• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Jamur Endofit dalam Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) pada Tanaman Cabai (Capsicum annum)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Jamur Endofit dalam Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) pada Tanaman Cabai (Capsicum annum)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman cabai merah (Capsicum annum, L) adalah salah satu komoditas penting yang dikenal sebagai penyedap dan pelengkap menu masakan khas

Indonesia. Cabai merah mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi

kesehatan manusia. Cabai mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang

berperan sebagai zat antikanker (Kilham, 2006). Secara umum tanaman cabai

memiliki kandungan gizi dan vitamin di antaranya, protein, lemak, karbohidrat,

kalsium, vitamin A, B1 dan vitamin C (Nurahmi et al., 2011). Berdasarkan hal tersebut cabai merupakan salah satu komoditas sayuran penting dan bernilai

ekonomi tinggi di Indonesia yang dibudidayakan baik di dataran rendah maupun

dataran tinggi.

Menurut Badan Pusat Statistik (2014), produktivitas cabai nasional

Indonesia tahun 2014 adalah 8.16 ton per hektar. Angka tersebut masih sangat

rendah jika dibandingkan dengan potensi produksinya yaitu 20 ton per hektar.

Rendahnya produksi cabai antara lain disebabkan oleh adanya hama dan penyakit

yang merupakan salah satu faktor pembatas utama produksi cabai. Dari berbagai

penyakit yang ada, antraknosa merupakan penyakit yang paling dominan dalam

menyebabkan rendahnya produktivitas cabai di Indonesia (Suryaningsih et al., 1996). Penyakit ini juga merupakan penyakit penting di daerah tropis maupun sub

tropis (AVRDC, 2004).

Serangan antraknosa ini disebabkan jamur genus Colletotrichum. Jamur ini

mempunyai enam spesies utama yaitu C. gloeosporioides, C. capsici, C.

(2)

2

dematium, C. coccodes, C. acutatum dan Glomerella cingulata (Kim, Oh dan Yang, 1999). Dari enam spesies tersebut, C. gloeosporioides dan C. acutatum

menyebabkan kerusakan pada buah dan kehilangan hasil paling besar (Yoon,

2003). Piay et al. (2010), menyebutkan bahwa penyakit antraknosa disebabkan

oleh dua jenis jamur yaitu C. capsici dan C. acutatum. Spesies tersebut dapat menyebabkan gejala pada biji berupa kegagalan berkecambah dan mengakibatkan

layu semai. Pada tanaman yang sudah dewasa akan menyebabkan mati pucuk

pada daun, batang dan buah. Menurut Syukur (2007) penyakit antraknosa di

Indonesia dapat menurunkan hasil produksi tanaman cabai hingga 90%. Penyakit

antraknosa berkembang ketika curah hujan tinggi dan dapat menyebabkan

kerusakan buah mencapai 84% (Nayaka et al., 2009).

Kultivar cabai komersial yang dianggap tahan terhadap penyakit

antraknosa sampai saat ini masih belum ada. Pada kondisi seperti ini, fungisida

dapat berfungsi sebagai penyelamat yang diperlukan untuk menekan kerugian

akibat kejadian penyakit antraknosa. Pengendalian dengan fungisida sintetik dapat

menimbulkan berbagai masalah, disamping memerlukan biaya besar juga efek

residunya dapat menimbulkan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan

(Than et al., 2008). Mengingat dampak negatif dari pemakaian fungisida sintetik tersebut maka saat ini telah dikembangkan perlindungan secara biologi karena

dianggap sebagai teknik yang memperhatikan dan menjaga keseimbangan

lingkungan (Syamsudin 2003). Upaya untuk mengurangi bahan kimia/fungisida

salah satunya adalah dengan pemanfaatan agens hayati.

(3)

3

Salah satu sumber agens hayati yang dapat digunakan untuk pengendalian

hayati adalah jamur endofit. Jamur endofit merupakan jamur yang hidup di dalam

jaringan tanaman sehat tanpa menyebabkan gejala atau kerusakan pada tanaman

inang (Petrini, 1991). Beberapa jamur endofit dapat memproduksi enzim seperti

selulosa dan lignin, serta memproduksi senyawa metabolit sekunder seperti

alkaloid, paxillin, lolitrems dan tetranone steroid sehingga memungkinkan

digunakan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit (Strobel &

Daisy, 2003).

Pemanfaatan jamur endofit tersebut dapat dilakukan melalui beberapa

metode aplikasi yaitu melalui perendaman benih, perendaman akar, penyemprotan

ke daun dan penyemprotan ke buah. Hasil penelitian Nurhayati et al. (2012)

aplikasi Trichoderma virens melalui penyemprotan pada daun dan penyiraman pada akar dapat menekan infeksi patogen downy mildew pada tanaman caisin, mampu memperpanjang periode inkubasi dan menekan jumlah dan luas bercak

serta keparahan penyakit downy mildew yang disebabkan oleh patogen downy mildew pada tanaman caisin. Siddiqui & Shaukat (2003) menyatakan bahwa

endofit memiliki banyak kelebihan sebagai agens hayati, yaitu mudah dibiakkan

secara in vitro, mudah diaplikasikan, misalnya melalui biji, dapat mengurangi kerusakan akar lebih awal, terhindar dari kompetisi dengan mikroba lain dan

memiliki kemampuan dalam mempengaruhi tanaman merespon serangan parasit,

tidak menghasilkan racun terhadap tanaman, bahkan menghasilkan hormon

perangsang tumbuh, dan tergantung terhadap eksudat akar dalam

perkembangbiakannya. Kloepper et al. (1992), menambahkan jamur endofit

(4)

4

memiliki keunggulan sebagai agens pengendali hayati yaitu mampu meningkatkan

ketersediaan nutrisi, menghasilkan hormon pertumbuhan, dan mengendalikan

penyakit tumbuhan, serta dapat menginduksi ketahanan tanaman.

Berdasarkan latar belakang dapat diketahui bahwa dalam tanaman terdapat

jamur endofit yang memiliki manfaat yang sangat penting bagi tumbuhan.

Simbiosis antara jamur endofit dengan tanaman cabai dapat digunakan sebagai

agens hayati terhadap penyakit antraknosa, hal ini juga berhubungan erat dengan

metode aplikasi yang digunakan.

Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan jamur endofit dari akar, batang dan buah cabai serta

cara aplikasi yang tepat dari metode perendaman benih, perendaman akar,

penyemprotan ke daun dan penyemprotan ke buah sehingga dapat digunakan

sebagai agens hayati penyakit antraknosa pada tanaman cabai.

Hipotesis Penelitian

Terdapat jamur endofit dari akar, batang dan buah cabai serta cara aplikasi

yang tepat yang dapat digunakan sebagai agens hayati penyakit antraknosa pada

tanaman cabai.

Manfaat Penelitian

1. Melalui penelitian ini diharapkan akan diperoleh jamur endofit dari

tanaman cabai dan cara aplikasi yang dapat digunakan sebagai agens

hayati penyakit antraknosa pada tanaman cabai.

2. Sebagai salah satu sumber informasi dalam upaya pengendalian penyakit

antraknosa yang ramah lingkungan pada budidaya tanaman cabai.

Referensi

Dokumen terkait

The aims of this study are to find out the portrayals of the characters and the biblical values conveyed through the five people that Eddie meets in heaven in Mitch Albom’s The

Langgam Bauhaus, di Dessau menjadi semakin fungsional dengan penekanan yang lebih besar pada memperlihatkan kecantikan dan ketepatan material- material dasar

Denotative Bedeutung und Konnotative Bedeutung .... Der Begriff des

Hasil tersebut membuktikan bahwa penggunaan catheter mouth pada kelompok perlakuan lebih efektif dilakukan pada saat suction untuk mengurangi risiko terjadinya

Gambar 2.11 Diagram Fasor Motor Sinkron Dengan Faktor Daya Lagging Namun pada kenyataannya, saat motor sinkron dibebani tanpa pengaturan arus medan, motor sinkron akan beroperasi

[r]

Pada akhir tenggang waktu tersebut atau atas usul Hakim Pengawas atau atas permintaan, dan setelah mendengar seperti yang dimaksud dalam ayat (1) tersebut di atas, pengadilan

This evening is also often used for young men looking at their candidates (looking for girlfriends), and (3) the shift in the tradition after the marriage