• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN BUDAYA RELIGIUS SISWA DI MTsN 1 TULUNGAGUNG Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN BUDAYA RELIGIUS SISWA DI MTsN 1 TULUNGAGUNG Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Guru Akidah Akhlak

1. Pengertian guru

Orang yang pernah mendidik atau menberikan suatu pengetahuan kepada seseorang atau sekelompok orang dapat dikatakan sebagai guru. Ahmad tafsir mengemukakan bahwa guru ialah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik.1 Sadirman memberikan pengertian guru sebagai tenaga professional di bidang kependidikan yang memiliki tugas mengajar, mendidik, dan membimbing anak didik agar menjadi manusia berjiwa pancasila.2

Guru tetap menjadi sumber belajar yang utama. Tanpa guru, proses pembelajaran tidak akan dapat berjalan maksimal. Orang mungkin dapat belajar sendiri (autodidak) secara maksimal sehingga kemudian menjadi seorang ahli dalam bidang tertentu. Akan tetapi, autodidak tetap akan berbeda hasilnya dengan mereka yang juga sama-sama

1

(2)

berusaha dengan maksimal di bawah bimbingan guru.3

Pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli menunjukkan bahwa guru merupakan seorang manusia yang berkompeten dalam bidangnya sehingga mampu melahirkan manusia-manusia yang berkompeten pula. Eksistensi seorang guru cukup besar dalam ranah memajukan lembaga pendidikan yang didalamnya tinggallah sosok-sosok manusia muda sehingga perlu ditanamkan nilai-nilai dan sikap mental serta melatih keterampilan dalam upaya mengantarkan kearah kedewasaan. Dalam Hadist Rasululloh SAW. bersabda:

م

ملع

م ًب ب

ملعلا

ملعيل

س لا

يطع

ا ث

يعبس

ًقيدص

Artinya: ”Barang siapa mempelajari satu bab dari ilmu untuk diajarkannya kepada manusia, maka ia diberikan pahala tujuh puluh

orang shiddiq.”4

Hadist diatas menjelaskan akan pentingnya mempelajari ilmu pengetahuan sampai ia paham dan dapat menjelaskan kembali kepada orang lain, dibahas pula mengenai balasan bagi orang yang mau membagi ilmu yang dimilikinya seperti tertera di hadist yaitu pahala tujuh puluh ribu orang-orang yang dalam kebenaran. Dari hadist tersebut mengungkapkan sungguh besar perhatian dan meninggikan

3

Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif: Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 4

(3)

derajatnya bagi orang yang mau mengajarkan ilmunya kepada orang lain dalam artian adalah seorang guru.

2. Syarat-syarat guru

Menjadi seorang duru dibutuhkan berbagai persyaratan yang harus dimiliki. Seperti pendapat Oemar Hamalik dalam Ngainun Naim ada beberapa persyaratan untuk menjadi seorang guru, yaitu:5

a) Harus memiliki bakat sebagai guru. b) Harus memiliki keahlian sebagai guru.

c) Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi. d) Memiliki mental yang sehat.

e) Berbadan sehat.

f) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. g) Guru adalah manusia berjiwa pancasila.

h) Guru adalah seorang warga Negara yang baik.

Dari uraian tersebut diketahui syarat-syarat menjadi guru tidak hanya baik dalam materi pelajaran saja melainkan dari segi kepribadian serta tanggung jawab yang akan diembannya baik kepada Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan menambahkan sedikitnya ada empat syarat yang harus dimiliki guru dalam Islam, yaitu:6

a) Syarat keagamaan, yaitu patuh dan tunduk melaksanakan syariat Islam dengan sebaik-baiknya.

b) Senantiasa berakhlak mulia yang dihasilkan dari pelaksanaan syari’at Islam tersebut.

c) Senantiasa meningkatkan kemampuan ilmiahnya sehingga benar-benar ahli dalam bidangnya.

d) Mampu berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat pada umumnya.

5 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif: Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa…, hal. 51

(4)

3. Kompetensi guru

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.7

Kompetensi professional guru dapat diatikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang untuk memangku jabatan guru sebagai profesi.8

Dalam Al-quran juga dijelaskan tentang kompetensi guru seperti Surat Al-Qalam ayat 1-4, sebagai berikut:

ج

ملقلا

م

طسي

{

}

م

ع ب

كب

ج ب

{

}

إ

كل

ا ً جَ

يغ

م

{

}

ك إ

ىلعل

قلخ

ميظع

{

}

Artinya: “{1} Nun, Demi pena dan apa yang mereka tuliskan, {2} dengan karunia Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah orang gila.

{3} Dan sesungguhnya engkau pasti dapat pahala yang besar yang

tidak putus-putusnya. {4} Dan sesungguhnya engkau benar-benar,

berbudi pekerti yang luhur.”9

Kompetensi memegang peranan penting dalam keberlangsungan pendidikan karena kompetensi menurut penulis dapat dikatakan sebagai

7

Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005)…, hal. 4

8 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal. 100

(5)

kecakapan yang telah dimiliki oleh guru maupun calon guru selama proses pendidikan yang ditempuh guna mendedikasikan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi guru terbagi menjadi empat sebagai berikut:

a. Kompetensi pedagogik

Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan pemahaman siswa dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara subtansi, kompetensi ini mencangkup kemampuan terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.10

Lebih lanjut dalam Jamil Suprihatiningrum, Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Pendidik dan Kependidikan dikemukakan bahwa kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:11

1) Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan (kemampuan mengelola pembeajaran).

2) Pemahaman terhadap siswa. 3) Perancangan pembelajaran.

4) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. 5) Pemanfaatan teknologi pembelajaran.

6) Evaluasi hasil belajar. 7) Pengembangan siswa.

10 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi Guru…, hal. 101

11

(6)

b. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif danberwibawa, menjadi teadan bagi siswa dan beraklak mulia.12 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru sebagai figur suri tauladan sebagai berikut:13

1) Sikap dasar: postur psikologi, contoh: keberhasilan, kegagalan, pekerjaan, hubungan antar manusia, agama, dan lain sebagainya.

2) Bicara dan gaya bicara: penggunaan bahasa sebagai alat berfikir.

3) Kebiasaan bekerja: gaya yang dipakai dalam bekerja yan ikut mewarnai kehidupannya.

4) Sikap melalui pengalaman dan kesalahan.

5) Pakaian sebagai perlengkapan pribadi dan menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.

6) Hubungan kemanusiaan. 7) Proses berpikir.

8) Perilaku neurotis atau suatu pertahanan yang dipergunakan untuk melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.

9) Selera merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan.

10)Keputusan sebagai cermin keterangan rasional dan intuotif. 11)Kesehatan yang mencerminkan kualitas tubuh.

12)Gaya hidup secara umum. c. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali

12 Ibid, hal. 106

13

(7)

siswa dan masyarakat sekitar.14 Yang termasuk dalam kompetensi sosial melitputi:15

1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.

2) Menggunakan teknologi informasi komunikasi secara fungsional.

3) Bergaul secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orangtua peserta didik, dan masyarakat.

4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku. 5) Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan

semangat kebersamaan. d. Komptensi profesional

Komptensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.16 Yang termasuk dalam kompetensi profesional melitputi:17

1) Konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar.

2) Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah. 3) Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait.

4) Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

5) Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

14 Ibid, hal. 110

15

Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 103

16 Ibid, hal. 102

(8)

4. Tugas guru

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang pendidik dan dan tenaga kependidikan pasal 39 dipaparkan dua tugas seorang guru yakni:18 a. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan tugas administrasi,

pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

b. Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Pendapat lain disampaikan oleh Rusman bahwa tugas guru dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:19

a. Tugas profesi seorang guru harus melakukan proses pendidikan, pengajaran, dan pelatihan.

b. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah merupakan perwujudan dari tuntutan bahwa seorang guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Guru harus tetap menunjukkan wibawa tapi tidak membuat siswa menjadi takut karena wibawa yang diterapkannya.

18 Mulyasa, Menjadi Guru Propesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 197-198

(9)

c. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, tugas ini merupakan konsekuensi guru sebagai warga Negara yang baik (tobe good citizenship), turut dan mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan Negara lewat UUD 1945 dan GHBN.

5. Peran Guru

Guru adalah pendidik propesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan , dan pendidikan menengah.20

Pengertian diatas memberikan pemahaman bahwa guru memiliki pran tidak hanya untuk menyampaikan materi pelajaran tetapi mengemban tanggung jawab besar dalam menyukseskan peserta didik. Ngainun Naim dalam bukunya menjelaskan beberapa peranan guru dalam pembelajaran, sebagai berikut:21

a. Guru sebagai demonstrator

Peran sebagai demonstrator, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkan, dan meningkatkan kemampuan.

20 Undang-Undang Guru Dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005),… hal. 3 21

(10)

b. Guru sebagai pengelola kelas

Peran sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.

Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.22

c. Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dalam buku Media Pembelajaran karya Azhar Arsyad, Kemp dan Dayton menjelaskan manfaat yang diperoleh ketika menggunakan media dalam pembelajaran, sebagai berikut:

1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. 2) Pembelajaran bisa lebih menarik.

3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif.

4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat.

(11)

5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan.

6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan.

7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

8) Peran guru dapat berubah kea rah yang lebih positif.23 Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar. Baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.24

d. Guru sebagai evaluator

Sebagai evaluator hendaknya mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Dengan melakukan penilaian, guru akan dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

Selanjutnya E. Mulyasa menjelaskan 19 peran guru dalam pembelajaran, sebagai berikut:25

a. Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena

23

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), hal. 21-23

24 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesonal,…hal. 10

(12)

itu, guru harus memiliki standar kualitas standar tertentu yang mencangkup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.

b. Guru sebagai pengajar

Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memhamai materi standar yang dipelajari. Dapat dipahami bahwa tugas dari seorang guru adalah memberikan kemudahan dalam belajar peserta didik, untuk menunjang keterlaksanaannya ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam pembelajaran, sebagai berikut:

1) Membuat ilustrasi: pada dasarnya menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.

2) Mendefinisikan: meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh peserta didik.

3) Menganalisis: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian, sebagaimana orang mengatakan: “cuts the learning into chewable bites.”

4) Mensistensis: mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain Nampak jelas dan setiap masalah itu tetapberhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar. 5) Bertanya: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti

dan tajam agar dapat dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang dilakukan Socrates.

6) Merespon: mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik. Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan peserta didik.

(13)

8) Menciptakan kepercayaan: peserta didik akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.

9) Memberikan pandangan yang bervariasi: melihat bahan yang dipelajari dari berbagai sudut pandang dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi.

10)Menyediakan media untuk mengkaji materi standar: memberikan pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran dan sumber belajar yang berhubungan dengan materi standar.

11)Menyesuaikan metode pembelajaran: menyesuaikan metode pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari.

12)Memberikan nada perasaan: membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan hidup memlalui antusias dan semangat.26

c. Guru sebagai pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey) yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk merealisasikanya, seperti: 1) Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi

kompetensi yang hendak dicapai.

2) Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. 3) Guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini mungkin

merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting karena

26

(14)

guru harus memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar.

4) Guru harus melaksanakan penilaian.27 d. Guru sebagai pelatih

Proses penddikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru ntuk bertindak sebagai pelatih. Pelatihan yang dilakukan disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materis standar juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya.

e. Guru sebagai penasihat

Guru adalah penasehat bagi peserta didik bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Guru pada tingkat manapun berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaan, kegiatan pembelajaranpun meletakkannya pada posisi tersebut.

f. Guru sebagai pembaharu (innovator)

Inovasi dalam dunia pendidikan dapat dipahami sebagai suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diminati sebagai hal baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil

inverse (penemuan baru) discovery (baru ditemukan orang) yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk

27

(15)

memecahkan masalah pendidikan. Guru dalam inovasi pendidikan mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai okter, sebagai motivator dan lain sebagainya.28

g. Guru sebagai model dan teladan

Guru merupakan model dan teladan bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap ia sebagai guru. Sebagai teladan, pribadi dan apa saja yang dilakukan akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Karena hal tersebut ada beberapa perkara yang perlu diperhatikan dan menjadi prioritas guru dalam sikap serta prilakunya, sebagai berikut:

1) Sikap dasar: postur psikologis yang akan nampak dalam masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama pekerjaan, permainan dan diri.

2) Bicara dan gaya bicara: penggunaan bahasa sebagai alat perpikir.

3) Kebiasaan bekerja: gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya.

4) Sikap melalui pengalaman dan kesalahan: pengertian hubungan antara luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahan.

5) Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.

6) Hubungan kemanusiaan: diwujudkan dalam semua pergaulan manusia, intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berperilaku.

7) Proses berpikir: cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah.

(16)

8) Perilaku neurotis: suatu pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain. 9) Selera: pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai

yang dipergunakan untuk menilai setiap yang bersangkutan. 10)Keputusan: keterampilan rasional dan intuitif yang

dipergunakan untuk menilai setiap situasi.

11)Kesehatan: kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan semangat hidup.

12)Gaya hidup secara umum: apa yang dipercaya oleh seseorang tentang setiap aspek kehidupan dan tindakanuntuk mewujudkan kepercayaan itu.29

h. Guru sebagai pribadi

Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang seorang pendidik. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat untuk seminar itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. i. Guru sebagai peneliti

Pembelajaran merupakan seni yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian yang didalamnya melibatkan guru.

j. Guru sebagai pendorong kreativitas

Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta

(17)

reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.30

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecendrungan untuk menciptakan sesuatu.

k. Guru sebagai pembangkit pandangan

Guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada peserta didiknya. Mengemban fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.

l. Guru sebagai pekerja rutin

Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan sering kali memberatkan. Sedikitnya ada 17 kegiatan rutin yang sering dikerjakan guru dalam pembelajaran di setiap tigkat, yaitu:

1) Bekerja tepat waktu baik di awal maupun akhir pembelajaran.

2) Membuat catatan dan laporan sesuai dengan standar kinerja, ketepatan, dan jadwal waktu.

30

(18)

3) Membaca, menegvaluasi, dan mengembalikan hasil kerja peserta didik.

4) Mengatur kehadiran peserta didik dengan penuh tanggung jawab.

5) Mengatur jadwal, kegiatan harian, mingguan, semesteran, dan tahunan.

6) Mengembangkan peraturan dan prosedur kegiatan kelompok termasuk diskusi.

7) Menetapkan jadwal kerja peserta didik.

8) Mengadakan pertemuan dengan orang tua dan dengan peserta didik.

9) Mengatur tempat duduk peserta didik. 10) Mencatat kehadiran peserta didik. 11) Memahami peserta didik.

12) Menyediakan bahan-bahan pembelajaran, kepustakaan, dan media pembelajaran.

13) Menghadiri pertemuan dengan guru, orang tua peserta didik, dan alumni.

14) Menciptakan iklim kelas yang kondisuf. 15) Melaksanakan latihan-latihan pembelajaran.

16) Merencanakan program khusus dalam pembelajaran, misalnya karyawisata.

17) Menasehati peserta didik.31 m.Guru sebagai pemindah kemah

Hidup ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah kemah yang suka memindah-mindahkan dan membantu peserta didik meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang bari yang bisa mereka alami. Guru berusaha untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Untuk menjalankan fungsi ini guru harus memahami mana yang tidak bermanfaat dan barangkali

(19)

membahayakan perkembangan peserta didik dan memahami mana yang bermanfaat.

n. Guru sebagai pembawa cerita

Guru dengan menggunakan suaranya memberikan kehidupan melalui puisi dan berbagai cerita tentang manusia. Guru tidak takut untuk menjadi ala untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan karena ia tahu sepenuhya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia dan ia berharap bisa menjadi pembawa cerita yang baik

o. Guru sebagai aktor

(20)

minat, dan tentu saja mempelajari bagaimana mengunakan alat secara efektif dan efisien.

p. Guru sebagai emansipator

Guru telah melaksanakan fungsinya sebagai emansipator, ketika peserta didik yang telah menilai dirinya sebagai pribadi yang tak berharga, merasa dicampakkan orang lain atau selalu diuji dengan berbagai kesulitan sehingga hamper putus asa dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri. Ketika peserta didikhampir putus asa diperlukan ketelatenan, keuletan dan seni memotivasi agar timbul kembali kesadaran, dan bangkin kembali harapannya.

q. Guru sebagai evaluator

(21)

r. Guru sebagai pengawet

Salah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun di masa depan.

Untuk dapat mengawetkan pengetahuan sebagai salah satu komponen kebudayaan, guru harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang harus diawetkan. Guru sebagai pengawet harus berusaha mengawetkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam pribadinya dalam arti guru harus berusaha menguasai materi standar yang akan disajikan kepadapeserta didik. Oleh karena itu, setiap guru harus dibekali pengetahuan sesuai dengan bidang yang dipilihnya. s. Guru sebagai kulminator

(22)

Berbagai peran yang dimiliki oleh guru mengidentifikasikan bahwa seorang guru memiliki kedudukan atau hak untuk melaksanakan sesuatu guna tercapainya tujuan pendidikan serta sebagai pentuk optimalisasinya sebagai pendidik yang tidak hanya menyampaikan materi pelajaran di kelas tetapi memperhatikan bagaimana aspek-aspek kebutuhan siswanya.

6. Akidah Akhlak di Madrasah

Pelajaran Akidah akhlak adalah suatu bidang studi yang mengajarkan dan membimbing siswa untuk mengetahui, memahami dan meyakini aqidah Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam. Mata pelajaran Akidah akhlak juga merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari.32

Menurut Mahmud Yunus, tujuan pendidikan akhlak ialah membentuk putera puteri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi berkemauan keras, beradap sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, juur dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya.33

32Moh. Rifa’I, Aqidah Akhlak, (Semarang: CV Wicaksana, 1994), hal. 5

(23)

Tujuan pelaksanaan pelajaran akidah akhlak sebagai berikut:34

a. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

b. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta ahklak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.

c. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan social memlui akidah akhlak.

d. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam dalam keyakinan, pengalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari lngkungannya ataupun dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari.

f. Pengajaran tentang informasi dan penegtahuan keimanan dan akhlak, serta sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran peserta didik untuk mendalami akidah akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Menurut Moh. Rifa’I menjelaskan beberapa lingkup pelajaran akidah

akhlak, yaitu:35

a. Hubungan manusia dengan Allah.

b. Hubungan vertikal antara manusia dengan Khaliqnya mencukupi dari segi akidah yang meliputi: iman kepada Allah, iman kepada

34 DEPAG RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Dirjen Binbaga Islam, 2004), hal. 22

35Moh. Rifa’I,

(24)

malaikat-malaika-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada Rasul-Nya, iman kepada hari akhir dan iman kepada Qadha dan Qodar-Nya.

c. Hubungan manusia dengan manusia.

d. Materi yang dipelajari meliputi: akhlak dalam pergaulan hidup sesama manusia, kewajiban membiasakan berakhlak yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.

e. Hubungan manusia dengan lingkungannya.

f. Materi yang dipelajari meliputi: akhlak manusia terhadap alam lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas maupun makhluk hidup selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Dari penjelasan mengenai tujuan serta ruang lingkup yang menjadi pokok pikiran mata pelajaran akidah akhlak dapat diuraian beberapa nilai-nilai dikembangkan di sekolah atau madrasah, yaitu:36

a. Berhati lembut, bekerja keras, tekun dan ulet, dinamis total dan produktif, sabar dan tawakal serta loyal, terbiasa beretika baik dalam perilaku sehari-hari.

b. Terbiasa berfikir kritis, sederhana, sportif dan bertanggung jawab. c. Terbiasa berperilaku qanaah, toleran, peduli terhadap lingkungan dan

budaya serta tidak sombong, tidak merusak, tidak nifak dan beretika baik dalam pergaulan

(25)

7. Guru akidah akhlak

Akidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran agama Islam yang dikembangkan. Seperti penjelasan mengenai guru dan akidah akhlak, guru akidah akhlak memiliki tanggung jawab lebih besar dalam meluruskan perilaku siswanya. Akidah ahklak sendiri merupakan ilmu yang membahas tentang tingkah laku dan keyakinan iman. Tugas utama dari guru akidah akhlak adalah menasehati, mengarahkan, membimbing, membiasakan serta menjadi figur teladan bagi peserta didiknya. Dengan begitu, dalam mengemban amanah yang telah diberikan senantiasa guru akidah akhlak selalu menanamkan keimanan serta memperhatikan bagaimana perilaku keseharian peserta didiknya.

B. Tinjauan Tentang Budaya Religius

1. Pengertian budaya

Budaya atau culture merupakan istilah yang datang dari disiplin antropologi sosial. Budaya diartikan sebagai dimensi sosial yang berhubungan dengan sistem kepercayaan, nilai-nilai, dan struktur kognitif.37 Budaya yang berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah” bentuk jamak dari budhi yang artinya akal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan akal pikiran, nilai-nilai dan sikap mental. Dalam dunia pendidikan budaya dapat digunakan sebagai salah saru transmisi

(26)

pengetahuan karena sebenarnya yang tercakup dalam budaya sangatlah luas.38

Beberapa ahli yang mendifinisikan pengetian budaya dalam bukunya, diantaranya:

a. Acep Aripudin menyatakakan bahwa budaya (dari kata budhi artinya akal dan daya artinya kekuatan atau dorongan) berarti kekuatan akal karena kebudayaan manusia merupakan ukuran pencurahan kekuatan manusia yang berpangkal pada akal, baik akal pikiran, akal hati maupun akal tindakan. Budaya berarti juga akal-budi, pikiran dan cara berperilakunya, berarti pula sebagai kebudayaan.39

b. Toto Tasmara menjelaskan budaya merupakan hasil dari pengalaman hidup, kebiasaan-kebiasaan serta proses seleksi (menerima menolak) norma-norma yang ada dalam cara dirinya berinteraksi sosial atau menempatkan dirinya di tengah-tengah lingkungan tertentu.40

c. Wibowo menjelaskan budaya merupakan pola kegiatan manusia yang secara sistematis diturunkan dari generasi ke generasi melalui berbagai proses pembelajaran untuk menciptakan cara hidup tertentu yang paling cocok dengan lingkungannya.41

Uraian diatas memberikan pemahaman bahwa budaya adalah suatu pola hidup yang dikembangkan serta dapat memperngaruhi komunitas masyarakat yang berada dilingkup budaya tersebut untuk berbuat sesuai dengan aturan yang berlaku. Koentjaraningrat dalam Agus Maimum

38

Mohammad Fathurrohman, Eksistnsi Budaya Religius dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam, Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, Vol 7 Nom 1, (Tulungagung: Pasca Sarjana IAIN Tulungagung, 2012), hal. 3

39 Acep Aripudin, Dakwah Atarbudaya , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 25

40 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hal. 161

(27)

dan Agus Zaenal mengelompokkan aspek-aspek budaya berdasarkan dimensi wujudnya, yaitu:42

a) Kompleks gugusan atau ide seperti pikiran, pengetahuan, nilai, keyakinan, norma, dan sikap.

b) Komplek aktivis seperti, pola komunikasi, tari-tarian, upacara adat. c) Material hasil benda seperti, seni, peralatan dan lain sebagainya.

Beliau juga menyebutkan ada tujuh unsur kebudayaan, yaitu:43 a) Bahasa

b) Sistem pengetahuan c) Organisasi sosial

d) Sistem peralatan hidup dan teknologi e) Sistem mata pencaharian hidup f) Sistem religi

g) Dan kesenian

Pendapat ini selaras dengan pendapat J.H Hoeningman dalam Heriyanto dan Winarno yang membagi kebudayaan menjadi tiga pula yaitu:44

a) Gagasan (wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang

42

Agus Maimum dan Agus Zaenal Fitri, Madrasah Unggulan: Lembaga Pendidikan Alternatif Di Era Kompetitif, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hal. 177

43 Ibid.

(28)

sifat abstrak tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala atau di dalam pemikiran warga masyarakat. b) Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

c) Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan yang berupa hasil dari aktifitas, perpuatan, karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan.

Budaya dalam aspek aktivis dan material yang menjadi fokus pada penelian ini merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta didik sebagai perilaku sehari-hari yang dapat diamati, dilihat, dirasakan oleh panca indera manusia, seperti kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah.

(29)

kebudayaan adalah hasil interaksi manusia dengan segala isi alam raya ini. Hasil interaksi binatang dengan alam sekitar tidak membentuk kebudayaan, tetapi hanya menghasilkan pembiasaan saja. Hal ini karena binatang tidak dibekali akal budi, tetapi hanya nafsu dan naluri tingkat rendah. Karena manusia adalah pencipta kebudayaan maka manusia adalah makhluk berbudaya. Kebudayaan adalah ekspresi eksistensi manusia di dunia. Dengan kebudayaannya, manusia mampu menampakan jejak-jejaknya dalam penggung sejarah dunia.45

Budaya memiliki nilai tersendiri bagi suatu masyarakat yang mengilhami budaya adalah sesuatu harus dijaga, dilestarikan, bahkan dijadikan panutan dalam kehidupan bermasyarakat. Adanya budaya dapat menyatukan masyarakat di satu wilayah dari berbagai golongan dan latar belakang menjadi satu kesatuan yang utuh dan duduk disatu tempat yang sama disebabkan kesadaran akan kesamaan antara manusia satu dengan manusia lain.

2. Pengertian Religius

Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.46 Menurut Sholihah religius merupakan suatu sikap yang kuat dalam memeluk dan

45 Agus Maimum dan Agus Zaenal Fitri, Madrasah Unggulan: Lembaga Pendidikan Alternatif Di Era Kompetitif,… hal. 26-27.

(30)

menjalankan ajaran agama serta sebagai cerminan dirinya atas ketaatannya terhadap ajaran agama yang dianutnya.47

Religius menurut Islam adalah menjalankan ajaran agama secara menyeluruh. Allah berfirman dalam Q.S Al-baqarah ayat 208:

ي ي

ي لا

ا ما

ىف

ملسلا

ل

ًف ك

ا عب

طخ

طيشلا

ج

ه ا

مكل

دع

يبم

{

٢

}

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah

setan. Sungguh, ia itu musuh yang nyata bagimu.”48

Sikap religius dapat dipahami sebagai suatu tindakan yang didasari oleh dasar kepercayaan terhadap nilai-nilai kebenaran yang diyakininya. Kesadaran ini muncul dari produk pemikiran secara teratur, mendalam, dan penuh penghayatan. Sikap religius dalam diri manusia dapat tercermin dari cara berfikir dan bertindak. Sikap religius merupakan bagian penting dari kepribadian seseorang yang dapat dijadikan sebagai orientasi moral, internalisasi nilai-nilai keimanan, serta sebagai etos dalam meningkatkan keterampilan sosial.49

Beberapa sikap religius yang tampak dalam diri seseorang ketika menjalankan tugasnya. Menurut Gay Hendricks dan Kate Ludeman dalam Asmaun Sahlan dijelakna macam-macam sikap religius, yaitu:

47

F. Sholihah, http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3651/3/bab%20ii.pdf, diakses 06 Mei 2017, pukul 22.00

48 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahnya…, hal. 41.

(31)

a. Kejujuran

Rahasia untuk meraih sukses menurut mereka adalah dengan selalu berkata jujur. Mereka menyadari, justru ketidakjujuran kepada pelanggan, orang tua, pemerintah dan masyarakat, pada akhirnya akan mengakibatkan diri mereka sendiri terjebak dalam kesulitan yang berlarut-larut.

b. Keadilan

Salah satu skill seseorang yang religius adalah mampu bersikap adil kepada semua pihak, bahkan saat terdesak sekalipun, mereka berkata,

c. Bermanfaat bagi orang lain

Hal ini merupakan salah satu bentuk sikap religius yang tampak dari diri seseorang. Sebagaimana sabda Nabi SAW. “Sebaik-baik

manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” d. Rendah hati

Sikap rendah hati merupakan sikap tidak sombong mau mendengarkan pendapat orang lain dan tidak memaksakan gagasan atau kehendaknya. Dia tidak merasa dirinyalah yang selalu benar mengingat kebenarannya juga selalu ada pada diri orang lain.

e. Bekerja efisien

(32)

namun mampu memusatkan perhatian mereka saat belajar dan bekerja.

f. Visi ke depan

Mereka mampu mengajak orang kedalam angan-angannya. g. Disiplin tinggi

Kedisiplinan tumbuh dari semangat penuh gairan dan kesadaran, bukan berangkat dari keharusan dan keterpaksaan.

h. Keseimbangan

Seseorang yang memliki sifat religius sangat menjaga keseimbangan hidupnya, khususnya empat aspek inti dalam kehidupannya, yaitu: keintiman, pekerjaan, komunitas, dan spiritualitas.50

3. Meningkatkan Budaya Religius

Budaya religius sekolah merupakan cara berfikir dan cara bertindak warga sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai religius (keberagaman). Budaya religius di sekolah dapat tercipta dari pembiasaan nilai-nilai spiritualitas yang istiqomah. Terciptanya suasana religius dapat dilakukan oleh semua pihak baik orang tua, masyarakat terlebih para pelaku pendidikan disekolah. Wujudnya berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap hari, mingguan atau bulanan.

(33)

kegiatan yang akan menumbuhkan budaya religius di lingkungan sekolah antara lain:51

a. Pertama, kegiatan rutin, yaitu pengembangan kebudayaan religius secara rutin berlangsung pada hari-hari belajar biasa di lembaga pendidikan. Kegiatan rutin ini dilakukan dalam kegiatan sehari-hari yang terintegrasi dengan kegiatan yang telah terprogramkan sehingga tidak membutuhkan waktu khusus.

b. Kedua, menciptakan lingkungan lembaga pendidikan yang mendukung dan menjadi laboratorium bagi penyampain pendidikan agama, sehingga lingkungan dan proses kehidupan semacam ini bagi para peserta didik benar-benar bias memberikan pendidikan tentang caranya belajar beragama. Dalam proses tumbuh kembangnya peserta didik dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh oleh lingkungan lembaga pendidikan, selain lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.

c. Ketiga, pendidikan agama tidak hanya disampaikan secara formal oleh guru agama dengan materi pelajaran agama dalam suatu proses pembelajaran, namun dapat pula dilakukan di luar proses pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Guru bisa memberikan pendidikan agama secara spontan ketika menghadapi sikap atau perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Manfaat pendidikan secara spontan ini menjadikan peserta didik

(34)

langsung mengetahui dan menyadari kesalahan yang dilakukannya dan langsung pula mampu memperbaikinya.

d. Keempat, menciptakan situasi atau keadaan religius. Tujuannya untuk mengenalkan kepada peserta didik tentang tentang pengertian agama dan tata cara pelaksanaan agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaannya digambarkan dengan dari perilaku sehari-hari yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Oleh karena itu, perlu adanya persiapan-persiapan untuk mewujudkannya, contohnya menyediakan peralatan peribadatan seperti tempat untuk shalat (masjid atau mushalla), alat-alat shalat seperti sarung, peci, mukena, sajadah atau pengadaan Al-quran. Selain itu diruangan kelas dapat ditempelkan kaligrafi, asmaul husna ,sehingga peserta didik dibiasakan selalu melihat sesuatu yang baik.

e. Kelima, memberikan kesempatan kepada peserta didik sekolah/madrasah untuk mnegekspresikan diri, menumbuhkan bakat, minat dan kreativitas pendidikan agama dalam keterampilan dan seni, seperti membaca Al-quran, adzan, sari tilawah, serta untuk mendorong peserta didik sekolah mencjntai kitab suci, dan meningkatkan minat peserta didik untuk membaca, menulis serta mempelajari isi kandungan Al-quran.

(35)

kecepatan, dan ketepatan menyampaikan pengetahuan dan mempraktekkan materi pendidikan Islam.

g. Ketujuh, diselenggarakannya aktivitas seni, seperti seni suara, seni musik, seni tari, atau seni kriya. Seni adalah sesatu yang yng berarti dan relevan dalam kehidupan. Seni menentukan kepekaan peserata didik dalam memberikan ekspresi dan tanggapan dalam kehidupan. Seni memerikan kesemptan kepada peserta didik untuk mengetahui atau menilai kemampuan akademis, sosial, emosional, budaya, moral, dan kemampuan pribadi lainya untuk pengmbangan spiritual rokhaniah.

Dari upaya diatas akan tercipta berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan melalui:

a. Doa bersama sebelum memulai dan sesudah selesai kegiatan belajar mengajar.

b. Tesarus Al-quran (secara bersama-sama atau bergantian) selama 15-20 menit sebelum waktu belajar jam pertama dimulai. Tedarus Al-quran dipimpin oleh guru yang mengajar pada jam pertama.

c. Shalat dhuhur berjamaah dan kultum (kuliah tujuh mneit) atau pengajian/bimbingan keagamaan secara berkala.

(36)

e. Mengintensifkan praktik ibadah, baik ibadah mahdhah maupun ibadah sosial.

f. Melengkapi bahan kajian mata pelajaran umum dengan nuansa ke-Islaman yang relevan dengan nilai-nilai agama/dalil nash Al-quran atau Hadis Rasulullah SAW.

g. Mengadakan pengajian kitab di luar waktu terjadwal.

h. Menciptakan hubungan ukhuwah Islamiyah dan kekeluargaan antara guru, pegawai, siswa, dan masyarakat sekitar.

i. Mengembangkan semangat belajar, cinta tanah air, dan mengagungkan kemuliaan agamanya.

j. Menjaga ketertiban, kebersihan dan terlaksananya amal shaleh dalam kehidupan yang sarwa ibadah di kalangan siswa, karyawan, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah.52

Era globalisasi sangat besar pengaruhnya kepada manusia dalam berbagai aspek kehidupan, tidak dipungkiri bahwa globalisasi membawa dampak positif yang besar bagi kemajuan suatu bangsa. Teknologi, kesehatan, kemakmuran serta pendidikan tidak luput dari perhatian untuk diupayakan kea rah yang lebih baik. Namun, harus disadari globalisasi tidak selalu berdampak positif, kemerosotan era globalisasi dapat dilihat secara nyata dari perangai, tingkah laku, moral generasi muda yang semakin jauh dari kata benar. Bahkan, dapat dikatakan seperti anak tak pernah belajar. Karenanya menumbuhkan

(37)

rasa keagamaan kepada anak sejak dini wajib dilakukan oleh seluruh kalangan pendidik baik orang tua maupun guru.

C. Budaya Religius di Madrasah

Budaya religius merupakan bentuk realisai kegiatan bernafaskan Islam yang diwiujudkan secara nyata sebagai program madrasah melalui kegiatan-kegiatan riil. Beberapa kegiatan yang mengisyaratkan pembiasaan perilaku religius di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Tulungagung adalah:

1. Berjabat tangan dan salam

Kegiatan paling ringan yang mengisyaratkan kegiatan berbudaya religius adalah berjabat tangan dan mengucapkan salam anrat guru-guru dengan siswa di madrasah. Sebelum memasuki area madrasah baik guru-guru, staf madrasah maupun kepala sekolah dapat berjejer di sekitar gerbang sekolah untuk menyalami dan mengucapkan salam kepada para peserta didik yang akan sekolah. Hal ini akan menciptakan hubungan baik antara atasan (guru-guru, kepala madrasah, staf madrasah) dan bawahannya (peserta didik).

2. Tadarrus Al-quran

(38)

pada sikap dan perilaku positif, dapat mengontrol diri, dapat tenang, lisan terjaga, dan istiqomah dalam beribadah.

3. Shalat dhuha

Menyemarakkan kegiatan shalat dhuha secara rutin dan berkala bagi peseta didik merupakan salah satu bentuk upaya agar peserta didik dapat mengisi waktu istirahatnya dengan kegiatan keagamaan.

4. Shalat berjamaah

Keutamaan melaksanakan shalat berjamaah diantaranya adalah pahalanya 27 derajat dibandingkan shalat sendiri hanya 1 derajat, mendapat balasan yang berlipat ganda, di doakan oleh para malaikat, mencegah perbuatan keji dan munkar, dan sebagainya. Pembiaasaan shalat berjamaah sejatinya memiliki tujuan agar siswa terbiasa hidup teratur dan disiplin baik dalam hal shalat berjamaah ataupun dalam kehidupannya.

5. Ekstrakulikuler keagamaan

Ekstrakulikuler merupakan kegiatan tambahan bagi peserta didik disuatu instansi pendidikan diluar jam pelajaran. Ekstrakulikuler keagamaan yang diadakan di madrasah dapat berupa kegiatan nasyid, qira’ah, group shalawatan dan sebagainya. Dengan kegiatan ini

(39)

6. Peringatan hari besar Islam

Umat Islam identik dengan kegiatan hari-hari besarnya. Memperingati hari besar Islam dapat dimaksudkan sebagai bentuk junjungan kita kepada Nabi Muhammad SAW. Atas perjuangan beliau serta untuk menjalin ukhuwah islamiyah dan silaturrahmi. Kegiatan ini perlu ditanamkan kepada generasi muda agar tetap terjaga kelestariannya.

7. Istighasah dan Doa bersama

Istigosah adalah doa bersama yang bertujuan memohon pertolongan dari Allah SWT. inti dari kegiatan ini sebenarnanya dhikrullah dalam rangka taqarrub ila Allah (mendekatkan diri kepada Allah SWT). jika manusia sebagai hamba selalu dekat dengan Sang kaliq, maka segala keinginannya akan dikabulkan oleh-Nya.

D. Penelitian Terdahulu

(40)

1. Skripsi dengan judul “Upaya Guru Akidah Akhlak Dalam Membudayakan Perilaku Religius Siswa Di MTsN Bandung Tulungagung TH. Ajaran 2014/2015” oleh Andy Budi Cahyono, diperoleh sebagai berikut:

Rumusan Masalah Hasil Perbedaan

1. Upaya guru akidah akhlak dalam membudayakan perilaku religious dari nilai kejujuran 2. Upaya Guru akidah akhlak

dalam membudayakan perilaku Religius Siswa dari Nilai Rendah

3. Upaya Guru akidah akhlak dalam membudayakan perilaku religious Siswa dari nilai kedisiplinan

1. Memasang tulisan-tulisan slogan yang di pasang di tembok, memberikan cerita-cerita yang bisa di ambil hikmahnya untuk kejujuran,

memberi contoh

kepada siswa untuk berperilaku jujur, dan bersikap sabar saat siswa datang terlambat agar siswa jujur mengakui kesalahan. 2. Memberikan Contoh

kepada Siswa untuk berperilaku dengan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun),

membuat materi

Akidah Akhla

semenarik mungkin

sehingga dapat

memberikan semangat belajar kepada siswa sehingga nilai rendah hati akan mudah tertanam pada diri siswa.

3. Memberikan contoh datang ke sekolah

tepat waktu,

menertibkan siswa sholat berjamaah, penertiban terhadap atribut lengkap siswa

1. Fokus Penelitian 2. Hasil

(41)

2. Skripsi dengan judul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Suasana Religius Di Sekolah Menengah Pertama Negeri

1 Sutojayan Blitar Tahun 2013/2014” oleh Dwi Wahyu Rohman,

diperoleh sebagai berikut:

Rumusan Masalah Hasil Perbedaan

1. Bagaimana budaya religius

yang diterapkan guru

pendidikan agama Islam dalam meningkatkan suasana religius di SMPN 1 Sutojoyo Blitar? 2. Bagaimana proses kegiatan

pembelajaran yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan suasana religius di SMPN 1 Sutojoyo Blitar?

3. Bagaimana kegiatan

ekstrakulikuler yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan suasana religius di SMPN 1 Sutojoyo Blitar?

1. Wujud budaya religius yang diterapkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sutojayan Blitar adalah pembiasaan-pembiasaan perbuatan Islami seperti berjabat tangan, mengucapkan

salam, saling

menghormati dan toleran, membaca doa sebelum dan sesudah pelajaran, membaca surat-surat pendek sebelum pelajaran, berinfaq, kultum pada

hari Jum’at,

pembiasaan shalat dhuha dan shalat dhuhur berjamaah, peringatan hari besar Islam, serta kegiatan pondok ramadhan dan istighosah menjelang ujian akhir.

2. Kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dimulai dengan salam, doa dilanjutkan

dengan membaca

surat-surat pendek, apersepsi dilanjutkan pengajaran materi dengan 3 metode yaitu metode ceramah,

diskusi, dan

demonstrasi;

kemudian refleksi

1. Fokus penelitian 2. Hasil

penelitian 3. Pada kajian

teori terdapat beberapa materi yang berbeda diantaranya devinisi guru Pendidikan Agama Islam, fungsi tujuan Pendidikan Agama Islam, karakteristik guru

Pendidikan Agama Islam 4. Pada bab 3

(42)

serta memberikan soal-soal ataupun pekerjaan rumah dan diakhiri dengan salam. 3. Kegiatan

ekstrakurikuler yang diadakan oleh guru pendidikan agama

Islam adalah

ekstrakurikuler tartil

Al-quran dan

ekstrakurikuler Seni Baca Al-quran (SBQ)

3. Skripsi dengan judul “Peran Guru PAI Dalam Mewujudkan Budaya Religius Di UPTD SMKN 02 Boyolangu Tulungagung 2014” oleh

Uswatun Hasanah, diperoleh sebagai berikut:

Rumusan Masalah Hasil Perbedaan

1. Bagaimana strategi guru PAI dalam mewujudkan budaya religius di UPTD SMKN 02 Boyolangu Tulungagung? 2. Bagaimana proses pelaksanaan

guru PAI dalam mewujudkan budaya religius di UPTD

SMKN 02 Boyolangu

Tulungagung?

1. Strategi guru PAI dalam mewujudkan budaya religius di

UPTD SMKN 02

Boyolangu:  Kegiatan

intrakulikuler, seperti: metode internalisasi, pendidikan

dengan teladan, pendidikan

dengan nasehat, pendidikan

dengan pengawasan, pendidikan

dengan hukuman atau sanksi

 Kegiatan ekstrakulikuler seperti: mengucapkan

salam dan

mencium tangan ketika bertemu dengan guru,

1. Fokus penelitian 2. Kajian teori 3. Pada bab 3

pengecekan keabsahan data di bagian keterpercayaa n menggunakan pembahasan sejawat 4. Hasil penelitian yang diperoleh pada

penelitian ini memiliki perbedaan hasil pada fokus

penelitian proses pelaksanaan

guru PAI

(43)

bertutur kata sopan, rajin beribadah (shalat

wajb maupun

shalat sunnah), melaksanakan kegiatan

peringatan hari

besa Islam

(PHBI), kajian ke-Islaman,

melaksanakan infaq jumat 2. Proses pelaksanaan

guru PAI dalam mewujudkan budaya religius di UPTD SMKN 02 Boyolangu:  Melalui kegiatan

intrakulikuler, seperti: metode internalisasi nilai keagamaan,

metode integrasi pendidikan agama

dalam semua

pembelajaran  Melalui kegiatan

ekstrakulikuler, seperti:

membudayakan beribadah wajib

dan sunnah,

peringatan hari

besar Islam

(PHBI), kajian Ke-Islama,

melaksanakan

infaq Jum’at

mewujudkan budaya religius

(44)

E. Paradigma Penelitian

(45)

Bagan. 2.1

Paradigma Penelitian

Upaya Guru Akidah Akhlak

Motivasi

Memberi contoh Membimbing Membiasakan

Siswa Berbudaya

Religius Kepala

Madrasah

Sanksi

Kerjasama Pengawasan

Ceramah

Nasihat

Busana

Perilaku terpuji

Referensi

Dokumen terkait

Pentbenihan Rakyat Pembangunan Saluran UPR Pino Raya I Paket Rp.2ffi.00.000,00 APBD Bengkulu Selatan (Kab.). Maret

Telah diketahui bahwa produksi rokok dari produsen lokal Australia dinilai rendah dibanding negara importir, kebijakan Pemerintah Australia juga dapat dicurigai

adalah keterbatasan dalam penyediaan bibit sapi perah yang berkualitas baik.. Permintaan bibit sapi perah yang terus meningkat tetapi tidak diimbangi

Jika fatwa sudut pandangnya kajian agama atau teks-teks agama, hukum negara sudut pandangnya adalah kompilasi pertimbangan dari berbagai aspek seperti sosiologis, psikologis,

Simpulan hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) bahwa seleksi yang dilakukan untuk pembibitan sapi PFH di PT Tossa Shakti tidak adanya kajian silsilah keturunan

Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll). Mereka yang berani merokok di tempat tersebut,

study is based on the research questions and the purposes of this study, those are to investigate the students’ ability in writing recount text in terms of its schematic structure,

yang menyebabkan pelanggan dapat meninggalkan Everyday Smart Masalah selanjutnya adalah kurang efektifnya proses pemesanan secara langsung yang dilakukan oleh