ROKOK DAN PERILAKU MEROKOK
Dr. Suparyanto, M.Kes
ROKOK DAN PERILAKU MEROKOK PENGERTIAN ROKOK
Rokok adalah hasil olahan tambakau terbungkus termasuk cerutu atu bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicoliana Tabacum, Nicoliana Rustica dan Spesiae lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan ( PP Nomor 19, 2003).
KANDUNGAN ROKOK
Asap akan muncul setiap kali bahan organik, seperti kayu atau daun terbakar dengan tidak sempurna. Begitu pula rokok yang terbakar pasti juga akan mengeluarkan asap. Asap utama adalah asap rokok yang terhisap langsung masuk ke paru-paru perokok lalu dihembuskan kembali. Asap sampingan adalah asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar.
Setiap batang rokok mengandung 4800 jenis bahan kimia, 400 diantaranya beracun dan kira-kira 40 diantaranya bisa menyebabkan kanker (Yahya, 2010: 45).
Zat-zat tersebut diantaranya:
1. Nikotin, adalah salah satu obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan. Nikotin merangsang otak supaya si perokok merasa cerdas pada awalnya, kemudian ia melemahkan kecerdasan otak.
2. Tar, adalah cairan dan partikel-partikel kecil yang berasal dari asap rokok yang lengket bersama membentuk bahan yang berwarna hitam kecoklat-coklatan dan bau. Tar mengandung bahan kimia yang beracun, dapat merusak paru-paru dan menyebabkan kanker.
3. Gas Karbon monoksida (CO), mempunyai daya gabung atau afinitas dengan hemoglobin 220 kali lebih besar dari oksigen. Akibatnya, setiap gas CO di udara dengan cepat diambil oleh hemoglobin darah, sehingga jumlah hemoglobin yang tersedia untuk membawa oksigen pemberi hidup itu ke seluruh sistem jadi berkurang.
5. Benzopyrene, adalah bahan atau substansi yang terdapat di dalam tar dan mengendap di saluran udara: mulut, pangkal tenggorokan, cabang tenggorokan dan paru-paru, serta masih banyak lagi bahan kimia yang beracun berada pada sebatang rokok.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SESEORANG UNTUK MEROKOK
Menurut Istiqomah, (2003) sebagai berikut : 1). Faktor Lingkungan Pergaulan
Ejekan juga bisa membuat seseorang yang tadinya tidak merokok menjadi merokok. Yang jelas berdasarkan emosional jiwa ditunjang pengaruh lingkungan pergaulan, akan timbul perubahan-perubahan sosial. 2). Faktor Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga memiliki paranan penting dalam membentuk
kepribadiann anak karena didalam keluargalah anak pertama mengenal dunia ini. Di dalam keluarga yang orang tuanya merokok punya pengaruh terhadap anaknya. Mungkin pengaruhnya negatif, sehingga anak meniru orang tuanya, atau mungkin orang tua tak sanggup melarang karena dirinya jiga merokok. 3). Faktor Citra Rokok
Kesamaan dan kekompakan membuat mereka merasa satu dan kuat.
Sedangkan jika tak sama dengan teman mereka takut dikucilkan. Itulah yang membuatnya merasa percaya diri dihadapan taman-teman sepergaulannya yang juga sama-sama merokok.
4). Pengaruh Idola dan Sponsor
Perilaku sang idola akan merupakan cermin yang mudah ditiru, tidak heran kalau iklan yang dibawakan oleh artis atau bintang film yang sedang naik daun dengan harapan produknya laris terjual.
5). Faktor Lingkungan Sekolah
masih membutuhkan pengawasan dan perhatian dari oarang tua, namun disisi lain orang tua sibuk tidak punya waktu.
6). Faktor Agama
Pendidikan agama dapat menjadi pedoman seseorang dalam berperilaku. Dari wawancara di lapangan, kebanyakan remaja mengatakan bahwa rokok
hukumnya makruh, beberapa ramaja mengaku tidak tahu, dan hanya satu oarang yang mengatakan haram. Jadi, salah satu faktor yang membuat remaja tidak mencegah dirinya mencoba merokok adalah karena pengetahuan mereka terhadap hukum rokok adalah tidak haram.
PERILAKU MEROKOK
1). Pengertian Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung.
Sedangkan menurut Istiqomah Merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temparatur sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30 derajat Celcius untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok (Istiqomah, 2003).
2). Tipe Perokok
1. Perokok sangat berat, dia mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi.
2. Perokok berat, merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit.
3. Perokok sedang, menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bagun pagi.
4. Perokok ringan, menghabiskan rokok sekitar10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.
1. Pengaruh Positif, individu mau merokok karena merokok memberi perasaan positif baginya. Dia menjadi senang dan tenang saat merokok.
2. Pengaruh Negatif, merokok dapat meredakan emosi-emosi negatif dalam hidupnya.
3. Ketergantungan Fisiologis, perilaku merokok yang sudah jadi kebiasaan. Secara fisik individu sudah merasa ketagihan untuk merokok dan dia tidak dapat menghindar atau menolak permintaan yang berasal dari dalam dirinya sendiri.
4. Ketergantungan Psikologis, kondisi ketika individu merasakan, memikirkan dan memutuskan untuk merokok terus menerus. Dalam keadaan apa saja dan dimana saja ia selalu cenderung ingin merokok. ( Dariyo, 2004 ).
4). Tempat merokok juga mecerminkan pola perilaku perokok.
Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas:
a). Merokok di tempat-tempat umum atau ruang publik:
1. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.
2. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll). Mereka yang berani merokok di tempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata karma. Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega menyebar racun kepda orang lain yang tidak bersalah.
b). Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi:
1. Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah dan mencekam.
2. Di toilet, perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.
Terpapar asap rokok selama 8 jam sebanding dengan merokok langsung sebanyak 20 batang perhari. Konsekuensi dari merokok antara lain meningkatnya kejadian infeksi saluran nafas bagian atas, batuk, asma,
sinusitis, penyakit kardiovaskular, kanker, mengganggu fertilitas, lahir kurang bulan, kematian maupun absen dari kerja atau sekolah. Anak atau kaum muda yang merokok, pertumbuha dan perkembangan parunya segera akan
terpengaruh oleh asap rokok tersebut.
Efek dari rokok atau tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi
psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan kepada rokok tidak begitu dianggap gawat (Roan,1979 ).
Sedangkan menurut ( Dariyo,2004 ) individu yang mempunyai kebiasaan merokok darahnya telah terkontaminasi dengan zat nikotin. Zat tersebut bisa membuat darah menjadi makin kental, sehingga dapat menghambat proses pemompaan darah yang dilakukan jantung. Akibatnya bisa gagal jantung karena fungsi jantung tidak bekarja dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alimul, A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan Tekhnik Analisa data. Jakarta : Salemba Medika
2. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
3. Candra Dewi, N. 2009. Bagaimana Mekanisme Pernapasan pada manusia. Jakarta : PT. Intan Pariwara
4. Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika
5. Hurlock, E. 2004. Psikologi perkembangan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga 6. Istiqomah, U. 200. Upaya Menuju Generasi Tanpa Rokok. Surakarta: Seti Aji 7. Monks. 1994. Psikologi perkembangan. Edisi kesembilan. Yogyakarta: UGM 8. Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan. Jakarta : EGC
10. Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
11. Notoatmodjo, S., 2009. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
12. Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba medika.
13. Nursalam.,2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba medika.
14. Purwanto, H. 1999. Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC
15. Rakhmat, J. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 16. Rasmun . 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan
Keluarga. Jakarta : Sagung Seto.
17. Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Bandung :Alfabeta 18. Widayatun, T. 2009. Ilmu Perilaku. Jakarta: Sagung Seto.
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/07/rokok-dan-perilaku-merokok.html