada kriteria ketiga, kita bisa memikirkan intermediate target sebagai tujuan untuk target operasi. Sebuah target operasi yang memiliki sebuah dampak yang lebih dapat diprediksi terhadap target intermediate yang paling diinginkan akan lebih disukai. Jika target

intermediate yang diinginkan adalah suku bunga, target operasi yang lebih disukai adalah variabel suku bunga seperti misalnya suku bunga federal funds karena suku bunga terikat erat terhadap satu sama lain. Karena tampaknya tidak ada banyak alasan untuk memilih sebuah suku bunga dibandingkan agregat reserve dalam basis pengukuran atau pengontrolan, pilihan mengenai target operasi mana yang lebih baik akan terletak pada pemilihan tujuan dari target operasi.

2.3 Prosedur Kebijakan Fed dalam Perspektif Historis

(19)

manusia. Memahami tujuan sebuah bank sentral dan strategi-strategi yang dapat digunakannya untuk mencapai tujuan tersebut tidak bisa

menjelaskan bagaimana kebijakan moneter sesungguhnya dilakukan. Untuk memahami hasil praktis dari landasan teoretis, harus melihat pada bagaimana bank sentral sesungguhnya melaksanakan kebijakan moneter di masa lalu. Perspektif historik ini tidak hanya menunjukkan bagaimana bank sentral melaksanakan tugas dan kewajibannya tapi juga akan membantu menginterpretasikan aktivitas the Fed dan melihat ke mana kebijakan moneter AS akan mengarah di masa depan.

(20)

barang dan jasa sejak 1920an, the Fed tidak melakukan operasi diskonto dengan cara ini). Tindakan the Fed dalam memberikan pinjaman kepada bank anggota pada awalnya disebut rediscounting, karena pinjaman bank yang asli kepada pengusaha dibuat dengan mendiskonto(memberikan pinjaman kurang dari) nilai pokok (facevalue), pinjaman tersebut, dan the Fed akan mendiskontonya lagi. (lama kelamaan, ketika titik berat the Fed pada eligible paper berkurang, pinjaman the Fed kepada bank-bank dikenal sebagai discount, dan suku bunga atas pinjaman ini dikenal sebagai suku bunga diskonto, yang merupakan terminologi yang kita gunakan hingga saat ini.

Di akhir Perang Dunia I, kebijakan the Fed dalam me-rediscounting eligible paper dan mempertahankan suku bunga rendah untuk me-rediscount eligible paper dan mempertahankan suku bunga rendah untuk

(21)

tahun 1920-1921. Meski kesalahan untuk resesi ini dapat secara jelas dapat diletakkan pada the Fed, pada satu sisi, kebijakan the Fed sangatlah sukses: Setelah awal penurunan tingkat harga,laju inflasi turun menjadi nol, menghiasi jalan untuk Tahun Dua Puluhan yang sejahtera.

2.3.2 Penemuan Operasi Pasar Terbuka

Di awal tahun 1920an, sebuah peristiwa yang penting terjadi: The Fed secara tidak sengaja menemukan operasi pasar terbuka (open market operation). Ketika the Fed didirikan, revenue-nya berasal terutama dari suku bunga yang diterimanya atas pinjaman diskonto yang

diberikannya kepada bank anggota. Setelah resesi tahun 1920-1921, volume pinjaman diskonto menurun drastis dan the Fed menjadi tertekan penghasilannya. The Fed harus mengatasi permasalahan ini dengan membeli sekuritas yang memberikan penghasilan. Dalam melakukannya, the Fed menyadari bahwa cadangan di dalam sistem perbankan tumbuh semakin besardan terdapat ekspansi ganda dari pinjaman bank dan deposito. Hasil ini tampak jelas saat ini, tapi bagi the Fed saat itu, hal tersebut merupakan kejutan. Instrumen kebijakan moneter yang baru dilahirkan, dan pada akhir tahun 1920an, instrumen tersebuti merupakan senjata yang paling penting dalam persenjataan the Fed.

2.3.3 Depresi Besar

(22)

mempunyai keperluan untuk kredit. Akhirnya, di bulan Agustus 1929, the Fed menaikkan suku bunga diskonto, tapi ternyata sudah terlambat; kelebihan spekulatif dari ledakan pasar telah terjadi dan tindakan the Fed hanya memperparah runtuhnya pasar modal dan mendorong perekonomian kedalam resesi.

Kelemahan perekonomian, khususnya dalam sektor pertanian, menyebabkan apa yang disebutkan oleh Milton Friedman dan Anna Schwartz sebagai sebuah “Kekhawatiran yang menular” yang memicu penarikan uang yang substansial dari bank-bank, membuat kepanikan yang berkembang di bulan November dan Desember 1930. Selama dua tahun berikutnya, the Fed duduk diam sementara kepanikan satu bank dan yang lain terjadi, , dan puncak kepanikan di bulan Maret 1933, pada presiden yang baru, Franklin Delano Roosevelt, mendeklarasikan hari libur bank. (Mengapa the Fed gagal dalam peranannya sebagai lender-of-last-resort.

Gelombang kepanikan bank dari tahun 1930 hingga 1933 merupakan kepanikan paling buruk dalam sejarah AS, dan Roosevelt secara pandai merangkum permasalahan ini dalam pernyataannya, “Satu satunya hal yang kita khawatirkan adalah rasa khawatir itu sendiri.” Pada saat kepanikan berakhir di Maret 1933, lebih dari sepertiga bank komersil di Amerika Serikat mengalami kebangkrutan.

2.3.4 Giro Wajib sebagai Instrumen Kebijakan

(23)

Amerika Serikat. Undang undang Perbankan tahun 1935, kekuasaan darurat ini diperluas untuk mengizinkan the Fed mengubah giro wajib tanpa persetujuan presiden.

Penggunaan pertama giro wajib sebagai sebuah instrumen pengendalian moneter membuktikan bahwa Federal Reserve dapat

menambah kesalahan yang telah dilakukan selama kepanikan bank di awal tahun 1930an. Di akhir tahun 1935, bank-bank meningkatkan kelebihan cadangan (excess reserve) yang mereka pegang hingga suatu tingkat tertentu, sebuah strategi yang logis dengan, mempertimbangkan temuan mereka selama periode tahun 1930-1933 bahwa the Fed tidak akan selalu melakukan peranannya sebagai lender of last resort (pihak yang

meminjamkan di saat tidak ada yang mau meminjamkan). Para bankir sekarang mengerti bahwa mereka seharusnya melindungi diri mereka sendiri terhadap sebuah bank yang dijalankan dengan memegang sejumlah besar kelebihan cadangan. The Fed memandang kelebihan cadangan sebagai sebuah masalah yang membuatnya semakin sulit untuk melaksanakan pengendalian moneter.

(24)

penurunan aktual di tahun 1937. Resesi tahun 1937-1938, yang dimulai di bulan Mei 1937, adalah resesi yang parah dan khususnya mengesalkan bagi para masyarakat Amerika karena bahkan sejak awal, pengangguran yang ada sangatlah tinggi. Jadi tidak hanya kelihatannya the Fed bersalah atas keparahan kontraksi Great Depression di tahun 1929-1933.

2.3.5 Pembiayaan Perang dan Pemancangan Suku Bunga: 1942-1951

Dengan masuknya Amerika Serikat ke dalam Perang Dunia II di akhir tahun 1941, pengeluaran pemerintah melambung tinggi, dan untuk membiayainya, Departemen Keuangan AS mengeluarkan sejumlah besar obligasi. The Fed setuju untuk membantu Treasury untuk membiayai perang dengan murah dengan memancangkan suku bunga pada tingkat rendah yang terjadi sebelum perang: 3/8% atas Treasury bills dan 2½% dalam obligasi Treasury berjangka panjang. Setiap suku bunga meningkat diatas tingkat ini, dan harga obligasi mulai mengalami penurunan, the Fed akan melakukan pembelian pasar terbuka, dengan demikian hasilnya adalah pertumbuhan yang cepat dalam uang primer dan uang. Hasilnya adalah pertumbuhan pesat dalam basis moneter dan uang beredar. The Fed kemudian melepaskan kendali kebijakan moneter untuk memenuhi

kebutuhan pembiayaan pemerintah.

(25)

melakukan ekspansinuamg primer pada tingkat yang cepat. Oleh karena inflasi mulai memanas (indeks harga konsumen meningkat 8% antara tahun 1950 dan 1951), the Fed memutuskan bahwa itu adalah saat untuk melakukan kembali pengendalian atas kebijakan moneter dengan melepas pancang suku bunga. Debat yang seringkali pahit berkembang antara the Fed dan Treasury, yang ingin mempertahankan biaya bunga rendah antara the fed dan treasury yang ingin mempertahankan biaya bunga rendah dan mendukung keberlanjutan pagu suku bunga yang rendah. Di bulan Maret 1951, the Fed dan Treasury mencapai kesepakatan yang dikenal dengan the Accord, dimana pagu dilepas tapi the Fed berjanji tidak akan

mengizinkan suku bunga meningkat secara cepat. Setelah pemilu

Eisenhower sebagai presiden di tahun 1952, the Fed diberikan kebebasan penuh untuk melakukan tujuan kebijakan moneternya.

2.3.6 Menargetkan Kondisi Pasar Uang: Tahun 1950an dan 1960an Dengan kebebasannya yang diperoleh kembali, Federal Reserve, dibawah kepemimpinan William McChesney Martin Jr, memandangan bahwa kebijakan moneter harus dilandaskan pada pertimbangan intuitif berdasarkan perasaan bagi pasar uang. Prosedur kebijakan yang dihasilkan dapat dijelaskan sebagai satu yang ditargetkan the Fed pada kondisi pasar uang, dan khususnya terhadap suku bunga.

(26)

tingkat harga meningkat dan menurunkan suku bunga hingga tingkat yang mereka targetkan. Kenaikan uang primer yang dihasilkan menyebabkan uang beredar meningkat dan siklus usaha mengalami ekspansi disertai dengan tingkat pertumbuhan uang yang lebih cepat. Diringkas:

Y↑ i↑ MB↑ M↑

Dalam kondisi resesi, urut urutan kejadian yang berlawanan akan terjadi, dan penurunan pendapatan akan disertai oleh tingkat pertumbuhan uang beredar yang lebih lambat (Y↓ M↓).

Masalah lebih lanjut lain berkaitan dengan penggunaan suku bunga sebagai instrumen operasi utama adalah bahwa instrumen ini dapat mendorong spiral yang keluar dari kendali. Ketika inflasi dan selanjutnya perkiraan inflasi meningkat, suku bunga nominal meningkat melalui dampak Fisher. Jika the Fed mencoba mencegah kenaikan ini dengan membeli obligasi, hal ini juga akan mendorong peningkatan uang primer dan uang beredar:

π↑ πe↑ i↑ MB↑ M↑

Tingkat inflasi yang lebih tinggi akan dapat menyebabkan kenaikan uang beredar, yang selanjutnya akan meningkatkan tekanan inflasi lebih jauh lagi.

(27)

Karl Brunner dan Allan Meltzer dan perhatian terhadap inflasi pada akhirnya mendorong the Fed melepas fokusnya pada kondisi pasar uang.

2.3.7 Menargetkan Agregat Moneter: Tahun 1970an

Di tahun 1970, Arthur Burns ditunjuk sebagai ketua Dewan Gubernur, dan the Fed berkomitmen untuk menggunakan agregat moneter sebagai target antara. Apakah kebijakan moneter berhenti menjadi prosiklus? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini , yang menyatakan bahwa komitmennya dalam menarget agregat moneter tidaklah terlalu kuat.

Setiap enam minggu, Federal Open Market Commite (FOMC) akan menentukan rentang target untuk tingkat pertumbuhan beragam agregat moneter dan akan menentukan berapa bunga federal funds (suku bunga atas dana yang dipinjamkan antar bank) yang dianggap konsisten dengan tujuan ini. Rentang target untuk pertumbuhan dalam agregat moneter ini cukup luas – rentang khas untuk pertumbuhan M1 bisa jadi 3% ke 6%; untuk M2, 4 hingga 7% - sementara rentang untuk suku bunga federal funds termasuk bentang yang sempit,

katakanlah dari 1 ½% hingga 8 ¼%. Meja perdagangan di Federal Reserve Bank of New York kemudian diinstruksikan untuk memenuhi kedua set target ini, tapi seperti yang kita lihat sebelumnya, target suku bunga dan target agregat moneter mungkin tidak kompatibel terhadap satu sama lain. Jika dua target ini tidak kompatibel – katakanlah, suku bunga federal funds mulai merangkak naik lebih tinggi diatas batas atas targetnya ketika M1 tumbuh terlalu cepat – meja

(28)

pembelian pasar terbuka untuk menjaga agar suku bunga federal funds tetap berada di rentang targetnya.

The Fed sebenarnya menggunakan suku bunga federal funds sebagai instrument operasinya. Selama periode enam minggu antara pertemuan FOMC, sebuah kenaikan yang tidak diharapkan (yang akan menyebabkan suku bunga federal funds mengenai batas atas rentang targetnya) kemudian akan mendorong pembelian pasar terbuka dan pertumbuhan uang beredar terlalu cepat. Ketika FOMC bertemu kembali, mereka akan berusaha untuk membawa

pertumbuhan uang beredar ini kembali ke jalurnya dengan jalan menaikkan rentang target suku bunga federal funds. Meski demikian, jika pendapatan terus mengalami kenaikan yang tidak diharapkan ini, pertumbuhan uang kembali akan melonjak lagi. Inilah yang terjadi dari Juni 1972 hingga Juni 1973, dimana perekonomian meledak diluar harapan: pertumbuhan M1 jauh melampaui targetnya, meningkat pada kurang lebih laju 8%, sementara suku bunga federal funds merangkak naik dari 4 ½% hingga 8 ½%. Perekonomian dengan cepat menjadi terlalu panas, dan tekanan inflasi mulai menumpuk.

(29)

Serikat mengalami salah satu kontraksi ekonomi terburuk di era pasca perang adalah sebuah kesalahan yang serius.

Menggunakan suku bunga federal funds sebagai sebuah instrumen operasinya mempromosikan kebijakan moneter prosiklik meski adanya

kebohongan the Fed terhadap target agregat moneter. Jika Federal Reserve benar-benar bermaksud untuk mengejar target agregat moneter, tampaknya akan ganjil jika mereka memilih sebuah suku bunga untuk sebuah instrumen operasinya dan bukannya sebuah agregat reserve. Penjelasan atas pilihan the Fed ini untuk menggunakan suku bunga sebagai instrumen operasinya masih berkenaan dengan mencapai stabilitas suku bunga dan keengganan untuk melepaskan kontrol atas gerakan suku bunga. Inkompatibilitas prosedur kebijakan the Fed dengan intensi menarget agregat moneter telah menjadi sangat jelas di Oktober 1979, ketika prosedur kebijakan the Fed menjalani revisi yang drastis.

(30)

menghasilkan dalam peningkatan kontrol moneter: Setelah Oktober 1979, fluktuasi dalam tingkat pertumbuhan uang beredar ini mengalami peningkatan dan bukannya menurun seperti yang diharapkan. Selain itu, the Fed melewatkan rentang target pertumbuhan M1-nya dalam tiga tahun sejak kurun waktu 1979-1982.

Terdapat beberapa jawaban yang mungkin atas peristiwa ini. Yang pertama adalah bahwa perekonomian terpapar pada sejumlah gejolak selama periode ini yang membuat kontrol moneter lebih sulit: akselerasi inofasi dan deregulasi finansial, yang menambahkan kategori-kategori deposit baru seperti NOW accounts terhadap penghitungan agregat moneter; pembebanan kontrol kredit oleh the Fed dari Maret hingga Juli 1980, yang membatasi pertumbuhan loan/pinjaman konsumen dan bisnis; dan resesi back-to-back di tahun 1980 dan 1981-1982.

Sebuah penjelasan yang lebih persuasif untuk kontrol moneter yang buruk, adalah bahwa mengontrol uang beredar tidak pernah menjadi intensi pergeseran kebijakan Volcker. Meski adanya pernyataan Volcker tentang perlunya menarget agregat moneter, dia tidak berkomitmen pada target-target ini. Namun, dia jauh lebih peduli dalam menggunakan pergerakan suku bunga untuk

mengeluarkan inflasi dari perekonomian. Alasan primer Volcker untuk mengubah prosedur operasi the Fed adalah untuk membebaskan tangannya dalam

(31)

diumumkan oleh the Fed pada target agregat moneter bisa jadi merupakan alasan semata untuk menjaga agar the Fed tidak dipersalahkan atas tingginya suku bunga yang terjadi sebagai akibat dari kebijakan yang baru ini.

Gerakan suku bunga selama periode ini mendukung interpretasi strategi the Fed ini. Setelah pengumuman bulan Oktober 1979, suku bunga jangka pendek digerakkan naik hingga hampir 5%, hingga di Maret 1980 suku bunga ini

melebihi 15%. Dengan pembebanan kontrol kredit di bulan Maret 1980 dan penurunan pesat dalam GDP riil di kuartal kedua tahun 1980, the Fed

melonggarkan kebijakannya dan memperbolehkan suku bunga untuk menurun tajam. Ketika pemulihan dimulai di bulan Juli 1980, inflasi tetap persisten, masih melebihi 10%. Karena perang melawan inflasi ini masih belum dimenangkan, the Fed mengirimkan suku bunga jangka pendek diatas level 15% untuk yang kedua kalinya. Resesi tahun 1981-1982 dan penurunannya yang besar dalam output dan meningkatnya pengangguran mulai menurunkan inflasi. Dengan psikologi inflasi tampaknya terpusat, suku bunga diijinkan untuk menurun.

Strategi anti-inflasi the Fed selama periode bulan Oktober 1979 – Oktober 1982 tidaklah disengaja dan juga cenderung tidak menghasilkan pertumbuhan yang mulus dalam agregat moneter. Memang, fluktuasi yang besar dalam suku bunga dan siklus bisnis, sama halnya dengan inovasi finansial, membantu menghasilkan pertumbuhan uang yang volatile (kerap berubah).

2.3.9 De-emphasis (Penekanan Kembali) pada Agregat Moneter: Oktober 1982 – awal tahun 1990an

(32)

menempatkan lebih sedikit penekanan pada target agregat moneter dan bergeser ke (discount loan borrowing) sebagai sebuah instrumen operasinya. Untuk melihat bagaimana sebuah target cadangan yang dipinjamkan menghasilkan kestabilan suku bunga, mari kita lihat apa yang terjadi ketika perekonomian meluas (Y↑) sehingga suku bunga terkerek naik. Kenaikan dalam suku bunga (i↑) meningkatkan insentif bagi bank untuk meminjam lagi dari the Fed, sehingga cadangan yang dipinjamkan mengalami kenaikan (DL↑). Untuk mencegah kenaikan dalam cadangan yang dipinjamkan dari melebihi level target, the Fed harus menurunkan suku bunga dengan menawarkan harga obligasi melalui pembelian pasar terbuka. Hasil dari margetkan cadangan yang dipinjamkan, adalah bahwa the Fed dapat mencegah sebuah kenaikan dalam suku bunga. Dengan melakukan ini, pembelian pasar terbuka the Fed meningkatkan basis moneter (MB↑) dan mengarah pada kenaikan dalam money supply (M↑), yang menghasilkan sebuah asosiasi positif antara uang dan income nasional (Y↑→ M↑). Secara skematis:

Y↑ i↑ DL↑ MB↑ M↑

Sebuah resesi menyebabkan terjadinya event yang berkebalikan dengan ini: target cadangan yang dipinjamkan mencegah suku bunga mengalami

penurunan dan menghasilkan penurunan tajam dalam basis moneter, mengarah pada penurunan uang beredar (Y↓→M↓).

(33)

bunga federal funds setelah Oktober 1982 tapi hal ini terus memiliki fluktuasi yang besar dalam pertumbuhan uang beredar. Terakhir, di bulan Februari 1987, the Fed mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi menentukan target M1. Pengabaian terhadap target M1 ini dilandasi oleh dua hal. Yang pertama adalah ritme pesat inovasi finansial dan deregulasi yang membuat definisi dan

penghitungan uang menjadi sangat sulit. Yang kedua adalah karena terdapat gangguan dalam hubungan stabil antara M1 dan aktivitas ekonomi. Dua argumen ini menyatakan bahwa sebuah agregat moneter seperti misalnya M1 mungkin tidak akan bisa menjadi sebuah panduan yang reliable/dapat dipercaya untuk kebijakan moneter. Sebagai akibatnya, the Fed mengalihkan fokusnya pada agregat moneter M2 yang lebih luas, yang dirasakannya memiliki sebuah hubungan yang lebih stabil dengan aktivitas ekonomi. Meski demikian, di awal tahun 1990an, hubungan ini juga mengalami brokedown (putus), dan di bulan Juli 1993, Ketua Board of Governors Alan Greenspan bersaksi di hadapan Kongres bahwa the Fed tidak akan lagi menggunakan target moneter, termasuk M2, sebagai sebuah panduan untuk melaksanakan kebijakan moneter. Terakhir, legislasi di tahun 2000 mengembangkan Federal Reserve Act yang

menghilangkan persyaratan agar the Fed melaporkan rentang target untuk agregat moneter terhadap Kongres.

(34)

funds ditargetkan pada tingkat konstan 3%, sebuah level rendah yang terakhir kali terilhat di tahun 1960an. Penjelasan atas periode tak biasa yang memancang suku bunga federal funds sangat rendah untuk kurun waktu yang panjang ini adalah rasa takut dari sisi Federal Reserve bahwa credit crunch memberikan tarikan terhadap perekonomian (“headwinds” yang dirujuk oleh Greenspan) yang

menghasilkan sebuah pemulihan lamban dari resesi 1990-1991. Dimulai di bulan Februari 1994, setelah perekonomian kembali ke pertumbuhan yang pesat, the Fed mulai melakukan antisipatif (langkah pembelian terlebih dahulu) untuk

memangkas tekanan inflasi masa depan dengan jalan menaikkan suku bunga federal funds secara bertahap hingga mencapai 6% di awal tahun 1995. The Fed tidak hanya terlibat dalam tindakan preventif melawan kemunculan inflasi, tapi mereka juga bertindak antisipatif terhadap guncangan negatif permintaan. Mereka menurunkan suku bunga federal funds di awal tahun 1996 untuk berurusan

dengan kemungkinan perlambatan di dalam perekonomian dan mengambil langkah dramatis mengurangi suku bunga federal funds hingga ¾ persen point ketika keruntuhan Pengelolaan Modal Jangka Panjang (Long Term Capital Management) di musim gugur tahun 1998 mengarah pada concern tentang kesehatan sistem finansial. Dengan pertumbuhan perekonomian yang kuat di tahun 1999, dan semakin meningkatnya fokus mengenai inflasi, the Fed

(35)

bulan Maret 2001), the Fed kembali membalikkan jalur dan mulai mengurangi suku bunga federal funds dari ketinggian 6.5% hingga mendekati 1%.

Di bulan Februari 1994, dengan perubahan pertama suku bunga federal funds dalam satu tahun setengah, the Fed mengadopsi sebuah prosedur kebijakan baru. Bukannya menjaga federal funds target sebagai rahasia, seperti yang

dilakukan sebelumnya, the Fed kini mengumumkan perubahan suku bunga federal funds target-nya. Sekitar 2:15 p.m, setelah tiap pertemuan FOMC, the Fed kini mengumumkan apakah suku bunga federal funds target ini dinaikkan, diturunkan atau tetap sama. Pergerakan pada transparansi yang lebih besar dari kebijakan the Fed ini diikuti oleh gerakan lain, ketika di bulan Februari 1999 the Fed

mengindikasikan bahwa di masa depan mereka akan mengumumkan arah bias terkait kemana suku bunga federal funds akan diarahkan di masa depan. Meski demikian, ketidakpuasan dengan kebingungan yang diciptakan oleh pengumuman bias ini untuk para partisipan pasar mengakibatkan the Fed untuk merevisi

kebijakannya dan dimulai sejak bulan Februari 2002, the Fed beralih ke sebuah pengumuman pernyataan yang menguraikan “keseimbangan resiko” di masa mendatang, baik menuju inflasi yang lebih tinggi atau sebuah pelemahan

perekonomian. Sebagai akibat dari pengumuman ini, hasil dari pertemuan FOMC kini menjadi berita besar, dan media mendedikasikan banyak perhatian pada pertemuan FOMC, karena perubahan yang diumumkan dalam suku bunga federal funds akan menjadi perubahan-perubahan dalam suku bunga lain yang

(36)

Semakin pentingnya perdagangan internasional bagi perekonomian Amerika telah membawa pertimbangan internasional ke hadapan pembuatan kebijakan Federal Reserve di tahun-tahun belakangan ini. Di tahun 1985,

kekuatan dollar telah memberikan kontribusi pada sebuah penurunan daya saing Amerika dengan bisnis-bisnis asing lain. Dalam pernyataan publik, Ketua Volcker dan para ofisial the Fed lainnya membuatnya jelas bahwa dollar berada di nilai yang terlalu tinggi dan perlu untuk diturunkan. Karena, kebijakan moneter ekspansi (expansionary monetary policy) adalah salah satu cara untuk

menurunkan nilai dollar, maka tidaklah mengherankan jika the Fed merekayasa sebuah akselerasi dalam tingkat pertumbuhan agregat moneter di tahun 1985 dan 1986 dan bahwa nilai dollar kemudian menurun. Di tahun 1987, para pembuat kebijakan di dalam the Fed setuju bahwa dollar telah cukup mengalami

penurunan, dan jelasnya pertumbuhan moneter di Amerika Serikat telah

mengalami perlambatan. Tindakan kebijakan moneter oleh the Fed ini didorong oleh proses koordinasi kebijakan internasional (kesepakatan antara negara-negara untuk memberlakukan kebijakan-kebijakan secara kooperatif) yang mengarah pada Plaza Agreement di tahun 1985 dan Louvre Accord di tahun 1987 (lihat Box 3).

Pertimbangan internasional juga memainkan sebuah peranan dalam keputusan the Fed untuk menurunkan suku bunga federal funds sekitar ¾ persen point di musim gugur tahun 1998. perhatian mengenai potensi untuk sebuah krisis finansial dunia dalam kebangkitan runtuhnya sistem finansial Rusia pada masa itu dan kelemahan dalam perekonomian di luar neger, khususnya di Asia,

(37)

pasar. Pertimbangan internasional, meski bukan merupakan fokus primer Federal Reserve, cenderung untuk menjadi sebuah faktor utama dalam pelaksanaan kebijakan moneter Amerika di masa depan.

2.3.12 Taylor rule, NAIRU dan Phillips Curve

Federal Reserve pada saat ini melakukan kebijakan moneter dengan menentukan sebuah target untuk suku bunga federal funds. Tapi bagaimana target ini dipilih?

John Taylor dari Stanford University telah muncul dengan jawabannya, yang disebut sebagai Taylor rule (Aturan Taylor). Taylor rule ini mengindikasikan bahwa suku bunga federal funds harus diset sama dengan tingkat inflasi ditambah sebuah fed funds rate riil “ekuilibrium” (fed funds rate riil yang konsisten dengan full employment dalam jangka panjang) ditambah sebuah weighted average dari dua gap: (1) sebuah gap inflasi, current inflation dikurangi sebuah target rate, dan (2) sebuah gap output, deviasi persentase GDP riil dari sebuah estimasi potensi level full employment-nya. Aturan ini bisa ditulis sebagai berikut:

Target suku bunga federal funds = tingkat inflasi + fed funds rate riil ekuilibrium + ½ (gap inflasi) + ½ (gap output)

(38)

menyatakan bahwa suku bunga federal funds haruslah ditentukan pada 6% [=3% inflasi + 2% tingkat fed funds rate riil ekuilibrium + ½ (1% gap inflasi) + ½ (1% gap output)].

Adanya gap inflasi dan gap output di dalam aturan Taylor ini dapat mengindikasikan bahwa the Fed seharusnya tidak hanya peduli mengenai mengontrol inflasi, tapi juga meminimalkan fluktuasi siklus bisnis dari output di sekeliling potesninya. perhatian mengenai inflasi dan fluktuasi output ini

konsisten dengan banyak pernyataan oleh ofisial Federal Reserve bahwa mengontrol inflasi dan menstabilkan output yang riil adalah perhatian yang penting bagi the Fed.

Sebuah alternatif interpretasi adanya gap output di dalam aturan Taylor adalah bahwa gap output ini merupakan sebuah indikator inflasi masa depan seperti yang ditetapkan dalam teori Phillips curve. Teori Phillips curve mengindikasikan bahwa perubahan dalam inflasi dipengaruhi oleh kondisi

ekonomi relatif terhadap kapasitas produktifnya, dan juga faktor-faktor yang lain. Kapasitas produktif ini dapat diukur oleh GDP potensial, yang merupakan sebuah fungsi tingkat unemployment natural, tingkat pengangguran yang konsisten dengan full employment.. Dengan kata lain, teori ini menyatakan bahwa ketika tingkat unemployment ini diatas NAIRU dengan output dibawah potensinya, inflasi akan menurun, tapi jika tingkat unemployment ini dibawah NAIRU dengan output diatas potensi, inflasi akan naik. Sebelum tahun 1995, NAIRU dianggap berada di sekitar angka 6%. Namun, dengan adanya penurunan dalam

(39)

mempertanyakan nilai teori Phillips curve. Entah mereka mengklaim bahwa teori ini tidak bisa berfungsi lagi atau percaya bahwa terdapt ketidakpastian yang besar mengenai nilai NAIRU, yang bisa turun dibawah 5% untuk alasan-alasan yang masih belum sepenuhnya jelas. Teori Phillips curve ini kini sangatlah

kontroversial, dan kebanyakan ahli ekonomi percaya bahwa hal ini sebaiknya tidak digunakan sebagai panduan untuk melaksanakan kebijakan moneter.

Aturan Taylor melakukan pekerjaan yang bagus dalam mendeskripsikan setting the Fed mengenai suku bunga federal funds dibawah Ketua Greenspan. Memberikan sebuah perspektif mengenai pelaksanaan the Fed dalam kebijakan moneter dibawah Ketua Burns dan Volcker. Selama periode Burns, dari 1970 hingga 1979, suku bunga federal funds secara konsisten

(40)

Referensi

Dokumen terkait

MERESPON KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PENINGKATAN KUALITAS SDM MELALUI PENDIDIKAN, YAITU PARADIGMA BARU PENDIDIKAN DALAM ERA OTONOMI PENDIDIKAN DEWASA INI, SERTA

[r]

Pembelajaran praktek di sekolah kejuruan berorientasi pada penguasaan kompetensi yang dibutuhkan dalam mendapatkan kecakapan hidup ( life Skill ), sehingga proses

Adapun bentuk pola tabuhan ugal-ugal pada alat musik gendang panjang satu (penginduk), gendang panjang dua (peningkah), canang, tawak-tawak dan aggong dalam musik

Subunit alfa juga merupakan binding site dari asetilkolin.Sehingga pada pasien miastenia gravis, antibodi IgG dikomposisikan dalam berbagai subklas yang berbeda, dimana satu

Toisaalta projektin myötä paljastui, ettei kaupungilla ollut valmista toimintamallia muotoilun ostamiselle. Muun muassa kilpailuttamislait aiheuttivat viivästy- misiä ja

Pada saat ini pengelolaan danau terutama danau yang memiliki fungsi strategis seperti Rawapening tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah tetapi harus melibatkan

Proses Dapur Tinggi Listrik5. Proses