Tinjauan Perspektif Konstruktivisme dalam Memandang Hubungan Antarnegara di Kawasan Asia Timur
Bernadetta Summas 155120401111037
Salah satu perspektif dalam hubungan internasional yang dapat digunakan untuk mengkaji hubungan negara-negara di kawasan Asia Timur adalah perspektif konstruktivisme. Perspektif ini memandang bahwa identitas merupakan komponen terpenting bagi negara dalam menentukan apa yang diinginkan oleh negara tersebut atau dalam menentukan kepentingan yang ingin dicapai oleh suatu negara.1 Faktor yang menjadi pembentuk suatu identitas negara dapat berupa sejarah diantara kedua negara, sistem pemerintahan, nilai yang dijunjung tinggi oleh negara tersebut, serta beberapa komponen lainnya yang mampu mendukung informasi yang dimiliki suatu negara untuk menentukan hubungannya dengan negara lainnya.2 identitas yang dimiliki negara nantinya akan membentuk pola perilaku negara yang kemudian tercermin dari tindakan maupun kebijakan negara tersebut.3 dalam melihat hubungan antarnegara di dalam suatu kawasan, setiap negara akan berusaha mencari tahu bagaimana pola perilaku suatu negara yang mencerminkan identitas suatu negara yang mana akan menciptakan persepsi dan preferensi suatu negara mengenai negara tersebut apakah layak untuk membentuk hubungan yang baik dengan negara yang dituju atau tidak.
Di kawasan Asia Timur, hubungan antara satu negara dengan negara lainnya dapat digolongkan ke dalam hubungan yang cukup konfliktual walaupun dalam beberapa kasus, kerjasama diantara negara di kawasan Asia Timur dari segi ekonomi telah terbentuk. Hubungan politik antara Jepang dan Cina adalah salah satu contoh yang menunjukkan hubungan yang konfliktual di dalam kawasan Asia Timur dimana hubungan konfliktual ini telah berlangsung sejak lama. Peristiwa Mukden yang terjadi pada tahun 1931 dimana terjadi peristiwa ledakan rel kereta api di kota Mukden oleh pihak Jepang dan kemudian Jepang menyalahkan insiden tersebut kepada rakyat Cina sebagai sebuah alasan untuk menginvasi Cina dengan dalih mengamankan wilayah Manchuria dan berusaha merebutnya dari Cina yang kemudian memicu pecahnya perang selama 15 tahun mulai dari tahun 1931 hingga akhir Perang Dunia II yaitu tahun 1945.4 Kemudian peristiwa Nanking yang terjadi pada 13 Desember 1937 dimana terjadi pemerkosaan dan pembunuhan sebanyak 300.000 wanita dewasa dan anak-anak
1 Dongxiao, Chen. The constructivist challenge to the debate on East Asian security in the new century
dalam David W Lovell. (2003), Asia-Pacific Security: Policy Challenges. ISEAS / APP. Hlm. 167
2 Ibid. Hlm. 168
3 Ibid. Op. Cit.
yang dijadikan budak seks dan dibunuh dengan cara yang keji, yaitu dengan merusak organ intimnya serta beberapa kasus lainnya seperti sengketa Pulau Senkaku yang diperebutkan oleh Jepang dan Cina yang kemudian semakin merusak kedua hubungan negara tersebut.5 dari uraian diatas jika dikaji dari perspektif konstruktivis, terlihat bahwa identitas yang tertanam dalam benak masyarakat Cina mengenai Jepang menimbulkan persepsi buruk dari negara Cina terhadap Jepang. Walaupun telah terjadi dengan jangka waktu yang cukup lama, persepsi buruk ini kemudian tertanam dan terinternalisasi dalam benak negara Cina dan citra buruk ini kemudian sulit untuk dihilangkan.
Kemudian hubungan diantara Korea Selatan dan Korea Utara yang mengalami ketegangan yang cukup tinggi hingga pada saat ini. Ketegangan ini diawali pada tahun 1950 lewat peristiwa Perang Korea antara Korea Selatan. Perbedaan ideologi yang kemudian diperparah dengan tindakan agresif yang diawali oleh korea Utara kemudian membuat kemarahan Korea Selatan memuncak dan pada akhirnya menyebabkan pecahnya perang Korea di tahun 1950 hingga 1953 dan ketegangan hubungan kedua negara tersebut berlanjut hingga sekarang.6 Dari hal ini dapat dibuktikan juga bahwa identitas yang berbeda akan semakin mendorong akan adanya hubungan konfliktual diantara kedua negara.
Dari dua contoh hubungan yang telah diuraikan diatas, dapat diuraikan bahwa konstruktivisme melihat bahwa hubungan diantara negara-negara di kawasan Asia Tenggara mengalami ketegangan dan bersifat konfliktual jika dilihat dari identitas beberapa negara yang telah dipaparkan diatas berupa sejarah hubungan kedua negara di masa lalu. Kemudian hubungan politik dari beberapa negara di kawasan ini cukup mengalami gejolak yang besar sehingga di dalam hubungan antarnegara tersebut sangat fluktuatif. Kemudian walaupun antarnegara berada di dalam satu kawasan, belum tentu menjadikan hubungan antara negara tersebut selalu baik karena didasarkan pada persepsi dari identitas yang melekat pada negara masing-masing.
https://www.japantimes.co.jp/opinion/2016/09/17/commentary/memories-1931-mukden-incident-remain-divisive/#.Wd6ceTuyTIU. Diakses pada 12 Oktober 2017.
5
Santosa, Iwan. Akar Dendam Panjang China kepada Jepang. Kompas Internasional Edisi 20 Sep 2012.http://internasional.kompas.com/read/2012/09/20/0812456/Akar.Dendam.Panjang.China.kepada.Jepang. Diakses pada 12 Oktober 2017.