PENGARUH MASASE PUNGGUNG TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA
LANSIA DENGAN INSOMNIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
WANA SERAYA DENPASAR
LP Heny W
1), I Nyoman Sutresna
2), P Wira KP
3)Program Studi S1 Keperawatan
Abstract. Insomnia is the condition when an individual experiencing or at risk of changes in the quantity and quality of resting and cause discomfort or interfere the desire lifestyle. The quantity of sleeping can be seen from the amount of effective sleep time for different age groups, whereas sleep quality can be assessed using the Pittsburgh Sleep Quality Index questionnaire. Many things can be done to improve the quality of sleep on elderly by applying a back massage. This study aims at determining the effect of back massage toward sleep quality i n the elderly.This study uses a True Experimental Design with Randomized Pretest-Posttest Control Group Design with a total sample of 24 elderly people who experienced Insomnia. Samples were divided into two groups randomly, namely experimental group and the control group. Data were analyzed using the Wilcoxon signed rank test to compare the results of the pretest and posttest, and the Mann Whitney U-test to compare the experimental group and the control group. Sleep quality in the elderly control group sho wed no difference in the calculated value of Z = -1.342 (Z count < 1.96) and a value of p = 0.180 (p > 0.05). Whereas the experimental group obtained Z values count at -3.088 (Z count > 1.96) and the value of p = 0.002 (p < 0.05) showed there was a difference result of sleep quality in the elderly before and after the back massage was given. On pretest, Z values was at -0.152 with p value = 0.879 while at posttest Z value was at -3.080 with p value = 0.002 therefore it can be interpreted that there was a significant difference between sleep quality before and after being given a back massage or can be concluded that there was an effect of back massage toward sleep quality of insomnia in elderly at Tresna Werdha Wana Seraya Social Care Center Denpasar In 20 13. As a recommendation, this study is expected to elderly and healthcare work ers can apply back massage to improve the sleep quality
Keywords : insomnia, sleep quality, back massage
Pendahuluan
Insomnia adalah keadaan di mana seseorang sulit tidur, sering terbangun pada malam hari atau tidak dapat tidur dengan lelap (Pratiwi, 2009). Insomnia pada lansia mengandung beberapa domain yang mengalami perubahan yaitu : kesulitan masuk tidur (sleep onset problem); kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep maintenance problem); dan bangun terlalu pagi (early morning awak ening/EMA). Gejala dan tanda yang muncul sering kombinasi dari ketiga gangguan tersebut dan dapat muncul sementara maupun kronik (Karjono dan Rejeki, 2010). Insomnia merujuk pada gangguan pemenuhan kebutuhan tidur baik secara kuantitas maupun kualitas.
Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Seorang lanjut usia akan membutuhkan waktu lebih lama untuk memulai tidur dan memiliki waktu lebih sedikit untuk tidur nyenyak. Seiring dengan penurunan fungsi tubuh dalam kaitannya dengan fisiologi tidur, jumlah kebutuhan tidur lansia mengalami penurunan. tua usia seseorang maka semakin sedikit jumlah jam tidur yang dibutuhkan. Menurut Hidayat (2008), jumlah jam tidur yang dibutuhkan seseorang yang berusia di atas 60 tahun adalah 6 jam per hari.
Kualitas tidur adalah ukuran di mana seseorang mendapatkan kemudahan untuk memulai tidur, mampu mempertahankan tidur,
dan merasa rileks setelah bangun dari tidur. Kualitas tidur dapat dinilai menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Kuesioner ini mengklasifikasikan kualitas tidur menjadi dua yaitu kualitas tidur buruk dengan total skor > 5 dan kualitas tidur baik dengan total skor 0-4 melalui pengukuran tujuh domain seperti respon subjektif kualitas tidur, kemampuan mempertahankan tidur, durasi tidur, kebiasaan tidur, hal-hal yang mengganggu tidur, penggunaan obat tidur, dan tidak bersemangat menjalani aktivitas harian selama satu bulan terakhir.
Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan mengantuk pada hari berikutnya. Mengantuk merupakan faktor risiko untuk terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina, dan secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang. Hal lain yang dapat terjadi adalah ketidakbahagiaan, dicekam kesepian, dan yang terpenting mengakibatkan penyakit-penyakit degeneratif yang sudah diderita mengalami eksaserbasi akut, pemburukan, dan menjadi tidak terkontrol lagi (Darmojo, 2010). Untuk itu insomnia perlu mendapatkan penanganan yang serius.Penatalaksanaan insomnia dapat dilakukan secara farmakologis maupun nonfarmakologis. Secara farmakologis dapat digunakan obat-obatan hipnotik sedatif seperti Zolpidem, Tradozon, Klonazepam, dan
Amitriptilin. Sedangkan secara
nonfarmakologis perawat dapat melakukan tindakan-tindakan mandiri keperawatan seperti: mengurangi distraksi lingkungan, memberikan aktivitas di siang hari sesuai indikasi, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam atau relaksasi otot progresif , dan melakukan masase punggung. Masase dapat diartikan sebagai pijat yang telah disempurnakan dengan ilmu-ilmu tentang tubuh manusia atau gerakan-gerakan tangan yang mekanis terhadap tubuh manusia dengan mempergunakan bermacam-macam bentuk pegangan atau teknik. Masase punggung atau sering diistilahkan effleurage merupakan teknik yang sejak dahulu digunakan dalam keperawatan untuk meningkatkan relaksasi dan istirahat. Riset menunjukkan bahwa
masase punggung memiliki kemampuan untuk menghasilkan respon relaksasi (Gauthier, 1999 dalam Berman, 2009). Hasil riset Labyak & Metzger, 1997 dalam Berman, 2009) menyatakan bahwa gosokan punggung sederhana selama 3 menit dapat meningkatkan kenyamanan dan relaksasi klien serta memiliki efek positif pada parameter kardiovaskular seperti tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan frekuensi pernafasan.
Masase memiliki banyak manfaat pada sistem tubuh manusia seperti mengurangi nyeri otot , pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan sirkulasi dan merangsang aliran darah ke seluruh tubuh, dapat juga menstimulasi regenerasi sel kulit dan membantu dalam barrier tubuh, serta efeknya pada sistem saraf dapat menurunkan insomnia (Kushariyadi dan Setyohadi, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Richards (1998) dalam Berman (2009), masase punggung meningkatkan kualitas tidur pada klien yang menderita sakit. Penelitian pendahuluan penulis lakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar terhadap 47 orang lansia. Dari hasil wawancara sebagian besar lansia mengeluhkan tanda-tanda insomnia seperti sulit untuk memulai tidur dan sering terbangun di malam hari. Berdasarkan hasil skoring pada kuesioner insomnia, dari 47 orang lansia, ada 24 orang lansia yang mengalami insomnia.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh masase punggung terhadap kualitas tidur pada lansia dengan insomnia. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Mengidentifikasi kualitas tidur lansia pada kelompok kontrol. 2) Mengidentifikasi kualitas tidur lansia sebelum dan setelah diberikan masase punggung pada kelompok eksperimen. 3) Menganalisis perbedaan kualitas tidur lansia pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Landasan Teori
Insomnia merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur (Hidayat, 2008).
Pada insomnia, terjadi gangguan baik pada kuantitas maupun kualitas tidur. Kuantitas merujuk pada jumlah jam tidur yang adekuat sesuai dengan tahap perkembangan. Sedangkan kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang mendapatkan kemudahan untuk memulai tidur, mampu mempertahankan tidur, dan merasa rileks setelah bangun dari tidur. kualitas tidur dinilai menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
PSQI merupakan instrumen yang efektif untuk mengukur kualitas dan pola tidur pada lansia. Kuesioner ini mengklasifikasikan kualitas tidur menjadi dua yaitu kualitas tidur buruk dan kualitas tidur baik melalui pengukuran tujuh domain seperti respon subjektif kualitas tidur, kemampuan mempertahankan tidur, durasi tidur, kebiasaan tidur, hal-hal yang mengganggu tidur, penggunaan obat tidur, dan tidak bersemangat menjalani aktivitas harian selama satu bulan terakhir (Smyth, 2012 dalam http:// consultgerirn.org/uploads/File/trythis/try_this _6_1.pdf).
Menurut Carpenito (2009), tidur yang baik akan dicapai bila seseorang dalam keadaan rileks. Salah satu cara non farmakologis yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia yang mengalami insomnia adalah masase punggung. Masase adalah proses menekan dari menggosok, atau memanipulasi otot-otot dan jaringan lunak lain dari tubuh (Kushariyadi dan Setyohadi, 2011). Riset menunjukkan
bahwa masase punggung memiliki
kemampuan untuk menghasilkan respon relaksasi (Gauthier, 1999 dalam Berman, 2009).
Metode
Penelitian ini menggunakan True Experimental Design dengan rancangan
Randomized Pretest-Posttest Control Group Design.. Kriteria pemilihan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan 24 orang lansia yang memenuhi syarat sebagai responden penelitian. Sampel dibagi menjadi dua kelompok secara acak sederhana yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data dianalisis
menggunakan uji Wilcoxon untuk
membandingkan hasil pretest dan posttest, dan
Mann Whitney U-Test untuk membandingkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Penelitian ini dilakukan dimulai pada tanggal 8 April sampai 8 Mei 2013. Masase punggung diberikan sebanyak 3x dalam seminggu selama 1 bulan.
Hasil dan Pembahasan
Gambaran Kualitas Tidur Lansia Pada Kelompok Kontrol
Gambaran kualitas tidur lansia pada
kelompok kontrol diukur dengan
menggunakan uji Wilcoxon seperti pada tabel 1 berikut :
Tabel 1
Gambar an Kualitas Tidur Lansia Pada Kelompok Kontrol
Kualitas Tidur
Variabel
Z P
Pre
(n= 12)
Post
(n=12)
Buruk 12 12 -1.342 0.180
Baik 0 0
Gambaran Kualitas Tidur Pada Kelompok Eksperimen
Gambaran kualitas tidur lansia sebelum dan setelah diberikan masase punggung pada kelompok eksperimen diukur dengan menggunakan uji Wilcoxon seperti pada tabel 2 berikut :
Tabel 2
Gambar an Kualitas Tidur Lansia Sebelum dan Setelah Diberikan Masase Punggung
Pada diketahui bahwa terdapat 7 responden yang mengalami peningkatan kualitas tidur. Nilai Z hitung didapatkan sebesar -3.088 (Z hitung > 1.96) dengan nilai p = 0.002 (p < 0.05) menunjukkan ada perbedaan kualitas tidur lansia pada kelompok eksperimen sebelum dan setelah diberikan masase punggung.
Perbedaan Kualitas Tidur Lansia Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Hasil analisis perbedaan kualitas tidur lansia pada kelompok kontrol dan eksperimen menggunakan uji Mann Whitney U-Test
seperti pada tabel 3 berikut : Tabel 3
Nilai Mann Whitney U-Test Untuk Membandingkan Kualitas Tidur Lansia
Pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen dan kelompok eksperimen nilai mean rank-nya sangat kecil yaitu antara 12.71 dan 12.29, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kualitas tidur yang signifikan sebelum
diberikan masase punggung yang
menunjukkan homogenitas subjek penelitian. Dengan kata lain kedua kelompok dalam kondisi awal yang seimbang. Keadaan ini sudah memenuhi persyaratan sebagai penelitian eksperimen. Sedangkan nilai
posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terlihat perbedaan mean rank-nya yang tinggi yaitu antara 16.83 dan 8.17.
Perbedaan hasil pretest dan posttest
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, di mana kelompok eksperimen diberikan masase punggung sedangkan kelompok kontrol tidak, dapat dibuktikan dengan hasil tes statistik pada tabel di atas diartikan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kualitas tidur sebelum dan setelah diberikan masase punggung atau dengan kata lain ada pengaruh pemberian masase punggung terhadap kualitas tidur pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar tahun 2013.
Simpulan dan Saran
Saran untuk lansia hendaknya saling memberikan masase punggung karena prosedur, alat, dan bahan mudah dilakukan serta dapat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas tidur. Bagi tenaga kesehatan khususnya yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan lanjut usia hendaknya dapat mengaplikasikan masase punggung sebagai salah satu terapi nonfarmakologis untuk penatalaksanaan insomnia khususnya untuk meningkatkan kualitas tidur.
Daftar Pustaka
Berman, Audrey, dkk. 2009. Buk u Ajar Prak tik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplik asi pada Prak tik Klinis.
Jakarta. EGC
Darmojo, R Boedhi. 2010. Teori Proses Menua dalam Hadi Martono dan Kris Pranarka. Ed. Buk u Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Darmojo, R Boedhi. 2010. Gerontologi Sosial : Masalah Sosial dan Psik ologik Golongan Lanjut Usia dalam Hadi Martono dan Kris Pranarka. Ed. Buk u Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Darmojo, R Boedhi. 2010. Demografi dan Epidemiologi Populasi Lanjut Usia
dalam Hadi Martono dan Kris Pranarka. Ed. Buk u Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia, Aplik asi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Karjono, Bambang Joni dan Rejeki Andayani Rahayu. 2010. Gangguan Tidur Pada Usia Lanjut dalam Hadi Martono dan Kris Pranarka. Ed. Buk u Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Lanjut Usia). Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Kushariyadi. 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika
Kushariyadi dan Setyohadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psik ogeriatrik. Jakarta : Salemba Medika
Pratiwi. 2009. Kesehatan Keluarga. Yogjakarta : Oryza