UJI KADAR KARBOHIDRAT DAN NILAI ORGANOLEPTIK PADA NATA DE BANANA SKIN DARI KULIT PISANG TONGKAT LANGIT (MUSA TROGLODYTARUM) DENGAN
WAKTU FERMENTASI YANG BERDEDA
1 Bertha .E. Sohilait, 2Dr. Dra. M. Kaihena, M.Kes.,2Dr. Th. W. Watuguly, M.Kes.
(1) Alumni program studi Biologi. FKIP. Universitas Pattimura (2) Staf pemgajar program studi pendidikan Biologi
ABSTRAK
Salah satu spesies pisang yang cukup unik di Maluku ialah pisang tongkat langit (Musa
troglodytarum) karena tandannya tidak melengkung ke bawah tetapi tandannya tegak ke atas, sehingga masyarakat Maluku menyebutnya dengan nama pisang tongkat langit. Selama ini masyarakat umumnya hanya mengkonsumsi buah pisangnya saja dan membuang kulitnya.Oleh karena itu, agar limbah kulit pisang tongkat langit tidak terbuang begitu saja.Tetapi kulit pisang tersebut bisa dijadikan sebagai makanan yang dapat diolah dalam bentuk nata.Nata merupakan salah
satu produk fermentasi menggunakan mikroba Acetobacter xylinum. Nata dapat dibuat dari bahan
baku limbah air kelapa, limbah cair tahu atau limbah kulit nenas dan limbah kulit pisang (Nata de
Banana Skin). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kandungan karbohidrat dan nilai
organoleptik dari produk nata de banana skin yang diberi perlakuan waktu fermentasi yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kadar karbohidrat yang memiliki nilai rata-rata tertinggi yakni
pada nata de banana Skin 14 hari sebesar 9.9956%, sedangkan yang memiliki nilai rata-rata kadar
karbohidrat terendah adalah pada nata de banana Skin 8 hari sebesar 2.2607%. dan Kualitas organoleptik nata de banana skin yang terbaik pada spesifikasi tekstur adalah perlakuan lama fermentasi 10. Kemudian, diikuti spesifikasi rasa dan warna adalah perlakuan lama fermentasi 8 hari.
Kata Kunci : Karbohidrat, Organoleptik, Nata, Waktu fermentasi yang berbeda
ABSTRACT
One of the species of bananas that are quite unique in Maluku is banana sticks sky (Musa
troglodytarum) for clusters that are not turned down but their stems upright, so that the people of Maluku to call it by the name of banana sticks sky. During this time the public generally only consume fruit and throw away the skin of the banana alone. Therefore, in order to stick sky banana peel waste is not wasted. But the banana peel can be used as food that can be prepared in the form of
nata. Nata is one product of microbial fermentation using Acetobacter xylinum. Nata can be made
waste (Nata de Banana Skin). This study aims to determine the levels of carbohydrate content and
organoleptic value of nata de banana skin treated different fermentation time. The results showed that
levels of carbohydrate that has the highest average value that is on nata de banana Skin 14 days
amounted to 9.9956%, while those with an average value of the lowest carbohydrate content is in nata
de banana Skin 8 days amounted to 2.2607%. and organoleptic quality of nata de banana skin is the best on the specifics of the texture is long fermentation treatment 10. Then, follow the specifications of flavor and color are treated fermentation time of 8 days.
PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara dengan kekayaan flora yang sangat melimpah. Selain jumlah yang banyak, jenis-jenisnya juga beranekaragam. Hampir semua jenis flora dapat ditemukan di Indonesia terutama jenis flora yang tumbuh di daerah tropis, salah satunya adalah pisang.
Pisang merupakan buah tropis yang sudah popular di masyarakat dan potensial dikembangkan di Indonesia. Saat ini pisang termasuk komoditas unggulan dan memberikan kontribusi paling besar terhadap produksi buah-buahan nasional. Selain rasanya enak, pisang juga mengandung gizi, vitamin, dan kalori, sehingga bermanfaat untuk kesehatan (Prahardini, dkk., 2010).
Salah satu varietas pisang yang cukup unik di Maluku ialah pisang
tongkat langit (Musa troglodytarum)
karena tandannya tidak melengkung ke bawah tetapi tandannya tegak ke atas, sehingga masyarakat Maluku menyebutnya dengan nama “Pisang Tongka (Tongkat) Langit”. Pisang tongkat langit memiliki panjang 14-15 cm, warna merah jingga, 1 tandan 5-6 sisir dan satu sisir 6-7 buah. Jenis pisang ini digolongkan dalam jenis pisang buah yaitu pisang yang dapat dimakan setelah diolah terlebih dahulu. Pisang tongkat langit merupakan jenis pisang yang komersial karena sering dijumpai di
pasar-pasar dan dapat dipakai sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit
kuning (Louhenapessy dalam
Karuwal, 2011).
Tingkat kematangan buah pisang dapat ditentukan dari umurnya.Waktu yang diperlukan dari saat tanaman panen rata-rata 12-15 bulan, jika dihitung dari saat mula berbunga adalah 4-6 minggu. Perubahan warna merupakan perubahan fisik yang sangat menonjol pada proses pematangan buah pisang. Buah pisang yang masih muda (mentah) berwarna hijau karena masih banyak mengandung klorofil, sedangkan pada buah pisang yang setengah matang dan yang sudah matang memiliki warna kulit hijau kekuningan hingga kuning. Perubahan warna kulit dari hijau menjadi kuning disebabkan oleh hilangnya klorofil tanpa atau hanya sedikit pembentukan karotenoid (Serlahwaty, 2007).
pektat adalah suatu polisakarida kompleks yang terdapat pada lamella tengah (middel lamella) atau ruang antara sel dari jaringan tanaman tingkat tinggi. Senyawa pektat polisakarida dan serat-serat selulosa terikat bersama membentuk jaringan kuat yang berfungsi sebagai perekat antara sel.
Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih (Luthana, 2008). Pembentukan nata terjadi karena proses pengambilan glukosa yang ada pada larutan gula
oleh Acetobacter xylinum. Glukosa
tersebut digabungkan dengan asam lemak membentuk prekursor (penciri nata) pada membran sel. Prekursor ini kemudian diekskresikan keluar sel dan terjadi polimerisasi oleh enzim polymerase membentuk selulosa. Nata merupakan makanan penyegar atau pencuci mulut yang dihidangkan dalam bentuk campuran dengan buah-buahan (cocktail). Ada faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan nata, antara lain sumber nitrogen. Sumber nitrogen yang diberikan dalam pembuatan nata bertujuan untuk merangsang pertumbuhan, perkembangan dan
aktivitas bakteri Acetobacter xylinum.
Peningkatan konsentrasi nitrogen dalam substrat dapat meningkatkan jumlah polisakarida Nata yang terbentuk. Sumber nitrogen yang
umum digunakan adalah pupuk urea, ZA, NPK, Ammonium sulfat
(NH4)2SO4) dan ammonium phospat
(NH4)2H2PO4) (Setyawan, 2006).
Kualitas organoleptik nata yang dihasilkan akan semakin dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat (pektin). Semakin banyak jumlah kandungan pektin (polisakarida sruktural), warna yang dihasilkan akan semakin kusam (Setyowati, 2004). Selain itu, kualitas nata juga dipengaruhi oleh lama fermentasi, lama fermentasi yang digunakan dalam pembuatan nata berkisar antara 8-14 hari (Saragih, 2004), akan tetapi belum diketahui secara pasti lama fermentasi yang tepat untuk mendapatkan kualitas nata terbaik. Kandungan karbohidrat yang cukup tinggi pada kulit pisang, menyebabkan kulit pisang berpotensi
untuk dijadikan makanan nata de
banana skin. Nata adalah produk hasil fermentasi menggunakan mikroba
Acetobacter xylinum (Suryani, dkk.,
2005). Acetobacter xylinum dapat
tumbuh dan berkembang membentuk nata karena mengandung air, protein,
lemak dan karbohidrat. Nata de
banana skin adalah makanan yang banyak mengandung serat, kadar selulosa tinggi yang bermanfaat bagi
kesehatan dalam membantu
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar karbohidrat dan
nilai organoleptik dari produk nata de
banana skin yang diberi perlakuan waktu fermentasi yang berbeda.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jenis penelitian bersifat Eksperimen Laboratorik, untuk menguji kualitas nata yang dihasilkan dengan perlakuan fermentasi yang berbeda. Lokasi
penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Biologi FKIP Unpatti dan Kimia Dasar MIPA Unpatti, Poka. Waktu Penelitian dilakukan dari
Tanggal 13 April 14 Mei 2016‒ .Yang
menjadi Objek penelitian ini adalah
kulit pisang tongkat langit (Musa
troglodytarum). Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah waktu fermentasi yang terdiri dari 8, 10, 12, dan 14 hari. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar karbohidrat dan nilai organoleptik meliputi tektur, warna, dan rasa nata. Prosedur penelitian ini adalah sebagai c. Menimbang bahan-bahan yang
digunakan untuk pembuatan nata.
2. Pembuatan ekstrak tauge
a. Tauge dibersihkan dan ditimbang
sebanyak 2 kg
b. Tauge yang telah ditimbang dihaluskan
c. Dimasak dengan air sebanyak 800 ml
dan dibiarkan hingga mendidih
d. Disaring dan dipakai sesuai keperluan
3. Pembuatan sari kulit pisang
a. Kulit pisang dicuci bersih dan dipotong-potong
b. Kulit pisang ditimbang sebanyak 4 kg c. Dihancurkan menggunakan blender
dengan ditambahkan air
d. Disaring untuk mengambil sari kulit pisang
4. Pembuatan media
a. Sari kulit pisang dididihkan, menjelang mendidih tambahakan ekstrak tauge dan gula pasir, biarkan mendidih kurang lebih 10 menit dengan membuang buih yang mengapung di atas dengan menggunakan saringan.
b. Media sari kulit pisang diangkat, diberi asam asetat glasial, aduk hingga tercampur rata. Kemudian dimasukan ke dalam toples plastik yang sudah disterilkan.
c. Toples kemudian ditutup dengan kertas copi yang sudah diuapkan dan dibiarkan selama 12 jam.
5. Fermentasi
a. Starter dimasukan kemudian
dicampurkan hingga rata menggunakan batang pengaduk
b. Toples kemudian ditutup dengan koran kembali dan diikat dengan karet.
c. Media nata kemudian diletakkan pada ruangan fermentasi selama 8 hari, 10 hari, 12 hari, dan 14 hari.
6. Pemanenan
dan dicuci dengan air yang mengalir
pengamatan terhadap kualitas
organoleptik nata de banana skin yang
dihasilkan meliputi tekstur, rasa, dan hubungkan kondensor dengan sumber air sebagai pendingin.
whatman 42 agar filtrate yang diperoleh benar-benar jernih dan jadikan volume 500 ml dengan akuades dalam labu takar
f. Larutan hasil pengenceran telah siap dilakukan pengujian lanjut.
Pembuatan kurva Standar; tanda batas. Maka pada masing-masing labu takar diperoleh larutan standar gula dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 ppm
b. Sediakan tabung reaksi yang telah diberi
lebel sesuai dengan konsentrasi larutan standar, masukkan dari masing-masing larutan standar 1 ml, kedalam masing-masing tabung tambahkan 1 ml larutan phenol 5 %, dan tambahkan melalui dinding tabung reaksi 5 ml asam sulfat pekat.
c. Panaskan tabung didalam penangas air
selama 5 – 10 menit pada suhu 60oC,
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 pengulangan. Adapun rancangan penelitian dapat dilihat sebagai
H8 = Lama fermentasi 8 hari H10 = Lama fermentasi 10 hari
H12 = Lama fermentasi 12 hari
H14 = Lama fermentasi 14 hari
Data yang diperoleh dianalisis
secara inferensial, dengan
menggunakan Analisis Varian (ANAVA) dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan
aplikasi SPSS versi 20 vor windows,
serta analisis deskriptif untuk kuisioner.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Uji Kadar Karbohidrat Nata
de banana skin
Menggunakan
Metode Anthrone
Uji kadar karbohidrat nata
de
banana skin
bertujuan untuk
mengetahui berapa berat sampel,
nilai absorbansi, dan kadar
karbohidrat pada masing-masing
perlakuan lama fermentasi. Hasil
uji kadar karbohidrat nata
de
banana skin
menggunakan metode
anthrone dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Kadar Karbohidrat Nata de banana skin Menggunakankarbohidrat pada masing-masing
perlakuan. Dimana, kadar
Acetobacter xylinum
. Glukosa
tersebut digabungkan dengan asam
lemak membentuk prekursor
(penciri nata) pada membran sel.
Prekursor
ini
kemudian
diekstresikan keluar sel dan terjadi
polymerisasi
oleh
enzim
polymerase membentuk selulosa
yang merupakan komponen
penyusun lapisan nata. Selain itu,
bakteri
Acetobacter xylinum
akan
bekerja dengan baik apabila nutrisi
yang berfungsi sebagai makanan
dan sumber karbon sebagai sumber
karbohidrat bagi pertumbuhan
bakteri nata yang dapat digunakan
untuk kegiatan metabolisme sel
bakteri tersebut. Nutrisi yang
digunakan nutrisi ekstrak tauge
yang mengandung unsur nitrogen
yang berfungsi dalam pertumbuhan
sel bakteri dan pembentukan enzim
yang
membantu
proses
metabolisme. Selain itu kualitas
nata juga dipengaruhi oleh lama
fermentasi, lama fermentasi yang
digunakan dalam pembuatan nata
berkisar antara 8-14 hari (Saragih,
2004).
Perbedaan ini disebabkan
karena kadar karbohidrat (pektin)
yang terdapat dalam kulit pisang
sangat berpengaruh juga dalam
pembentukan selulosa nata
de
banana skin
(Yani dkk., 2000).
Sumber nutrisi yang diperlukan
Acetobacter xylinum
dan
berpengaruh terhadap kadar
karbohidrat ialah sumber karbon,
nitrogen, dan pH. Sumber karbon
yang digunakan dalam fermentasi
nata
de banana skin
adalah
karbohidrat, yang tergolong
monosakarida dan disakarida.
Media yang mengandung glukosa,
sukrosa dan laktosa dapat
membantu pembentukan nata. Gula
pasir juga dapat berfungsi sebagai
bahan induser yang berperan dalam
pembentukan enzim ekstraseluler
polimerase yang bekerja menyusun
benang-benang nata sehingga
pembentukan nata maksimal.
Selain itu juga gula sukrosa dalam
kulit pisang yang memiliki
senyawa pendukung pertumbuhan
(
growth promoting factor
) yang
dapat meningkatkan pertumbuhan
mikroba, sedangkan mineral dalam
substrat
akan
membantu
meningkatkan aktivitas enzim
kinase dalam metabolisme sel
Acetobacter xylinum
untuk
menghasilkan selulosa (Setyowati,
2004).
awal fermentasi, hal ini
menunjukkan bahwa kinerja dalam
mekanisme reaksi senyawa kimia
baik untuk memecah ataupun
reaksi yang terbentuk dipengaruhi
oleh kondisi pH optimum (Lee,
2002). Dari lama fermentasi nata
de banana skin
menunjukkan
bahwa semakin meningkatnya pH
maka kadar karbohidratnya akan
semakin meningkat dikarenakan
adanya pengaruh pH terhadap
kinerja
Acetobacter xylinum
untuk
mengubah glukosa. Selain itu
pengaruh pH terhadap kinerja
Acetobacter xylinum
tidak
memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kandungan
karbohidrat, ini dikarenakan
karbohidrat tersusun dari
monosakarida, oligosakarida, dan
polisakarida
sedangkan
penambahan pH ini tidak
memberikan penambahan jumlah
monosakarida, oligosakarida dan
polisakarida melainkan pengaruh
pH
berperan
untuk
mengoptimalkan pengubahan gula
yang menjadi karbohidrat.
Berdasarkan
hasil
kadar
karbohidrat dari perlakuan yang
berbeda membuktikan bahwa
semakin banyak kadar karbohidrat
dalam nata
de banana skin,
semakin besar kemampuan
menumbuhkan bakteri tersebut
maka semakin banyak selulosa
yang terbentuk dalam nata
de
banana skin
. Kandungan
karbohidrat pada kombinasi
perlakuan ini tinggi karena
memiliki banyak kebutuhan nutrisi,
gula, air dan bahan-bahan lainnya
yang
merupakan
media
pertumbuhan bakteri
Acetobacter
xylinum
sebagai bakteri pembentuk
nata.
Hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Susilowati (2002),
tentang pemanfaatan limbah cair
tahu untuk membuat nata dengan
gula merah aren ternyata
berpengaruh terhadap kadar
karbohidrat. Penelitian lainnya
yang dilakukan oleh Fitriah (2009),
membuktikan bahwa besarnya
kandungan karbohidrat dan zat-zat
lain di dalam air cucian beras
membuatnya berpotensi sebagai
substrat untuk pembentukan
selulosa (nata).
Tabel 3. Hasil Uji Spesifikasi Tekstur
Nata
de banana skin
Dari Tabel 3., dapat diketahui
bahwa terdapat perbedaan nilai
organoleptik terhadap tekstur nata
de
banana skin
pada masing-masing
perlakuan
.
Nilai tekstur tertinggi terdapat
pada perlakuan H10 (lama fermentasi 10
hari), yaitu 4,6. Sedangkan, nilai tekstur
terendah terdapat pada perlakuan H14
(lama fermentasi 14 hari), yaitu 2,4.
Pada nata
de banana skin
kandungan pektin mempunyai
kemampuan sangat baik untuk
membentuk gel dalam medium
asam dan gula sehingga
berpengaruh pada tekstur. Menurut
Loekmonohadi (2002), pektin
merupakan polisakarida yang dapat
membentuk serat polisakarida
struktural, yang berfungsi sebagai
penguat tekstur. Semakin banyak
kadar pektin maka pembentukan
gel akan semakin kompak sehingga
dapat mempengaruhi kekenyalan
nata. Saragih (2004), juga
menjelaskan
waktu
yang
diperlukan untuk fermentasi adalah
selama 8-10 hari karena nutrisi
yang tersedia pada masa tersebut
masih
memadai
untuk
pertumbuhan nutrisi. Semakin lama
fermentasi, maka nutrisi pada
media semakin berkurang yang
menyebabkan tekstur menjadi
lunak, sehingga untuk memperoleh
tekstur yang kompak adalah lama
fermentasi 10 hari.
Selain itu, sumber nitrogen
juga sangat penting untuk
menentukan tekstur dari nata
de
banana skin
. Widya (1984),
menjelaskan kualitas tekstur
dipengaruhi oleh unsur nitrogen
pada media karena ikatan yang
terbentuk antara unsur nitrogen dan
prekursor polisakarida yang
mempunyai struktur polimer yang
menyatu dapat meningkatkan
jumlah serat yang menetukan
tekstur yang dihasilkan.
Hasil uji spesifikasi rasa nata
de
banana skin
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Spesifikasi Rasa Nata debanana skin berdasarkan waktu fermentasi
Spesifikasi Lama Fermentasi
Hari ke-8 Hari ke-10 Hari ke-12 Hari ke-14 (H8) (H10) (H12) (H14)
Rasa 4.9 4.2 3.6 2.8
Dari Tabel 4
., dapat diketahui
bahwa terdapat perbedaan nilai
organoleptik terhadap rasa nata
de
Spesifikasi Lama Fermentasi
Hari ke-8 Hari ke-10 Hari ke-12 Hari ke-14 (H8) (H10) (H12) (H14)
banana skin
pada masing-masing
perlakuan
.
Nilai rasa tertinggi
terdapat pada perlakuan H8 (lama
fermentasi 8 hari), yaitu 4,9.
Sedangkan, nilai rasa terendah
terdapat pada perlakuan H14 (lama
fermentasi 14 hari), yaitu 2,8. Ini
berarti bahwa semakin lama masa
fermentasi, penerimaan panelis
terhadap rasa nata
de banana skin
cenderung menurun.
Hal ini disebabkan
semakin lama waktu fermentasi, maka semakin banyak pula kandungan air pada media yang mengisi rongga-rongga antar selulosa, sehingga nilai rasa semakin menurun (Setyawan, 2006). Penurunan rasa disebabkan oleh kekurangan unsur nitrogen pada media yang mempengaruhi terbentuknya ikatan antara unsur nitrogen denganprekursor polisakarida yang
mempunyai struktur polimer yang menyatuh dan dapat meningkatkan jumlah serat yang menentukan rasa nata yang dihasilkan. Faktor lama fermentasi dan jenis nutrisi sangat
berpengaruh terhadap rasa nata de
banana skin karena semakin lama fermentasi, maka semakin banyak kandungan air pada media yang mengisi rongga-rongga antar selulosa
mengakibatkan nata de banana skin
memiliki rasa yang kurang baik (Widya, 1984).
Hasil uji spesifikasi rasa warna
de
banana skin
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Spesifikasi Warna Natade banana skin berdasarkan waktu fermentasi
Dari Tabel 5
., dapat diketahui bahwa
terdapat perbedaan nilai organoleptik
terhadap warna nata
de banana skin
pada
masing-masing perlakuan
.
Nilai warna
tertinggi terdapat pada perlakuan H8 (lama
fermentasi 8 hari), yaitu 4,9. Sedangkan,
nilai warna terendah terdapat pada
perlakuan H14 (lama fermentasi 14 hari),
yaitu 2,7. Ini berarti bahwa semakin lama
masa fermentasi, penerimaan panelis
terhadap warna nata
de banana skin
cenderung menurun.
Warna yang nampak pada nata de
banana skin berbeda satu sama lain pada masing-masing lama fermentasi. Warna nata yang diamati adalah derajat putih kecoklatan. Kualitas warna nata dipengaruhi oleh jenis nutrisi yang diberikan. Nata yang diberikan penambahan ekstrak tauge memiliki warna bening. Hal ini disebabkan semakin tinggi kadar nitrogen yang ditambahkan, maka nata akan semakin putih kecoklatan karena ion hidroksil nitrogen bereaksi dengan gula atau komponen yang lain pada bahan dasar dan salah satu hasilnya memiliki warna lebih keruh (Sutarminingsih, 2004). Selain jenis nutrisi,
warna pada nata de banana skin juga
dipengaruhi oleh lama fermentasi karena
Spesifikasi Lama Fermentasi
Hari ke-8 Hari ke-10 Hari ke-12 Hari ke-14 (H8) (H10) (H12) (H14)
semakin lama fermentasi maka
semakin banyak jalinan fibriler yang
terbentuk sehingga menyebabkan warna nata menjadi pekat. Hal ini terbukti pada lama fermentasi 12 dan 14 hari yang memiliki warna nata yang lebih pekat dibandingkan dengan lama fermentasi sebelumnya. Karena semakin lama fermentasi maka semakin banyak jalinan selulosa yang
terbentuk akan menyebabkan nata de
banana skin yang dihasilkan pun semakin pekat yakni memiliki warna nata kecoklatan yang rendah (Loekmonohadi, 2002).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka
disimpulkan bahwa semakin lama waktu
fermentasi, kadar karbohidrat nata
de
banana skin
semakin rendah. Kadar
karbohidrat nata
de banana skin
tertinggi
diperoleh dari perlakuan H14, yaitu
9.9956%, sedangkan kadar karbohidrat
nata
de banana skin
terendah terdapat pada
perlakuan H8, yaitu 2.2607%. Kualitas
organoleptik nata
de banana skin
yang
terbaik pada spesifikasi tekstur adalah
perlakuan H10 dengan nilai organoleptik
tertinggi yakni 4,6. Sedangkan kualitas
organoleptik nata
de banana skin
yang
terbaik pada spesifikasi rasa dan warna
adalah perlakuan H8 dengan nilai
organoleptik tertinggi, yakni
masing-masing 4,9. Disarankan kepada peneliti
lain untuk melanjutkan penelitian ini
dengan melakukan berbagai variasi
perlakuan, seperti penambahan gula,
pupuk, dan penggunaan kulit pisang
mentah atau matang.
DAFTAR PUSTAKA